Yang kesemuanya adalah Para Advokat, Pada kantor hukum “MAGNOLIA LAW
FIRM” beralamat di Ruko Thamrin Square C15 Jl. MH. Thamrin No.5, Sekayu, Ke.
Semarang Tengah, Kota Semarang. 50134. Dan Selanjutnya dalam perkara ini
bertindak sebagai Penasihat Hukum Terdakwa Berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tertanggal 1 November 2022, Dengan Identitas Terdakwa sebagai berikut :
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tidak lupa bagi saudara Penuntut Umum, kami sampaikan rasa hormat kami
dengan semangat pro justitia, karena pada hakikatnya kita mempunyai tujuan yang
sama, yaitu mencari kebenaran dan keadilan dalam persidangan perkara pidana ini.
Meskipun dalam prosesnya terdapat sedikit perbedaan pandangan dalam
merumuskan pertimbangan hukum atas fakta hukum yang telah terungkap di muka
persidangan.
Dalam kesempatan kali ini kami penasihat hukum terdakwa, ingin menyampaikan
bahwa kami sama sekali tidak ada maksud untuk memperlama jalannya proses
persidangan. Melainkan, dalam kesempatan yang disediakan oleh Hukum Acara
Pidana ini, kami tujukan semata-mata untuk menemukan kebenaran dalam
menegakan hukum. Serta dapat memberikan rasa keadilan terhadap terdakwa atas
perkara ini, dari sudut pandang hukum yang berbeda dari saudara penuntut umum,
sebagai penyeimbang jalannya proses penegakan hukum.
Kami penasihat hukum terdakwa berpendapat bahwa Replik yang telah di ajukan
oleh saudara Penuntut Umum terhadap Nota Pembelaan penasihat hukum terdakwa,
tidak lebih dari suatu formalitas guna terpenuhinya tuntutan profesi yang di emban
oleh saudara penuntut umum. Hal tersebut terlihat dari posisi Penuntut Umum, bahwa
Sebagai aparat penegak hukum hendaknya kita dapat melihat lebih jauh
mengenai hukum yang perlu diterapkan, serta seharusnya kita dapat meninjau dari
segala aspek hukum mengenai penerapan hukum apa yang pantas dalam perkara
yang sedang kita hadapi saat ini, karena memang kenyataannya sudut pandang
antara Jaksa Penuntut Umum dengan kami Penasehat Hukum terdakwa memang
sejak awal telah berbeda dan bertentangan dalam memandang perkara ini, dimana
Jaksa penuntut umum hanya memandang dari segi tekstual undang-undang, guna
berusaha menjerat atau mengkait-kaitkan kesalahan terdakwa dalam perkara ini.
sedangkan kami Penasehat Hukum terdakwa memandang dalam perkara ini dari segi
kontekstual undang-undang, guna mendapatkan suatu penyelesaian perkara pidana
ini lebih berkepastian hukum dan dapat bermanfaat bagi setiap pihak.
Bahwa apa yang akan kami sampaikan dalam duplik ini merupakan suatu bentuk
upaya hukum kami selaku penasihat hukum terdakwa, dalam mencoba menjelaskan
kebenaran fakta, dengan harapan tidak ada pihak yang tersesat ketika membuat
suatu penyelesaian dalam perkara ini. Kami juga mengharapkan Majelis Hakim tidak
terpengaruh dari permintaan-permintaan serta desakan-desakan dari pihak lain yang
hendak melemparkan tanggung jawab. Dan kami memohon agar majelis hakim Berani
mengambil keputusan untuk menyatakan kebenaran yang benar dan bersandar pada
keadilan yang berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa.
Bahwa duplik yang akan kami bacakan sekaligus kami ajukan ini merupakan
bagian yang tidak dapat terpisahkan dari nota pembelaan penasihat hukum terdakwa
yang telah di ajukan dan dibacakan pada persidangan sebelumnya. Serta duplik ini
Sebelum masuk ke dalam uraian duplik dari kami tim penasihat hukum terdakwa
yang akan menjawab Tanggapan dari Penuntut Umum, izinkanlah kami terlebih
dahulu menyampaikan beberapa adagium hukum yang menggambarkan posisi kami
dalam situasi ini Credo ut intellegam “Hukum tidak membatasi dengan pasti,
melainkan menjamin kebebasan bagi setiap orang yang baik”. sebagaimana adagium
yang menyataka Dormiunt Aliquando Leges, Nunquam Moriuntur “Hukum terkadang
tidur, tetapi hukum tidak pernah mati.” Kami yakin hukum yang tidak pernah mati
dalam mengungkap kebenaran yang ada. Berdasarkan adagium di atas, posisi kami
disini adalah sebagai pihak yang sedang berusaha menyatakan pendapat hukum
berdasar profesi kami oleh Undang-undang. Adagium-adagium tersebut mungkin
hanya sebuah “postulat” yang sebagian pihak beranggapan tidak ada hubungannya
dengan perkara ini, Namun dalam hal ini penasihat hukum terdakwa yakin bahwa
yang mulia majelis hakim akan mempertimbangkannya.
