Anda di halaman 1dari 3

NAMA : EKO ARIYANTO

NIM : 030238175
TUGAS 1 HUKUM PERDATA DAN ACARA PERDATA

1. Hukum merupakan sebuah peraturan yang bersifat tegas dan dibuat oleh
lembaga lembaga tertentu yang bisa memaksa seseorang yang melanggarnya
untuk diberikan diberikan sanksi nyata.

2. Pluralisme hukum adalah munculnya suatu ketentuan atau sebuah aturan


hukum yang lebih dari satu di dalam kehidupan sosial. Kemunculan dan
lahirnya pluralisme hukum di indonesia di sebabkan karena faktor historis
bangsa indonesia yang mempunyai perbedaan suku, bahasa, budaya, agama
dan ras. Tetapi secara etimologis bahwa pluralisme memiliki banyak arti,
namun pada dasarnya memiliki persamaan yang sama yaitu mengakui semua
perbedaan-perbedaan sebagai kenyataan atau realitas. Dan di dalam tujuan
pluralisme hukum yang terdapat di indonesia memiliki satu cita-cita yang sama
yaitu keadilan dan kemaslahatan bangsa.
Indonesia hanya menganut tiga dari lima sistem hukum tersebut yakni sistem
hukum Adat, sistem hukum Islam dan hukum Barat. Ketiga hukum tersebut
saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain mereka saling
beriringan menggapai tujuan yang sama, namun di dalam perjalananya
mereka mengikuti aturan yang terdapat di dalam hukum tersebut.
Adanya Pluralitas hukum ini masih terjadi di Indonesia karena Indonesia pada
dasarnya merupakan negara yang plural, dimana terdapat berbagai
macam agama dan adat yang masing masing memiliki hukum tersendiri.
Sebahai contoh, hukum islam dan hukum adat sampai sekarang masih sama
sama berlaku di indonesia. Ada juga norma - norma dan kebiasaan -
kebiasaan yang masih sangat dipertimbangkan dalam hukum yang berlaku di
masyarakat sosial.
Adapun cara mengatasinya bisa dengan :
a. Bercermin. Kita harus tahu diri kita seperti apa? Fahami diri kita. Apa
yang kita punya. Kelebihan dan kekurangan apa yang ada. Jika ada
kelebihan, syukuri! Jika ada kekurangan, cobalah untuk melengkapi.
b. Lihat sekitar. Kiya harus membuka mata akan siapa yang ada disekitar
mereka. Beradaptasi dan menghargai pribadi mereka. Ya, walaupun kita
tidak/belum bisa dihargai oleh mereka.
c. Bayangkan. Kita menjadi mereka. Rasakan, dan posisikan diri kita
dengan keadaan yang sama dengan mereka.
d. Hargai! Mencobalah untuk menghargai posisi dan keadaan mereka.
Bukalah mata akan keberagaman yang ada. Karena sebenarnya positif
dan negative dari setiap hal, mempunyai nilai sendiri-sendiri.

3. Kematian perdata (civiliter mortuus) adalah istilah yang dipakai untuk


menyebutkan kondisi subjek hukum yang telah kehilangan hak-hak
perdatanya, misalnya hak untuk bekerja, menikah, dan memiliki keturunan.
Pada hakikatnya tidak boleh ada bentuk sanksi apapun yang boleh sampai
menghilangkan hak-hak keperdataan yang sangat mendasar ini. Sekalipun
seseorang telah divonis menjadi pengidap HIV AIDS misalnya, dan ia
dikhawatirkan dapat menularkan virus ini kepada isteri atau anaknya (jika ia
diizinkan menikah), tetap tidak dibenarkan di mata hukum untuk
menghilangkan hak bagi yang bersangkutan untuk menikah.

4. macam-macam badan hukum sebagaimana dikemukakan Utrecht :


a. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk sukarela oleh orang yang
bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara
kebudayaan, mengurus soal-soal sosial dan sebagainya.
b. Persekutuan orang yang terbentuk karena faktor-faktor kemasyarakatan
dan politik dalam sejarah , misalnya: negara, provinsi, kabupaten, dessa.
c. Organisasi orang yang didirikan berdasarkan undang-undang tetapi
perhimpunan.
d. Yayasan

5. Akibat Perkawinan Terhadap Suami istri


a. Suami istri memikul tanggung jawab yang luhur untuk menegakan rumah
tangga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 30).
b. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan dalam pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat (Pasal 31 ayat (1)).
c. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hokum (ayat 2).
d. Suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga.
e. Suami istri menentukan tempat kediaman mereka.
f. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, saling setia.
g. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu sesuai
dengan kemampuannya.
h. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

