Anda di halaman 1dari 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITOR YANG

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG DARI


ANCAMAN HUKUM PIDANA

Muhammad Gary Gagarin Akbar


Zarisnov Arafat

Universitas Buana Perjuangan Karawang

Email: gary.akbar@ubpkarawang.ac.id
zarisnov@ubpkarawang.ac.id

Abstrak
Perjanjian merupakan perbuatan hukum yang paling sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya perjanjian utang piutang. Dari masyarakat kelas atas sampai kelas bawah pernah melakukan
perjanjian utang piutang untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Dalam pelaksanaan perjanjian utang
piutang mengandung resiko bahwa adanya kemungkinan terjadinya wanprestasi. Kasus wanprestasi yang
dilakukan debitor dalam perjanjian utang piutang membawa masalah baru manakala kreditor yang merasa
dirugikan melaporkan debitor kepada pihak kepolisian karena ketidakmampuannya membayar utang.
Debitor harus mendapatkan perlindungan hukum dari ancaman pidana karena masalah perjanjian
merupakan masalah hukum perdata yang jika terjadi permasalahan harus diselesaikan dengan jalur
perdata pula. Lokasi dilakukannya penelitian ini yakni di beberapa wilayah Kabupaten Karawang dan
Polres Karawang sebagai tempat dalam memperoleh data-data terkait kasus wanprestasi utang piutang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan cara
melakukan observasi, catatan lapangan, dan wawancara terhadap pihak terkait di lokasi penelitian
tersebut. Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai perlindungan hukum terhadap debitor wanprestasi
apabila debitor pada saat melakukan negosiasi sebelum tercapainya kesepakatan melakukan tipu daya
seperti nama palsu ataupun martabat palsu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 378 KUHP.
Kemudian pola penyelesaian sengketa yang ideal dalam sengketa utang piutang adalah melalui negosiasi
agar tercapainya win-win solution.

Kata Kunci : Debitor, Perjanjian, Wanprestasi.

Abstract
The agreement is a legal act that we see most often in everyday life, especially the debt agreement. From
the upper class to the lower classes, they have made debt agreement to cover their life needs. In the
implementation of the loan agreement, there is a risk that there is a possibility of default. Cases of breach of
agreement carried out by debtors in the loan agreement bring new problems when creditors who feel
disadvantaged report debtors to the police because of their inability to pay debts. Debtors must get legal
protection from criminal threats because the issue of agreement is a matter of civil law which if a problem
occurs must also be solved by civil lines. The location of this research is in several areas of Karawang
Regency and Karawang Police Station as a place to obtain data regarding cases of breach of agreement on
accounts payable. The method used in this study is field research by conducting observations, field
research, and interviews with related parties at the location of the research. The results of this study
explain legal protection against debtors of breach of agreement if the debtor at the time of negotiation
before reaching an agreement commits deception such as false names or false dignity as stated in Article
378 of the Criminal Code. Then the ideal dispute resolution pattern in debt debt disputes is through
negotiations to achieve a win-win solution.

Keywords: Debtor, Agreement, Breach of


contract

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 1


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

PENDAHULUAN adalah suatu perjanjian dengan mana pihak

Istilah kontrak berasal dari bahasa


yang satu memberikan kepada pihak yang

Inggris, yaitu contracts. Sedangkan dalam lain suatu jumlah tertentu barang-barang
bahasa Belanda, disebut overeenkomst yang habis karena pemakaian, dengan syarat

(perjanjian).1 Pada prinsipnya kontrak terdiri bahwa pihak yang terakhir ini akan

dari satu atau serangkaian janji yang dibuat mengembalikan sejumlah uang yang sama

para pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak dengan jenis dan mutu yang sama pula.

itu sendiri adalah kesepakatan (agreement). Berbicara mengenai utang-piutang

Atas dasar itu, Subekti mendefinisikan kontrak bukanlah hal yang asing di telinga semua

sebagai peristiwa dimana seseorang berjanji orang, karena setiap hari selalu ada saja

kepada orang lain di mana dua orang saling masalah yang satu ini. Utang piutang

berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 2 Pasal merupakan perjanjian antara pihak yang satu

1313 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu dengan pihak yang lainnya dan objek yang

perjanjian adalah suatu perbuatan yang terjadi diperjanjikan pada umumnya adalah uang.

antara satu orang atau lebih mengikatkan Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak

dirinya kepada satu orang atau lebih lainnya yang memberikan pinjaman (kreditor), sedang