Bahwa pada persidangan hari selasa tanggal 7 maret 2023 saudara Penuntut
Umum telah membacakan dan mengajukan repliknya atas Nota Pembelaan yang
kami ajukan sebelumnya. Dan Setelah mendengar, membaca dan menganalisa serta
mencermati kembali terhadap isi dari keseluruhan Replik saudara Penuntut Umum,
maka dapat kami tarik kesimpulan, bahwa sebenarnya tidak ada fakta hukum dan
argumentasi hukum yang baru terkait dengan perkara ini yang disampaikan oleh
saudara Penuntut umum dalam jawabannya, selain dari pada hanya bersifat
pengulangan dan penggambaran kembali dari sudut pandang subjektifitas saudara
Penuntut Umum sebagaimana yang tertuang dalam dakwaan, serta termuat kembali
dalam tuntutan Penuntut Umum yang telah dengar dalam persidangan sebelumnya.
Untuk itu perlu kami sampaikan lagi, bahwa kami Penasehat hukum terdakwa
juga mempunyai recording atas semua fakta hukum yang telah terungkap
dipersidangan dan hal tersebut yang mendasari dari pembuatan Pledooi kami
tertanggal 28 Februari 2023 dan Duplik ini kami himpun, serta dapatkan berdasarkan
keterang saksi-saksi dan/atau alat-alat bukti yang justru dihadirkan sendiri oleh
saudara Penuntut Umum dalam perkara ini, sebagai salah satu bentuk upaya
Bahwa saudara penuntut umum pada kejaksaan negeri kota semarang telah
menegaskan di dalam repliknya, setelah mendengar dan membaca sendiri Nota
Pembelaan yang disampaikan Terdakwa melalui Penasihat Hukum Terdakwa saudara
penuntut umum pada dasarnya tetap dengan tuntutan sebelumnya yang telah
dibacakan pada hari Selasa tanggal 14 Februari 2023 lalu dan menyatakan agar
majelis hakim menolak semua dalil-dalil pembelaan terdakwa yang di sampaikan
melalui penasehat hukumnya kerena tidak sesuai dengan pertimbangan dalam
tuntutan saudara Jaksa Penuntut Umum.
Tafsir overmacht (daya paksa) di bedakan menjadi tiga bagian yaitu overmacht
“absolut”, overmacht “relative” dan keadaan darurat dari luar atau disebutnya dengan
noodtoestand. Overmacht yang absolut adalah orang tersebut tidak memiliki kuasa
menghindarkan diri dari perbuatan orang lain sehingga perbuatan melawan hukumnya
Persoalan hukum peristiwa perkara pidana yang selama ini dipandang oleh
masyarakat cendrung absolute (kaku) dan tidak memihak pada masyarakat kecil serta
tidak sesuai dengan hati nurani masyarakat. Namun, dalam Ketentuan pasal Pasal 48
KUHP ini menurut kami Penasihat hukum terdakwa berpendapat bahwa suatu
keharusan bagi hakim untuk tetap mempertimbangkannya agar bentuk permaafan
yang dihasilkan memang sesuai dengan perbuatan terdakwa dan pantas untuk
dimaafkan. Artinya tidaklah menjadi serta merta bagi majelis hakim untuk memafkan
dengan mudahnya tetapi dapat dilihat dari peristiwa hukumnya yang benar-benar
mengusik keadilan yang hidup di masyarakat telah sesuai.
Bahwa selanjutnya atas uraian pendapat hukum di dalam replik saudara penuntut
umum diatas ditambah dengan sedikit argumentasi hukum tambahan dari kami
penasihat hukum terdakwa semoga dapat dijadikan alasan untuk dapat memperkuat
keyakinan majelis hakim, serta bersedia menjadikan uraian dalam duplik ini dalam
kesimpulan pertimbangan hukumnya. Berdasarkan keterangan diatas jika dikaitkan
dengan fakta hukum yang tedapat dalam replik saudara penuntut umum,
menyebutkan bahwa fakta hukum tersebut telah benar dan sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku saat ini.
