Anda di halaman 1dari 21

Raad Kertha, Vol. 03, No.

01 Pebruari 2020 - Juli 2020

AKIBAT HUKUM PERBUATAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN


HUTANG-PIUTANG

I Wayan Bandem, SH, MH


I Wayan Wisadnya, SH, MH
Timoteus Mordan, SH
Program Studi, Fakultas Hukum, Universitas Mahendradatta
Jl. Ken arok No 12, Peguyungan Denpasar Utara, Bali 80115
(madebandem@gmail.com. wayanwisadnya@gmail.comgeradgabut@gmail.com)

Abstrak - Hutang-piutang adalah praktek pinjam meminjam umumnya berupa uang


sebagai objek pinjamannya yang di lakukan oleh seseorang dengan orang lain yang dibuat
dalam suatu perjanjian. Perjanjian sendiri telah diatur dalam ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Dalam hukum perdata perjanjian telah diatur
mengenai hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perjanjian. Pihak yang
memberikan pinjaman disebut kreditur sedangkan pihak yang menerima pinjaman
disebut debitur. Kreditur berhak atas pemenuhan prestasi sedangkan debitur wajib
menjalankan prestasinya. Akan tetapi pada kenyataannya hubungan hukum antara
kreditur dan debitur terutama mengenai perjanjian seringkali bermasalah sehingga
timbulah wanprestasi. Wanprestasi adalah pristiwa lalai dimana seseorang tidak
menjalankan prestasinya atau tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya,
sehingga menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Penelitian ini berjudul “Akibat
Hukum Perbuatan Wanprestasi Dalam Perjanjian Hutang-Piutang (Study Kasus Perkara
Perdata No.638/Pdt.G/2017/PN Dps). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimanakah akibat hukumnya jika melakukan wanprestasi dan bagaiamankah
pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara wanprestasi (Study Kasus Perkara
Perdata No.638/Pdt.G/2017/PN Dps). Metode penelitian ini menggunakan metode
yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Sumber data terdiri dari data primer yakni
wawancara dan data sekunder yakni data hukum primer, sekunder dan tersier. Metode
pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan (wawancara), kemudian
data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa syarat sahnya
perjanjian sesuai dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
yaitu adanya kesepakatan, kecakapan, obyek atau hal tertentu, kausa atau sebab yang halal
serta mengenai pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Pertimbangan hakim dalam hal pemutusan sengketa perjanjian utang piutang antara
kreditur dengan debitur sesuai dengan perkara No.638/Pdt.G/2017/PN Dps sudah tepat
yakni dengan melihat alat bukti baik bukti tertulis maupun bukti kesaksian dari para
pihak. Berdasarkan alat bukti yang sudah dilampirkan di persidangan maka hakim
memutuskan untuk mengabulkan gugatan penggugat dan menyatakan bahwa tergugat
terbukti bersalah atau wanprestasi.
Kata kunci: akibat hukum, wanprestasi, perjanjian hutang-piutang

59
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

Abstract - Accounts payable is a practice of lending and borrowing generally in the form
of money as the object of the loan that is done by someone with another person made in
an agreement. The agreement itself has been regulated in the provisions of the Civil Code
(Civil Code). In civil law the agreement has been regulated regarding the rights and
obligations of the parties making the agreement. The party that gives the loan is called
the creditor while the party that receives the loan is called the debtor. Creditors are
entitled to fulfillment of achievements while debtors must carry out their achievements.
However, in reality the legal relationship between creditors and debtors, especially
regarding agreements, is often problematic so that defaults arise. Default is a negligent
event where a person does not carry out his performance or does not fulfill his obligations
accordingly, thus causing harm to one party. This research is entitled "Legal Effects of
Defaults in the Debt Agreement (Civil Case Study Case No.638 / Pdt.G / 2017 / PN Dps).
This study aims to find out how the legal consequences if defaulting and how judges
consider in deciding default cases (Civil Case Study Case No.638 / Pdt.G / 2017 / PN
Dps). This research method uses a normative juridical method that is descriptive in
nature. Data sources consist of primary data, namely interviews and secondary data,
namely primary, secondary and tertiary legal data. Methods of collecting data through
literature studies and field studies (interviews), then the data is analyzed qualitatively.
The results of the study concluded that the legal terms of the agreement were in
accordance with article 1320 of the Civil Code (KUHPerdata), namely the existence of
agreements, skills, objects or certain things, legal causes or causes as well as the article
1338 Civil Code (KUHPerdata). Judges 'consideration in terminating the disputes
between the creditors' debt agreement with the debtor in accordance with case No.638 /
Pdt.G / 2017 / PN Dps is correct, namely by looking at the evidence both written evidence
and evidence from the parties. Based on the evidence attached to the trial the judge
decided to grant the plaintiff's claim and stated that the defendant was found guilty or in
default.
Keywords: legal consequences, default, debt-receivable agreement

60
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

perbuatan hukum orang atau persoon


selalu di bebankan dengan hak dan atau
Pendahuluanj kewajiban.
Latar belakang Hak dan kewajiban ialah suatu
keharusan yang di tentukan oleh para
Manusia adalah makluk sosial yang
pihak atas dasar posisinya masing-
selalu berinteraksi dengan manusia
masing dalam melaksanakan perbuatan
lainnya baik interaksi personal maupun
tertentu sehingga apa yang menjadi
interaksi kemasyarakatan. Salah satu
kehendak para pihak dapat terpenuhi.
bentuk interaksi personal adalah
perjanjian yang di buat antara para pihak. Ikatan hukum (rechtband)
Bentuk perjanjian itu pun dapat di merupakan suatu hubungan hukum di
bedakan mejadi dua macam di antaranya mana para pihak sepakat untuk berbuat
ialah ada yang tertulis dan ada yang tidak dan bertindak sesuatu sesuai hukum
tertulis atau lisan. Perjanjian tertulis dengan memuat sejumlah ketentuan atau
adalah perjanjian yang di buat oleh para syarat-syarat baik subjek maupun
pihak dalam bentuk tulisan, sedangkan objeknya dengan jelas, sehingga apabila
perjanjian tidak tertulis atau lisan adalah dalam suatu waktu terjadi suatu
suatu perjanjian yang di buat oleh para perbuatan yang dapat merugikan salah
pihak dalam wujud lisan (cukup satu pihak atau salah satu pihak tidak
kesepakatan para pihak). Isi sebuah memenuhi kewajibannya dengan
perjanjian adalah adanya hak dan sukarela, maka pihak yang satu atau
kewajiban para pihak dalam arti satu yang lainnya yang merasa di rugikan
pihak melaksanakan kewajiban maka atau haknya di rampas dapat
pihak lain harus mendapatkan haknya. menuntutnya di pengadilan sesuai isi
Dalam dunia hukum terlebih dari perjanjian yang telah di buat
khusus ialah dalam hukum perdata ada menurut kesepakatan para pihak salah
dua macam subjek hukum diantaranya satunya ialah perjanjian mengenai utang
ialah orang dan badan hukum. piutang43.
Orang atau persoon di dalam
hukum adalah pembawa hak di dalam Berbicara mengenai utang
hukum.42 Seseorang di katakan sebagai piutang bukanlah sesuatu yang baru,
subjek hukum (pembawa hak), di mulai karena pada kenyataannya hutang
dari ia di lahirkan dan berakhir saat ia piutang seringkali kita jumpai terutama
meninggal. Bahkan, jika di perlukan dalam dunia usaha. Hutang piutang
(seperti misalnya dalam hak waris), adalah praktek pinjam meminjam berupa
dapat di hitung sejak dalam kandungan, uang yang di lakukan oleh seorang
asal ia kemudiaan di lahirkan dalam dengan orang lain yang umumnya dibuat
keadaan hidup. Dalam hal melakukan dalam suatu perjanjian. Perjanjian

42 43
Djoko Imbawani Atmadjaja, 2016, Ibid.
Hukum Perdata, SETARA PRESS, Malang, hal.
6.