Perjanjian utang-piutang merupakan hal pihak yang lain adalah pihak yang menerima

yang biasa terjadi di dalam pergaulan pinjaman uang tersebut (debitor). Dimana

masyarakat. Struktur masyarakat yang berbeda uang yang dipinjam itu akan dikembalikan

satu sama lain membuat praktik utang-piutang dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan

tidak bisa dihindari. Utang-piutang yang diperjanjikannya. 3

berkonotasi pada uang dan barang yang


PERMASALAHAN
dipinjam dengan kewajiban membayar
Permasalahan mengenai perjanjian
kembali apa yang sudah diterima dengan nilai
utang piutang ini dapat dikatakan sesuatu hal
yang sama. Utang-piutang yaitu memberikan
yang rumit di dalam praktik. Biasanya debitor
sesuatu kepada orang lain dengan perjanjian
yang membutuhkan dana datang kepada
dia akan membayar dengan yang semestinya.
seseorang yang dianggap memiliki
Pengertian utang piutang dapat disamakan
kemampuan ekonomi yang berkecukupan.
dengan pinjam meminjam. Definisi pinjam-
Ketika seseorang datang kepada orang yang
meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata
memiliki dana untuk meminjam uang, maka
1
Salim, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Sinar Grafika, Jakarta 2015, hlm.25.
2 3
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang,
Dalam Perspektif Perbandingan (bagian Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013,
Pertama), FH UII Press, Yogyakarta, 2013, hlm.57 hlm. 9

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 2


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

biasanya dibuat suatu perjanjian. Namun ada masyarakat yang memilih menyelesaikan
beberapa praktik ada juga yang hanya kasus ini melalui jalan pidana.
dibuatkan suatu kuitansi yang isinya berupa
METODE PENELITIAN
jumlah uang yang dipinjam dan tanda tangan
Penelitian ini menggunakan metode
penerima uang dan pihak yang
pendekatan yuridis sosiologis yaitu untuk
memberikan pinjaman.
mengevaluasi keterkaitan aspek-aspek
Di dalam suatu pelaksanaan perjanjian
empiris. Metode penelitian yang dilakukan
tentu saja tidak selamanya sesuai dengan hal-
dalam program ini diawali dengan
hal yang telah disepakati dalam perjanjian.
pengumpulan data awal metode deskriptif.
Seringkali para pihak tidak dapat
Informasi awal yang sudah didapatkan
melaksanakan kewajibannya sebagaimana
selanjutnya akan dicari akar permasalahannya
yang telah diperjanjikan. Kegagalan dalam
lalu dijabarkan dalam bentuk teori dengan
melaksanakan kewajiban dalam perjanjian
mendapatkan dukungan bahan dari informasi
disebut wanprestasi. Wanprestasi dalam
kepustakaan terkait yang bersifat relevan.
perjanjian utang piutang dapat dikatakan
Program penelitian ini akan melakukan
debitor tidak dapat mengembalikan uang yang
penelitian langsung terhadap lembaga atau
telah dipinjam dalam jangka waktu yang telah
obyek penelitiannya (penelitian lapangan).
ditetapkan.
Sumber data merupakan asal dari mana
Ketika debitor tidak dapat
data penelitian dapat diperoleh. Sumber data
mengembalikan uang atau menepati janjinya,
yang dipergunakan dalam penelitian ini
maka kreditor akan menagih kepada debitor.
meliputi:
Faktor ekonomi yang debitor yang memang
a) Data Primer, merupakan data pokok
sedang tidak stabil menjadi salah satu sebab
yang diperlukan dalam penelitian yang
alasan debitor tidak dapat memenuhi
berasal dari responden dan informan
kewajibannya. Dalam beberapa kasus yang
dan merupakan sumber data utama
terjadi di Kabupaten Karawang, pihak kreditor
yang diperoleh peneliti dari :
yang merasa kecewa terhadap debitor serta
- Responden ialah merupakan sumber
kesulitan untuk mendapatkan pengembalian
data yang berupa orang dalam
uang dari debitor, ada beberapa yang sampai
penelitian ini yang dijadikan
melaporkan debitor kepada pihak kepolisian.
responden kreditor dan debitor atau
Hal ini menarik untuk diteliti karena pada
orang yang melakukan perjanjian
dasarnya permasalahan utang piutang adalah
utang piutang dan Polres Karawang.
masalah perdata tapi di dalam praktik masih