Atas fakta fukum diatas kami penasihat hukum terdakwa juga sepakat bahwa fakta
hukum diatas merupakan rangkaian peristiwa hukum yang telah terjadi dalam perkara
Bahwa atas fakta hukum yang di sampaikan oleh saudara penuntut umum dalam
repliknya poin kedua tersebut terdakwa telah mengakui dan bersikap baik sebagai
bentuk perwujudan justice collabolator dalam mengungkap suatu peristiwa pidana
baik dalam perkaranya sendiri atau dalam perkara orang lain yang telah di berikan
putusan berkekuatan hukum tetap. Dalam perkara ini terdakwa telah mengakui dan
menceritakan fakta peristiwa hukum yang sebenarnya sehingga dapat memudahkan
jalannya proses persidangan.
Selanjutnya kami penasihat hukum terdakwa akan menguraikan kembali fakta
hukum yang terdapat dalam replik saudara penuntut umum disertai dengan
pertimbangan analisa hukum kami, yang berlandaskan pada alat bukti yang telah
terungkap di persidangan. Bahwa atas fakta hukum yang terdapat dalam replik
saudara penuntut umum poin ketiga dan keempat halaman kedua saudara penuntut
umum yang menyatakan :
- Bahwa faktanya setelah ujian selesai dilaksanakan dan diketahui terjadi
kecurangan Terdakwa beserta para Kepala Desa lainnya turut menekan dan
memaksa kepada Dekan Fisip UIN Walisongo Semarang untuk mengeluarkan
hasil seleksi meskipun sudah dijelaskan adanya kecurangan seleksi yang harus
diulang.
- Faktanya Terdakwa mengetahui adanya kecurangan yang dilakukan oleh saksi
ABDUL SALIM, saksi VIDI ATMOKO, Saksi ANCIKA BINAR VIANO dan saksi
ABDUL KHARIS dalam seleksi perangkat desa yang dilaksanakan FISIP UIN
Walisongo Semarang, namun Terdakwa sebagai Kepala Desa dalam Pasal 26 UU
Desa yang mempunyai kewenangan mengangkat dan memberhentikan perangkat
Desa serta mempunyai kewajiban diantaranya menaati dan menegakkan
peraturan perundang- undangan dan melaksanakan kehidupan demokrasi, tetap
melantik saksi ABDUL SALIM, saksi VIDI ATMOKO, Saksi ANCIKA BINAR
VIANO dan saksi ABDUL KHARIS sebagai perangkat desa.
Di dalam barang bukti yang saudara penuntut umum ajukan dalam perkara ini
memuat kata perjanjian “apabila terdapat kondisi force majeure maka pihak yang
berwenang membatalkan hasil tes seleksi penjaringan calon perangkat desa adalah
pihak yang mengeluarkan hasil tes seleksi tersebut dalam perkara ini adalah
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP)” dan aturan tersebut telah diatur dalam lampiran Peraturan Bupati
Demak Nomor 70 Tahun 2020 tentang pelaksanaan Pengisian dan Pengangkatan
Perangkat Desa, sehingga tidak beralasan hukum apabila terdakwa selaku pejabat
kepala desa secara sepihak melakukan pembatalan pelantikan calon perangkat desa
yang telah dinyatakan lolos seleksi tes penjaringan.