1
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

sendiri telah diatur dalam ketentuan saling berjanji untuk melaksanakan


hukum perdata. suatu hal’’ 44

Menurut pengertiaannya utang Perjanjian sendiri merupakan


piutang merupakan perjanjiaan berupa suatu hal yang menimbulkan perikatan.
pinjam meminjam yang di lakukan antar Didalam perjanjian tersebut terdapat dua
pihak yang satu dengan pihak yang lain pihak yang terlibat, pihak yang
dengan objek perjanjiaannya berupa mempunyai hak dan pihak yang
uang. Dalam perjanjiaan utang piutang mempunyai kewajiban. Atau dengan
pihak yang memberikan pinjamannya di pengertian lain yaitu, pihak yang satu
sebut sebagai kreditur, sedangkan pihak berhak atas prestasi, dan pihak yang lain
yang menerima pinjaman tersebut ialah wajib memenuhi prestasi itu sendiri.45
debitur. Mengenai uang yang menjadi
objek pinjaman akan di berikan batasan Dalam hal membuat suatu
waktu untuk mengembalikannya sesuai perjanjian, para pihak harus menentukan
dengan yang di perjanjikan cara bagaimana membuat suatu
perjanjiaan. Menurut pasal 1320 Kitab
Dalam perbuatan utang piutang Undang-Undang Hukum Perdata
tersebut yang di tuangkan dalam bentuk (KUHPerdata), syarat-syarat sahnya
perjanjian utang-piutang oleh para pihak suatu perjanjian di perlukan 4 syarat,
antara kreditur dan debitur bukanlah yaitu:
tanpa resiko. Karena pada dasarnya
resiko kemungkinan akan terjadi bila 1. Sepakat mereka yang
debitur tidak wajib membayar utangnya mengikatkan dirinya.
secara lunas atau tunai maupun oleh 2. Kecakapan untuk membuat
karena kepercayaan atau alasan tertentu suatu perikatan.
yang di alami oleh debitur.
3. Suatu hal tertentu.
Sesuai dengan Pasal 1313 Kitab
4. Suatu sebab yang halal.
Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) bahwa suatu persetujuan Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal
adalah suatu perbuatan di mana satu tersebut a.l:
orang atau lebih mengikatkan diri pada
satu orang lain atau lebih. Sedangkan a. Kesepakatan mereka yang
menurut pendapat Subekti, bahwa mengikatkan dirinya.
‘’Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa Kesepakatan artinya para pihak setuju
dimana seseorang berjanji kepada mengenai pokok perjanjian. Sebelum
seseorang lain atau di mana dua orang itu ada lahirnya persetujuan, biasanya
pihak-pihak mengadakan perundingan

44 45
Subekti,R, dan Tjitrosudibio,R, Rizqa Shafira, Perjanjian,
1980,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (https://www.kompasiana.com, diakses
Cetakan Ke-12 PT Pradnya Paramita,Jakarta, 2 juni 2018)
hal.

2
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

sehingga tercapai persetujuan antara wanprestasi. misalanya hubungan


kedua belah pihak. pinjam meminjam antara Eddy
Wahyono dan Tony Wijaya, dimana
b. Kecakapan untuk membuat suatu dalam hubungan pinjam-meminjam
perikatan. tersebut pihak kreditur telah
Pada umumnya orang dikatakan cakap memberikan sejumlah uang senilai Rp
melakukan perbuatan hukum apabila 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)
sudah berumur 21 tahun atau sesuai kepada debitur untuk digunakan sebagai
ketentuan undang-undang dan tidak di modal usaha. Namun pada saat
bawah pengampuan. pemenuhan prestasi ternyata salah satu
pihak (debitur) tidak menjalankan
c. Suatu pokok persoalan tertentu. prestasinya secara sukarela sesuai
dengan waktu yang telah disepakati
Perjanjian yang tidak memenuhi sayrat-
sehingga oleh perbuatan debitur tersebut
syarat tersebut tidak akan diakui oleh
pihak kreditur merasa dirugikan. Dari
hukum, walaupun diakui oleh pihak-
perbuatan lalai atau ingkar janji tersebut
pihak yang membuatnya. Selagi pihak
pihak kreditur telah beritikad baik dan
mengakui dan mematuhi perjanjian yang
berupaya agar pihak debitur
mereka buat, meskipun tidak memenuhi
menjalankan prestasinya melalui
syarat-syarat, perjanjian iru berlaku
peringatan atau (somasi). Sesuai dengan
antara mereka.
ketentuan pasal 1243 Kitab Undang-
d. Causa yang halal. Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
bahwa ‘’Penggantian biaya, kerugian
Suatu sebab yang tidak terlarang artinya dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
para pihak melakukan suatu perjanjian perikatan mulai diwajibkan, bila debitur,
tetap memperhatikan tujuan apa yang walaupun telah dinyatakan lalai, tetap
ingin dicapai dari perjanjian itu. Apakah lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau
perjanjian itu dilarang oleh undang- jika sesuatu yang harus diberikan atau
undang atau tidak bertentangan dengan yang dilakukannya hanya dapat
ketertiban umum dan kesusilaan atau diberikan atau dilakukannya dalam
tidak. waktu yang melampaui waktu yang telah
ditentukan’’.
Hukum perjanjian di Indonesia
bersifat terbuka yaitu suatu pemberian Dengan adanya perbuatan ingkar
kebebasan seluas-luasnya kepada janji tersebut maka pihak yang merasa di
siapapun untuk membuat perjanjian rugikan berhak untuk menuntut ganti
dengan isi dan sifatnya sesuai dengan rugi atas kerugiaan itu. Oleh karena
yang dikehendaki. Asal tidak melanggar adanya perbuatan ingkar janji atau
undang-undang, ketertiban umum dan wanprestasi tersebut dan pihak debitur
kesusilaan. tetap tidak mengindahkan berbagai
upaya itikad baik yang dilakukan oleh
Namun kenyataan dilapangan
kreditur untuk membayar utangnya,
ternyata masih sering terjadi kasus

