Eny Sulistyowati
Program Studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya,
enysulistyowati@unesa.ac.id
1
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
2
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat Berdasarkan pada Pasal 1 angka 10 Undang-
syarat : Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya; Konsumen, perjanjian baku yang memuat klausula-
2. Kecakapan untuk mereka membuat suatu klausula baku yang telah ditetapkan terlebih dahulu
perikatan ; secara sepihak oleh pelaku usaha ini sudah tidak bisa di
3. Suatu hal tertentu ; negosiasikan lagi oleh konsumen. Klausul yang terdapat
4. Suatu sebab yang halal. dalam suatu perjanjian tersebut mengacu pada hal-hal
Syarat sah dibuatnya suatu perjanjian yang yang bersifat bisnis atau ekonomi (keuangan) yang
diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum memberatkan salah satu pihak. Hal tersebutlah yang
Perdata (KUHPerdata) tersebut yang pertama yaitu dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kedudukan
adanya kesepakatan yang mengikat bagi para pihak, antara pelaku usaha dengan konsumen. Oleh karena itu,
kesepakatan tersebut terpenuhi ketika para pihak isi dalam suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak
menyetujui dan mengakui mengenai hal-hal yang tersapat seharusnya mewadahi kepentingan-kepentingan para
dalam perjanjian itu. Syarat kedua yaitu kecakapan untuk pihak (Muaziz dan Busro 2015).
membuat suatu perikatan, dimana pihak yang melakukan Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa
perjanjian merupakan orang yang sudah dewasa dan dengan adanya perjanjian baku ini maka meniadakan
memiliki pikiran yang sehat, ketentutan dewasa menurut asas konsensual, serta tidak membedakan kondisi dari
KUHPerdata yaitu usia 21 tahun bagi laki-laki dan 19 pihak debitur karena perjanjian ini tidak memenuhi
tahun bagi perempuan. Syarat yang ketiga yaitu suatu hal elemen yang terkandung dalam Pasal 1320 jo. 1338 KUH
tertentu dimana sesuatu yang diperjanjikan dalam Perdata. Asas konsensualisme ini mempunyai hubungan
perjanjian harus jelas dan dibenarkan oleh hukum yang satu sama lain dengan asas kebebasan berkontrak dan
ada. Syarat yang keempat yaitu suatu sebab yang halal, asas kekuatan mengikat (Tobing 2019). Asas kebebasan
yang berarti bahwa perjanjian dibuat harus sesuai dengan berkontrak sendiri merupakan salah satu asas dalam
hukum yang telah berlaku. Para pihak dalam perjanjian hukum kontrak yang artinya para pihak bebas membuat
ini tidak diperbolehkan membuat suatu perjanjian yang kontrak dan mengatur sendiri isi kontrak sesuai dengan
bertentangan dengan norma-norma yang terlah berlaku. ketentuan yang berlaku (Munir Fuady 1999). Sedangkan
Ada berbagai macam jenis perjanjian yang asas kekuatan mengikat menyatakan bahwa para pihak
berhubungan dengan interaksi ekonomi yang melibatkan harus memenuhi apa yang mereka sepakati dalam
konsumen dengan pelaku usaha yaitu perjanjian sewa- perjanjian yang mereka buat (Budiono 2006).
menyewa, perjanjian hutang-piutang, perjanjian jual-beli, Ketentuan lain mengenai klausula baku juga
perjanjian tukar-menukar dan sebagainya. Salah satu diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan
jenis perjanjian yang sering dijumpai yaitu perjanjian Konsumen. Dalam Pasal 18 Undang-Undang
antara pelaku usaha dengan konsumen yang dibuat secara Perlindungan Konsumen ini mengatur mengenai hal-hal
tertulis dalam bentuk baku. Perjanjian baku adalah yang dilarang untuk dicantumkan dalam klausula baku.
perjanjian yang dibuat secara sepihak dan pihak lainnya Larangan-larangan tersebut bertujuan agar pihak
hanya mempunyai pilihan untuk menerima atau menolak konsumen dan pelaku usaha mempunyai kedudukan yang
perjanjian tersebut tanpa diberi kesempatan untuk setara berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.
merundingkan isinya terlebih dahulu. Perjanjian baku Pada praktiknya perusahaan pembiayaan telah
sendiri dapat dikenal dengan istilah standart contract menyediakan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat
(Suharnoko 2015). terlebih dahulu dalam bentuk baku. Seperti perjanjian
Ketentuan yang terdapat pada perjanjian baku pembiayaan yang digunakan baik dalam rangka
disebut sebagai klausula baku (standardized clause). pembiayaan pembelian kendaraan bermotor, pembelian
Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 8 Tahun apartement atau property lain (Siombo 2019).