Serta dalam hal panitia seleksi perangkat desa yang telah di bentuk di desa
memaksa agar pihak Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, hal tersebut
telah ketua pilprades nyatakan di muka persidangan dibawah sumpah apabila
terdakwa tidak segera mengumumkan dan melantik calon perangkat desa yang telah
dinyatakan lolos ke esokan harinya setelah pelaksanaan tes di nyatakan selesai,
sesuai dengan Peraturan Bupati Demak Nomor 70 Tahun 2020 Pasal 6 berbunyi :
Dalam pelaksanaan Pengisian dan Pengangkatan Perangkat Desa, Bupati dapat
memberikan sanksi kepada Kepala Desa berupa pemberhentian sementara,
penundaan penghasilan tetap dan tunjangan lainnya apabila: Kepala Desa tidak,
melaporkan kekosongan jabatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud, Kepala
Desa tidak membentuk Tim Pengisian sebagaimana dimaksud, Kepala Desa tidak
bersedia melantik Perangkat Desa sejak Hasil pelaksanaan seleksi Calon Perangkat
Desa, dan Pasal 7 berbunyi : Kepala Desa yang tidak melantik calon perangkat yang
telah mengikuti proses pengisian perangkat desa dan dinyatakan lulus sebagaimana
Terkait pernyataan fakta hukum saudara penuntut umum diatas penasihat hukum
terdakwa berpendapat bahwa faktanya sampai saat ini dari pihak Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang belum mengeluarkan suatu keputusan yang secara
tegas menyatakan, bahwa terdapat kecurangan dalam proses pelaksanaan tes
seleksi calon perangkat desa secara administratif. Bahkan rektor yang secara nyata
menduga dan mengetahui sejak awal terdapat kecurangan dalam proses pelaksanaan
tes seleksi calon perangkat desa faktanya sampai saat ini sama sekali tidak
menunjukan sikapnya yang dapat menyatakan bahwa harus dilakukan pengulangan
tes seleksi calon perangkat desa atau membatalkan hasil dari tes seleksi calon
perangkat desa yang sudah dilakukan secara mekanisme kedinasan. Seyogyanya
rektor Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang harus mengeluarkan
keputusan / atau paling tidak menyurati pihak pemerintah kabupaten demak dan
menyatakan bahwa terdapat kecacatan hukum terkait hasil tes seleksi calon
perangkat desa sebagai suatu tindakan yang baik akan kesadaran hukum secara
administratif. Kami penasihat hukum terdakwa yakin apabila pihak Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang secara aktif mengambil sikap secara administratif maka
peristiwa hukum terkait perkara ini tidak akan meluas hingga seperti ini. Oleh karena
penasihat hukum terdakwa telah menguraikan argumentasi hukum yang demikian
maka kami memohon agar yang mulia majelis hakim berkenan untuk memberikan
pertimbangan bahwa fakta hukum saudara penuntut umum tersebut tidak relevan
dengan kapasitas dan kewenangan terdakwa oleh karena itu perlu dikesampingkan.
Majelis hakim dengan segala kerendahan hati dari kami penasihat hukum
terdakwa. Memohon dengan amat dan sangat atas kemulian majelis hakim, berkenan
untuk menelaah serta merenungkan sejenak atas makna kata fakta hukum menurut
saudara penuntut umum diatas yang terdapat di dalam repliknya. Karena dalam hal ini
jujur kami penasihat hukum terdakwa bertanya-tanya kemana arah pandangan hukum
saudara penuntut umum dalam perkara ini. Dimana saudara penuntut umum
menyatakan menolak seluruh dalil-dalil permohonan pledoi dari kami penasihat
hukum terdakwa, akan tetapi di dalam repliknya saudara penuntut umum menyatakan
mengamini fakta hukum adanya unsur daya paksa dalam diri terdakwa. Hal yang
demikian telah sesuai dengan apa yang kami uraikan dalam nota pembelaan kami
sebelumnya.
- Sekitar dua minggu kemudian saksi bersama dengan Pak AGUS SURYANTO dan
sdr HARIYADI dihubungi oleh sdr.SARONI untuk datang ke Rumahnya yang
beralamat di Desa Wonoketingal Kec. Karanganyar Kab.Demak. Dalam
pertemuan tersebut sdr.RONI menyampaikan masalah perangkat desa dan
menjanjikan akan meloloskan calon peserta yang akan dibawa dimana dalam
pengisian calon perangkat desa nantinya harus membayar sejumlah uang kepada
Pihak Ketiga sejumlah Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) untuk 1
(satu) orang formasi perangkat desa dan sejumlah Rp.250.000.000,00 (dua ratus
linia puluh juta rupiah) untuk 1 (satu) orang formasi Sekretaris desa, sdr. SARONI
tidak menyampaikan siapa pihak ketiga yang akan diajak kerjasama, saksi
kemudian menanyakan kepada sdr. SARONI PAK KAMI INI NANTI AKAN DIBERI
OPERASIONAL APA, KARENA KAN KAMI MEMBANTU", dan dijawab oleh sdr.
SARONI SAKSI INI TIDAK MAKELAR SAKSI HANYA MEMBANTU KEPALA
DESA DAN TIDAK MENGAMBIL UNTUNG.
- Setelah saksi mendapat penjelasan dari sdr. SARONI kalau tidak akan mendapat
biaya operasional kemudian sejak saat saksi tidak mau ikut-ikut lagi, bahkan saksi
- Setelah saksi bersama dengan Pak AGUS SURYANTO dan sdr. HARIYADI
dipanggil oleh sdr. SARONI di kantor Polres Demak, sejak saat itu saksi sudah
tidak pernah diajak dan diundang oleh sdr. SARONI, bahkan saksi mendengar
informasi kalau sdr. SARONI memprovokasi para kepala desa agar tidak
mendekat kepada saksi.