3
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

maka pada akhirnya pihak kreditur normatif empiris. normatif berupa


berhak untuk menyelesaikan persoalan melihat permasalahan dan
itu kepengadilan untuk mendapatkan pemecahannya berdasarkan atas kaedah-
kembali haknya. kaedah hukum yang berlaku serta teori-
teori hukum yang dikemukakan oleh
para ahli yang didukung keadaan
Rumusan masalah dilapangan. Sedangkan empiris yaitu
penelitian dengan cara menggali
Berdasarkan hal-hal yang telah informasi melalui terjun langsung ke
dipaparkan di atas dan untuk meneliti lapangan sehingga menemukan keadaan
mengenai wanprestasi terhadap nyata dan sebenarnya.
perjanjian utang piutang, maka dari itu
peneliti tertarik untuk mengambil judul
“AKIBAT HUKUM PERBUATAN Pendekatan Masalah
WANPRESTASI DALAM
PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG Jenis penelitian hukum yang
(Studi Kasus Perkara Perdata digunakan adalah normatif-empiris
No.638/Pdt.G/2017/PN Dps)”. yakni merupakan gabungan antara
pendekatan hukum normatif dengan
Berdasarkan uraiaan latar adanya penambahan berbagai unsur
belakang di atas, maka penulis empiris. Metode penelitiaan normative
merumuskan masalah penelitiannya empiris mengenai implementasi
mengenai: ketentuan hukum normative (undang-
1. Bagaimanakah akibat undang) dalam aksinya pada setiap
hukumnya jika salah satu pihak peristiwa hukum tertentu yang terjadi
melakukan perbuatan dimasyarakat. Pendekatan dalam
wanprestasi dalam perjanjian penelitian ini yakni menggunakan
utang-piutang? pendekatan udang-undang dan
pendekatan study kasus (Judicial Case
2. Bagaimanakah pertimbangan Study) karena konflik dalam penelitian
hakim menjatuhkan putusan ini melibatkan lembaga penggadilan
terhadap pihak yang melakukan untuk memberikan keputusan
wanprestasi perjanjian utang- (Jurisprudensi).
piutang dalam perkara perdata
No.638/Pdt.G/2017/PN Dps?
Metode Pengumpulan

METODE Sumber bahan hukum yang


penulis gunakan dalam menulis skripsi
Jenis penelitian ini adalah Bahan Hukum Primer, yaitu
Penelitian yang digunakan dalam berupa peratura perundang-undangan
menyusun skripsi ini ialah penelitian dan bahan hukum sekunder, yaitu berupa

4
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

hasil kajian pustaka, buku-buku, jurnal


hukum,internet, arsip atau data di
Pengadilan Negeri Denpasar, serta bahan HASIL DAN PEMBAHSAN
hukum tersier, yaitu kamus-kamus Akibat hukum perbuatan wanprestasi
hukum khususnya tentang perjanjian. dalam perjanjian hutang-piutang
Pengolahan dan Analisis. Pada umumnya hak dan
Untuk memperoleh data yang kewajiban yang lahir dari perikatan
dibutuhkan digunakan beberapa teknik dipenuhi oleh pihak-pihak baik kreditur
pengumpulan data melalui Penelitian maupun debitur. Akan tetapi dalam
Pustaka (Library Research), yang kenyataannya salah satu pihak kadang-
diperoleh melalui kepustakaan, dengan kadang tidak mematuhi apa yang
mengkaji, menelaah dan mengelolah menjadi kewajibannya dan inilah yang
literatur, peraturan perundang- disebut ‘’wanprestasi’’. perkataan
undangan, surat kabar, internet atau wanprestasi berasal dari Bahasa belanda
media elektonik, artikel-artikel atau yaitu prestasi buruk. Selain itu
tulisan yang mempunyai hubungan wanprestasi juga bisa diartikan sebagai
dengan permasalahan yang akan diteliti lalai atau alpa, ingkar janji, atau
serta Penelitian Lapangan (Field melanggar perjanjian, bila saja debitur
Reserch), Penelitian lapangan ini melakukan atau berbuat sesuatu yang
bertujuan untuk memperoleh data tidak boleh dilakukan.
langsung dengan cara wawancara Perbuatan wanprestasi atau
ataupun pengamatan. pristiwa ingkar janji tidak lahir begitu
Dengan cara normative kualitatif saja melainkan berawal dari adanya
yaitu data yang diperoleh akan dianalisi perjanjian. Perjanjian atau kontrak
dan dijabarkan dengan pembahasan dan adalah suatu perbuatan hukum yang
penjabaran hasil-hasil penelitiaan yang dilakukan satu atau lebih subjek hukum
dikaitkan dengan norma-norma dan dengan satu atau lebih subjek hukum
disesuaikan dengan materi yang diteliti lainnya yang sepakat mengikatkan diri
untuk menjawab permasalahan. Penulis satu sama lain mengenai hal tertentu
dalam penelitiaan ini mengenai analisis dalam lapangan harta kekayaan.
terhadap putusan pengadilan yang Perjanjian atau kontrak adalah suatu
kemudiaan dikaitkan dengan peraturan peristiwa di mana seorang atau satu
hukum yang mempunya kaitan dengan pihak berjanji kepada seorang atau pihak
putusan tersebut yaitu Kitab Undang- lain atau di mana dua orang atau dua
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pihak itu saling berjanji untuk
mengenai serta aturan perundang- melaksanakan suatu hal.
undangan lainnya. Istilah perjanjian berasal dari
bahasa belanda yaitu overeenkomst dan
bahasa inggris yaitu contract yang berarti
perikatan, perutangan dan perjanjian.

5
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

Perjanjian merupakan salah satu mengenai perjanjian yang akan


sumber perikatan, di samping sumber- diadakan tersebut, tanpa
sumber lain. Perjanjian juga disebut adanya paksaan, kekhilafan
dengan persetujuan, karena dua pihak dan penipuan.
setuju untuk melakukan sesuatu.
2) Kecakapan, yaitu bahwa para
Perikatan yang lahir dari perjanjian,
pihak yang mengadakan
memang dikehendaki oleh pihak-pihak
perjanjian harus cakap menurut
yang terlibat dalam perjanjian,
hukum, serta berhak dan
sedangkan perikatan yang lahir dari
berwenang melakukan
undang-undang diadakan oleh undang-
perjanjian. Mengenai
undang di luar kemauan pihak yang
kecakapan Pasal 1329 Kitab
bersangkutan. Jika dua orang
Undang-Undang Hukum
mengadakan suatu perjanjian maka
Perdata (KUHPerdata)
mereka bermaksud agar diantara mereka
menyatakan bahwa setiap
berlaku suatu perikatan hukum.
orang cakap melakukan
Sedangkan menurut Subekti, Perjanjian
perbuatan hukum kecuali yang
adalah suatu peristiwa dimana seorang
oleh undang-undang
berjanji kepada seorang lain, atau
dinyatakan tidak cakap. Pasal
dimana dua orang itu saling berjanji
1330 Kitab Undang-Undang
untuk melaksanakan sesuatu hal. Pasal
Hukum Perdata (KUHPerdata)
1313 Kitab Undang-Undang Hukum
menyebutkan orang-orang
Perdata (KUHPerdata) mengatakan
yang tidak cakap untuk
bahwa “Perjanjian adalah suatu
membuat suatu perjanjian
perbuatan dengan mana satu orang atau
yakni:
lebih dengan mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”. Maka 3) Orang yang belum dewasa.
dapat disimpulkan bahwa perjanjian atau Mengenai kedewasaan
suatu perjanjian adalah suatu peristiwa Undang-undang menentukan
dimana seorang berjanji kepada seorang sebagai berikut:
lain atau dimana dua orang itu saling
a. Menurut Pasal 330 Kitab
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Undang-Undang Hukum
Dalam Pasal 1320 Kitab Undang- Perdata (KUHPerdata):
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Kecakapan diukur bila para
disebutkan, untuk sahnya suatu pihak yang membuat
perjanjian diperlukan empat syarat, perjanjian telah berumur 21
yaitu: tahun atau kurang dari 21
tahun tetapi sudah menikah
1) Sepakat mereka yang dan sehat pikirannya.
mengikatkan dirinya, artinya
bahwa para pihak yang b. Menurut Pasal 7 Undang-
mengadakan perjanjian itu undang No.1 tahun 1974
harus bersepakat atau setuju tertanggal 2 Januari 1974

