Anda di halaman 1dari 41

EKSEPSI

ATAS DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM


DALAM PERKARA NOMOR :
2342/Pid.Sus/2022/PN.Sby ATAS NAMA TERDAKWA
HENDRO SATRIJO BIN IRVAN ANWAR
Diajukan oleh Tim Penasihat Hukum :

RIYADI,S.H.
MUHAMAD TAKIM,S.H..
PAWIT SYARWANI,S.H.

Disampaikan di hadapan persidangan


Pengadilan Negeri Surabaya
Hari Kamis, 24 Nopember 2022

DIDAKWA :
KESATU:
Sebagaimana diatur berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat
(2) UU RI Nomor : 40 Tahun 2014 Tentang Asuransi Agen
Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan
Perusahaan Perasuransian wajib memberikan informasi yang
benar, tidak palsu, dan/atau tidak menyesatkan kepada
Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta mengenai
risiko, manfaat, kewajiban dan pembebanan biaya terkait
dengan produk asuransi atau produk asuransi syariah yang
ditawarkan.
Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan
berdasarkan ketentuan Pasal 75 UU RI Nomor : 40 Tahun
2014 Tentang Asuransi Jo Pasal 55 ayat (1) Kesatu
KUHP================================================
Atau;
KEDUA:
Sebagaimana diatur dalam pasal 28 ayat 5 jo 29 ayat 4 UU
RI Nomor : 40 Tahun 2014 Tentang Asuransi dan diancam
pidana berdasarkan ketentuan Pasal 76 UU RI Nomor :
40 Tahun 2014 Tentang Asuransi Jo Pasal 55 ayat (1) Kesatu
KUHP ================================
1
I. PENDAHULUAN
Hakim Yang Terhormat,
Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta Sidang yang kami muliakan,
Pertama-tama, kami dari Tim Penasihat Hukum HENDRO
SATRIJO BIN IRVAN ANWAR menyampaikan ucapan terima
kasih yang setinggi- tingginya kepada Hakim Yang
Mulia, yang memeriksa dan mengadili perkara
pidana ini. Kami Tim Penasihat Hukum merasa
bahwa Hakim Yang Mulia telah bertindak adil dan
bijaksana terhadap semua pihak dalam persidangan ini.
Hakim Yang Mulia telah memberikan kesempatan yang
sama baik kepada Jaksa Penuntut Umum untuk menyusun
dakwaannya, maupun kepada Terdakwa dan penasihat
hukumnya juga telah diberi kesempatan yang sama yaitu
untuk mangajukan Eksepsi (Nota Keberatan).

Eksepsi ini kami sampaikan dengan pertimbangan bahwa


ada hal-hal prinsip yang perlu kami sampaikan
berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan
serta demi memastikan terpenuhinya keadilan yang
menjadi hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal
156 ayat (1) KUHAP yaitu : "Dalam hal Terdakwa atau
penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa Pengadilan
tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak
dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan,
maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut
Umum untuk menyatakan pendapatnya Hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya
2
mengambil keputusan".

Pengajuan Eksepsi yang kami buat ini, sama sekali


tidak mengurangi rasa hormat kami kepada Jaksa
Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi dan
juga pekerjaannya, serta juga pengajuan Eksepsi ini
tidak semata-mata mencari kesalahan dari dakwaan
Jaksa Penuntut Umum ataupun menyanggah secara apriori
Dari materi ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh
Jaksa Penutut Umum. Namun ada hal yang sangat
fundamental untuk dapat diketahui Hakim Yang Mulia

dan saudara Jaksa Penuntut Umum demi tegaknya


keadilan sebagaimana semboyan yang selalu kita
junjung bersama selaku penegak hukum yakni Fiat
Justitia Ruat Caelum.

Pengajuan Eksepsi ini bukan untuk memperlambat


jalannya proses peradilan ini, namun sebagaimana
disebutkan diatas bahwa pengajuan dari Eksepsi ini
mempunyai makna serta tujuan sebagai penyeimbang dari
Surat Dakwaan yang disusun dan dibacakan dalam
sidang. Kami selaku penasihat hukum Terdakwa percaya
bahwa Hakim Yang Mulia akan mempertimbangkan dan
mencermati segala masalah hukum tersebut, sehingga
dalam keberatan ini kami mencoba untuk menggungah
hati nurani Hakim Yang Mulia agar tidak semata-mata
melihat permasalahan ini dari aspek yuridis atau
hukum positif yang ada semata, namun juga menekankan
pada nilai-nilai keadilan yang hidup didalam

3
masyarakat yang tentunya dapat meringankan hukuman
Terdakwa.

Sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi,


perkenankan kami selaku kuasa hukum untuk memberikan
suatu adagium yang mungkin bisa dijadikan salah satu
pertimbangan Hakim Yang Mulia yaitu : “dakwaan
merupakan unsur penting hukum acara pidana karena
berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim
akan memeriksa surat itu“ (Prof. Andi Hamzah, S.H).

Dalam hal ini maka Penuntut Umum selaku penyusun


Surat Dakwaan harus mengetahui dan memahami benar
kronologi peristiwa yang menjadi fakta dakwaan,
apakah sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan
ke tahap pengadilan ataukah fakta tersebut tidak
seharusnya diteruskan karena memang secara materiil
bukan merupakan tindak pidana. Salah satu fungsi
hukum adalah menjamin agar tugas negara untuk
menjamin kesejahteraan rakyat bisa terlaksana dengan
baik dan mewujudkan keadilan yang seadil- adilnya dan
hukum menjadi panglima untuk mewujudkan sebuah
kebenaran dan keadilan. Melalui uraian ini kami
mengajak Hakim Yang Mulia dan Jaksa Penunutut Umum
Yang Terhormat untuk bisa melihat permasalahan secara
komprehensif dan tidak terburu-buru serta bijak, agar
dapat sepenuhnya menilai ulang HENDRO SATRIJO BIN
IRVAN ANWAR sebagai Terdakwa dalam perkara ini
dan kami selaku kuasa hukum juga memohon kepada
Hakim Yang Mulia yang memeriksa perkara ini untuk
4
memberikan keadilan hukum Yang seadil-adilnya.

II. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM


Hakim Yang Mulia,
Jaksa Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta sidang yang terhormat,
Bahwa berdasarkan Surat Dakwaan yang disusun oleh
Jaksa Penuntut Umum maka menurut hemat kami ada
beberapa hal yang perlu ditanggapi secara seksama
mengingat di dalam Surat Dakwaan tersebut terdapat
berbagai kejanggalan dan ketidakjelasan yang
menyebabkan kami mengajukan keberatan. Berdasarkan
uraian di atas kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa ingin mengajukan keberatan terhadap Surat
Dakwaan yang telah didakwakan oleh Jaksa Penuntut
Umum dengan alasan sebagai berikut

1.TERDAKWA TIDAK DIDAMPINGI OLEH PENASIHAT HUKUM

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 8


tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) merupakan aturan-aturan yang
mengatur bagaimana prosedur pemeriksaan seorang
yang disangka/didakwa melakukan tindak pidana
hingga ia diputus/divonis pengadilan. Didalamnya
juga mengatur hak-hak tersangka/terdakwa yang
wajib dihormati, dan dipenuhi oleh aparat
penegak hukum yang memeriksa agar pemeriksaan
terhadap tersangka/terdakwa berjalan secara adil
dan berimbang.

Dalam konteks hak atas bantuan hukum, KUHAP


menjamin hak tersangka atau terdakwa untuk
didampingi penasihat hukum dalam setiap tingkat
pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 114 jo
Pasal 56 ayat (1) KUHAP.

5
Pasal 114 KUHAP menyatakan : “Dalam hal seorang
disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum
dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik
wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya
untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia
dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh
penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
56 KUHAP”.

Pasal 56 ayat (1) KUHAP menyatakan : “Dalam hal


tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau
lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang
tidak mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat
yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan
dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat
hukum bagi mereka”.

Melihat bunyi pasal di atas, kita tahu bahwa hak


didampingi penasihat hukum itu wajib. Penyidik atau
pejabat yang memeriksa wajib memberitahukan hak
tersangka dan menunjuk penasihat hukum baginya agar
ia didampingi ketika diperiksa sesuai Pasal 56 ayat
(1) KUHAP.

Seperti disebutkan di atas, Pasal 114 Jo Pasal 56


ayat (1) KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum
itu wajib disediakan (dengan menunjuk Penasihat
Hukum) oleh pejabat yang memeriksa di setiap
tingkat pemeriksaan. Lantas, apa konsekuensi hukum
jika hal itu tidak dilakukan oleh pejabat yang
memeriksa? Jawabannya, berita acara pemeriksaan,
dakwaan atau tuntutan dari penuntut umum adalah
tidak sah sehingga batal demi hukum.

