Anda di halaman 1dari 7

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

“Untuk Keadilan”

SURAT TANGGAPAN
NOMOR REGISTER PERKARA : PDM-071/BL/06/2022

ATAS NAMA TERDAKWA:


DERI ERDI RAHMADI SESUNAN bin MUSTHOFA

MELANGGAR : PASAL 340 Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana ATAU Pasal 338
Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana ATAU Pasal 351 ayat (3)
Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
TANGGAPAN ATAS NOTA KEBERATAN
PENASIHAT HUKUM

I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim yang Terhormat,

Saudara Penasihat Hukum dan Terdakwa yang Kami


Hormati, dan Hadirin Sidang yang Kami Muliakan

Kami selaku Penuntut Umum mengucapkan terima kasih kepada Majelis


Hakim yang telah memberikan kesempatan kepada Kami selaku Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung untuk mengajukan
pendapat atas Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa.
Sebelum Kami menguraikan pendapat atas Keberatan Penasihat Hukum
Terdakwa dimaksud, terlebih dahulu Kami akan mengutip ketentuan yang
mengatur tentang materi pokok keberatan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana, yaitu
Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang
berbunyi sebagai berikut:
“Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau Dakwaan tidak
dapat diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya,
Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana tersebut, dapat dipahami bahwa materi pokok Keberatan telah
ditentukan secara limitatif meliputi tiga hal, yaitu:
1. Kewenangan Pengadilan dalam mengadili perkara;

Menurut Yahya Harahap, S.H., terhadap penerapan Keberatan yang mana


telah diatur oleh Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum cara
Pidana, terdapat tiga (3) jenis isi Keberatan yang sah dalam peradilan
pidana, yaitu: (Yahya Harahap, S.H., Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bagian Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali , Sinar Grafika,
Jakarta, 2008, hlm. 124-133)
Dengan berpedoman pada ketentuan tersebut maka apabila di dalam
Keberatan berisikan hal-hal lain diluar dari 3 (tiga) hal sebagaimana tersebut
diatas maka kami selaku Penuntut Umum tidak perlu menanggapinya dan
selayaknya menolak atau mengesampingkan keberatan yang seperti itu
Bahwa apabila dalam Keberatan Penasihat Hukum terdapat hal-hal yang
menyangkut materi pokok perkara maka hal ini menunjukkan bahwa
Penasihat Hukum Terdakwa tidak memahami tugasnya dalam memberikan
advokasi terkait dengan hak-hak Terdakwa untuk menyampaikan Keberatan.
Demikian pula halnya jika Keberatan yang diajukan hanya berisi hal-hal yang
sifatnya membangun opini bahwa Terdakwa tidak bersalah sebelum perkara
pokoknya diperiksa menunjukkan bahwa Penasihat Hukum Terdakwa tidak
memahami ketentuan Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana tersebut dan seolah-olah Penasihat Hukum Terdakwa ingin
mendahului kewenangan Majelis Hakim dalam memutus perkara in casu.
Keberatan yang menyangkut materi pokok perkara dan pernyataan
pernyataan yang bersifat opini adalah di luar materi Keberatan yang
diperkenankan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan sudah
seharusnya ditolak atau dikesampingkan.

II. MATERI POKOK KEBERATAN PENASIHAT HUKUM TERDAKWA


Bahwa Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan Keberatan
tertanggal 20 Juli 2020, yang pada intinya berisi:
1. Kewenangan Pengadilan Mengadili Perkara ;

III. PENDAPAT PENUNTUT UMUM


Yth. Ketua dan Anggota Majelis Hakim,
Yth. Sdr. Tim Penasehat Hukum dan Saudara Terdakwa

Setelah membaca, menelaah, dan mempelajari Keberatan dari


Penasihat Hukum Terdakwa DERI ERDI RAHMADI SESUNAN yang
dibacakan di persidangan pada hari Senin, 15 Juni 2022. Kami selaku
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung menyatakan
tetap pada Surat Dakwaan Kami. Oleh karena itu, terhadap materi
Keberatan yang disampaikan Penasihat Hukum Terdakwa, Kami akan
mengajukan pendapat-pendapat secara berurutan sesuai dengan pokok
Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa sebagai berikut:
1. PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG TIDAK BERWENANG

UNTUK MEMERIKSA DAN MENGADILI PERKARA A Quo

SECARA ABSOLUT (KOMPETENSI ABSOLUT)

Tim Penasehat Hukum Terdakwa dalam Nota Keberatan pada


pokoknya mengemukakan :
“...Pada uraian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat

kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian terjadi

wanprestasi dalam pelaksanaan kesepakatan tersebut. Oleh karena itu,

kami selaku tim Penasihat Hukum berpendapat bahwa Surat Dakwaan

yang dibuat oleh Penuntut Umum telah jelas menguraikan perbuatan

yang dilakukan terdakwa adalah sengketa dalam perkara perdata. Kami

tim Penasihat Hukum berpendapat bahwa benar perkara a quo

seharusnya diselesaikan melalui keperdataan. Oleh sebab itu, seharusnya

Majelis Hakim menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Tanjung

Karang Tidak Berwenang Memeriksa Dan Mengadili Perkara A

Quo Secara Absolut (Kompetensi Absolut)”

