Anda di halaman 1dari 28

JAMINAN PERORANGAN

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


BENTUK
JAMINAN

JAMINAN JAMINAN
PERSEORANGAN KEBENDAAN

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


JAMINAN PERSEORANGAN

 Jaminan yang menimbulkan hubungan lansung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
• contoh: Borgtocht, Jaminan Garansi, Jaminan Perusahan.
 Segi Sifatnya :
• Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadeap kekeyaan debitur pada umumnya.
• Menganut Asas Kesamaan dalam arti tidak membedakan mana piutang yang terjadi lebih dulu dan
piutang yang terjadi kemudian.
 Segi Tujuan
• Jaminan yang bersifat perorangan memberikan hak verhaal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya)
kepada kreditur, terhadap benda keseluruhan dari debitur untuk memperoleh pemenuhan dari
piutangnya.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


JAMINAN PERORANGAN

 Pengertian Jaminan Perorangan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengartikan Jaminan Immateriil
(perorangan) adalah:“Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya”.

 Unsur Jaminan Perorangan, yaitu:


a. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu.
b. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu .
c. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

 Soebekti mengartikan Jaminan Perorangan adalah:


“ Suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya
kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si berhutang tersebut”
Menurut Soebekti juga, bahwa maksud adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si berhutang, yang
dijamin pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian tertentu, harta benda si penanggung (penjamin)
dapat disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


JENIS-JENIS JAMINAN PERORANGAN

a. Jaminan Penanggungan (Borgtocht) adalah kesanggupan pihak ketiga untuk menjamin


debitur (Pasal 1820 KUH Perdata)
b. Jaminan Garansi (Garansi Bank) (Pasal 1316 KUH PERDATA), yaitu bertanggung jawab guna
kepentingan pihak ketiga,
c. Jaminan Perusahaan (Cooportae Guarantee) dari jenis jaminan perorangan tersebut, maka dalam
sub-sub bab berikut ini hanya disajikan yang berkaitan dengan penanggungan utang dan garansi
bank.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


PENANGGUNGAN UTANG (BORGTOGHT)

 Perjanjian Penanggungan utang diatur dalam Pasal 1820 - Pasal 1850 KUH Perdata.
Penanggungan adalah: “Suatu perjanjian, di mana pihak ketiga, demi kepentingan
kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak
memenuhi perikatannya” (Pasal 1820 KUH Perdata).
 Kesimpulan dari perumusan diatas bahwa ada tiga pihak yang terkait dalam perjanjian
penanggungan utang, yaitu pihak kreditur, debitur, dan pihak ketiga. Kreditur di sini
berkedudukan sebagai pemberi kredit atau orang berpiutang, sedangkan debitur adalah
orang yang mendapat pinjaman uang atau kredit dari kreditur. Pihak ketiga adalah orang
yang akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur, manakala debitur tidak
memenuhi prestasinya.
 Alasan adanya perjanjian penanggungan ini antara lain karena si penanggung mempunyai
persamaan kepentingan ekonomi dalam usaha dari peminjam (ada hubungan
kepentingan antara penjamin dan peminjam), misalnya si penjamin sebagai direktur
perusahaan selaku pemegang seham terbanyak dari perusahaan tersebut secara pribadi
ikut menjamin hutang-hutang perusahaan tersebut dan kedua perusahaan induk ikut
menjamin hutang perusahaan cabang.
 Sifat perjanjian penanggungan utang adalah bersifat accesoir (tambahan), sedangkan
perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit atau perjanjian pinjam uang antara debitur
dengan kreditur.
Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH
 Akibat-akibat Penanggungan antara Kreditur dan Penanggung
1. Pada prinsipnya, penanggung utang tidak wajib membayar utang debitur
kepada kreditur, kecuali jika debitur lalai membayar utangnya. Untuk
membayar utang debitur tersebut, maka barang kepunyaan debitur harus disita
dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya (Pasal 1831 KUH Pedata).
2. Penanggungan tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih dahulu
disita dan dijual untuk melunasi utangnya jika:
a) Ia (penanggung utang) telah melepasakan hak istimewanya untuk
menuntut barang-barang debitur lebih dahulu disita dan dijual
b) Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara
tanggung menanggung; dalam hal itu akibat-akibat perikatannya diatur
menurut asas-asas utang-utang tanggung menanggung;
c) Debitur dapat mengajukan suatu eksepsi yang hanya mengenai dirinya
sendiri secara pribadi;
d) Debitur dalam keadaan pailit; dan
e) Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim (Pasal 1832 KUH
Perdata).