Bahwa salah satu alasan diajukannya Eksepsi ini,


selain didasarkan pada hak Terdakwa sebagaimana
diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP, juga
terdapatnya penyimpangan dalam pelaksanaan KUHAP,
dimana Terdakwa HENDRO SATRIJO BIN IRVAN ANWAR,
didalam proses penyidikan tidak didampingi oleh
Penasihat Hukum. Dan hal ini sangat bertentangan
6
dengan Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Seorang
Tersangka dihadapan penyidik Polisi membuat surat
pernyataan yang intinya tidak bersedia didampingi
penasihat hukum (advokat) adalah bertentangan
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tidak
dapat dibenarkan dengan alasan apapun juga. Dalam
hal ini senada dengan Putusan Makmah Agung
Republik Indonesia yang berbunyi :

- Putusan Mahkamah Agung RI No. 1565 K/Pid/1991,


tanggal 16 September 1993 yang pada pokoknya
menyatakan “Jika Jaksa Penuntut Umum dalam
membuat dakwaan atas dasar produk penyidik yang
ilegal kemudian dakwaan selanjutnya dijadikan
dasar pemeriksaan di pengadilan, maka dakwaan
juga tidak sah (tidak dapat diterima), sebagai
konsekwensi hukumnya tersangka/terdakwa diputus
bebas karena pelanggaran Pasal 56 ayat (1)
KUHAP”;
- Putusan Mahkamah Agung RI dengan No. 367 K/
Pid/1998 tertanggal 29 Mei 1998 yang pada
pokoknya menyatakan “bahwa bila tak didampingi
oleh penasihat hukum di tingkat penyidikan maka
bertentangan dengan Pasal 56 KUHAP, hingga BAP
penyidikan dan penuntut umum batal demi hukum
dan karenanya tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima, walaupun pemeriksaan di sidang
pengadilan di dampingi penasihat hukum”;
Putusan MA No. 545 K/Pid.Sus/2011 menyatakan
“Bahwa selama pemeriksaan Terdakwa tidak
didampingi oleh Penasihat Hukum, sedangkan
Berita Acara Penggeledahan dan Pernyataan
tanggal 15 Desember 2009 ternyata telah dibuat
oleh Pejabat yang tidak melakukan tindakan
tersebut namun oleh petugas yang lain; Dengan
demikian Berita Acara Pemeriksaan
Terdakwa, Berita Acara Penggeledahan tidak sah
dan cacat hukum sehingga surat Dakwaan Jaksa
yang dibuat atas dasar Berita Acara tersebut
menjadi tidak sah dan cacat hukum pula”;

Hakim Yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta sidang yang kami
7
muliakan,

Bahwa menyikapi perintah Pasal 56 ayat (1) KUHAP


tersebut, pendapat para pemangku kepentingan Bahwa
kami memahami logika berpikir para hakim yang
tertuang dalam Yurisprudensi di atas. Dasar atau
landasan pemeriksaan di persidangan adalah surat
dakwaan. Dakwaan berlandaskan pada Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) di kepolisian. BAP itu haruslah
benar dan sah. Salah satu indikator benar dan
sahnya BAP adalah dipenuhinya hak-hak tersangka
yaitu hak didampingi Penasihat Hukum pada saat
diperiksa. Sehingga, jika hak tersebut tidak
dipenuhi, maka tak sah lah BAP itu. Dan seterusnya
dakwaan, tuntutan dan putusan yang dihasilkan atau
didasarkan dari BAP yang tak sah menjadi tidak sah
pula.
Hakim Yang Terhormat,
Jaksa Penuntut Umum yang kami
hormati, Serta sidang yang kami
muliakan,

Hak tersangka dan/atau terdakwa untuk didampingi


penasihat hukum diberikan oleh undang-undang yaitu
Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang bersifat “wajib”
tetapi terbatas (limitatif), yaitu diberikan dengan
syarat tertentu. Artinya hak tersebut tidak
diberikan kepada semua tersangka atau terdakwa,
melainkan hanya diberikan terbatas pada tersangka
perkara pidana yang diancam dengan: (1) pidana
mati; (2) pidana 15 tahun atau lebih; (3) pidana 5
tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat
hukum sendiri karena tidak mampu.