Setelah membaca dan menelaah materi Keberatan a quo dari


Penasihat Hukum Terdakwa, Kami menyatakan tidak sependapat
dengan materi Keberatan a quo. Terlihat Tim Penasihat Hukum hanya
mencari-cari kesalahan atas kebenaran Surat Dakwaan yang telah kami
susun secara jelas dan lengkap.
Fakta yang kami peroleh dalam proses penyidikan adalah kejadian
perkara ada di wilayah Hukum Bandar Lampung, dan saksi-saksi dalam
perkara ini pun dominan berdomisili di Rantauprapat, begitu pula
dengan barang bukti yang kami selaku Jaksa Penuntut Umum sita ada di
Bandar Lampung.
Kami selaku Jaksa Penuntut Umum berpegang teguh pada Asas
Peradilan Sederhana Cepat dan Biaya Ringan yang sebagaimana
ditegaskan pada Pasal 4 Ayat 2 Undang Undang No.48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan :

“Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi


segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan
yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.”
Dan walaupun tindak pidana yang dilakukan oleh DERI ERDI
RAHMADI SESUNAN ini dilakukan di tempat-tempat (locus delicti)
yang berbeda-beda, kami selaku Jaksa Penuntut Umum tetap meminta
kepada Majelis Hakim untuk tetap melaksanakan persidangan perkara
ini di Pengadilan Negeri Bandar Lampung, karena kami pun berpegang
teguh pada aturan Pasal 84 Ayat 3 KUHAP, yang menyatakan :
“Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana dalam
daerah hukum berbagai pengadilan negeri, maka tiap pengadilan negeri
itu masing-masing berwenang mengadili perkara pidana itu”
Begitu pula dengan tempat kejaadian perkara, Korban DEDI
NAZZAR BIN EFFENDI saksi-saksi, dan barang bukti yang kami selaku
Jaksa Penuntut Umum sita. Kami berpegang teguh pula pada aturan
Pasal 84 Ayat 2 KUHAP yang menyatakan :
“Pengadilan Negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa
bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau
ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut apabila
tempat kediaman. Sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada
tempat Pengadilan Negeri itu daripada tempat kedudukan Pengadilan
Negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan.”
Berdasarkan argumentasi Kami diatas, maka sudah selayaknya
materi Keberatan Tim Penasihat Hukum Terdakwa dinyatakan TIDAK
DAPAT DITERIMA.

IV. KESIMPULAN

Majelis Hakim yang Terhormat,


Saudara Penasihat Hukum dan Terdakwa yang Kami Hormati,
dan
Hadirin Sidang yang Kami Muliakan

Berdasarkan seluruh pendapat Penuntut Umum pada Kejaksaan


Negeri Bandar Lampung sebagaimana termaktub di atas, Kami selaku
Jaksa Penuntut Umum sampai pada kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa beberapa materi Keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa
telah melampaui lingkup Keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 156
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

2. Bahwa materi Keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa terlalu


mencari – cari kesalahan dari Surat Dakwaan Penuntut Umum dan
banyak kekeliruan dalam isi keberatan.

3. Bahwa Surat Dakwaan telah disusun secara cermat, jelas, dan


lengkap dan telah memenuhi syarat formil dan materiil sesuai dengan
ketentuan Pasal 143 Ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP.

Terlepas dari perbedaan pandangan antara Penasihat Hukum


Terdakwa dengan Penuntut Umum, hendaklah kita dapat menempatkan
diri sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing sekaligus
menghargai kedudukan Majelis Hakim Yang Terhormat yang oleh
Undang-Undang diberi kewenangan untuk menilai perbedaan-perbedaan
tersebut untuk kemudian dijadikan pertimbangan dalam Putusannya.
Oleh karena hal tersebut di atas, maka Kami mohon kepada
Majelis Hakim yang mengadili perkara ini untuk memutus dalam
Putusan Sela dengan amar sebagai berikut:

1. Bahwa Nota Keberatan yang di buat oleh Penasihat Hukum Terdakwa


DERI ERDI RAHMADI SESUNAN sudah menyentuh pokok perkara.
2. Menetapkan Nota Keberatan dari Penasehat Hukum Terdakwa DERI
ERDI RAHMADI SESUNAN tidak dapat diterima atau ditolak untuk
seluruhnya.

3. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan dengan Nomor Register Perkara:


PDM-071/BL/06/2022 tertanggal 7 Januari 2022 yang dibacakan di
persidangan tanggal 7 Januari 2022, adalah sah menurut hukum karena
telah memenuhi syarat formil dan materiil sesuai dengan ketentuan
Pasal 143 Ayat (2) huruf a dan huruf b KUHAP sehingga dapat dijadikan
dasar dalam pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa DERI ERDI
RAHMADI SESUNAN.

4. Menerima Surat Dakwaan dengan Nomor Register Perkara:


PDM-071/BL/06/2022 tertanggal 7 Januari 2022 yang dibacakan di
persidangan tanggal 7 Januari 2021 atas nama DERI ERDI RAHMADI
SESUNAN

5. Menyatakan agar pemeriksaan terhadap Terdakwa untuk dilanjutkan.

Lampung Selatan, 22 Juni 2022

Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung


MARISA NAFA, S.H.,M.H ALFASA AGUNG, S.H.,M.H
JAKSA MUDA JAKSA MUDA
NIP. 1971280419991512004 NIP. 196518091999981007

Anda mungkin juga menyukai