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Akibat-akibat Penanggungan antara Debitur dan Penanggung dan antara Para
Penanggung
1. Hubungan hukum antara penanggung dengan debitur utama adalah erat kaitannya
dengan telah dilakukannya pembayaran hutang debitur kepada kreditur. Untuk itu,
pihak penanggung menuntut kepada debitur supaya membayar apa yang telah
dilakukan oleh penanggung kepada kreditur.
2. Di samping penanggungan utang juga berhak untuk menuntut:
a. Pokok dan bunga;
b. Pengantian biaya, kerugian, dan bunga.
3. Di samping itu, penanggung juga dapat menuntut debitur untuk diberikan ganti rugi
atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan, bahkan sebelum ia membayar
utangnya:
c. Bila ia digugat di muka hakim untuk membayar
d. Bila debitur berjanji untuk membebaskannya dari penanggungannya pada suatu
waktu tertentu
e. Bila utangnya sudah dapat ditagih karena lewatnya jangka waktu yang telah
ditetapkan untuk pembayarannya
f. Setelah lewat sepuluh tahun, jika perikatan pokok tidak mengandung suatu
jangka waktu tertentu untuk pengakhirannya, kecuali bila perikatan pokok
sedemikian sifatnya, sehingga tidak dapat diakhir sebelum lewat waktu tertentu

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Hubungan antara para penanggung dengan debitur disajikan berikut ini. Jika
berbagai orang telah mengikatkan dirinya sebagai penanggung untuk seorang
debitur dan untuk utang yang sama, maka penanggung yang melunasi hutangnya
berhak untuk menuntut kepada penanggung yang lainnya, masing-masing untuk
bagiannya.

 Hapusnya Penanggungan Utang


1. Diatur dalam Pasal 1845 sampai dengan Pasal 1850 KUH Perdata.
2. Di dalam Pasal 1845 KUH Perdata disebutkan bahwa perikatan yang timbul
karena penanggungan, hapus karena sebab-sebab yang sama dengan yang
menyebabkan berakhirnya perikatan lainnya. Pasal ini menunjuk kepada Pasal
1381, Pasal 1408, Pasal 1424, Pasal 1420, Pasal 1437, Pasal 1442, Pasal 1574,
Pasal 1846, Pasal 1938, dan Pasal 1984 KUH Perdata.
3. Di dalam Pasal 1381 KUH Perdata ditentukan 10 (sepuluh) cara berakhirnya
perjanjian penanggungan utang, yaitu pembayaran; penawaran pembayaran
tunai; diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; pembaruan utang;
kompensasi; pencampuran utang; pembebasan utang; musnahnya barang yang
terutang; kebatalan atau pembatalan; dan berlakunya syarat pembatalan.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


JAMINAN GARANSI (BANK GARANSI)

 Merupakan jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima


jambinan, apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya.
 Bank Garansi adalah jaminan dalam bentuk sertifikat yang diberikan oleh bank
dalam penyelesaian suatu proyek ketika pelaksana atau kontraktor sebagai
penerima kontrak ingkar/cidera akan berjalan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
 Sertifikat merupakan jaminan tertulis dari Bank yang diberikan/ditujukan kepada
nasabahnya (pihak terjamin) untuk memenuhi suatu kewajiban dan di kemudian
hari ternyata tidak memnuhi kewajiban kepada pihak ketiga atau penerima
jaminan sesuai dengan persetujuan (wansprestasi), maka bank sebagai pihak
penjamin dapat mengambil tindakan untuk menginkasokan sertifikat kepada pihak
penerima jaminan (beneficiory).