1999 tentang Perlindungan Konsumen menegaskan Perjanjian baku yang akan diteliti pada
tentang pengertian dari klausula baku yang berbunyi : penelitian ini yaitu yang terdapat pada Perjanjian Kredit
“Klausula baku adalah setiap aturan atau Pembiayaan Konsumen pada BCA Finance. Perjanjian
ketentuan dan syarat-syarat yang telah yang dibuat oleh PT. BCA Finance ini sudah dibuat
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu terlebih dahulu dalam bentuk perjanjian baku yang
secara sepihak oleh pelaku usaha yang artinya isi perjanjian didalamnya telah disusun secara
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau sepihak oleh perusahaan sehingga perusahaan tersebut
perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi dapat menerapkan kebijakan take it or leave it (Faradinna
oleh konsumen”. Arini 2013).
3
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
Klausula baku yang terdapat dalam perjanjian Seringkali konsumen mengabaikan adanya perjanjian
baku kredit BCA Finance mengatur mengenai beberapa baku tersebut sehingga konsumen tidak berdaya dalam
hal yaitu mengenai persetujuan pemberian fasilitas mengatasi hambatan-hambatan dalam melindungi haknya
pembiayaan konsumen, tujuan penggunaan dan sumber sebagai konsumen.
dana pembiayaan, bunga dan ketentuan-ketentuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
lainnya. menganalisis konflik norma yang terdapat pada
Pada perjanjian baku kredit pembiayaan perjanjian baku kredit pembiayaan konsumen BCA
konsumen BCA Finance terdapat klausula baku yang Finance dengan ketentuan pencantuman klausula baku
bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Huruf g Undang- yang terdapat dalam Pasal 18 ayat (1) Huruf g Undang-
Undang tentang Perlindungan Konsumen serta Undang Perlindungan Konsumen serta Pasal 22 ayat (3)
bertentangan dengan Pasal 22 ayat (3) Huruf f Peraturan Huruf f Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:
Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Sektor Jasa Keuangan
Hal tersebut menunjukkan adanya konflik norma karena Berdasarkan latar yang telah diuraikan di atas, maka
terdapat pertentangan antara ketentuan yang terdapat penelitian ini mengajukan perumusan masalah sebagai
pada perjanjian dengan ketentuan yang terdapat pada berikut :
peraturan perundang-undangan. 1) Apakah Klausula Baku pada Pasal 3 angka 3
Klausula yang menyatakan adanya pertentangan Perjanjian Kredit Pembiayaan Konsumen BCA
antara perjanjian kredit pembiayaan konsumen dengan Finance telah sesuai dengan ketentuan yang
Pasal 18 ayat (1) Huruf g Undang-Undang Perlindungan terdapat dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-
Konsumen serta Pasal 22 ayat (3) Huruf f Peraturan Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 Konsumen dan Peraturan Otoritas Jasa
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
yaitu terdapat pada Pasal 3 angka 3 Perjanjian Kredit Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan?
pembiayaan konsumen pada BCA Finance yang 2) Bagaimana upaya hukum yang dapat ditempuh
menyatakan bahwa: oleh konsumen selaku debitur terkait
“Kreditor berhak untuk merubah besarnya suku pencantuman klausula baku tentang perubahan
bunga yang berlaku ataupun merubah cara secara sepihak oleh pelaku usaha pada perjanjian
perhitungan dalam hal terjadinya keadaan sebagai baku kredit pembiayaan konsumen BCA
berikut: Finance berdasarkan hukum positif di
a. Terjadinya perubahan di bidang keuangan Indonesia?
dan ekonomi yang mempengaruhi kondisi
likuiditas Kreditor;
4
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
norma telah dibuat namun bertentangan atau tidak sesuai Budiono, Herlien. 2006. Asas Keseimbangan Bagi
dengan norma yang lain (Ibrahim 2007). Hukum Perjanjian Indonesia. Bandung: Citra
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini Aditya Bakti.