6. Jenis-Jenis Perikatan
(1)   Perikatan Bersyarat : Perikatan yang digantungkan pada syarat. Syarat itu
adalah suatu peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti
terjadinya, baik dengan menangguhkan pelaksanaan perikatan hingga
terjadi peristiwa, maupun dengan membatalkan perikatan karena terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa tersebut (Pasal 1253 KUHPerdata).
(2)   Perikatan Dengan Ketetapan Waktu : pelaksanaan perikatan itu
digantungkan pada “waktu yang ditetapkan”. Waktu yang ditetapkan itu
adalah peristiwa yang masih akan terjadi dan terjadinya itu sudah pasti,
atau dapat berupa tanggal yang sudah ditetapkan.
(3)   Perikatan Manasuka (boleh pilih) : Dalam perikatan manasuka, objek
prestasi ada dua macam benda. Dikatakan perikatan manasuka, karena
debitur boleh memenuhi prestasi dengan memilih salah satuu dari dua
benda yang dijadikan objek perikatan. Tetapi debitur tidak dapat
memaksa kreditur untuk menerima sebagian benda yang satu dan
sebagian benda yang lainnya. Jika debitur telah memenuhi salah satu dari
dua benda yang disebutkan dalam perikatan, ia dibebaskan dan perikatan
berakhir. Hak memilih prestasi itu ada pada debitur, jika hak ini tidak
secara tegas diberikan kepada kreditur (Pasal 1272 dan 1273
KUHPerdata).
(4)   Perikatan Tanggung Menanggung : Dalam perikatan tanggung
menanggung dapat terjadi seorang debitur berhadapan dengan beberapa
orang kreditur, atau seorang kreditur berhadapan dengan beberapa orang
debitur. Apabila kreditur terdiri dari beberapa orang, ini disebut tanggung
menanggung aktif. Dalam hal ini setiap kreditur berhak atas pemenuhan
prestasi seluruh hutang, dan jika prestasi tersebut sudah dipenuhi, debitur
dibebaskan dari hutangnya dan perikatan hapus (Pasal 1278
KUHPerdata).
(5)   Perikatan yang dapat dan tidak dapat dibagi : Suatu perikatan dikatakan
dapat atau tidak dapat dibagi apabila benda yang menjadi objek perikatan
dapat atau tidak dapat dibagi menurut imbangan, lagi pula pembagian itu
tidak boleh mengurangi hakikat dari prestasi tersebut.
(6)   Perikatan dengan Ancaman Hukuman : Perikatan ini memuat suatu
ancaman hukuman terhadap debitur apabila ia lalai memenuhi
prestasinya. Ancaman hukuman ini bermaksud untuk memberikan suatu
kepastian atas pelaksanaan isi perikatan seperti yang telah ditetapkan
dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak.

7. perbedaan perikatan dan perjanjian

Perikatan Perjanjian
suatu perhubungan hukum antara suatu peristiwa dimana
dua orang atau dua pihak, seseorang berjanji kepada
berdasarkan mana pihak yang seorang lain atau dimana dua
satu berhak menuntut sesuatu orang itu saling berjanji untuk
hal dari pihak lain, dan pihak melaksanakan sesuatu hal.
yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu
selain mengikat karena adanya perjanjian pada hakekatnya
kesepakatan juga mengikat merupakan hasil kesepakatan
karena diwajibkan oleh undang para pihak, jadi sumbernya
undang, contohnya perikatan benar-benar kebebasan pihak-
antara orangtua dengan anaknya pihak yang ada untuk diikat
muncul bukan karena adanya dengan perjanjian
kesepakatan dalam perjanjian sebagaimana diatur dalam
diantara ayah dan anak tetapi Pasal 1338 KUHPerdata.
karena perintah undang-undang.
masing-masing pihak mempunyai tidak ditegaskan tentang hak
hak hukum untuk menuntut hukum yang dimiliki oleh
pelaksanaan prestasi dari masing-masing pihak yang
masing-masing pihak yang telah berjanji apabila salah satu dari
terikat. pihak yang berjanji tersebut
ternyata ingkar janji, terlebih
karena pengertian perjanjian
dalam Pasal 1313 KUHPerdata
menimbulkan kesan seolah-
olah hanya merupakan
perjanjian sepihak saja.

Anda mungkin juga menyukai