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 DASAR HUKUM BANK GARANSI
1. Pasal 1820 – 1850 KUH Perdata
2. Surat Keputusan Direksi BI No. 23/72/KEP/DIR, tertanggal 28 Februari 1991
3. Surat Edaran BI No. 23/5/UKU, tanggal 28 Februari 1991 tentang Bank Garansi

 Bank-bank yang disebutkan bank yang dapat menerbitkan Bank Garansi dalam
perjanjian borongan (pengadaan barang dan jasa), adalah:
1. Bank Umum, baik bank umum pemerintah maupun swasta,
2. Bank Devisa di Indonesia maupun diluar negeri yang direkomendasikan oleh
Bank Indonesia, jika rekanan berkedudukan diluar negeri.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Manfaat Bank Garansi :
1. Sebagai penerimaan biaya adminsitrasi dalam bentuk Provisi atau komisi,
2. Pengendapan dana stor jaminan yang merupakan dana murah,
3. Sebagai pelaynana kepada nasabahnya agar nasabah menjadi loyal kepada
Bank.

 Pihak yang terkait dalam Bank Garansi


1. Penjamin adalah bank yang menerbitkan jaminan bank kepada Nasabahnya
2. Terjamin adalah nasabah (kontraktor) sebagai pihak yang dijamin, nasabah
yang melakukan permohonan kepada bank untuk menerbitkan jaminan Bank
atas dari nasabah tersebut.
3. Penerima jaminan, adalah pihak ketiga (pemilik proyek) yang menerima
jaminan atas suatu perjanjian dengan pihak terjamin atau pihak yang menerima
jaminan atassuatu konsekuensi kesalahan (wansprestasi) yang dilakukan oleh
pihak terjamin dan berhak untuk memeperoleh penggantian atas kejadian
tersebut.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


SUBYEK HUKUM DALAM PEMBERIAN BANK GARANSI

 Pada dasarnya subjek hukum terdiri dari manusia (natuurlijke persoon) dan badan
hukum (rechtspersoon), namun dalam pemberian Bank Garansi pada prakteknya
subjek hukum yaitu : Perorangan dan perusahaan perorangan.

 Badan usaha dan badan hukum.


1. Untuk badan usaha ini terbagi 2 yaitu:
a. Badan usaha yang tidak berbadan hukum;
b. Badan usaha yang berbadan hukum
2. Untuk itu terhadap pemilikan perusahaan dikelompokkan menjadi :
c. Perusahaan swasta yang dimiliki oleh pengusaha swasta;
d. Perusahaan Negara yang dimiliki oleh Negara atau badan usaha milik
Negara (BUMN).

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


JENIS – JENIS BANK GARANSI

 Bank Garansi Pembelian


• Bank garansi diberikan kepada supplier/pabrik sebagai jaminan pembayaran
atas pembelian barang oleh nasabah atau pihak yang dijamin oleh bank.

 Bank Garansi Pita Cukai Tembakau


• Bank garansi yang diberikan kantor bea cukai sebagai jaminan pembayaran
pita cukai tembakau atas rokok yang dijual oleh pabrik rokok, dalam hal ini
pihak yang dijamin adalah pabrik rokok.

 Bank Garansi Penangguhan Bea Masuk


• Bank garansi yang diberikan kepada kantor bea cukai sebagai jaminan
pembayaran bea masuk atas barang yang dikeluarkan dari pelabuhan milik
nasabah.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Bank Garansi Tender (Bid Bond)
• Bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan
kontraktor/leverensi yang akan mengikuti tender atas suatu proyek, dalam hal ini pihak
yang dijamin adalah kontraktor/leverensi tersebut. Salah satu persyaratan
kontraktor/leverensi dapat mengikuti tender adalah menyerahkan bank garansi.

 Bank Garansi Pelaksanaan (Perfomance Bond)


• Bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan
kontraktor/leverensi guna menjamin pelaksanaan pekerjaan/proyek oleh
kontraktor/leverensi, dalam hal ini pihak yang dijamin adalah kontraktor/leverensi.

 Bank Garansi Uang Muka (Advance Payment Bond)


• Bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan
kontraktor/leverensi atas uang muka yang diterima oleh kontraktor/leverensi, dalam hal
ini pihak yang dijamin adalah kontraktor/leverensi.