Atas pernyataan alat bukti diatas, seharusnya majelis hakim yang mulia dapat
merasakan kodisi batin dalam diri terdakwa sebagai seseorang yang awam akan
pengetahuan hukum dapat di manfaatkan oleh saksi saroni. Dan merupakan suatu hal
yang beralasan jika sikap batin terdakwa tertekan atas bujuk rayu dan segala macam
paksaan dan ancaman yang dilakukan oleh saksi saroni kepada terdakwa guna dapat
melancarkan kepentingannya, apabila dilihat dari segi kekuasaan saksi saroni pada
waktu itu sebagai kanit tipikor polres demak. Dalam kondisi sosial masyarakat pada
faktanya yang terjadi saat ini bahwa seorang aparat penegak hukum bisa saja
menekan sikap dan mental seseorang jika kita mengingat akan
kewenangan/kekuasaan yang dimilikinya.
Serta agar lebih dapat meyakinkan majelis hakim bahwa terdapat daya paksa
dalam diri terdakwa ketika melakukan suatu perbuatan tindak pidana, penasihat
hukum terdakwa memohon majelis hakim yang mulia berkenan mengingat dan
Dan kesaksian saksi Imam jaswadi poin ke 10 halaman 21 dalam surat tuntutan
penuntut umum menerangkan bahwa sebelum masuk kedalam rumah saksi adib
saksi di beri pesan oleh saksi saroni “Mbah nanti uangnya diletakan saja, jangan ada
bahasa menyerahkan uang. Dari pernyataan alat bukti diatas yang saling
bersesuaian dengan alat bukti lain di muka persidangan hal tersebut sangat
menggambarkan rangkaian peristiwa hukum yang nyata. dan dapat disimpulkan
bahwa peristiwa hukum ini bermula dari inisiatif saksi saroni yang mengetahui akan
adanya tes pencalonan perangkat desa. Kemudian atas informasi tersebut saksi
saroni memanfaatkan sebagai adanya peluang saksi bagi saroni mampu mengatur
dan mengakomodir mengingat jabatan/ kekuasaan yang melekat pada dirinya.
Bahkan terdakwa sama sekali tidak mengetahui seperti apa mekanisme pelaksannya
dalam pengkondisiannya.Terdakwa baru mengetahui pengkondisiannya bahwa ada
bimbingan belajar 1 minggu sebelum tes pelaksanaan dimulai. Serta terdakwa
dipaksa dan diancam oleh saksi saroni untuk mencarikan calon yang sekiranya
mampu secara pengetahuan dan ekononomi. Atas ancaman dan paksaan ditambah
saksi saroni yang memberikan jaminan keamanan tidak akan bermasalah di kemudian
hari membuat terdakwa khilaf dan terpaksa mengikuti kehendaknya.
Oleh karena itu maka kami penasihat hukum terdakwa berpendapat bahwa para
kepala desa dalam perkara ini hanya dijadikan alat oleh saksi saroni supaya bisa
Atas fakta hukum dalam replik saudara penuntut umum diatas, penasihat hukum
terdakwa berpendapat bahwa berdasarkan fakta hukum dan bukti-bukti yang telah
terdakwa akui sendiri dalam persidangan sebelumnya, fakta hukum diatas adalah
benar. Terdakwa berkeyakinan bahwa sosok yang paling tepat mengisi kekosongan
jabatan perangkat desa di desa terdakwa adalah saksi ABDUL SALIM, saksi ABDUL
SALIM, Saksi ANCIKA BINAR VIANO, saksi ABDUL KHARIS karena berdasarkan
latar belakang kedua saksi tersebut, terdakwa sangat yakin kedua saksi mempunyai
kemampuan yang mumpuni Ketika menjalankan tugasnya sebagai perangkat desa.