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 3


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

- Informan ialah orang yang yang berupa kamus hukum dan


dimanfaatkan untuk memberikan kamus bahasa Indonesia.
tentang situasi dan kondisi latar
Teknik pengumpulan data dimaksudkan
penelitian. Sehingga dalam
sebagai cara untuk memperoleh data dalam
penelitian ini yang menjadi
penelitian. Teknik pengumpulan data yang
informan adalah masyarakat dan
digunakan dalam penelitian ini antara lain
Polres Karawang.
melakukan wawancara; melakukan observasi;
b) Data Sekunder, merupakan data yang
dan mengumpulkan dokumen-dokumen serta
menunjang data primer dan merupakan
melakukan studi pustaka yang berkaitan
pelengkap bagi data primer. Data
dengan permasalahan yang dicari dalam
sekunder ini merupakan data dari
penelitian ini.
penelitian kepustakaan, yang terdiri dari
Analisis data penelitian menggunakan
3 (tiga) bahan hukum yakni :
data kualitatif model interaktif yang
- Bahan hukum primer adalah bahan
berlangsung terus menerus dan berkelanjutan.
hukum yang sifatnya mengikat
Analisis model interaktif melalui berbagai
berupa peraturan perundang-
alur kegiatan melalui langkah-langkah sebagai
undangan yang berlaku dan ada
berikut :
kaitannya dengan permasalahan
a) Pengumpulan Data
yang dibahas, antara lain Kitab
Pengumpulan data ialah mencari dan
Undang-Undang Hukum Perdata
mengumpulkan data yang diperlukan yang
(KUH Perdata); Undang-Undang
dilakukan terhadap berbagai jenis dan
Nomor 30 Tahun 1999 tentang
bentuk apa yang ada di lapangan kemudian
Arbitrase dan Alternatif
data tersebut dicatat. Pengumpulan data ini
Penyelesaian Sengketa.
dilakukan berkaitan dengan data penelitian
- Bahan hukum sekunder adalah
yang ada di lapangan yaitu peneliti
bahan hukum yang sifatnya
melakukan wawancara kepada petugas
menjelaskan bahan hukum primer,
Polres Karawang yang melakukan
dimana bahan hukum sekunder
penyelidikan terhadap kasus wanprestasi
berupa literaur, hasil karya
perjanjian utang piutang.
penelitian (jurnal, karya ilmiah).
b) Penyajian Data
- Bahan hukum tersier adalah bahan
Penyajian data ialah sekumpulan
hukum sebagai pelengkap dari
informasi tersusun yang memberi
kedua bahan hukum sebelumnya,
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 4


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

dan pengambilan tindakan. Data yang Perjanjian utang piutang memang tidak
diperoleh dari obyek penelitian dari data kita temukan di dalam KUHPerdata. Namun
primer maupun sekunder akan disusun istilah tersebut dapat disamakan dengan
secara sistematis dan disajikan dalam bentuk perjanjian pinjam meminjam. Ketentuan
laporan penelitian secara kualitatif yaitu pinjam meminjam terdapat di dalam Pasal
berdasarkan konsep teori, peraturan 1754 KUHPerdata. Pinjam meminjam adalah
perundang-undangan tentang perlindungan suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
hukum terhadap debitor wanprestasi dari memberikan kepada pihak yang lain suatu
ancaman hukum pidana. jumlah tertentu barang-barang yang habis
c) Menarik Kesimpulan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak
Kesimpulan ialah suatu tinjauan ulang yang terakhir ini akan mengembalikan
pada catatan lapangan atau kesimpulan dapat sejumlah uang yang sama dengan jenis dan
ditinjau sebagaimana yang muncul dari data mutu yang sama pula. 4
yang harus diuji kebenarannya, kekokohan Pada dasarnya suatu perjanjian atau
dan kecocokannya yaitu mencapai kontrak merupakan suatu hal yang wajib
validitasnya. Pengumpulan data, reduksi dipenuhi oleh para pihak. hal ini ditegaskan
data, penyajian data dan menarik simpulan dengan salah satu asas hukum yang ada di
sebagai suatu yang berkaitan pada saat dalam hukum kontrak, yaitu asas pascta sunt
sebelum, selama dan sesudah pengumpulan servanda. Asas pacta sunt servanda
data berlangsung. Dalam hal ini peneliti menyatakan bahwa kesepakatan para pihak
mengoreksi kembali hasil penelitian dengan itu mengikat sebagaimana layaknya undang-
catatan yang terdapat di lapangan selama undang bagi para pihak yang membuatnya.
penelitian. Setelah data tersebut sesuai, Selain itu di dalam hukum kontrak juga
maka dapat ditarik kesimpulan dari setiap terdapat asas iktikad baik. asas iktikad baik
item yang ada. tahapan analisis data menekankan bahwa dalam pelaksanaan
kualitatif diatas melibatkan beberapa kontrak para pihak harus benar-benar
komponen data interaksi yang merupakan melaksanakan prestasinya sesuai dengan
suatu proses siklus dalam melakukan kesepakatan.
analisis data. Namun di dalam praktik seringkali
debitor melanggar isi perjanjian yang telah
PEMBAHASAN
disepakati (wanprestasi). unsur-unsur

A. Perlindungan Hukum Terhadap Debitor wanprestasi antara lain debitor sama sekali

Wanprestasi dalam Perjanjian Utang


4
Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti,
Piutang dari Ancaman Hukum Pidana Bandung, 2014, hlm. 125