 Bank Garansi Pemeliharaan (Retention Bond)


• Bank garansi yang diberikan pemilik proyek (bouwheer) untuk kepentingan
kontraktor/leverensi guna menjamin pemeliharaan atas proyek yang telah diselesaikan
oleh kontraktor/leverensi.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


Dalam Pasal 1 ayat (3) Kepdir BI No. 23/1991, dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan Garansi adalah:

 Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan
kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima garansi apabila pihak yang
dijamin cidera janji (wan-prestasi).
 Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-surat
berharga seperti aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat
menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin cidera
janji (wanprestasi).
 Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat
menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


HUBUNGAN HUKUM DALAM PEMBERIAN BANK GARASI

 Jika suatu bank bersedia untuk menerbitkan suatu Bank Garansi berarti bank menjamin
(menggaransi) untuk memenuhi suatu kewajiban atau prestasi tertentu apabila pihak
terjamin dikemudian hari tidak memenuhi prestasinya (wanprestasi) kepada pihak yang
menerima jaminan sebagaimana dengan yang telah diperjanjikan sebelumnya.
 Ditinjau dari segi hukum, pola hubungan tersebut di atas pada hakekatnya merupakan
perjanjian borgtocht atau perjanjian penangguhan.
 Dalam pemberian Bank Garansi, bank sebagai pihak yang memberikan jaminan yang
akan menggantikan kedudukan pihak yang lalai atau yang melakukan wanprestasi untuk
memenuhi kewajiban memberikan prestasinya menurut perjanjian kepada pihak
penerima jaminan. Dalam hal ini bank yang mengikat diri untuk memenuhi kewajiban
terjamin pada pihak ketiga atau pihak penerima jaminan apabila terjadi wanprestasi.
 Melihat dari sudut keterkaitan bank, Bank Garansi merupakan suatu pengakuan atau
perjanjian tertulis dimana bank bersedia untuk mengikatkan diri kepada penerima
jaminan guna memenuhi kewajiban terjamin dalam suatu jangka waktu tertentu dan
dengan syarat-syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang tertentu apabila
terjamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak
penerima jaminan.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Dalam pelaksananan perjanjian garansi bank, apabila terjamin tidak melakukan
kewajibannya kepada penerima jaminan maka pihak bank yang harus menunaikan
kewajiban tersebut dengan membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam
garansi bank. Dengan dilaksanakannya pembayaran garansi bank kepada penerima
jaminan, maka jumlah yang dibayarkan itu menjadi hutang terjamin kepada bank.
Pihak bank akan segera mencairkan counter guarantee yang telah diberikan
terjamin untuk membayar kembali dana yang diserahkan bank kepada pihak
penerima jaminan.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


LARANGAN DAN PEMBATASAN DALAM PEMBERIAN BANK GARANSI

 Beberapa larangan yang tidak diperbolehkan dalam pemberian Bank Garansi


adalah sebagai berikut:
• Untuk melindungi serta memberikan kepastian hukum terhadap masyarakat
yang menerima Bank Garansi maka bank tidak boleh memuat:
1. Syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya Bank Garansi
tersebut.
2. Ketentuan bahwa Bank Garansi dapat diubah atau dibatalkan secara
sepihak, misalnya oleh bank atau pihak yang dijamin.
3. Kata-kata yang dapat diartikan perubahan tanggal berakhirnya Bank
Garansi.
 Bank dilarang memberikan Bank Garansi untuk kredit yang diberikan atau untuk
dana yang diterima oleh bank lain.
 Bank dilarang memberikan jaminan :
1. Dalam rupiah untuk kepentingan bukan penduduk.
2. Dalam valuta asing baik untuk penduduk atau bukan penduduk.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Bank Asing dilarang memberikan Bank Garansi untuk perusahaan yang di luar
Jakarta.
 Bank umum dan Bank Pembangunan Pemerintah dilarang memberikan Bank
Garansi jangka menengah dan panjang kepada pengusaha non pribumi dalam
rangka pengadaan barang modal.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