Makna limitatif dari Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah


“bahwa dalam keadaan tertentu seperti dimaksud pada
angka (1), (2) dan (3) di atas, hak tersangka yang
semula bersifat “relatif” (dapat digunakan atau
dapat tidak digunakan tergantung pada kehendak
pemilik hak yaitu tersangka), berubah sifat menjadi
“wajib yang berarti harus dilaksanakan” atau
mutlak/absolut.

8
Pelaksanaan kewajiban Penyidik yang diatur dalam
Pasal 56 ayat (1) dan Pasal 114 KUHAP tersebut
harus dilihat dalam konteks: (1) Upaya negara untuk
memberikan perlindungan bagi tersangka terhadap
kesewenang-wenangan aparat penegak hukum; (2)
Menjamin bahwa tersangka mendapatkan proses hukum
yang adil (due process of law); dan (3) Proses
peradilan pidana dilaksanakan berdasarkan asas
praduga tak bersalah.

Guna menjamin tercapainya tujuan tersebut, maka


tata cara peradilan pidana harus didasarkan pada
asas legalitas hukum acara pidana sebagaimana
tercantum pada ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 KUHAP
yang isinya adalah :

Pasal 2
“Undang-undang ini berlaku untuk melaksanakan
tata cara peradilan dalam lingkungan peradilan
umum pada semua tingkat peradilan”.

Pasal ini mengisyaratkan makna bahwa KUHAP adalah


undang-undang yang merupakan satu-satunya (the
only one) sumber atau dasar hukum acara pidana
yang harus digunakan oleh aparat penegak hukum
untuk melaksanakan tata cara peradilan pidana di
semua tingkatan sejak pemeriksaan pendahuluan,
penyidikan, penuntutan sampai perkaranya mempunyai
kekuatan hukum tetap.

Pasal 3
“Peradilan dilakukan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini”.

Pasal 3 KUHAP menentukan bahwa tata cara


pelaksanaan peradilan pidana harus mengikuti
ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam KUHAP.
Implikasi dari ketentuan pasal ini adalah “bahwa
penggunaan sumber atau dasar hukum lain di luar
KUHAP oleh aparat penegak hukum untuk
menyelenggarakan acara pidana adalah “tidak boleh”.
9
Pasal 2 dan Pasal 3 KUHAP adalah “apa yang
seharusnya” atau “das solen”, yang digunakan untuk
menguji keabsahan Surat Pernyataan Penolakan
Didampingi Penasihat Hukum sebagai “apa yang
berlaku dalam praktik atau “das sein”. Surat
Pernyataan Penolakan Didampingi Penasihat Hukum
bermula dari “hak tersangka didampingi penasihat
hukum” yang bersumber dari perintah undang-undang
yaitu Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Hak itu sifatnya
“wajib” sehingga harus dilaksanakan oleh aparat
penegak hukum.

Pasal 2 dan Pasal 3 KUHAP adalah penjabaran dari


asas legalitas hukum acara pidana. Kedua pasal
inilah yang menjadi “batu uji” apakah suatu
prosedur acara pidana dikatakan “sah” atau “tidak
sah” menurut hukum. Pengertian menurut hukum dalam
hal ini adalah harus berdasarkan atau mengacu pada
semua ketentuan yang terdapat di dalam KUHAP.
Sebagai konsekuensinya, apabila suatu prosedur atau
acara pidana ternyata bertentangan atau tidak
sesuai dengan KUHAP, maka akibatnya adalah Batal
Demi Hukum. (stakeholder) terbelah menjadi dua
versi;
(1) Versi aparat penegak hukum dari unsur negara,
menyatakan bahwa Surat Pernyataan Penolakan
Didampingi Penasihat Hukum adalah “sah” secara
hukum, karena didasarkan pada peraturan yang
dikeluarkan oleh lembaga negara yang memang
memiliki kewenangan penyidikan dan/atau penuntutan
yaitu Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
Peraturan dimaksud adalah Surat Edaran Kejagung RI
No. B-570/FPK.1/9/1994. Surat Edaran ini dijadikan
dasar hukum dan sekaligus alasan pembenar untuk
menggugurkan perintah Pasal 56 ayat (1) KUHAP
mengenai kewajiban penyidik menunjuk penasihat
hukum bagi tersangka;
(2) Versi aparat penegak hukum di luar unsur
negara (penasihat hukum) menyatakan bahwa Surat
Pernyataan Penolakan Didampingi Penasihat Hukum
adalah “tidak sah” menurut hukum karena tidak
sesuai dengan KUHAP.
10
Bahwa lahirnya hak tersangka itu adalah karena
perintah undang-undang, maka gugurnya hak tersangka
atau kewajiban aparat penegak hukum juga harus
diatur dengan undang-undang yang sama atau dengan
peraturan lain yang setingkat. Jika suatu acara
pidana (penolakan tersangka didampingi penasihat
hukum pada saat pemeriksaan) ternyata belum diatur
di dalam KUHAP atau belum ada peraturan
pelaksanaannya, maka bukan berarti bahwa “acara
pemeriksaan atau penyidikan” bisa dilaksanakan
tanpa pendampingan penasihat hukum yang kemudian di
substitusi dengan Surat Pernyataan Penolakan
Didampingi Penasihat Hukum berdasarkan Surat Edaran
(SE) Kejaksaan Agung RI No. B-570/F/FPK.1/9/1994.