Bahkan terdakwa beritikad baik untuk meminjami dahulu biaya bimbingan yang saksi
sahroni dan saksi imam jaswadi syaratkan dalam proses tes seleksi syarat calon
perangkat desa. Hal tersebut diatas merupakan suatu bentuk kepedulian terdakwa
yang nyata kepada masyarakat desa demi kemajuan desanya. Kami penasihat hukum
Dan terkait mengenai sisa uang hasil tarikan para calon perangkat desa yang
seolah-olah membuat perbuatan terdakwa terlihat mark up jumlah biaya bimbingan
pelatihan tes seleksi calon perangkat desa telah penasihat telah terdakwa uraikan
sebagaimana pernyataan kami pada argumentasi hukum yang sebelumnya. Adapun
rangkaian peristiwa hukum tersebut bukan kami karang demi dapat mewujudkan
kepentingan kami. Melainkan rangkaian fakta peristiwa hukum di atas kami kutip
berdasarkan keterangan saksi Turmuji di muka persidangan diatas sumpah dan
terdapat saling kesesuaian dengan keterangan saksi kepala desa lainnya yang pada
Terkait dengan dalil penuntut umum yang menyatakan bahwa perbuatan terdakwa
memberikan uang tersebut patut di duga sebagai upaya perbuatan suap adalah suatu
bentuk penyesatan fakta hukum serta saudara penuntut umum menyatakan bahwa
pernyataan yang demikian tidak di dukung oleh alat bukti. Dalam pelaksanaan dan
penerapan ketentuan hukum materil KUHAP sebagai hukum formil telah memiliki
sistem pembuktian tersendiri mengacu pada alat bukti yang sah sebagaimana
diterangkkan dalam pasal 184 KUHAP tentang alat bukti yang sah, yaitu :a.
Keterangan saksi, b. Keterangan ahi, c. Surat, d. Petunjuk, e. Keterangan Terdakwa
oleh karena itu kami penasihat hukum terdakwa akan menjawab dengan fakta
hukum yang terdapat dalam berita acara pemeriksaan penyidik polda jateng dimana
keterangan saksi nomor 16 atas nama saksi imam jaswadi menerangkan (Halaman
37- 41) :
Dan keterangan saksi nomor 17 atas nama saksi saroni menerangkan (Halaman 41-
44)
Bahwa atas uraian dari kami penasihat hukum terdakwa diatas kami memohon
agar majelis hakim berkenan memberikan suatu pertimbangan hukum yang
menyatakan apa yang kami dalilkan beralasan dan logis sehingga patut dinyatakan
sebagai fakta hukum dalam perkara pidana ini. Namun apabila majelis hakim
berpendapat lain mohon agar menguraikan di dalam pertimbangannya agar peristiwa
hukum ini tidak di anggap sebagai suatu karangan dari terdakwa ataupun kami
penasihat hukum terdakwa.
Sedangkan terhadap rangkaian fakta hukum yang masih menjadi satu kesatuan
dalam peristiwa hukum diatas, kita dapat melihat dalam Surat Tuntutan Saudara
Penuntut Umum Yang Telah Di Ajukan Pada Hari Senin Tanggal 31 Oktober 2022
Dengan Nomor Register Perkara: 64/Pid.Sus-TPK/2022/PN.Smg Atas Nama
Terdakwa Amin Farih (Dalam Berkas Perkara Lain) Dan Nomor Register Perkara:
65/Pid.Sus-TPK/2022/PN.Smg Atas Nama Terdakwa Adib (Dalam Berkas Perkara
Lain). Bahwa sesuai dengan pokok-pokok surat tuntutan saudara penuntut umum
adalah menuntut agar majelis hakim (dalam perkara ini) berkenan menyatakan
perbuatan terdakwa Amin Farih dan terdakwa Adib terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan perbuatan turut serta “menerima” suap. Dan
atas perbuatanya saudara penuntut umum hanya mengajukan tuntutan hukuman
pidana penjara waktu tertentu selama 1 tahun 6 bulan dan pidana tambahan denda
senilai Rp. 50.000,000,- subsider 2 bulan kurungan. Kemudian terhadap surat
Oleh karena fakta hukum diatas kami penasihat hukum terdakwa merasa terdapat
kerancuan dalam perkara ini, karena secara teoritik dalam tindak pidana penyertaan
klasifikasi jenis perbuatan seharusnya mempengaruhi berat ringannya hukuman.
Sehingga seharusnya seorang pelaku tindak pidana penerima suap dihukum lebih
berat dari pelaku lainnya. Karena mengingat keputusannya yang sangat berpengaruh
terhadap perbuatan tindak pidana tersebut akan terlaksana atau tidak. Secara logika
berfikir sederhana bahwa tidak akan terjadi peristiwa suap apabila penerima suap
tidak menyepakatinya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan atas fakta hukum diatas
bahwa inisiator terjadinya rencana peristiwa hukum suap menyuap dalam perkara ini
adalah ke empat terpidana yang sudah dijatuhi hukuman berkekuatan hukum tetap
diatas. Kami penasihat hukum terdakwa sangat meyakini tanpa rencana dari ke empat
terpidana diatas maka terdakwa tidak akan dihadirkan dalam persidangan pada hari
ini. Untuk itu kami penasihat hukum terdakwa memohon agar bisa berhati-hati dalam
mengambil kesimpulan atas perbuatan terdakwa dalam perkara ini. Sehingga
kedepan dalam surat keputusannya bisa dianggap sebagai suatu keputusannya yang
benar-benar mencerminkan nilai keadilan berdasarkan kebenaran materiiel. Untuk itu
kami penasihat hukum terdakwa memohon agar yang mulia berkenan menyatakan
bahwa dalam perkara ini terdapat alasan pemaaf dalam diri terdakwa ketika
melakukan perbuatan melawan hukum. Menurut hemat kami keputusan yang
demikian adalah keputusan teraman tanpa dapat menciderai pihak manapun.
Kami sangat berharap majelis hakim dalam perkara ini yang merupakan
personifikasi lembaga peradilan, dalam membuat keputusan suatu perkara kedepan
pastilah memiliki kemampuan intektual dan memeliki rasa empati yang tinggi.
Sehingga dalam perkara ini kami sangat berharap majelis hakim yang mulia dapat
menunjukan sikapnya dalam membuat keputusan yang mencerminkan rasa keadilan,
menjamin kepastian hukum dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Berdasarkan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Pasal 53 yang berbunyi ,
majelis hakim dalam memeriksa dan memutus perkara harus memuat pertimbangan
hukum yang didasarkan pada alasan dan dasar hukum yang tepat dan benar sesuai
peristiwa hukum yang konkrit. Dan hasil penemuan fakta hukum dijadikan dasar
untuk mengambil keputusan.Pertimbangan hukum yang diakukan merupakan salah
satu tugas dan kewajiban hakim yaitu wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hal tersebut diatas yang
akan menjadi dasar bagi majelis hakim untuk membuat pertimbangan hukum serta
berani dalam melakukan penemuan hukum guna perbaikan peradilan pidana.
Dalam hal itu kami penasihat hukum terdakwa ingin mengajak majelis hakim agar
dapat melihat bahwa tidak selalu dalam membuat keputusan pemidanaan menjadikan
keharusan majelis hakim menjadi kaku dan seolah-olah tidak memppunyai
kewenagan yang berarti dalam menyatakan keputusannya. Melainkan majelis hakim
dituntut untuk berani mengabil segala resiko terhadap suatu keputusanya yang
dianggap tepat apabila dilandaskan pada analisa yuridis, sosiologis yang
berpengaruh dalam terjadinya peristiwa tindak pidana itu terjadi. Sehingga frasa
“kepastian hukum yang adil” dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyiratkan bahwa
kepastian hukum dapat berjalan seiring dengan keadilan. Kepastian hukum yang adil
sebagaimana amanat konstitusi adalah kepastian hukum yang berlandaskan asas
hukum. Dengan kata lain, kepastian hukum yang adil adalah Kesesuaian aturan
hukum dengan asas hukum inilah yang menjadi tolak ukur apakah suatu keputusan
dikatakan adil atau tidak adil. Dengan demikian, keadilan bukanlah penilaian subyektif
atas moralitas atau etis suatu hal tertentu.
Bahwa penasihat hukum berpendapat dalam perkara ini kaidah konstitusi tentang
asas negara hukum dan asas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta persamaan di hadapan hukum, perlindungan dari perlakuan
diskriminatif, perlindungan atas pribadi dan keluarga, kehormatan, martabat,
perlindungan atas rasa aman dan dari ketakutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1
ayat (3), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G, Pasal 28I ayat (2) dan ayat (4) Undang-
Undang Dasar 1945. Pasal 28I ayat (2) UUD 1945: “Setiap orang bebas dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Hal yang demikian
termasuk terdakwa dalam perkara ini.
Bahwa atas segala uraian dari kami penasihat hukum terdakwa diatas, kami
mohon kepada majelis hakim untuk tidak terjebak dengan pandangan hukum saudara
penuntut umum yang hanya memandang dari segi hukum formil saja sebagaimana
yang telah dimuat dalam surat tuntutan dan repliknya. Akan tetapi kami berharap agar
yang mulia majelis hakim berkenan melihat lebih dalam dalam menentukan
kesimpulannya terkait peristiwa perkara pidana yang dialami oleh terdakwa dalam
perkara ini. Dan terhadap segala uraian dari kami diatas kami tetap berkesimpulan
pada nota pembalaan kami yang sudah kami bacakan sekaligus telah kami ajukan
pada persidangan sebelumnya. Adapun kesimpulan pertimbangan hukum kami terkait
fakta hukum yang terdapat dalam perkara ini adalah :
Bahwa benar subjek hukum dalam perkara ini adalah terdakwa sebagaimana
dalam dakwaan saudara penuntut umum dan telah sesuai dengan siapakah yang
dituju dari norma (addresast norm) suatu peristiwa hukum tindak pidana.
Bahwa benar terdakwa mengakui kesalahannya secara jujur menerima uang dari
4 (empat) calon perangkat desa secara bertahap sekira pada akhir bulan November
2021 sampai dengan pertengahan bulan februari 2022 dengan total keseluruhan uang
senilai Rp. 1.555.000.000,- (satu miliar lima ratus lima puluh lima juta rupiah). Uang
tersebut di dapat Dengan perincian dari Saksi ABDUS SALIM memberikan uang
senilai Rp. 435.000.000,-(Empat ratus tiga puluh lima juta rupiah) dan Saksi
VIDIATMOKO memberikan uang senilai Rp. 350.000.000,-(tigaratus lima puluh juta
rupiah) dan Saksi ANCIKA BINAR VIANO memberikan uang Senilai Rp. 350.000.000,-
(tigaratus lima puluh juta rupiah) dan Saksi ABDUL KHARIS memberikan uang
Senilai Rp. 420.000.000,- (empat ratus dua puluh juta rupiah). tahapan-tahapan
pemberian keseluruhan uang diatas dapat dijelaskan pada Sekira awal bulan
Desember 2021 kurang lebih seminggu Sebelum pelaksanaan tes seleksi calon
perangkat desa Terdakwa memberikan uang senilai Rp.600.000.000,- (enam ratus
juta rupiah) kepada saksi Imam Jaswadi dan Saksi Saroni. Sumber pemberian uang
tersebut berasal dari calon perangkat desa yaitu saksi VIDIATMOKO menyerahkan
uang senilai Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan Saksi ANCIKA BINAR
Bahwa benar di dalam arahannya saksi imam dan saksi saroni di dalam
pertemuan agar para kepala desa menyiapkan calon peserta terlebih dahulu dan
menginformasikan bahwa untuk formasi sekertaris desa kami di arahkan untuk
menyampaikan kepada calon yang di unggulkan agar menyiapkan dana untuk formasi
Sekertaris desa Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dan untuk formasi
kaur,kasie,dan kadus senilai Rp. 400.000,000,- (empat ratus juta rupiah) namun
dalam pelaksanannya uang itu tidak di minta sekaligus. Akan tetapi yang terpenting
Bahwa benar terdakwa pada awalnya monolak paksaan dan hasutan saksi imam
jaswadi dan saksi saroni karena terdakwa merasa hal itu tidak dibenarkan, akan tetapi
karena terdakwa diancam oleh saksi saroni jika tidak mengikuti arahannya maka saksi
saroni akan menggunakan kewenangannya untuk melakukan segala macam upaya
yang dapat membuat terdakwa tidak merasa nyaman dan setelah di pikir-pikir oleh
terdakwa kalau tidak mengikuti arahan saksi imam jaswadi dan saksi saroni maka
calon perangkat desa akan di isi oleh orang luar desa sehingga dapat membuat
kecemburuan sosial di dalam kondisi masyarakat desa dan belum tentu calon
perangkat desa yang di calonkan saksi saroni tersebut mampu untuk bekerja dengan
baik dalam menjalankan tugasnya.
Bahwa benar dengan dilakukan pemberian uang dan mngikuti arahan dari saksi
saroni dan imam jaswadi tidak dapat membuat keberhasilan atau dapat diterimanya
para calon perangkat desa yang telah mengikuti bimbingan pelatihan tes seleksi calon
perangkat desa. Melainkan kesalahan yang nyata dalam peristiwa hukum ini adalah
jual beli bocoran soal-soal yang telah dilakukan oleh saksi imam jaswadi dan saksi
saroni kepada saksi adib dan saksi amin farih. Sehingga dapat dipandang perbuatan
kesalahan terdakwa tidaklah terlalu berpengaruh dalam keberhasilannya para calon
yang sudah di calonkan.
Bahwa tindak pidana tersebut merupakan akibat dari suatu keadaan yang tidak
mungkin terulang lagi dikarenakan terdakwa tidak menjabat lagi sebagai kepala desa
sehingga dapat dianggap bahwa terdakwa tidak mungkin bisa mengulangi lagi
kesalahannya.
MEMOHON
1) Menyatakan perbuatan terdakwa Alaudin Bin (Alm) Zakroni terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan oleh saudara
penuntut umum akan tetapi majelis hakim berpendapat telah ditemukan alasan
pemaaf;
4) Memerintakan barang bukti yang disita dalam perkara ini dikembalikan kepada
yang berhak darimana barang bukti tersebut disita;