PEMBATASAN BANK GARANSI

 Pemberian garansi dalam rangka penerimaan kredit luar negeri hanya diperbolehkan
dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan pemberian Bank Garansi dimaksud tidak
melebihi 20 % dari modal. Dalam pengertian jumlah keseluruhan tersebut termasuk pula
garansi yang dikeluarkan oleh kantor-kantor bank di luar negeri.
 Pemberian garansi atas permintaan bukan penduduk hanya diperkenankan apabila disertai
dengan :
a. Kontrak garansi yang cukup dari bank di luar negeri yang bonafid, dalam pengertian
bahwa bank tersebut bukan termasuk cabang dari bank yang bersangkutan di luar negeri.
b. Setoran sebesar 100 % dari nilai garansi yang diberikan.
 Pemberian garansi dikenakan ketentuan tentang batas maksimum pemberian kredit
(BMPK) dan kewajiban pemenuhan modal minimum ( KPMM ). BMPK yang ditetapkan saat
ini adalah :
a. 20 % dari modal sendiri bank untuk fasilitas pemberian kredit yang disediakan bagi satu
debitur.
b. 20 % dari modal sendiri bank untuk fasilitas pemberian kredit yang disediakan bagi suatu
debitur grup.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


CORPORATE GUARANTEE (JAMINAN PERUSAHAAN)

 Merupakan bentuk penjaminan dari suatu institusi (badan hukum perusahaan)


kepada Bank atas kredit yang diberikan oleh Bank kepada nasabahnya. Tentunya
perusahaan yang memberikan jaminan tersebut telah mengenal dengan baik
nasabah yang menerima kredit dari Bank tersebut, sehingga atas kegagalan
pelunasan kredit nasabah akan menjadi tanggungan perusahaan yang
menjaminnya.
 Penilaian kemampuan perusahaan atau perseroan sebagai penanggung dilakukan
dengan Menilai Laporan Keuangan (neraca, laba dan rugi) perusahaan penanggung
dihubungkan dengan kemampuan membayar semua utang-utangnya.
 Pihak penanggung tidak memberikan suatu kebendaan tertentu untuk diikat
sebagai jaminan kredit, melainkan perusahaan penanggung yang mengikatkan diri
untuk menjamin pelunasan utang debitor apabila debitor utama tidak mampu
untuk memenuhi kewajibannya.
 Perusahaan penanggung dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Perusahaan penanggung murni; dan
b. Perusahaan penanggung yang telah melepaskan hak istimewanya.
 
Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH
 Penjamin mempunyai hak istimewa dalam hubungan dengan kewajibannya
terhadap kreditor. Penjamin diberikan kebebasan untuk mempertahankan atau
melepaskan hak istimewanya tersebut. Penjamin sebagai pihak yang memberikan
jaminan merupakan pihak yang dapat langsung diminta pertanggungjawabannya
apabila debitor tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya.
 Apabila debitor utama tidak mampu memenuhi kewajibannya atau dengan kata
lain gagal membayar utangnya kepada kreditor dan telah melepaskan hak
istimewanya, maka perusahaan penanggung wajib membayar seluruh utang
debitor utama dan mengakibatkan seluruh aset atau harta kekayaan perusahaan
penanggung menjadi jaminan pelunasan utang debitor.
 Apabila Perusahaan penanggung telah melepaskan hak istimewanya, maka status
si penanggung sama dengan status debitor utama, hal tersebut diatur di dalam
Pasal 1832 ayat (1) KUHPerdata, yang menentukan:
 “Si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berutang lebih
dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya apabila ia telah melepaskan
hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si berutang lebih
dahulu disita dan dijual”. 