Bahwa ditinjau dari perspektif Pasal 7 Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (UU P3), maka hierarki
dan kekuatan hukum peraturan perundang-undangan di
Indonesia adalah sebagai berikut :

Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan terdiri atas :
a. Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang / Peraturan
Pemerintah Pengganti
Undang Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan
sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Bahwa jika dihubungkan dengan ketentuan Pasal 7


ayat (1), (2) dan Pasal 8 ayat (1), (2) UU P3 No.
12 Tahun 2011 mengenai jenis peraturan perundang-
undangan selain yang ditetapkan pada Pasal 7, maka
Surat Edaran (SE) Kejagung RI No. B-
11
570/F/FPK.1/9/1994 adalah bukan merupakan peraturan
perundang-undangan karena beberapa alasan sebagai
berikut :

a.Bentuknya adalah Surat Edaran yang dibuat dan


ditandatangani oleh Jaksa Agung Muda dan bukan
Peraturan Kepala Kejaksaan Agung sebagaimana
diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU P3 No. 12 tahun
2011.
b.Substansinya adalah “pengaturan teknis
administrasi” sebagai petunjuk operasional di
lapangan.
c.Bukan produk hukum yang dapat menggugurkan
kewajiban dan/atau hak yang diatur oleh undang-
undang (KUHAP).

Bahwa berdasarkan 3 (tiga) alasan tersebut di atas,


maka Surat Edaran (SE) Kejagung RI No. B-
570/F/FPK.1/9/1994 tidak dapat dijadikan sebagai
dasar hukum atau alasan pembenar untuk :

1)menggugurkan “kewajiban” penyidik menunjuk


penasihat hukum bagi tersangka;
2)menggugurkan hak tersangka didampingi penasihat
hukum, meskipun tersangka menolak;
3)menetapkan prosedur beracara pidana seperti
membuat Surat Pernyataan Penolakan Didampingi
Penasihat Hukum.

Bahwa makna substantif Pasal 56 ayat (1) KUHAP


(yang berbeda dari makna harfiah/menurut bahasa)
adalah mengatur “acara pidana” bahwa dalam “keadaan
khusus” sebagaimana diatur oleh pasal tersebut,
negara melalui pejabat yang menjalankan
kekuasaannya (penyidik) “bertanggungjawab” dan
“berkewajiban” menjamin bahwa pemeriksaan tersangka
harus didampingi penasihat hukum. Dengan demikian,
pendampingan penasihat hukum pada pemeriksaan
pendahuluan adalah suatu hal yang tidak boleh tidak
harus ada (conditio sine qua non).