6
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

tentang Undang-Undang Apabila syarat subyektif tidak dapat


Perkawinan (“Undang- terpenuhi, maka salah satu pihak
undang Perkawinan”): mempunyai hak untuk meminta supaya
Kecakapan bagi pria adalah perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang
bila telah mencapai umur dapat meminta pembatalan itu, adalah
19 tahun, sedangkan bagi pihak yang tidak cakap atau pihak yang
wanita apabila telah memberikan sepakatnya (perizinannya)
mencapai umur 16 tahun. secara tidak bebas.
c. Mereka yang berada di Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu
bawah pengampuan. akan terus mengikat kedua belah pihak
yang mengadakan perjanjian, selama
d. Orang perempuan dalam
tidak dibatalkan (oleh hakim) atas
hal-hal yang ditetapkan
permintaan pihak yang berhak meminta
oleh Undang-Undang
pembatalan tersebut. Sedangkan apabila
(dengan berlakunya
syarat obyektif yang tidak terpenuhi,
Undang-Undang
maka perjanjian itu akan batal demi
Perkawinan, ketentuan ini
hukum. Artinya sejak semula tidak
sudah tidak berlaku lagi).
pernah dilahirkan suatu perjanjian dan
e. Semua orang yang dilarang tidak pernah ada suatu perikatan.
oleh Undang-Undang
untuk membuat perjanjian- Dalam hal perjanjian para pihak pada
perjanjian tertentu. hakikatnya harus bertanggung jawab
atas pemenuhan prestasi dan
4) Mengenai suatu hal tertentu, melaksanakan prestasi. Misalnya
hal ini maksudnya adalah perjanjian pinjam meminjam atau hutang
bahwa perjanjian tersebut piutang. Utang piutang adalah
harus mengenai suatu obyek memberikan sesuatu kepada seseorang
tertentu. dengan perjanjian bahwa seseorang
5) Suatu sebab yang halal, yaitu (Debitur) akan mengembalikan sesuatu
isi dan tujuan suatu perjanjian yang diterimanya dalam jangka waktu
haruslah berdasarkan hal-hal yang disepakati. Tentu saja dengan tidak
yang tidak bertentangan mengubah keadaannya. Hutang piutang
dengan undang-undang, adalah wilayah koridor hukum perdata,
kesusilaan dan ketertiban yakni aturan yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan orang
Syarat pertama dan kedua disebut yang lainnya, dengan menitikberatkan
dengan Syarat Subyektif, karena pada kepentingan perorangan atau
mengenai orang-orangnya atau pribadi. Hutang piutang dianggap sah
subyeknya yang mengadakan perjanjian, secara hukum apabila dibuat suatu
sedangkan syarat ketiga dan keempat perjanjian. Yakni perjanjian yang sah
disebut Syarat Obyektif, karena sesuai dengan syarat sahnya suatu
mengenai obyek dari suatu perjanjian. perjanjian yang diatur pada pasal 1320

7
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata c) Memenuhi prestasi tidak


(KUHPerdata). sempurna, artinya prestasi
diberikan, tetapi tidak
Akan tetapi apabila dalam hal debitur sebagaimana mestinya.
menjalankan prestasi atau Misalnya, prestasi mengenai
kewajiabannya tidak sesuai dengan penyerahan satu truk kacang
ketentuan dalam perjanjian maka kedelai berkualitas nomor 1,
kreditur berhak untuk menuntut atau namun yang diserahkan adalah
membawa permasalahan tersebut ke kacang kedelai yang berkualitas
pengadilan. nomor 2.
Untuk mengatakan seseorang (debitur) Sedangkan Menurut subekti,
melakukan wanprestasi adalah: Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan)
seorang debitur dapat berupa empat jenis
a. Memenuhi pretasi tetapi tidak
yaitu:
tepat pada waktunya. Dengan
perkataan lain, terlambat a. Tidak melakukan apa yang di
melakukan prestasi, artinya sanggupi akan dilakukannya
meskipun prestasi itu
dilaksanakan atau diberikan, b. Melaksanakan apa yang
tetapi tidak sesuai dengan waktu dijanjikan, tetapi tidak
penyerahan dalam perikatan. sebagaimana dijanjikan
Prestasi yang demikian itu c. Melakukan apa yang dijanjikan
disebut juga kelalaian. tetapi terlambat
b. Tidak memenuhi prestasi, artinya d. Melakukan sesuatu menurut
prestasi itu tidak hanya perjanjian tidak boleh dilakukan.
terlambat, tetapi juga tidak bisa
lagi dijalankan. Hal semacam ini Sehingga dengan memenuhi unsur-unsur
disebabkan karena: diatas maka seseorang dapat dikatakan
telah melakukan wanprestasi.
a) Pemenuhan prestasi tidak
mungkin lagi dilaksanakan
karena barangnya telah musnah;
Pertimbangan hakim menjatuhkan
b) Prestasi kemudian sudah tidak putusan terhadap pihak yang
berguna lagi, karena saat melakukan wanprestasi perjanjian
penyerahan mempunyai arti yang utang-piutang Perkara
sangat penting. Misalnya, (No.638/Pdt.G/2017/PN Dps).
pesanan gaun pengantin untuk
dipakai pada waktu perkawinan, Sutau perbuatan hukum atau
apabila tidak diserahkan pada perjanjian yang tidak dilaksanakan
waktu sebelum perkawinan, sebagaimana mestinya maka bagi pihak
maka penyerahan kemudian yang mengalami kerugian berhak
tidak mempunyai arti lagi.