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


Dalam KUH Perdata, Penjaminan diatur didalam Pasal 1831 s/d Pasal 1850 ketentuan-
ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a.Seorang penjamin atau penanggung adalah juga seorang Debitor;
b.Penjamin atau penanggung adalah juga seorang Debitor yang berkewajiban untuk
melunasi utang Debitor kepada Kreditor atau para Kreditornya apabila Debitor tidak
membayar utang yang telah jatuh waktu dan atau dapat ditagih;
c.Oleh karena penjamin atau penanggung adalah Debitor, maka penjamin atau penanggung
dapat dinyatakan pailit berdasarkan UUK.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka terhadap penjamin atau penanggung dapat


diajukan permohonan pernyataan pailit dengan syarat apabila penjamin atau
penanggung tersebut memiliki lebih dari satu Kreditor (Concursus Creditorum).
• Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU,
selanjutnya disingkat "UUK", yang menentukan:    
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya”.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Bahwa terhadap kewajiban penanggung dalam melunasi utang Debitor Utama
atau pengajuan tagihan terhadap debitor diatur dalam Pasal 142 ayat (1)
UUK, menentukan:
a. Dalam hal terdapat Debitor tanggung menanggung dan satu atau lebih
debitor dinyatakan pailit atau kepada masing-masing Debitor yang
dinyatakan pailit sampai seluruh piutangnya dibayar lunas.
b. Setiap Debitor ditanggung menanggung yang mempunyai hak untuk
menuntut penggantian dari harta pailit debitor lainnya yang dinyatakan pailit
dapat diterima secara bersyarat dalam pencocokan apabila kreditor tidak
melakukan pencocokan sendiri.
c. Dalam hal harta pailit seluruh Debitor tanggung-menanggung melebihi 100%
(seratus persen) dari tagihan, kelebihannya dibagikan diantara Debitor
tanggung-menanggung menurut hubungan hukum di antara mereka.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Ketentuan-ketentuan di dalam KUH Perdata dan Undang-undang Kepailitan
tersebut diatas bersesuaian dengan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI
No. 010/K/N/2000, tanggal 5 April 2000, menentukan:  
“Dalam hal adanya penjamin dan selaku penjamin yang telah melepaskan hak-
hak istimewanya yang diberikan oleh Undang-undang, maka Kreditor dapat
memilih apakah yang akan menagih hutangnya kepada debitor asli atau kepada
penjamin”.

 Bahwa mengenai hubungan hukum berdasarkan Penanggungan (Perusahaan)


apabila Penanggung telah melepaskan hak istemewanya yang diberikan oleh
undang-undang dalam praktek (yurisprudensi) Mahkamah Agung RI sudah
menegaskan sikapnya bahwa kepada setiap Penanggung yang telah melepaskan
hak istimewanya tersebut, maka secara langsung dapat dituntut pembayaran
utang debitor utama ketika debitor utama gagal membayar (default) seolah-olah
Penanggung sendiri sebagai debitor utama .

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


 Dalam Corporate Guarantee, apabila Perusahaan Penanggung tidak
melepaskan hak istimewanya maka perusahaan penanggung tidak dapat
dimohonkan pailit hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Tetap Mahkamah
Agung RI No. 922 K/Pdt/1995, tanggal 31 Oktober 1997, menentukan:
”Status Keperdataan principal tidak dapat dialihkan kepada guarantor di
luar tuntutan pembayaran hutang, karena penjamin selamanya adalah
penjamin atas hutang principal yang tidak mampu membayar hutang, maka
kepada diri guarantor tidak dapat dimintakan pailit, sedangkan yang dapat
dituntut hanyalah pelunasan hutang principal”.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH


JAMINAN YANG BERSIFAT KEBENDAAN

 Jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri
mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan
terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan.
• contoh: Hipotik, Hak Tanggungan, Gadai, dan lain-lain.
 Segi Sifatnya:
a. Mengikuti bendanya (Droit de suite) dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu
tidak hanya haknya tetapi juga kewenangan untuk menjual bendanya dan hak eksekusi.
b. Dapat dipertahankan (diminta pemenuhan) terhadap siapapun juga,yaitu terhadap
mereka yang memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang umum maupun yang
khusus, juga terhadap para kreditur dan pihak lawannya.
c. Dapat diperalihkan.
d. Menganut Azas Prioriteit yakni hak kebendaan yang lebih tua (lebih dulu terjadi) lebih
di utamakan daripada hak kebendaan yang terjadi kemudian.
 Segi Tujuan:
Memberikan hak verhaal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya) kepada si
kreditur, terhadap hasil penjualan benda-benda tertentu dari debitur untuk pemenuhan
piutangnya.

Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH

Anda mungkin juga menyukai