JAMINAN JAMINAN
PERSEORANGAN KEBENDAAN
Jaminan yang menimbulkan hubungan lansung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.
• contoh: Borgtocht, Jaminan Garansi, Jaminan Perusahan.
Segi Sifatnya :
• Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadeap kekeyaan debitur pada umumnya.
• Menganut Asas Kesamaan dalam arti tidak membedakan mana piutang yang terjadi lebih dulu dan
piutang yang terjadi kemudian.
Segi Tujuan
• Jaminan yang bersifat perorangan memberikan hak verhaal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya)
kepada kreditur, terhadap benda keseluruhan dari debitur untuk memperoleh pemenuhan dari
piutangnya.
Pengertian Jaminan Perorangan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengartikan Jaminan Immateriil
(perorangan) adalah:“Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya”.
Perjanjian Penanggungan utang diatur dalam Pasal 1820 - Pasal 1850 KUH Perdata.
Penanggungan adalah: “Suatu perjanjian, di mana pihak ketiga, demi kepentingan
kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak
memenuhi perikatannya” (Pasal 1820 KUH Perdata).
Kesimpulan dari perumusan diatas bahwa ada tiga pihak yang terkait dalam perjanjian
penanggungan utang, yaitu pihak kreditur, debitur, dan pihak ketiga. Kreditur di sini
berkedudukan sebagai pemberi kredit atau orang berpiutang, sedangkan debitur adalah
orang yang mendapat pinjaman uang atau kredit dari kreditur. Pihak ketiga adalah orang
yang akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur, manakala debitur tidak
memenuhi prestasinya.
Alasan adanya perjanjian penanggungan ini antara lain karena si penanggung mempunyai
persamaan kepentingan ekonomi dalam usaha dari peminjam (ada hubungan
kepentingan antara penjamin dan peminjam), misalnya si penjamin sebagai direktur
perusahaan selaku pemegang seham terbanyak dari perusahaan tersebut secara pribadi
ikut menjamin hutang-hutang perusahaan tersebut dan kedua perusahaan induk ikut
menjamin hutang perusahaan cabang.
Sifat perjanjian penanggungan utang adalah bersifat accesoir (tambahan), sedangkan
perjanjian pokoknya adalah perjanjian kredit atau perjanjian pinjam uang antara debitur
dengan kreditur.
Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH
Akibat-akibat Penanggungan antara Kreditur dan Penanggung
1. Pada prinsipnya, penanggung utang tidak wajib membayar utang debitur
kepada kreditur, kecuali jika debitur lalai membayar utangnya. Untuk
membayar utang debitur tersebut, maka barang kepunyaan debitur harus disita
dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya (Pasal 1831 KUH Pedata).
2. Penanggungan tidak dapat menuntut supaya barang milik debitur lebih dahulu
disita dan dijual untuk melunasi utangnya jika:
a) Ia (penanggung utang) telah melepasakan hak istimewanya untuk
menuntut barang-barang debitur lebih dahulu disita dan dijual
b) Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara
tanggung menanggung; dalam hal itu akibat-akibat perikatannya diatur
menurut asas-asas utang-utang tanggung menanggung;
c) Debitur dapat mengajukan suatu eksepsi yang hanya mengenai dirinya
sendiri secara pribadi;
d) Debitur dalam keadaan pailit; dan
e) Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim (Pasal 1832 KUH
Perdata).
Bank-bank yang disebutkan bank yang dapat menerbitkan Bank Garansi dalam
perjanjian borongan (pengadaan barang dan jasa), adalah:
1. Bank Umum, baik bank umum pemerintah maupun swasta,
2. Bank Devisa di Indonesia maupun diluar negeri yang direkomendasikan oleh
Bank Indonesia, jika rekanan berkedudukan diluar negeri.
Pada dasarnya subjek hukum terdiri dari manusia (natuurlijke persoon) dan badan
hukum (rechtspersoon), namun dalam pemberian Bank Garansi pada prakteknya
subjek hukum yaitu : Perorangan dan perusahaan perorangan.
Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan
kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima garansi apabila pihak yang
dijamin cidera janji (wan-prestasi).
Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-surat
berharga seperti aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat
menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin cidera
janji (wanprestasi).
Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat
menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.
Jika suatu bank bersedia untuk menerbitkan suatu Bank Garansi berarti bank menjamin
(menggaransi) untuk memenuhi suatu kewajiban atau prestasi tertentu apabila pihak
terjamin dikemudian hari tidak memenuhi prestasinya (wanprestasi) kepada pihak yang
menerima jaminan sebagaimana dengan yang telah diperjanjikan sebelumnya.
Ditinjau dari segi hukum, pola hubungan tersebut di atas pada hakekatnya merupakan
perjanjian borgtocht atau perjanjian penangguhan.
Dalam pemberian Bank Garansi, bank sebagai pihak yang memberikan jaminan yang
akan menggantikan kedudukan pihak yang lalai atau yang melakukan wanprestasi untuk
memenuhi kewajiban memberikan prestasinya menurut perjanjian kepada pihak
penerima jaminan. Dalam hal ini bank yang mengikat diri untuk memenuhi kewajiban
terjamin pada pihak ketiga atau pihak penerima jaminan apabila terjadi wanprestasi.
Melihat dari sudut keterkaitan bank, Bank Garansi merupakan suatu pengakuan atau
perjanjian tertulis dimana bank bersedia untuk mengikatkan diri kepada penerima
jaminan guna memenuhi kewajiban terjamin dalam suatu jangka waktu tertentu dan
dengan syarat-syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang tertentu apabila
terjamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak
penerima jaminan.
Pemberian garansi dalam rangka penerimaan kredit luar negeri hanya diperbolehkan
dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan pemberian Bank Garansi dimaksud tidak
melebihi 20 % dari modal. Dalam pengertian jumlah keseluruhan tersebut termasuk pula
garansi yang dikeluarkan oleh kantor-kantor bank di luar negeri.
Pemberian garansi atas permintaan bukan penduduk hanya diperkenankan apabila disertai
dengan :
a. Kontrak garansi yang cukup dari bank di luar negeri yang bonafid, dalam pengertian
bahwa bank tersebut bukan termasuk cabang dari bank yang bersangkutan di luar negeri.
b. Setoran sebesar 100 % dari nilai garansi yang diberikan.
Pemberian garansi dikenakan ketentuan tentang batas maksimum pemberian kredit
(BMPK) dan kewajiban pemenuhan modal minimum ( KPMM ). BMPK yang ditetapkan saat
ini adalah :
a. 20 % dari modal sendiri bank untuk fasilitas pemberian kredit yang disediakan bagi satu
debitur.
b. 20 % dari modal sendiri bank untuk fasilitas pemberian kredit yang disediakan bagi suatu
debitur grup.
Jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri
mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan
terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan.
• contoh: Hipotik, Hak Tanggungan, Gadai, dan lain-lain.
Segi Sifatnya:
a. Mengikuti bendanya (Droit de suite) dalam arti bahwa yang mengikuti bendanya itu
tidak hanya haknya tetapi juga kewenangan untuk menjual bendanya dan hak eksekusi.
b. Dapat dipertahankan (diminta pemenuhan) terhadap siapapun juga,yaitu terhadap
mereka yang memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang umum maupun yang
khusus, juga terhadap para kreditur dan pihak lawannya.
c. Dapat diperalihkan.
d. Menganut Azas Prioriteit yakni hak kebendaan yang lebih tua (lebih dulu terjadi) lebih
di utamakan daripada hak kebendaan yang terjadi kemudian.
Segi Tujuan:
Memberikan hak verhaal (hak untuk meminta pemenuhan piutangnya) kepada si
kreditur, terhadap hasil penjualan benda-benda tertentu dari debitur untuk pemenuhan
piutangnya.