8
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

menuntut gsnti rugi sesuai kerugian yang antara yang satu dengan lainnya demi
dialami. untuk menegakan Rule Of Law di
indonesia.
Hubungan antara pihak yang satu dengan
pihak yang lain sering kali timbul Berkaitan dengan perkara wanprestasi,
permasalahan hukum yang harus sangatlah penting bila para pihak
diselesaikan oleh para pihak di menyelesaikan persoalan itu dengan
persidangan pangadilan dengan maksud musyawarah atau kekeluargaan. Namun
untuk mencari keadilan atas perkara tidak jarang hampir sebagian orang
yang dihadapinya. Jika dalam hubungan memiliki keyakinan bahwa persoalan
antara pihak yang satu dengan yang yang mereka hadapi akan dapat
lainnya baik itu hubungan diselesaikan melalui pengadilan demi
bermasyarakat, hubungan kerja, mendapatkan kepastian hukum, keadilan
hubungan kerja sama, hubungan bisnis dan kemanfaatan.
maupun hubungan bernegara ada
ketentuan yang ada dalam hukum positif Membawa perkara ke pengadilan adalah
dan atau perjanjian yang telah disepakati pilihan setiap orang untuk mendapatkan
bersama oleh para pihak yang keadilan sebagaimana mestinya. Akan
berkepentingan, maka pihak-pihak yang tetapi dalam hal seseorang membawa
telah melakukan pelanggaran dan telah perkaranya ke pengadilan, sangat
mengakibatkan kerugian pihak yang lain penting untuk memperhatikan tata cara
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan pengajukan perkara ke pengadilan sesuai
peraturan perundang-undangan yang dengan ketentuan hukum acara perdata.
berlaku. Misalnya: Kitab Undang- Ada beberapa hal yang harus
Undang Hukum Acara Pidana, HIR, diperhatikan, diantaranya:
Rbg. a. Pengajuan (perkara) gugatan.
Pelanggaran terhadap sanksi-sanksi Menurut pasal 118 ayat (1) Herizien
yang ada dalam peraturan perundang- Inlandsch Reglement (HIR),
undangan yang berlaku, dalam praktik pendaftaran gugatan itu diajukan ke
dapat diajukan suatu tuntutan dan atau pengadilan negeri berdasarkan
gugatan oleh pihak yang dirugikan kompetensi relative atau berdasarkan
kepada pihak yang telah melakukan tempat tinggal tergugat atau domisili
pelanggaran sanksi. Pelaksanaan hukum yang ditunjuk dalam
penegakan “Rule Of Law” bagi perjanjian. Gugatan pada pokoknya
pelanggar yang telah merugikan pihak diajukan secara tertulis
lain di dalam hubungan masyarakat ditandatangani oleh Penggugat atau
sangatlah diperlukan dalam suatu kuasanya, dan ditunjukan kepada
kehidupan yang serba majemuk ini dan Ketua Pengadilan Negeri melalui
dapat pula dikatakan sebagai wujud dari kantor kepaniteraan Pengadilan
adanya perlindungan hukum oleh negara Negeri Setempat.
terhadap pihak-pihak yang telah
dirugikan dalam menjalin hubungan

9
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

b. Membayar panjar biaya perkara tanpa biaya, izin mana dapat


diajukan selama berlangsungnya
Setelah gugatan diajukan
proses persidangan. Permintaan izin
dikepaniteraan, maka penggugat
berperkara tanpa biaya itu disertai
wajib membayar biaya perkara.
dengan surat keterangan tidak
Biaya perkara yang dimaksud adalah
mampu dari camat atau kepada desa
panjar biaya perkara, yaitu biaya
tempat tinggal pihak yang
sementara yang finalnya akan
mengajukan.
diperhitungkan setelah adanya
putusan pengadilan. Dalam proses c. Registrasi Perkara
peradilan, pada prinsipnya pihak
yang kalah adalah pihak yang Registrasi perkara adalah pencatatan
menanggung biaya perkara, yaitu gugatan ke dalam Buku Register
biaya-biaya yang perlu dikeluarkan Perkara untuk mendapatkan nomor
pengadilan dalam proses gugatan agar dapat diproses lebih
pemeriksaan perkara tersebut, antara lanjut. Registrasi perkara dilakukan
lain biaya kepaniteraan, meterai, setelah dilakukannya pembayaran
pemanggilan saksi, pemeriksaan panjar biaya perkara. Bagi gugatan
setempat, pemberitahuan, eksekusi, yang telah diajukan pendaftarannya
dan biaya lainnya yang diperlukan. ke Pengadilan Negeri namun belum
Apabila Penggugat menjadi pihak dilakukan pembayaran panjar biaya
yang kalah, maka biaya perkara itu perkara, maka gugatan tersebut
dipikul oleh Penggugat dan diambil belum dapat dicatat di dalam Buku
dari panjar biaya perkara yang telah Register Perkara, sehingga gugatan
dibayarkan pada saat pendaftaran. tersebut belum terigstrasi dan
Jika panjar biaya perkara kurang, mendapatkan nomor perkara dan
maka Penggugat wajib karenanya belum dapat diproses
menambahkannya, sebaliknya, jika lebih lanjut dianggap belum ada
lebih maka biaya tersebut harus perkara. Dengan demikian,
dikembalikan kepada Penggugat. pembayaran panjar biaya perkara
Bagi Penggugat dan Tergugat yang merupakan syarat bagi registrasi
tidak mampu membayar biaya perkara, dan dengan belum
perkara, Hukum Acara Perdata juga dilakukannya pembayaran maka
mengizinkan untuk berperkara tanpa kepaniteraan tidak wajib
biaya (prodeo/free of charge). mendaftarkannya ke dalam Buku
Untuk berperkara tanpa biaya, Register Perkara.
Penggugat dapat mengajukan d. Pelimpahan Berkas Perkara Kepada
permintaan izin berperkara tanpa Ketua Pengadilan Negeri
biaya itu dalam surat gugatannya
atau dalam surat tersendiri. Selain Setelah Penitera memberikan nomor
Penggugat, Tergugat juga dapat perkara berdasarkan nomor urut
mengajukan izin untuk berperkara dalam Buku Register Perkara,
perkara tersebut dilimpahkan kepada

10
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

Ketua Pengadilan Negeri. (Penggugat dan Tergugat) untuk


Pelimpahan tersebut harus dilakukan hadir pada hari sidang yang telah
secepat mungkin agar tidak ditentukan itu.
melanggar prinsip-prinsip
penyelesaian perkara secara Dengan melalui secara baik tahapan-
sederhana, cepat dan biaya ringan – tahapan tersebut diatas, maka segala
selambat-lambatnya 7 hari dari upaya penyelesaian perkara di
tanggal registrasi. pengadilan menjadi mudah dan cepat
terslesaikan.
e. Penetapan Majelis Hakim Oleh
Ketua Pengadilan Negeri
Setelah Ketua Pengadilan Negeri Wanprestasi sebagai pelaksanaan
memeriksa berkas perkara yang kewajiban yang tidak tepat pada
diajukan Panitera, kemudian Ketua waktunya atau dilakukan tidak
Pengadilan Negeri menetapkan menurut selayaknya, sehingga
Majelis Hakim yang akan memeriksa menimbulkan keharusan bagi pihak
dan memutus perkara. Penetapan itu debitur untuk memberikan atau
harus dilakukan oleh Ketua membayar ganti rugi
Pengadilan Negeri selambat- (schadevergoeding), atau dengan
lambatnya 7 hari setelah berkas adanya wanprestasi oleh salah satu
perkara diterima oleh Ketua pihak, pihak yang lainnya dapat
Pengadilan Negeri. Majelis Hakim menuntut pembatalan perjanjian.
yang akan memeriksa dan memutus Sebab perjanjian yang dibuat berlaku
perkara tersebut terdiri dari sebagai undang-undang bagi para
sekurang-kurangnya 3 orang Hakim pihak yang membuatnya. Karena
– dengan komposisi 1 orang Ketua berlaku sebagai undang-undang,
Majelis Hakim dan 2 lainnya Hakim maka perjanjian tersebut mengikat
Anggota. para pihak untuk menaatinya. Hal ini
sesuai dengan pasal 1338 Kitab
f. Penetapan Hari Sidang Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) bahwa “Debitur
Selanjutnya, setelah Majelis Hakim
dinyatakan lalai dengan surat
terbentuk, Majelis Hakim tersebut
perintah, atau dengan akta sejenis itu,
kemudian menetapkan hari sidang.
atau berdasarkan kekuatan dari
Penetapan itu dituangkan dalam
perikatan sendiri, yaitu bila perikatan
surat penetapan. Penetapan itu
ini mengakibatkan debitur harus
dilakukan segera setelah Majelis
dianggap lalai dengan lewatnya
Hakim menerima berkas perkara,
waktu yang ditentukan”.
atau selambat-lambatnya 7 hari
setelah tanggal penerimaan berkas Dari rumusan pasal 1238 Kitab
perkara. Setelah hari sidang Undang-Undang Hukum Perdata
ditetapkan, selanjutnya Majelis (KUHPerdata) diatas dapat diketahui
Hakim memanggil para pihak