Bahwa Hukum Acara Pidana (KUHAP) menggunakan


istilah undang-undang (wet) yang maknanya adalah
“hanya dengan undang-undang dalam arti formil
seseorang dapat ditangkap, ditahan, digeledah,
12
diperiksa, dituntut, dan diadili. Merujuk pada
Pasal 1 KUHAP (Sv) Belanda menegaskan hal ini yang
berbunyi: ”Strafvordering heft alleen plaats op de
wijze bij de wet voorzien.” (Acara pidana
dijalankan hanya menurut cara yang diatur oleh
undang-undang). Jadi, tidak boleh suatu peraturan
yang lebih rendah dari undang-undang dalam arti
formil mengatur acara pidana.
Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa
berpendapat adanya ketidakhati-hatian dalam
memproses penyelidikan dari penyidikan dari Polda
Jatim yang telah memeriksa, meneyelidiki dan
penyidik dalam memeriksa terdakwa sebagai saksi
lalu lanjut sebagai Tersangka dan bahkan Penyelidik
dan atau Penyidik POLDA JATIM ini tidak menawarkan
untuk didampingi kuasa hukum secara Pro Bono
(gratis disediakan oleh Negara Republik Indonesia.
Dan juga ancaman hukuman pidana paling lama 5 tahun
pada pasal 75 dan Pasal 76. Bunyi dari Pasal 75
sebagai berikut :”Setiap Orang yang dengan sengaja
tidak memberikan informasi atau memberikan
informasi yang tidak benar, palsu, dan / atau
menyesatkan kepada Pemegang Polis, Tertanggung,
atau Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”Sedangkan
Bunyi dari Pasal Pasal 76 sebagai berikut “Setiap
Orang yarrg menggelapkan Premi atau Kontribusi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5) dan
Pasal 29 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (Iima) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, kami Tim


Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa
penyidikan yang dilakukan tanpa didampingi
penasihat hukum beserta Surat Pernyataan Penolakan
Didampingi Penasihat Hukum adalah “tidak sah” dan
“batal demi hukum (null and void)”.

2.SURAT DAKWAAN TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS DAN TIDAK


LENGKAP
Bahwa berdasarkan Pasal 143 ayat (2) KUHAP surat
dakwaan harus memenuhi syarat formil dan materil
13
dan apabila surat dakwaan tidak memenuhi syarat
materil, maka surat dakwaan yang demikian adalah
batal demi hukum.

Bahwa setelah mempelajari surat dakwaan Penuntut


Umum terhadap Terdakwa dalam perkara a quo, maka
sudah seharusnya surat dakwaan Penuntut Umum batal
demi hukum karena :

1) KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM


a.Dakwaan Kesatu
Bahwa Terdakwa HENDRO SATRIJO BIN IRVAN ANWAR
dan IRMA SETIONO oleh Jaksa Penuntut Umum
didakwa melakukan tindak pidana
perasuransian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (2) Jo. Pasal 75 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransi Jo.
Pasal 55 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Sebagaimana tidak ada hubungannya
terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa dan sebagaimana ditentukan bahwa
Dakwaan yang demikian adalah batal demi
hukum, karena undang-undang ini adalah
undang-undang yang mengatur mengenai Pasal
75 Pada kenyataannya bahwa Terdakwa selaku
direktur utama PT. United Insurance Service
tidak mengetahui dan tidak memerintahkan
adanya penolakan bahkan terdakwa tidak
pernah memberikan arahan agar tidak
memberitahukan informasi tersebut mengenai
pembatalan sepihak pada polis tertanggung
oleh PT. Zurich Insurance Indonesia.
14
Lalu,membantah terhadap dakwaan yang
mendakwa terdakwa bahwa dalam pembayaran
premi, terdakwa tidak pernah mengatakan
tidak mempermasalahkan keterlambatan
pembayaran premi yang dilakukan oleh
tertanggung kepada PT. United Insurance
Service yang tercantum dalam polis nomor 17
ZI-CAR-2394357 tersebut. Oleh karena itu,
terdakwa tidak pernah memberikan informasi
yang salah atau melakukan penyesatan yang
dikarenakan ketidaktahuan terdakwa bahwa
adanya pemutusan polis sepihak oleh PT.
Zurich Insurance Indonesia dan tidak pernah
mengizinkan melakukan keterlambatan
pembayaran premi oleh tertanggung kepada
pemegang polis melalui PT. United Insurance
Service, sebagaimana pasal yang didakwakan
oleh Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa.
Ada peran dari Muhamad Ramali Afandi yang
berperan dan signifikan serta mempunyai
oeran penting namun tidak dilibatkan sama
sekali dalam proses penetapan tersangka, dan
sebagai terdakwa serta hingga proses
persidangan ini. Maka sesuai Akta Pendirian
PT PT. United Insurance Service adalah
broker / pialang asuransi. Dalam faktanya
Muhamad Ramali Afandi adalah pembawa bisnis
di pialang asuransi di PT United Insurance
Service sekaligus merangkap sebagai Head
Marketing.Jadi dalam kasus ini tdk ada yg
15
bertindak sebagai agen asuransi, Sebab agen
adalah org yang membawa bisnis ke perusahaan
asuransi dan agen tidak bisa ke beberapa
asuransi. Maka dikatakan sebagai Agen
merupakan bagian dr pemasaran
asuransi.Sehingg dengan adanya kewenangan
dari Muhamad Ramali Afandi yang sangat
berlebih, maka menyebabkan Muhamad Ramali
Afandi dapat bertindak dalam melebihi
kapasitasnya.