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 5


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

tidak berprestasi, debitor keliru berprestasi, akan dipenjara akibat tidak dapat membayar
atau debitor terlambat berprestasi. utang.
Permasalahan terkait dengan utang piutang Kemudian data yang ada di Polres
memang sangat sering terjadi di masyarakat. Karawang terkait dengan pelaporan terhadap
Masyarakat yang ada di Kabupaten Karawang debitor yang tidak dapat membayar utang
khususnya ternyata sangat sering melakukan memang benar adanya walaupun jumlahnya
perjanjian utang piutang, baik secara lisan hanya berkisar kurang lebih 10 laporan untuk
maupun secara tertulis. Untuk jumlah yang tahun 2017 ini hingga bulan Oktober. Ada
kecil biasanya hanya melalui perjanjian secara kreditor yang membuat laporan kepada pihak
lisan. Di dalam perjanjian utang piutang akan kepolisian karena uangnya Rp. 400.000.000,-
menjadi kompleks jika debitor tidak menepati (empat ratus juta rupiah) tidak dikembalikan
perjanjian yang telah disepakati bersama. oleh kreditor. Kemudian ada juga yang
Debitor melakukan wanprestasi dari hasil membuat laporan karena uangnya puluhan
wawancara dengan beberapa masyarakat, juta rupiah belum dikembalikan oleh kreditor.
mengatakan bahwa memang kondisi ekonomi Ketika pihak kepolisian mendapat laporan
mereka yang mengakibatkan tidak dapat dari kreditor tentu saja tidak akan langsung
mengembalikan uang yang dipinjam sesuai diproses, tetapi pihak kepolisian akan
dengan jangka waktu yang telah ditentukan. melakukan penyelidikan terlebih dahulu
Awalnya mereka meminjam uang karena apakah kasus tersebut termasuk kasus perdata
terdesak kebutuhan sehingga terpaksa atau kasus pidana. Apabila kasus tersebut
meminjam uang kepada orang lain. Namun murni utang-piutang maka kasus tersebut
sebagian lagi meminjam uang untuk tidak akan dilanjutkan oleh pihak kepolisian.
menjalankan usaha atau berbisnis. Pelaporan yang dilakukan oleh beberapa
Ketika masyarakat melakukan kreditor kepada pihak kepolisian terhadap
wanprestasi, biasanya mereka akan meminta debitor tentu saja menyebabkan kegaduhan di
perpanjangan waktu agar dapat melunasi atau lingkungan masyarakat. Masyarakat tentunya
mengembalikan uang tersebut. Fakta di takut jika harus berurusan dengan polisi
lapangan tidak semua kreditor dapat karena tidak dapat membayar utang. Dari data
menerima alasan yang diajukan oleh debitor. yang telah didapatkan, maka pertanyaan yang
Bahkan kreditor ketika menuntut muncul dari kalangan masyarakat apakah
pengembalian uang kepada debitor tidak debitor yang wanprestasi dapat dikenakan
jarang mengancam akan melaporkan hal ini tindak pidana?
kepada pihak kepolisian. Sehingga
masyarakat menjadi takut dan khawatir jika

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 6


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

Di dalam suatu perjanjian, ada 4 (empat) disini maksudnya adalah kausa hukum
syarat yang harus dipenuhi seperti yang yang ada tidak bertentangan dengan
terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: peraturan perundang-undangan atau
1. Kata sepakat dari para pihak; ketertiban umum atau kesusilaan.
Suatu kontrak akan sah apabila para pihak
Syarat pertama dan kedua dikatakan sebagai
sepakat dengan segala hal yang terdapat
syarat subjektif, artinya apabila tidak
dalam suatu perjanjian. Pada dasarnya kata
terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan.
sepakat adalah pertemuan atau persesuaian
Kemudian syarat ketiga dan keempat
kehendak antara para pihak. Dalam
dikatakan syarat objektif, artinya perjanjian
pembentukan kata sepakat tersebut tidak
tersebut batal demi hukum jika syaratnya
boleh mengandung unsur penipuan,
tidak terpenuhi.
penyalahgunaan keadaan, paksaan, dan
Terkait dengan pertanyaan yang muncul
kekeliruan.
dari masyarakat apakah seseorang (kreditor)
2. Kecakapan untuk membuat suatu
dapat melaporkan orang lain (debitor) kepada
perikatan;
pihak kepolisian atas dasar tidak dapat
Kecakapan para pihak dalam membuat
membayar utang, pada dasarnya tidak ada
suatu perikatan berkaitan dengan
ketentuan yang melarang hal tersebut. Namun,
kedewasaan seseorang dan cakap atau
di dalam Pasal 19 ayat (2) UU No. 39 Tahun
tidak para pihak tersebut. Seseorang yang
1999 tentang Hak Asasi Manusia dapat
telah dewasa tetapi dianggap tidak cakap
menjadi rujukan. UU HAM menyatakan
melakukan perikatan apabila gila, dungu,
bahwa tidak seorang pun atas putusan
mata gelap, dan lemah akal. Mereka yang
pengadilan boleh dipidana penjara atau
masuk kategori seperti itu akan berada di
kurungan berdasarkan atas alasan
bawah pengampuan.
ketidakmampuan untuk memenuhi suatu
3. Suatu hal tertentu;
kewajiban dalam perjanjian utang piutang. Ini
Suatu hal tertentu adalah berkaitan dengan
artinya walaupun ada laporan, pengadilan
kewajiban debitor dan hak kreditor. Ini
tidak boleh mempidanakan seseorang karena
berarti bahwa hal tertentu adalah apa yang
tidak mampu membayar utang.
diperjanjian, yakni hak dan kewajiban para
Di dalam praktik sebagaimana yang telah
pihak.
dijelaskan di atas, bahwa permasalahan utang
4. Suatu sebab yang halal;
piutang yang tidak dapat diselesaikan secara
Suatu sebab yang halal sering juga disebut
musyawarah, maka akan dilaporkan kepada
dengan kausa hukum yang halal yang
pihak kepolisian dengan dasar Pasal 372
berarti alasan yang diperbolehkan. Halal

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 7


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

KUHP tentang Penggelapan, dan Pasal 378 martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
KUHP tentang Penipuan. Padahal substansi rangkaian kebohongan, menggerakan orang
dari kedua Pasal tersebut adalah jelas berbeda lain untuk menyerahkan barang sesuatu
dari suatu perjanjian yang merupakan kepadanya, atau supaya memberi utang
perbuatan hukum perdata. Untuk dapat maupun menghapuskan piutang, diancam
diproses secara pidana, maka harus ada karena penipuan dengan pidana penjara paling
perbuatan (actus reus) dan niat jahat (mens lama empat tahun”. Berdasarkan bunyi pasal
rea) dalam terpenuhinya unsur-unsur pasal tersebut di atas, maka unsur-unsur penipuan
pidana tersebut. adalah:
Di dalam KUHPerdata juga diatur a. Dengan maksud untuk
mengenai penipuan, tepatnya terdapat di menguntungkan diri sendiri dengan
dalam Pasal 1328 KUHPerdata. Pasal tersebut melawan hukum;
menyatkan bahwa penipuan merupakan salah b. Menggerakan orang untuk
satu alsan untuk membatalkan kontrak atau menyerahkan barang sesuatu atau
perjanjian. Penipuan menurut pasal 1328 supaya memberi utang maupun
KUHPerdata dapat dijadikan alasan menghapuskan piutang;
pembatalan perjanjian apabila penipuan yang c. Dengan menggunakan salah satu
dipakai oleh salah satu pihak sedemikian rupa upaya atau cara penipuan (memakai
sehingga secara nyata bahwa pihak lainnya nama palsu, martabat palsu, tipu
tidak akan mengadakan perjanjian tanpa muslihat, rangkaian kebohongan).
adanya tipu muslihat (niet zoude aangegaan).5 Tipu Muslihat: Satochid Kartanegara
Untuk memahami tentang penipuan, maka mengemukakan, tipu muslihat ialah
Pasal 378 KUHP senantiasa menjadi rujukan. tindakan-tindakan yang sedemikian
Pasal 378 KUHP tentang Penipuan rupa, sehingga dapat menimbulkan
merupakan pasal yang paling sering kepercayaan orang atau memberi
digunakan oleh seseorang untuk melaporkan kesan pada orang yang digerakkan,
orang lain (debitor) kepada pihak kepolisian seolah-olah keadaannya sesuai dengan
karena ketidakmampuannya membayar utang. kebenaran.6
Pasal 378 KUHP menyatakan bahwa “Barang Unsur yang ketiga atau poin c di atas yaitu
siapa dengan maksud untuk menguntungkan mengenai cara adalah unsur pokok delik yang
diri sendiri atau orang lain secara melawan harus dipenuhi untuk mrngklasifikasikan
hukum, dengan memakai nama palsu atau
6
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-
Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta
5
Ridwan Khairandy, op.cit, hlm.223 Kekayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 167

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 8


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

suatu perbuatan dikatakan sebagai penipuan. prestasi, sedangkan apabila salah satu pihak
Kemudian hal tersebut dipertegas lagi dengan atau kedua pihak tidak melaksanakan
Yurisprudensi Mahkamah Agung kewajibannya sesuai dengan apa yang telah
No.1601.K/Pid/1990 tanggal 26 Juli 1990 disepakati, maka itulah yang disebut
yang intinya menyatakan bahwa unsur pokok wanprestasi.7 Pihak yang melakukan
delik penipuan yang terdapat di dalam Pasal wanprestasi dalam suatu perjanjian dapat
378 KUHP adalah terletak pada cara atau dituntut oleh pihak lain yang merasa
upaya yang telah digunakan oleh si pelaku dirugikan, namun pihak yang dituduh
delik untuk menggerakan orang lain agar melakukan wanprestasi tersebut masih dapat
menyerahkan sesuatu barang. melakukan pembelaan-pembelaan tertentu
Berdasarkan penjelasan di atas, maka agar dia dapat terbebas dari pembayaran ganti
debitor baru dapat diproses secara pidana rugi.8
apabila dalam pembentukkan kata sepakat Di dalam suatu perjanjian utang piutang,
memenuhi unsur-unsur tentang penipuan. maka prestasi debitor adalah mengembalikan
Apabila debitor tidak melakukan rangkaian uang yang telah dipinjam kepada kreditor
kebohongan demi mendapatkan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang telah
utang kepada debitor atau benar-benar melalui disepakati atau diperjanjikan. Perjanjian utang
proses yang wajar, maka debitor tidak dapat piutang dalam kehidupan bermasyarakat
dituntut dengan ancaman pidana khususnya hampir dapat dikatakan merupakan suatu hal
Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Debitor yang lazim dilakukan. Hal ini dikarenakan
akan terbebas dari ancaman hukuman pidana kebutuhan yang meningkat sedangkan kondisi
karena ketidakmampuannya dalam keuangan masyarakat tidak stabil yang
melaksanakan isi perjanjian. Secara hukum mengakibatkan terjadinya perjanjian utang
kreditor hanya dapat menyelesaikan persoalan piutang. Data yang diperoleh dari lapangan
ini melalui proses penyelesaian hukum yaitu dari beberapa daerah diKabupaten
perdata. Karawang mengindentifikasi bahwa
perjanjian utang piutang dilakukan secara
A. Penyelesaian Kasus Wanprestasi
tradisional atau sederhana. Sederhana disini
Pada tahap pelaksanaan perjanjian, para
memiliki makna bahwa perjanjian tersebut
pihak harus melaksanakan apa yang telah
hanya dilakukan secara lisan atau setidaknya
diperjanjikan atau apa yang telah menjadi
menggunakan kwitansi yang di dalamnya
kewajibannya dalam perjanjian tersebut.
Kewajiban dalam memenuhi apa yang telah 7
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan
diperjanjikan itulah yang disebut dengan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hlm. 67
8
Ibid.

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 9


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

menyebutkan tentang jumlah uang yang Wanprestasi merupakan suatu peristiwa


dipinjam, nama peminjam, dan juga jangka atau keadaan dimana debitur tidak memenuhi
waktu kapan akan dikembalikan. kewajiban prestasi perikatannya dengan
Praktik perjanjian utang-piutang yang baik.10 Ketentuan mengenai Wanprestasi
terjadi di masyarakat ada yang diberikan diatur pada Pasal 1238 KUHPerdata yang
pinjaman secara sukarela tanpa mengajukan menyatakan bahwa “Si berutang adalah lalai,
jaminan kepada kreditor, ada juga yang apabila ia dengan dinyatakan lalai, atau demi
disertai dengan jaminan. Tentu saja perikatannya sendiri, ialah jika ini
keberadaan jaminan dari debitor ini sangat menetapkan, bahwa si berutang harus
penting bagi kreditor, karena dalam suatu dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
perjanjian memiliki resiko terjadinya ditentukan”. Sedangkan di dalam Pasal 1243
wanprestasi. dalam melaksnakan prestasi, ada KUHPerdata menyatakan “Penggantian biaya,
kalanya seorang debitor tidak dapat kerugian, dan bunga karena tak dipenuhinya
melaksanakan kewajibannya. Tidak suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan,
terpenuhinya kewajiban itu ada dua apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai
kemungkinan alasan yaitu: untuk memenuhi perikatan itu, tetap
melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus
1. Karena kesalahan debitor, baik karena
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat
kesengajaan maupun karena kelalaian.
diberikan atau dibuatnya dalam tenggang
2. Disebabkan adanya keadaan memaksa
waktu yang telah dilampaukannya”.
(force majeur), sesuatu yang terjadi di luar
Pada dasarnya setiap kontrak (perjanjian)
kemampuan debitor, debitor tidak bersalah.
yang dibuat para pihak harus dapat
Wanprestasi atau cidera janji adalah suatu
dilaksanakan dengan sukarela atau iktikad
kondisi di mana debitor tidak melaksanakan
baik, namun dalam kenyataannya kontrak
kewajiban yang ditentukan di dalam suatu
yang dibuatnya seringkali dilanggar.11
perikatan, khususnya perjanjian. Wanprestasi
Fenomena yang terjadi di masyarakat ketika
dalam hukum perjanjian mempunyai makna
terjadi wanprestasi beberapa kreditor saat
yaitu debitor tidak melaksanakan kewajiban
akan menagih prestasi kepada debitor
prestasinya atau tidak melaksanakan
menggunakan ancaman atau menakuti debitor
sebagaimana mestinya sehingga kreditor tidak
bahwa jika tidak segera melaksanakan prestasi
memperoleh apa yang dijanjikan oleh pihak
akan dilaporkan kepada pihak kepolisian.
lawan.9
10
J. Satrio, Wanprestasi Menurut KUHPerdata,
Doktrin, Dan Yurisprudensi, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2012, hlm.2
9 11
Ridwan Khairandy, op.cit, hlm.278 Salim H.S., op.cit, hlm.140

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 10


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di sangat bertentangan dengan undang-undang


atas bahwa memang ditemukan beberapa Kepolisian dan Peraturan Disiplin Kepolisian.
kasus wanprestasi dilaporkan kepada pihak Mekanisme dalam pemyelesaian kasus
kepolisian. wanprestasi ada 2 (dua) cara, yaitu melalui
Perbuatan Debitor sebagai pihak yang pengadilan (litigasi) dan penyelesaian di luar
melakukan wanprestasi dapat dikatakan pengadilan (non litigasi).
sebuah kesalahan, karena dalam hukum
1. Penyelesaian melalui jalur Litigasi
perjanjian atau kontrak terdapat asas pacta
Litigasi merupakan suatu proses
sunt servanda yang artinya bahwa perjanjian
gugatan, suatu sengketa diritualisasikan
itu harus dipatuhi layaknya seperti undang-
yang menggantikan sengketa
undang bagi mereka yang membuatnya.
sesungguhnya, yaitu para pihak dengan
Namun meski demikian debitor juga tetap
memberikan kepada seorang pengambil
harus mendapatkan perlindungan hukum
keputusan dua pilihan yang
sehingga tidak mendapatkan perlakuan yang
bertentangan.12 Penggunaan sistem
tidak semestinya. Jika debitor melakukan
litigasi mempunyai keuntungan dan
wanprestasi namun debitor tersebut
kekurangan dalam penyelesaian suatu
menunjukkan iktikad baik kepada kreditor
sengketa. Keuntungannya yaitu:13
dengan berniat untuk melaksanakan prestasi,
a) Dalam mengambil alih keputusan dari
maka sebaiknya diselesaikan secara
para pihak, litigasi sekurang-
musyawarah atau kekeluargaan saja. Dalam
kurangnya dalam batas tertentu
hukum kontrak, debitor dapat dikenakan
menjamin bahwa kekuasaan tidak
bunga jika terlambat melaksanakan prestasi.
dapat mempengaruhi hasil dan dapat
Dalam perspektif hukum perdata, tidak
menjamin ketentraman sosial;
dibenarkan bagi kreditor memaksakan
b) Litigasi sangat baik sekali untuk
pemenuhan prestasi dari debitor dengan cara
menemukan berbagai kesalahan dan
melaporkannya kepada pihak kepolisian atau
masalah dalam posisi pihak lawan;
dengan membawa polisi ketika menagih
c) Litigasi memberikan suatu standar
prestasi kepada debitor. Urusan utang piutang
bagi prosedur yang adil dan
adalah murni hubungan keperdataan
memberikan peluang yang luas
sebagaimana yang diatur di dalam
kepada para pihak untuk didengar
KUHPerdata, sehingga mekanisme
keterangannya sebelum mengambil
penagihannya harus sesuai dengan ketentuan
keputusan;
yang berlaku. segala bentuk penagihan utang
12
Ibid, 141
yang dilakukan oleh anggota kepolisian 13
Ibid.

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 11


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

d) Litigasi membawa nilai-nilai yang mahal. Meskipun dalam hukum acara di


masyarakat untuk penyelesaian pengadilan terdapat asas “sederhana, cepat,
sengketa pribadi; dan biaya ringan”. Penyelesaian sengketa di
e) Dalam sistem litigasi para hakim pengadilan merupakan “ultimum remidium”
menerapkan nilai-nilai masyarakat atau upaya terakhir dalam mencari kebenaran.
yang terkandung dalam hukum untuk 2. Penyelesaian melalui jalur non Litigasi
menyelesaikan sengketa. Penyelesaian melalui jalur non
Yahya Harahap mengemukakan bahwa litigasi merupakan penyelesaian sengketa
penyelesaian sengketa melalui lembaga di luar jalur pengadilan atau biasanya
peradilan dinilai kurang efektif, karena: 14 disebut Alternative Dispute Resolution
a) Penyelesaian perkara yang lambat dan (ADR). Cara penyelesaian sengketa
banyak membuang waktu; melalui ADR antara lain negosiasi,
b) Biaya mahal; mediasi, arbitrase. Ketentuan mengenai
c) Peradilan tidak responsif terhadap ADR ini diatur dalam UU No. 30 Tahun
kepentingan umum; 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
d) Putusan pengadilan tidak Pilihan Penyelesaian Sengketa. Dalam
menyelesaikan sengketa; penyelesaian sengketa tentunya
e) Kemampuan hakim bersifat generalis; membutuhkan penyelesaian yang terbaik,
f) Putusan pengadilan seringkali cepat, efektif dan efisien.
dijatuhkan tidak disertai dengan Dalam penyelesaian sengketa
pertimbangan yang cukup rasional. wanprestasi perjanjian utang-piutang yang
Dari uraian di atas dapat kita ketahui terjadi di masyarkat, maka akan lebih baik
bahwa penyelesaian sengketa melalui diselesaikan melalui jalur non litigasi karena
pengadilan terdapat kelemahan dan kelebihan. ini merupakan pola yang ideal dan
Dalam kasus wanprestasi perjanjian utang- memberikan win-win solution bagi para pihak.
piutang yang terjadi di masyarakat, menurut pola penyelesaian ini dianggap terbaik karena:
hemat penulis tidak disarankan menyelesaikan a) Bersifat informal;
melalui jalur pengadilan atau litigasi. Hal ini b) Biayanya murah;
dikarenakan proses penyelesaian sengketanya c) Penyelesaian cepat;
tidak efisien dan efektif. Selain itu d) Menyelesaiakan sengketa dan
penyelesaian sengketa di pengadilan akan memperbaiki hubungan di antara para
membutuhkan waktu yang lama dan biaya pihak yang bersengketa;
e) Keputusan yang didapat adalah win-win
14
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata,
Sinar Grafika, Jakarta, 2006,hlm.14 solution.

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 12


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

Pilihan penyelesaian sengketa mengenai apabila pada saat melakukan negosiasi


perjanjian utang piutang berdasarkan ADR, kepada kreditor dalam hal utang piutang
negosiasi adalah penyelesaian yang paling pertama kali tidak menggunakan nama
tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. palsu, martabat palsu, maupun tipu daya
Negosiasi sebagai salah satu alternatif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
penyelesaian sengketa merupakan sarana bagi 378 KUHP tentang Penipuan. Sehingga
para pihak untuk mendiskusikan debitor tidak perlu takut akan dipenjara
permasalahannya tanpa keterlibatan pihak akibat wanprestasi atau tidak dapat
ketiga. Artinya penyelesaian dilakukan oleh melunasi utang sebagaimana jangka waktu
dua pihak yang bersengketa. Dalam kasus yang telah ditentukan. Jika terjadi
wanprestasi perjanjian utang piutang yang wanprestasi debitor harus menunjukkan
kebanyakan perjanjian tersebut awalnya iktikad baik bahwa akan menyelesaikan
dilakukan oleh masyarakat melalui cara yang prestasi kepada kreditor.
sederhana, sehingga jika terjadi perselisihan 2. Penyelesaian sengketa dalam kasus
alangkah baiknya jika diselesaikan dengan wanprestasi perjanjian utang piutang dapat
cara yang baik pula. Syarat utama yang harus dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu dapat
dimiliki oleh para pihak adalah adanya melalui jalur litigasi (pengadilan), maupun
“iktikad baik”. jika kedua pihak memiliki jalur non litigasi (di luar pengadilan).
iktikad baik maka akan semakin mudah dan Penyelesaian yang ideal untuk
terbuka penyelesaian sengketa melalui jalur menyelesaikan kasus wanprestasi
negosiasi agar menghasilkan keputusan yang perjanjian utang piutang adalah
win-win solution. Tanpa adanya iktikad baik, menggunakan cara negosiasi yang
akan sulit untuk diselesaikan melalui jalur dilakukan oleh para pihak. negosiasi dapat
negosiasi. Keuntungan penyelesaian sengketa dikategorikan diselesaikan secara
melalui negosiasi tentunya akan menjaga kekeluargaan. Namun apabila para pihak
hubungan baik kedua pihak untuk ke tidak mendapatkan titik temu maka barulah
depannya. diselesaikan di Pengadilan sebagai upaya
terakhir.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Debitor akan mendapatkan perlindungan
hukum dari ancaman hukum pidana

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 13


Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Wanprestasi Dalam Perjanjian Utang Piutang Dari
Ancaman Pidana: Muhammad Gary Gagarin Akbar dan Zarisnov Arafat

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan


Perancangan Kontrak,
Rajawali Pers, Jakarta, 2016.
Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang,
Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2013.
Hendry P. Panggabean, Penyalahgunaan
Keadaan (Misbruik van
Omstandigheiden) Sebagai
Alasan Baru Untuk Pembatalan
Perjanjian (Berbagai
Perkembangan Hukum di
Belanda), Liberti, Yogyakarta,
2001.
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum
Perjanjian, Alumni, Bandung,
1986.
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Delik
– Delik Khusus Kejahatan
Terhadap Harta Kekayaan,
Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak
Indonesia Dalam Perspektif
Perbandingan (bagian
Pertama), FH UII Press,
Yogyakarta, 2013.
Salim, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Sinar Grafika, Jakarta 2015.
Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2014.

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999


tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan
Penyelesaian Sengketa.

Jurnal Justisi Hukum ISSN 2528-2638 Vol 2, No. 1, September 2017 14

Anda mungkin juga menyukai