11
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

bahwa ada dua kondisi kapan terbukti melakukan


seorang dianggap lalai atau cedera wanprestasi.
janji, yaitu:
Sebagaimana pasal 1243 Kitab
1. Dalam hal ditetapkan suatu Undang-Undang Hukum Perdata
waktu didalam perjanjian, (KUHPerdata) dijelaskan bahwa
tapi dengan lewatnya waktu “Penggantian biaya, kerugian dan bunga
tersebut (jatuh tempo) karena tak dipenuhinya prestasi suatu
debitur belum juga perikatan, barulah mulai diwajibkan,
melaksanakan kewajibannya. apabila si berutang, setelah dinyatakan
lalai memenuhi perikatannya, tetap
2. Dalam hal tidak ditentukan melalaikannya, atau jika sesuatu yang
suatu waktu tertentu, lalu harus diberikan atau dibuatnya, hanya
kreditur sudah dapat diberikan atau dibuat dalam
memberitahukan kepada tenggang waktu yang telah
debitur untuk melaksanakan dilampauinya’’ sedangkan Pasal 1244
kewajiban atau prestasinya, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tapi debitur tetap juga tidak (KUHPerdata) mengatakan bahwa
melaksanakan kewajibannya “Debitur harus dihukum untuk
kepada kreditur. mengganti biaya, kerugian dan bunga.
Setiap perbuatan ingkar Bila ia tak dapat membuktikan bahwa
janji/Wanprestasi yang dilakukan oleh tidak dilaksanakannya perikatan itu atau
seorang debitur melahirkan suatu akibat tidak tepatnya waktu dalam
hukum/tanggung jawab hukum/sanksi melaksanakan perikatan itu disebabkan
hukum yang harus ditanggungnya. oleh sesuatu hal yang tak terduga yang
Sanksi itu terdiri dari beberapa macam tak dapat dipertanggungkan kepadanya.
yaitu : Walaupun tidak ada ikatan buruk
kepadanya. Mengenai ganti rugi perdata
a. Debitur diwajibkan menitik beratkan pada ganti kerugian
membayar kerugian yang karena tidak terpenuhinya perikatan
dideritai oleh kreditur atau (wanprestasi). Ganti kerugian itu
dapat juga disebut dengan meliputi:
ganti rugi.
a. Ongkos atau biaya yang telah
b. Pembatalan perjanjian atau dikeluarkan
juga dinamakan pemecahan
perjanjian b. Kerugian sesungguhnya karena
kerusakan, kehilangan benda
c. Peralihan resiko milik kreditur akibat kelalaian
d. Debitur wajib membayar debitur,
biaya perkara apabila sampai c. Bunga atau keuntungan yang
diperkarakan di muka diharapakan.
pengadilan, dan debitur

12
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

Ingkar janji atau Wanprstasi ialah yang wanprestasi terhadap kewajiban


termasuk dalam jenis perkara perdata, yang harus dipenuhi sesuai perjanjian.
oleh karena itu penyelesaian perkaranya
akan didasarkan pada prosedur Namun apabila dengan upaya itu
penyelesaian perkara menurut hukum belum bisa berhasil, maka upaya terakhir
acara perdata. Akan tetapi untuk yang dapat ditempuh oleh pihak kreditur
memastikan bahwa salah satu pihak yaitu mengajukan gugatan ke pengadilan
(debitur) telah melakukan wanprestasi negeri setempat. Karena untuk
dan menggugatnya ke pengadilan adalah menyatakan debitur wanprestasi harus
dengan adanya “perintah” (bevel) atau dengan putusan pengadilan negeri yang
surat peringatan/teguran atas tindakan berkekuatan hukum tetap. Dengan
ingkar janji tersebut sebagai dasar diwajibkannya debitur untuk membayar
Kreditur mengatakan Debitur ganti rugi serta untuk mendapatkan
wanprestasi. Keadaan lalainya debitur kembali kerugian kreditur yang
berkaitan dengan masalah “perintah” disebabkan oleh debitur, maka kreditur
(bevel) yang dituangkan secara tertulis. berhak menggugatnya ke pengadilan.
Kata “perintah” mengandung suatu Berdasarkan putusan Pengadilan
peringatan dan karenanya “bevel” juga Negeri Denpasar yang telah berkekuatan
bisa diterjemahkan dengan “Peringatan”. hukum tetap dengan perkara Nomor:
Karena disana dikatakan, bahwa 638/Pdt.G/2017/PN Dps, dalam
perintah/peringatan itu ditunjukan gugatannya telah dijelaskan pada intinya
kepada debitur (si berhutang) dan debitur bahwa Tergugat mempunyai utang
(si berhutang) adalah pihak yang dalam kepada Penggugat yang berawal dari
perikatan mempunyai kewajiban proses pinjam meminjam dan dibuktikan
prestasi, maka perintah atau peringatan oleh Penggugat melaui Surat Tanda
itu datang dari krediturnya, yaitu pihak Terima yang dibuat dan ditandatangani
yang dalam perikatan mempunyai hak (- oleh Terguggat dengan jumlah pokok
tuntut) atas prestasi. pinjaman/utang tergugat kepada
Dalam doktrin yurisprudensi, surat Penggugat adalah sebesar Rp
peringatan ini dikenal dengan somasi. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) yang
Somasi ini sangat bermanfaat sebagai tidak dibayar oleh Tergugat dan
upaya itikad baik yang dilakukan oleh timbulah wanprestasi.
pihak yang dirugikan dengan berulang Menurut Pasal 1883 Kitab Undang-
kali untuk memastikan bahwa debitur Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
berada dalam keadaan lalai. Walaupun tersebut diatas, wanprestasi seorang
ketentuan mengenai somasi tidak diatur debitur salah satu diantaranya adalah
secara jelas didalam aturan, namun debitur tidak melakukan apa yang
secara praktek somasi umumnya sanggup dilakukannya. Oleh karena itu
diajukan tiga kali yaitu: somasi I, somasi perbuatan tergugat yang tidak membayar
II, somasi III untuk mengingatkan pihak hutangnya tersebut, Tergugat dianggap
telah melakukan wanprestasi. Karena

13
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

masuk sebagaimana kriteria yang telah merupakan suarat tanda terima


dijelaskan dalam pasal 1883 Kitab uang sebesar Rp 100.000.000,-
Undang-Undang Hukum Perdata (seratus juta rupiah) yang di
(KUHPerdata), yaitu debitur tidak tanda tangani tanggal 15 Januari
melakukan apa yang disanggupi akan 2015 secara langsung oleh
dilakukannya. Terguggat;

Berdasarkan putusan Pengadilan b. Benar bahwa berdasarkan bukti


Negeri Denpasar yang telah berkekuatan surat Penggugat bertanda P.2
hukum tetap dengan perkara Nomor: sampai dengan P.4, yang mana
638/Pdt.G/2017/PN Dps, mengenai setelah majelis hakim
penyelesaian sengketa wanprestasi mencermati bukti surat tersebut
antara Edy Wahono bertindak sebagai berupa surat somasi/teguran
Penggugat dengan Tony Wijaya selaku masing-masing tertanggal 6
Tergugat telah mengakui adanya April 2017,26 April 2017,3 Juli
hubungan hukum pinjam-meminjam 2017,13 Juli 2017 melalui kuasa
yang dinyatakan dan dituangkan melaui hukum Penggugat dengan tujuan
Surat Tanda Terima yang dibuat dan agar Tergugat segera
ditandatangan sendiri oleh Tergugat mengembalikan pinjamannya;
bukan oleh orang lain, sehingga terhadap c. Benar berdasarkan bukti surat
hal tersebut Majelis berpendapat bahwa Penggugat bertanda P.6, setelah
telah adanya hubungan hukum antara majelis hakim mencermati bukti
Penggugat dengan Tergugat. Oleh surat tersebut adalah berupa slip
karena itu dalam sidang pemeriksaan pemindahan dana antara
Hakim Majelis telah menentukan beban rekening Bank BCA Penggugat
pembuktian sebagai berikut: dengan salah satu anggota
Sebagaimana kasus yang tertuang keluarga Tergugat;
dalam putusan Nomor: d. Benar selain bukti surat diatas
638/Pdt/G/2017/PN Dps. Dalam juga mengenai keterangan 2
pemeriksaan pembuktian di persidangan (dua) orang saksi diantaranya
yang dilakukan oleh Majelis Hakim telah Adi Prasetyo dan Sugeng
memeriksa alat-alat bukti yang diajukan Sugiarto. Menurut para saksi
oleh Penggugat maupun Tergugat. Dan bahwa Penggugat pernah
berdasarkan pemeriksaan pembuktian di menceritakan bahwa Penggugat
persidsangan tersebut Majelis Hakim memberikan pinjaman uang yang
telah memperoleh suatu kesimpulan sampai dengan saat inibelum
pembuktian Penggugat yaitu antara lain: dikembalikan oleh peminjam
(Tergugat) sebesar Rp
a. Benar bahwa berdasarkan bukti
100.000.000,- (seratus juta
yang dihadirkan oleh Penggugat
rupiah).
melalui P.1 yang mana suarat
yang bertanda P.1 tersebut

14
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

e. Benar bahwa berdasarkan bukti- Berdasarkan hasil kesimpulan


bukti surat dan keterangan saksi pembuktian antara Penggugat dengan
tersebut diatas, benar Tergugat Tergugat dan telah diperoleh fakta-fakta
mempunyai hutang kepada hukum sebagai berikut:
Penggugat sebagaimana dalam
jawabannya bahwa Tergugat 1. Tergugat memiliki hutang
tidak membantah ada hubungan kepada Penggugat sebesar
pinjam-meminjam dan sampai Rp 100.000.000,- (seratus
saat ini tidak membayar padahal juta rupiah) yang dituangkan
sudah lewat waktu yang melalui Surat Tanda Terima
disepakati, walaupun yang ditandatangani
Penggugatnya sudah menagih langsung oleh Tergugat;
berkali-kali namun tergugat tidak 2. Tergugat melakukan
menghiraukan hal itu. Sehingga pinjaman uang tersebut
dapat dikatakan bahwa Tergugat sebagai modal usaha;
melakukan ingkar janji
(wanprestasi). 3. Tergugat tidak dapat
membayar hutangnya kepada
Selanjutnya Majelis Hakim telah Penggugat dikarenakan
memperoleh kesimpulan tentang hasil usahnya macet/bermasalah.
pembuktian Tergugat, yaitu:
Sebagaimana kasus yang tertuang
1. Benar bahwa sebagaimana dalam putusan Nomor:
dalil Tergugat dalam 638/Pdt.G/2017/PN Dps. Berdasarkan
jawabannya secara tidak pada pemeriksaan persidangan tersebut
langsung telah membenarkan dapat diambil suatu kesimpulan antara
bahwa ada hubungan pinjam Penggugat dan Tergugat serta telah
meminjam uang sebesar Rp diperoleh fakta-fakta hukum
100.000.000,- (seratus juta sebagaimana yang pada intinya adalah
rupiah) sebagai modal usaha, Penggugat dapat membuktikan dalil-
namun Tergugat membantah dalil gugatannya. Maka sebelum
uang tersebut diterima menjatuhkan putusan Majelis Hakim
langsung oleh Tergugat, akan memberikan pertimbangan sebagai
Tergugat mendalilkan bahwa berikut:
uang tersebut diterima oleh
orang lain. Dari hasil kesimpulan pembuktian
tersebut dapat terbukti bahwa
2. Benar bahwa Tergugat tidak berdasarkan kenyataan yang ada bahwa
dapat melanjutkan Tergugat sampai sekarang tidak mampu
melakukan pembayaran membayar hutangnya kepada Penggugat
dikarenakan sedang walaupun Penggugat telah menagihnya
mengalami masalah ekonomi berkali-kali. namun upaya itu tidak
atau usahanya tidak lancar. dihiraukan oleh Tergugat. Dengan

15
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

demikian, Tergugat terbukti melakukan dilakukannya hanya dapat diberikan atau


wanprestasi. dilakukannya dalam waktu yang
melampaui waktu yang telah
Tergugat membenarkan mempunyai ditentukan”.
hutang kepada Penggugat sebesar Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah), Dari pertimbangan hukum tersebut,
maka pengakuan Tergugat yang maka pada akhirnya Majelis Hakim yang
demikian menurut Majelis Hakim benar telah memeriksa perkara menjatuhkan
terbukti bahwa Tergugat mempunyai putusan yang inti amarnya:
hutang Rp 100.000.000,- (seratus juta
rupiah). 1. Mengabulkan gugatan
Penggugat untuk sebagian;
Berdasarkan bukti surat dan
2. Menyatakan secara hukum
keterangan saksi-saksi yang telah
Tergugat telah melakukan
diuraikan diatas, benar bahwa Tergugat
wanprestasi;
mempunyai hutang kepada Penggugat
sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta 3. Menyatakan hukum
rupiah) dan sampai dengan saat ini pinjaman Tergugat yang
Tergugat tidak mengembalikan uangnya berjumlah 100,000,000,-
walaupun Prnggugat menagihnya (seratus juta rupiah;
berkali-kali.
4. Menghukum tergugat untuk
Dengan demikian Majelis Hakim mengganti kerugian materil
berpendapat dan berkesimpulan bahwa kepada penggugat sebesar
Tergugat terbukti secara sah dan 160.000.000,- (seratus enam
menyakinkan telah melakukan ingkar puluh juta rupiah);
janji (wanprestasi). sehingga karena
5. Menghukum Tergugat untuk
Tergugat terbukti melakukan
membayar biaya yang timbul
wanprestasi, maka Tergugat diwajibkan
dalam perkara ini sebesar Rp
untuk membayar lunas seluruh hutang
1.501.000,- (satu juta lima
pokoknya beserta kerugian lain yang
ratus satu ribu rupiah).
timbul.