Fajar, Mukti. 2009. Dualisme Penelitian Hukum Normatif
adalah pendekatan konsep (Conceptual Approach) dan
Dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pendekatan Perundang-Undangan ( Statute Approach ). Faradinna Arini. 2013. “Perbandingan Kegiatan Sewa
Pendekatan Perundang undangan (Statute Approach ) Guna Usaha Dan Pembiayaan Konsumen
adalah pendekatan yang paling utama dalam penelitian Kendaraan Bermotor Di PT. BCA Finance
hukum normatif karena undang-undang adalah sebagai Dikaitkan Dengan Pengaturan Mengenai Jaminan
titik fokus penelitian, yang dimaksud sebagai pendekatan Fidusia.” SpringerReference (130):20.
perundang-undangan adalah pendekatan dengan Fuady, Munir. 2002. Hukum Tentang Pembiayaan Dalam
Teori Dan Praktek. Bandung: Citra Aditya Bakti.
menggunakan legislasi dan regulasi (Peter Mahmud
Ibrahim, Johnny. 2007. Teori Dan Metodelogi Penelitian
Marzuki 2005). Sedangkan Pendekatan konsep Hukum Normatif. Malang: Bayu Media.
(Conceptual Approach) adalah pendekatan yang Lawadi, Aldo Agustinus, Achmad Busro, Ery Agus
dilakukan dengan cara menelaah produk produk hukum Priyono, Program Studi, S. Ilmu, Fakultas Hukum,
teori- teori, doktrin, pendapat para ahli yang Universitas Diponegoro, A. Latar Belakang, and
bersangkutan dengan permasalahan. Pandangan Tata Cara. 2016. “DIPONEGORO LAW REVIEW
pandangan dan doktrin dari para ahli tersebut akan PEMBIAYAAN PT . BCA FINANCE Roda Empat
Atau Lebih Yang Tentang.” 5(8):1–14.
berguna bagi penulis dalam merumuskan suatu
Muaziz, Muhamad Hasan, and Achmad Busro. 2015.
argumentasi hukum dalam memecahkan permasalahan “Pengaturan Klausula Baku Dalam Hukum
yang akan dibahas. Perjanjian Untuk Mencapai Keadilan Berkontrak.”
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu Law Reform 11(1):74.
data sekunder yang didalamnya terdapat bahan hukum Munir Fuady. 1999. Hukum Kontrak (Dari Sudut
primer dan bahan hukum sekunder. Hukum primer yaitu Pandang Hukum Bisnis). Bandung: Citra Aditya
data yang diperoleh melalui peraturan perundang- Bakti.
Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum.
undangan yang berlaku dan berkaitan dengan
Jakarta: Kencana.
permasalahan. Bahan hukum primernya, meliputi Kitab Prasetyawati, Endang. 2013. “Konsep Hukum
Undang-Undang Hukum Perdata, Undang No. 8 Tahun Pembiayaan Konsumen Di Masa Yang Akan
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Datang.” Yustisia Jurnal Hukum 2(2).
Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Siombo, Marhaeni Ria. 2019. Lembaga Pembiayaan
Pembiayaan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: Dalam Perspektif Hukum. edited by S. F. Manalu.
1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Soekanto, Soerjono, and Sri Mamudji. 2009. Penelitian
Sektor Jasa Keuangan. Sedangkan bahan hukum
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cetakan
sekundernya adalah data yang bersumber selain dari ke. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
peraturan perundang-undangan, seperti data yang Suharnoko. 2015. Hukum Perjanjian Teori Dan Analisis
diperoleh dari kepustakaan, yaitu literatur hukum, jurnal Kasus. Prenasa Media.
hukum, dan makalah hukum (Soekanto and Mamudji Tobing, David M. .. 2019. Klausula Baku: Paradoks
2009). Dalam Penegakkan Hukum Perlindungan
Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Metode pengumpulan bahan hukum dilakukan
Zulham. 2017. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta:
dengan cara menggali kerangka berfikir menggunakan Prenada Media.
bahan hukum tentang teori hukum yang bersangkutan
dengan apa yang akan diteliti. Kemudian bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan
berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan
secara sistematis, diklasifikasi menurut sumber dan
hierarkinya untuk dikaji secara kompeherensif (Fajar
2009). Teknik analisis bahan hukum merupakan kegiatan
penelitian yang mengkaji dan menelaah terhadap hasil
pengelolaan bahan hukum yang dibantu dengan teori yang
telah didapatkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku