Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI DALAM HAL UTANG PIUTANG

ABSTRAK
Dalam Hukum perikatan merupakan sebuah pengaturan yang mengakomodir tindakan dan sikap
serta perilaku manusia dalam melakukan aktivitas ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari
aktivitas ekonomi merupakan kebutuhan pokok dalam masyarakat sehingga semakin hari
aktivitas ekonomi tersebut semakin melonjak. Bahkan dalam kesehariannya tidak menutup
kemungkinan untuk menutupi kebutuhan pokok dalam kehidupan biasanya sering sekali
terjadinya kesepakatan antar pihak seperti halnya utang piutang. Utang piutang merupakan suatu
kegiatan dengan memberikan uang ataupun barang maupun lain hal kepada seseorang dengan
catatan adanya sebuah perjanijan maupun perikatan didalamnya sehingga satu sama lain
memiliki keterikatan yang melahirkan suatu hak dan kewajiban. Dalam kasus utang piutang yang
sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat biasanya sangat rentan sekali terhadap adanya
sebuah wan prestasi antara salah satu pihak yang menimbulkan problem dimana salah satu pihak
merasa dirugikan karena adanya pelanggaran atas apa yang telah di perjanjikan dan telah
diisepakati bersama. Dengan banyaknya kasus wanprestasi yang sangat marak pada saat ini harus
memerlukan tinakan khusus bagi aparat untuk menemukan solusi sebagai alternative
meminimalisir meningkatnya kasus wan prestasi utang piutang ini. Adapun penelitian ini yaitu
bertujuan untuk yang pertama yaitu adalah untuk melihat sejauh mana wan prestasi ini
mempengaruhi kehidupan bersosial dalam masyarakat, yang kedua untuk mengetahui adanya
hambatan yang terjadi pada saat upaya penerapan pencegahan untuk meminimalisir terjadinya
wan prestasi ini dan dilihiat juga dari perspektif hukum islam terhadap pandangan mengenai wan
prestasi terhadap utang piutang ini. Penyusunan karya tulis ilmiah ini yaitu dengan menggunakan
sistem penelitian yuridis normative dimana pada pelaksanaanya penulis mengkaji peraturan
perundang-undangan yang ada serta langsung diterapkan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang
bertujuan untuk mendapatkan jawaban dari tiap rumusan masalah yang dituangkan dalam karya
ilmiah ini. Penelitian ini menggunakan data skunder dimana informasi yang didapat langsung
segera dituangkan dalam karya tulis ilmiah dengan tujuan untuk dapat menjawab permasalahan
yang telah dituangkan dalam rumusan masalah.
Kata Kunci ; Utang Piutang, Wan Prestasi

PENDAHULUAN
Dalam kodrat yang semestinya manusia memang diciptakan untuk saling berkomunikasi
satu sama lainnya dan memiliki keterkaitan untuk saling berinteraksi dan saling membutuhkan
sehingga terbentuklah sifat dan karakter untuk saling menopang dan tolog menolong satu sama
lainnya. Manusia tidak akan bisa membantu dan menolong dirinya sendiiri melainkan harus
dengan pertolongan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya manusia berhubungan
dengan satu sama lainnya dengan menggunakan sebuah perjanjian. Perjanjian smerupakan
sebuah kesepakatan yang dilakukan kedua belahh pihak untuk saling mengikatkan dirinya.
Dalam sebuah perikatan yag didasari dengan sebuah perjanjian maka terbitlah suatu akibat
hukum yang artinya dimana salah satu pihak melanggar kesepakatan tersebut maka dapat
dikenakan sanksi hukum baik secara pidana maupun perdata.maka dalam hal ini sebuah perikaan
biasa disebut pula dengan prbuatan hukum karena konsekuensinya yang mengakibatkan sebuah
akibat hukum.

Perjanjian dilakukan haruslah dengan kesepakatan antara kedua belah pihak tidak boleh
hanya dilakukan atau disetujui oleh satu pihak. Karena dalam Pasal 1320 BW
Burghjelikweithbook atau syarat sahnya perjanjian yaitu antara lain :

1. Sepakat, yang artinya adanya suatu kesepakatan oleh kedua belah pihak unttuk saling
mengikatkan dirinya
2. Cakap, artinya dalam usia menurut undang-undang dianggap telah mampu dalam
melakukan suatu perbuatan hukum
3. Kausa yang halal, yaitu suatu perjanjian dilakukan tidak boleh dengan melanggar
ketentuan undang-undang
4. Suatu hal tertentu, yaitu adanya suatu hal yang diperjanjikan

Hal ini berarti menandakan bahwa konsekuensi dalam melakukan sebuah perjanjian telah diatur
didalam undang-undang sehingga tidak sembarang orang dalam melakukan perjanjian tersebut.
Dalam membuat suatu perjanjian juga tidak boleh didasari dengan adanya paksaan mapun
tindakan intimidasi. Dalam pasal 1338 menyatakan bahwa dalam semua perjanian yang telah
dilakukan merupakan undang-undang bagi para pembuatnya.

Kebanyakan dalam perjanjian biasanya sering dilakukan dalam hal utang piutang. Utang
piutang dapat diartikan sebagai tindakan seseorang yang berhutang kepada pemberi hutang
dengan kesepakatan akan membayar sesuai dengan yang diperhutangkan. Utang piutang ini
bukan saja hanya berupa uang melainkan berupa banyak hal,bisa tanah,benda-benda ,emaas dan
lain hal. Pada prakteknya kebanyakan orang-orang yang berhutang tidak melaksanakan
kewajibannya kepada si pemberi hutang sehingga dapat dikatakaan orang yang berhutang
tersebut melakukan wanprestasi karena telah melanggar prestasi yang telah disepakati bersama.

Dalam hal utang pitang pada sebuah perjanjian tidak serta merta seseorang dapat
dikatakan melakukan wan prestasi karena apabila memiliki niat maupun itikad baik untuk
mengembalikan suatu hal yang di perjanjikan maka tidak bisa disebut sebagai wan prestasi sebab
dengan kekuatan yang si orang yang berhutang berusaha untuk mengembalikan hutangnya
kepada sipemberi hhutang.

Pada karya tulis ilmiah kali ini setelah meninjau dari pemaparan diatas maka akan
dibahas mengenai Bagaimana seseorang dikatakan melakukan wanprestasi jika ditinjau dari
kaidah hukum perdata dan perspektif hukum islam?

TINJAUAN PUSTAKA

Wanprestasi merupakan sebuah tindakan yang dapat dikatakan sebagai pelanggaran


terhadap apa yang telah disepakati dan di perjanjikan bersama dalam artian salah satu pihak tidak
memenuhi kewajibannya sehingga terjadilah sebuah ingkar janji dalam proses pemenuhan wan
prstasi ini. Menurut Wawan Harriri Wanprestasi adalah suatu tindakan tidak terpenuhinya suatu
hal yang diperjanjikan yang harus dilaksanakan sebagai mana mestinya.

Wan prestasi sendiri diatur didalam KUHperdata (BW) yaitu tentang mengenai ttata cara
melakukan teguran attaupun somasi kepada debituur agar segera melakukan kewajibannya
dengan cara melalui surat amupun akta dan sejenisnya. Secara keseluruhan pada pasal ini inti
dari segala inti yaitu menjelaskan kelalaian debitturuntuk melakukan prstasinya sehinggga dapat
dikatakan melakukan suatu hal perbuatan yaitu wanprestasi.

Apabila ditinjau dari Hukum Islam maka sifat dari melakukan prestrasi adalah fardu ain
artinya sangat wajib. Bahkan sering kita dengar bahwa barangsiapa yang tidak melunasi
hutangnya semassa hiddup di dunia maka jiwa kematiannya tidak akan tenang saking beratnya
mengenai hhutang piutang dalam islam yang memiliki dampak bagi para pelakunya hingga
sampai hari kiamat tiba.

Berbagai macam bentuk terjadinya wanprestasi dalam konteks hutang piutang adalah
diantara lainnya sebagai berikut n:

1. Tidak adanya itikad baik untuk mengembalikan uang maupun barang yang dijadikan
sebagai objek utang piutang
2. Adanya itikad untuk mengembalikan namun tidak dengan jumlah awal yang telah
diseepakatti bersama atau dalam artian hanya sebagian dari jumlah yang telah dijadikan
uttang piutang
3. Itikad dalam mengembalikan uang ada namun dalam jangka waktupengembalian yang
sangat lama hingga bertahun-tahun sampai puluhan tahun lamanya .

Menurut Ridwan Syahrani wanprestasi memiliki 4 macam bentuk diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Tidak satupun itikad maupun usaha untuk melakukan prestasi


2. Tidak tunai dalam memenuhi prestasi
3. Keteerlambatan waktu melakukan prestasi dari kesepakatan awal
4. Adanya kekeliruan dalam pemenuhan prestasi

Adapun factor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam pembuatan perjanjian atau perikatan sehingga pembuatan perjanjian ini
memang harus betul-betul diperhatikan
2. Adanya kelalaian dalam kesepakatan
3. Adanya factor kesengajaan untuk melanggar prestasi yang telah disepakati bersama.

Utang piutang yaitu pemberian kepada seseorang baik uang maupun baranag ataulain hal
dengan suatu perjanjian bahwa uang maupun barang tersebut akan dikembalikan. Didalam
hukum islam hutang piutang merupakan transkasi antara kedua belah pihak baik penyedia uang
maupun penerima uang dengan kewajiban dari pihak peminjam untuk melakukan kewajibannya
dengan membayar baik tunai maupun cicil dengan jangka waktu yang ttela ditentukan.
Menurut Ahmad Wardi Muslich pengertian uttang piutang yaitu mengeluarkan harta
kepada seseorang dengan nominal jumlah yang kemudian diwajibkan untukm dikembalikan oleh
si peneriima harta dengan jumlah yang sama pada waktu tertentu.

Hukum perikatan islam merupakan suatu aturan dalam islam yang bukan saja mengatur
hubnungan manusia dengan manusia melainkan juga mengatur hubungan manusia dengann
tuhannya. Dalam KUHPerdata atau BW perikatan sendiri diatur didalam pasal 1313 yang
menyatakan bahwa hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan satu atau lebih
manusia yang telah mengikatkan dirinya sehingga menjadi hukum bagi para peembuat
kesepakattan.

Adapun upaya dalam penyelesaian sengketa dalam konteks wanprestasi tterhadap utang
piutang ini adalah dengan cara memutus perlawanan atau sengketa yang terjadi pada dua belah
pihak yang saling berlawanan kemudian menggunakan mediator dalam proses penyelesaian
sengketa wanprestasi kemudian penyelesaian perikatan melalui wanprestasi dengan konteks
utang piutang ini yaitu adalah dengan jalur litigasi yang diselesaikan melalui proses peengadilan
dengan putusan hakim dijadikan dasar yang inkrah untuk melakukan suatu kewajiban bagi
pelanggar prestasi. Adaapun alat-alat bukti yyang dapat digunakaan dalam proses peradilan di
pngadilan yaitu antara lain : bukti-bukti surat, keterangan saksi, adanyanpengakuan dan ilmu
yang dimiliki oleh hakim dalam memutus perkara dengan peraturaan-peraturan dan
yurisprudensi sebagai dasar dalam meemutus peerkara.

METODE PENELITIAN

Pada karya tulis ilmiah ini digunakan sistem penelitian yuridis normative dimana pada
pelaksanaanya penulis mengkaji peraturan yang ada serta langsung dituangkan dalam sebuah
karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban dari tiap rumusan masalah yang
dituangkan dalam karya ilmiah ini. Penelitian ini menggunakan data skunder dimana informasi
yang didapat langsung segera dituangkan dalam karya tulis ilmiah dengan tujuan menjawab serta
mendeskripsikan problem yang telah dituangkan pada rumusan masalah. Adapun metode
pendekatan dalam karya tulis ilmiah ini adalah pendekatan normative dimana tujuan dari
penulisan ini hanya berpatokan pada perundang-undangan yang ada serta pengkajian terhadap
aturan dan yurisprudensi mengenai wanprstasi dalam konteks utang piutang.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Yuridis Apabila Seseorang Dikatakan Melakukan sebuah Wanprestasi dalam


Konteks Utang Piutang

Utang piutang merupakan perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih
dengan objek perjanjian biasanya berupa uang ataupun barang bahkan benda-benda lainnya.
Biasanya kedudukan para pihak pada perjanjian disebut dengan kreditur dan debitur. Kreditur
merupakan pihak yang memberikan barang atau benda lainnya atau istilah lainnya adalah si
pemberi hutang sedangkan debitur adalah orang yang menerima barang atau benda lainnya
bahkan uang dari kreditur. Untuk mendapatkan rasa aman oleh kreditur dalam meminjamkan
uang kepada debitur biasanya sebelum memberikan pinjaman terlebih dahulu dilakukan sebuah
perjanjian berupa kesepakatan bersama yang berisi jangka waktu pelunasan dan cara pembayaran
pinjaman. Biasanya untuk jumlah yang besar kreditur meminta jaminan kepada debitur sebagai
bentuk perlindungan diri dari si kreditur agar tidak terjadi kerugian yang signifikan. Dalam
pemberian hutang hal utama yang perlu dilakukan adalah adanya kepercayaan satu sama lainnya
Perjanjian dilakukan haruslah dengan kesepakatan antara kedua belah pihak tidak boleh
hanya dilakukan atau disetujui oleh satu pihak. Karena dalam Pasal 1320 BW
Burghjelikweithbook atau syarat sahnya perjanjian yaitu antara lain :

1. Sepakat, yang artinya adanya suatu kesepakatan oleh kedua belah pihak unttuk saling
mengikatkan dirinya
2. Cakap, artinya dalam usia menurut undang-undang dianggap telah mampu dalam
melakukan suatu perbuatan hukum
3. Kausa yang halal, yaitu suatu perjanjian dilakukan tidak boleh dengan melanggar
ketentuan undang-undang
4. Suatu hal tertentu, yaitu adanya suatu hal yang diperjanjikan

Hal ini berarti menandakan bahwa konsekuensi dalam melakukan sebuah perjanjian telah diatur
didalam undang-undang sehingga tidak sembarang orang dalam melakukan perjanjian tersebut.
Dalam membuat suatu perjanjian juga tidak boleh didasari dengan adanya paksaan mapun
tindakan intimidasi. Dalam pasal 1338 menyatakan bahwa dalam semua perjanian yang telah
dilakukan merupakan undang-undang bagi para pembuatnya.
Banyak asas-asas yang harus diperhatikan oleh para pembuat kesepakatan diantaranya adalah
sebagai berikut :
a.) Asas bebas dalam berkontrak
Yaitu adanya ruang kebebasan bagi siapapun yang ingin melakukan perjanjian
maupun perikatan. Artinya tidak ada batasan bagi siapapun pembuatnya misalnya dengan
siapa melakukan perjanjian, bentuknya bagaimana bisa ttertulis maupun tidak tertulis. Asas
kebebasan ini memberikan kebebasan kepada siapapun untuk melakukan perjanjian maupun
perikatan asalkan tidak melanggar ketentuan undang-undang
b.) Asas Konsesualisme
Yaitu perjanjian berlaku ketika adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Asas ini
berarti walaupun tidak dilakukan secara formal namun apabila telah terjadi kesepakatan
maka perjanian dianggap telah sah. Kesepakatan yaitu penyesuaian kesepahaman antara
kedua belah pihak tanpa adanya pihak yang merasa dirugikan.
c.) Asas Pacta Subservanda
Yaitu perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak merupakan suatu undang-undang
bagi para pembuatnya. Tentu saja pada asas ini menimbulkan akibat bagi para pelanggarnya.
d.) Asas itikad baik
Yaitu dibagi kedalam dua hal yang pertama dalam segi subjektif yaitu adanya niat
awal dari para pembuat kesepakatan untuk memenuhi syarat-syarat yang dipeerjanjikan
dalam perikatan yang kedua yaitu syarat objektif merupakan itikad baikm dalam
menjalankan kesepakatan tersebut .
Berbagai macam bentuk terjadinya wanprestasi dalam konteks hutang piutang adalah diantara
lainnya sebagai berikut n:

1. Tidak adanya itikad baik untuk mengembalikan uang maupun barang yang dijadikan
sebagai objek utang piutang
2. Adanya itikad untuk mengembalikan namun tidak dengan jumlah awal yang telah
diseepakatti bersama atau dalam artian hanya sebagian dari jumlah yang telah dijadikan
uttang piutang
3. Itikad dalam mengembalikan uang ada namun dalam jangka waktupengembalian yang
sangat lama hingga bertahun-tahun sampai puluhan tahun lamanya .
Berbagai macam unsur-unsur yang terjadi dalam perjanjian diantaranya adalah
1. Unsur Esensialia
Dimana dalam perjanjian harus dengan adanya unsur perjanjian maupun unsur mutlak
yang wajib ada tanpa adanya unsur mutlak tersebut maka perjanjian tidak dapat dilakukan
misalnya harus adanya objek yang diserahkan atau dijadikan sebagai objek perjanjian
2. Unsur Naturalia
Yaitu dimana unsur ini dapat menggantikan undang-undang yang mengaturnya
misalnya dalam sebuah perjanjian para pihak ingin membuaat kesepakatan sendiri seperti
terdapat penambahan biaya atau lain hal yang dapat ditanggung oleh debitur pada saat
pengembalian utang piutang.
3. Unsur Accidentalia
Yaitu dalam perjanjian ini biasanya terdapat penambahan-peenambahan yang
dilakukan oleh kedua belaah pihak atas dasar kesepakatan bersama.
Banyak sekali macam-macam yang termuat didalam perjanjian misalnya perjanjian jual
beli,sewa menyewa,utang piutang,tukar menukar,persekutuan dan masih banyak hal lainnya
yang termaktub di dalam sebuah perjanjian
Tentu saja didalam perjanjian ini akan menimbulkan akibat bagi para pelaksananya
karena secara tidak langsung perjanjian yang telah memenuhi syarat merupakan sebuah undang-
undang bagi para pembuatnya. Adapun dengan adanya suatu perjanjian maka berlakunya
perjanjian tersebut selama masih dalam koridor yang benar tidak boleh dilakukan pemutusan
secara sepihak. Ddalam pelaksanaan perjanjian harus dengan itikad yang baik agar dalam
menjalankan suatu kewajiban ataupun perjanjian tidak lagi menimbulkan wan prestasi
Ada beberapa aspek yang dapat memberlakukan beakhirnya suatu perjanjian diantaranya
yaitu :
1. Berakhirnya perjanjian ditentukan ataupun disepakati oleh kedua belah pihak
2. Batas waktu yang diatur dalam undang-undang.misalnya dalam hal waris didalam
ketentuan waris ahli waris hboleh melakukan perjanjian tidak melakukan pemecahan
harta waris hanya dengan jangka waktu lima tahun saja
3. Perjanjian berakhir dilihat dari suatu kondisi, misalnya pada konteks perjanjian kerja
apabila buruh meninggal maka perjanjia kerja otomatis terputus.
Adapun upaya yang dapat dilakukan apabila salah satu pihak merasa dirugikan yaitu bisa
dilakukan terlebih dahulu melalui somasi attau teguran bahkan bisa juga melalui jalur litigasi
maupun non litigasi. Jalur non litigasi bisa menggunakan jasa mediator sebagai mdia untuk
melakukan upaya reembuk guna menemukan titik temu dan apabila dilakukan melalui jaluur
litigasi maka bisa mengajukan pada pengadilan negeri setempat dengan mendalilkan dasar-dasar
gugatan serta dilampirkannya alat bukti dan keterangan saksi untuk proses peradilan. Pada jalur
litigasi apa yang menjadi putusan hakim dianggap sah atau inkrah.

KESIMPULAN DAN SARAN


Utang piutang merupakan perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih dengan objek
perjanjian biasanya berupa uang ataupun barang bahkan benda-benda lainnya. Biasanya
kedudukan para pihak pada perjanjian disebut dengan kreditur dan debitur. Kreditur merupakan
pihak yang memberikan barang atau benda lainnya atau istilah lainnya adalah si pemberi hutang
sedangkan debitur adalah orang yang menerima barang atau benda lainnya bahkan uang dari
kreditur. Untuk mendapatkan rasa aman oleh kreditur dalam meminjamkan uang kepada debitur
biasanya sebelum memberikan pinjaman terlebih dahulu dilakukan sebuah perjanjian berupa
kesepakatan bersama yang berisi jangka waktu pelunasan dan cara pembayaran pinjaman.
Biasanya untuk jumlah yang besar kreditur meminta jaminan kepada debitur sebagai bentuk
perlindungan diri dari si kreditur agar tidak terjadi kerugian yang signifikan. Dalam pemberian
hutang hal utama yang perlu dilakukan adalah adanya kepercayaan satu sama lainnya
Perjanjian dilakukan haruslah dengan kesepakatan antara kedua belah pihak tidak boleh
hanya dilakukan atau disetujui oleh satu pihak. Karena dalam Pasal 1320 BW
Burghjelikweithbook atau syarat sahnya perjanjian yaitu antara lain :

1. Sepakat, yang artinya adanya suatu kesepakatan oleh kedua belah pihak unttuk
saling mengikatkan dirinya
2. Cakap, artinya dalam usia menurut undang-undang dianggap telah mampu dalam
melakukan suatu perbuatan hukum
3. Kausa yang halal, yaitu suatu perjanjian dilakukan tidak boleh dengan melanggar
ketentuan undang-undang
4. Suatu hal tertentu, yaitu adanya suatu hal yang diperjanjikan
Berbagai macam bentuk terjadinya wanprestasi dalam konteks hutang piutang adalah diantara
lainnya sebagai berikut n:

1. Tidak adanya itikad baik untuk mengembalikan uang maupun barang yang
dijadikan sebagai objek utang piutang
2. Adanya itikad untuk mengembalikan namun tidak dengan jumlah awal yang telah
diseepakatti bersama atau dalam artian hanya sebagian dari jumlah yang telah
dijadikan uttang piutang
3. Itikad dalam mengembalikan uang ada namun dalam jangka waktupengembalian
yang sangat lama hingga bertahun-tahun sampai puluhan tahun lamanya .

SARAN

Diharapkan kepaada berbagaii pihak sebelum melakukan perjanjian agar lebih teliti lagi terhadap
objek yang diperjanjikan agar tiddak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Diharapkan juga
kepada pemerintah untuk selalu memonitor dan melindungi rakyatnya dengan cara menegakkan
keadilan yang setegak-tegaknya agar pihak-pihak yang dirgikan daalam aspek wan prestasi ini
dapat membela diri dan melindungi hak-haknya yang di dzolimi.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Abdussalam,Hukum Perjanjian, Jakarta: Restu Agung,2021.
Abintoro Prokoso, Hukum Perjanjian Dalam Islam,Yogyakarta: Laksbang Grafika,2019
Bambang Waluyo, Hukum perdata dalam implementasi kehidupan, Jakarta: Sinar Grafika,2016
Barda Nawawi Arief, Mediasi Penal Penyelesaian Perkara Diluar Peradilan,
Semarang:Pustaka Magister, 2019
Marlina, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Rafika Aditama 2020
Rika Saraswati, Hukum Jaminan dan Kredit, Bandung : Citra Aditya Bakti,2018

JURNAL :
Agung Nusa Pratidina Penerapan mediasi pada konteks wanprestasi utang piutangu,
Fakultas Hukum UUniversitas Medan Area 2019.
Amelia Geiby Lembong, Kajian Hukum Terhadap Sistem Perdata dalam hal
kriminalisasi ( Lex Crimen Vol:III/No.4/Ags-Nov/2018.
Akhmad Munawar, 2019.” Implementasi penerapan pasal 1320 BW pada kehidupan
sehari-hari” Jurisprudentie Vol.2.No.2 Hlm.31-40 (2019)
Yandri H. Daharnis., Nirwana, H., (2019). Pengembangan Modul Bimbingan
Dan Konseling Untuk Pencegahan penipuan dalam pembuatan perjanjian
Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2 (1) 98 – 106

Anda mungkin juga menyukai