Dengan demikian, maka uaraian


pertimbangan tersebut diatas telah sesuai KESIMPULAN DAN SARAN
dengan bunyi pada Pasal 1243
Kesimpulan
KUHPerdat bahwa;
Dari rumusan masalah maka
“Penggantian biaya, kerugian dan
dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai
bunga karena tak dipenuhinya suatu
berikut:
perikatan mulai diwajibkan, bila debitur,
walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap 1. Salah satu akibat hukum
Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau apabila seorang debitur
jika sesuatu yang harus diberikan atau melakukan wanprestasi

16
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

adalah debitur dituntut rupiah) sebagai


untuk membayar ganti rugi modal usaha.
atas tidak terpenuhinya
2. Benar bahwa
prestasi debitur tersebut.
hubungan hukum
Menurut Pasal 1243 Kitab
pinjam meminjam
Undang-Undang Hukum
tersebut benar-
Perdata (KUHPerdata),
benar ada dan
ganti rugi perdata
dituangkan
menitikberatkan pada ganti
melalui Surat
kerugian karena tidak
Tanda Terima dan
terpenuhinya perikatan
ditandatangan
(wanprestasi).
secara langsung
2. Berdasarkan putusan oleh Tergugat.
Pengadilan Negeri Denpasar
3. Tergugat sudah
yang telah berkekuatan
tidak dapat lagi
hukum tetap dengan perkara
membayar
Nomor: 638/Pdt.G/2017/PN
hutangnya kepada
Dps. Berdasarkan
Kreditur dengan
kesimpulan tentang hasil
alasan bahwa
pembuktian antara
usaha Tergugat
Penggugat dengan Tergugat
mengalami
dan telah diperoleh fakta-
kemunduran atau
fakta hukum sebagai
tidak lancer.
berikut:
Dengan demikian Majelis Hakim
1. Benar bahwa
berpendapat dan berkesimpulan bahwa
berdasarkan bukti
Tergugat terbukti secara sah dan
yang dihadirkan
menyakinkan telah melakukan ingkar
oleh Penggugat
janji (wanprestasi). Oleh karena
melalui P.1 serta
Tergugat terbukti melakukan
dalil Tergugat
wanprestasi, maka Tergugat diwajibkan
dalam jawabannya
untuk membayar lunas seluruh
secara tidak
hutangnya dan segala biaya atau
langsung telah
kerugian yang timbul.
membenarkan
bahwa ada
hubungan pinjam
meminjam uang Saran
sebesar Rp
Setelah melakukan penelitian
100.000.000,-
terhadap perkara wanprestasi putusan
(seratus juta
Nomor: 638/Pdt.G/2017/PN Dps)

17
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

Penulis akan menyampaikan beberapa Majelis Hakim dapat melihat


saran antara lain sebagai berikut: apakah Penggugat bisa
membuktikan dalil gugatannya
1. Untuk Penggugat yang dalam atau tidak. Jika memang
hal ini bertindak selaku Penggugat tidak dapat
kreditur, sebaiknya lebih membuktikan dalil gugatannya
berhati-hati sebelum maka Majelis Hakim tidak
memberikan pinjaman uang akan mengabulkan gugatan
terhadap seseorang. Setidaknya yang diajukan oleh Penggugat.
harus lebih jeli dalam melihat
kondisi seseorang yang 4. Keempat, untuk masyarakat
meminta pinjaman uang secara umum diharapkan untuk
tersebut. selalu bijaksana dan
bertanggung jawab dalam
2. Untuk Kreditur harus bisa setiap melakukan suatu
menilai apakah orang yang perbuatan hukum, yang salah
meminjam uang (debitur) satunya melakukan perjanjian
nantinya dapat mengembalikan utang-piutang. Apabila sudah
seluruh utangnya secara lunas melibatkan diri dalam suatu
dengan tepat waktu. Dan untuk perjanjian utang-piutang, maka
Tergugat yang dalam hal ini haruslah selalu beriktikad baik
bertindak selaku debitur, untuk
diharapkan dalam setiap mengembalikan/melunasi
melakukan perjanjian utang- hutang tersebut sampai dengan
piutang agar selalu beriktikad lunas dalam waktu yang telah
baik sesuai kesepakatan yang ditentukan sesuai yang
dituangkan dalam perjanjian diperjanjikan tersebut.
utang-piutang yang dibuat
secara bersama yakni dengan
mengembalikan atau
membayar angsuran hutangnya
sampai lunas. UCAPAN TERIMA KASIH
3. Untuk hakim terutama Hakim Puji syukur penulispanjatkan kepada
Pengadilan Negeri Denpasar Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
yang memeriksa dan mengadili cintaNya yang besar penulis dapat
perkara gugatan wanprestasi menyelesaikan tulisan jurnal yang
tersebut, pada dasarnya hakim berjudul “ Akibat Hukum Perbuatan
harus selalu menerapkan Wanprestasi Dalam Perjanjian Hutang-
prinsip kehati-hatian dalam Piutang”.
memeriksa perkara tersebut.
Sehingga dalam proses Tersusunnya tulisan ini berkat
pembuktian dipersidangan adanya sumbangsih pemikiran dari

18
Raad Kertha, Vol. 03, No. 01 Pebruari 2020 - Juli 2020

banyak pihak. Dari sebab itu maka saya


menyampaikan terima kasih tak
Subekti, 1985, Hukum Perjanjian,
terhingga kepada: Jakarta: Intermasa
1. Dr. Erikson Sihotang,
SH. MHum dan Komang
Edy Dharma Saputra, Subekti, R. Hukum Perjanjian, Cetakan
ke-VIII, PT Intermasa.
SH,MH Serta para dosen
di Universitas
Mahendradatta, bali.
Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian,
2. Teman-teman Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
seperjuangan di
Universitas
mahendradatta.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadjaja, Djoko Imbawani, 2016.


Hukum Perdata, Malang, Setara Press

Dirjosisworo, Soedjono. 1983,


Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada.

Pramono, Nindyo, 2003, Hukum


Komersil, Jakarta: Pusat Penerbitan UT

Sarwono, 2016, Hukum Acara Perdata


Dan Praktek, Jakarta, Cetakan ke-lima,
Sinar Grafika.

Setiawan, Oka I Ketut, 2018, Hukum


Perikatan, Cetakan ke-tiga, Jakarta,
Sinar Grafika.

Setiawan, R, 1999, Pokok-Pokok Hukum


Perjanjian, Jakarta: Putra Abadin

19

Anda mungkin juga menyukai