b.Dakwaan Kedua
Bahwa Terdakwa HENDRO SATRIJO BIN IRVAN ANWAR
dan IRMA SETIONO oleh Jaksa Penuntut Umum
didakwa melakukan tindak pidana perasuransian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5)
Jo. Pasal 76 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Peransuransian Jo. Pasal 55 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sebagaimana
tidak ada hubungannya terhadap perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa dan sebagaimana
ditentukan bahwa Dakwaan yang demikian adalah
batal demi hukum, karena undang-undang ini
adalah undang-undang yang mengatur mengenai
“agen asuransi dilarang menggelapkan Premi
Kontribusi. Padahal peran dari terdakwa
selaku pialang asuransi atau perantara
pembayaran premi asuransi tertanggung kepada
penanggung terus dilakukan. Kewajiban terdakwa
sudah terbukti tidak adanya penggelapan yang
16
dilakukan oleh terdakwa sebagaimana broker
asuransi hanya usaha jasa konsultasi dan/atau
keperantaraan dalam penutupan asuransi dan
penyelesaian klaim untuk bertindak sebagai
pemegang polis, tertanggung terutama. Oleh
karena itu, terdakwa selaku pialang asuransi
pada PT. United Insurance Service bukan
menampung premi melainkan hanya membantu
penanggung untuk memperjualbelikan produk-
produk asuransi pada PT. Zurich Insurance
Indonesia tersebut. Lalu, pada dakwaan Jaksa
Penuntut Umum yang mengatakan bahwa “terdakwa
tidak membayar premi tepat waktu kepada PT.
Zurich Insurance Indonesia, tetapi PT. United
Insurance Service baru melakukan pembayaran
kepada PT. Zurich Insurance Indonesia pada
tanggal 30 31 Oktover 2018, padahal
pertanggungan terhadap PT. Mitra Agung
Surabaya telah dinyatakan batal sejak tanggal
1 mei 2017. Dakwaan tersebut yang diajukan
oleh Jaksa Penuntut Umum tidaklah benar dan
dapat terbantahkan oleh kami selaku tim
penasehat hukum bahwasannya, terdakwa HENDRO
SATRIJO BIN IRVAN ANWAR dan IRMA SETIONO tidak
pernah mengetahui pembatalan atas perjanjian
polis tersebut dan juga tidak pernah melakukan
tanda tangan atas pembatalan polis tersebut
yang dilakukan oleh PT. Zurich Insurance
Indonesia. Namun, berdasarkan ketentuan bahwa
pembatalan polis tidak dapat dilakukan secara
17
sepihak dan wajib dilakukan berdasarkan
kesepakatan Bersama. Dasar adanya hubungan
hukum adalah perjanjian, sehingga untuk Jaksa
Penuntut umum berpedoman pada Perjanjian
Asuransi yang bersifat keperdataan.

18
2) KEBERATAN MENGENAI SURAT DAKWAAN KARENA BATAL DEMI
HUKUM (null and void)
Pada dasarnya yang telah dicantumkan didalam
Surat Dakwaan disebutkan bahwa perbuatan yang
dilakukan oleh Terdakwa HENDRO SATRIJO BIN IRVAN
ANWAR dan IRMA SETIONO telah melakukan tidak
memberikan informasi yang menyesatkan Ketika
pembayaran premi oleh tertanggung dengan
menggelapkan Premi Kontribusi berupa premi yang
telah dibayarkan oleh tertanggung (korban) oleh
Terdakwa. Pernyataan yang demikian tidak dapat
dibuktikan oleh alat-alat bukti yang sesuai pada
ketentuan di Pasal 184 KUHAP secara jelas maupun
konkret serta cermat yang telah dilakukan oleh
institusi yang berwenang untuk itu sebagai
mengikat bahwa otoritas yang diberikan wewenang
oleh undang-undang untuk memaparkan apakah adanya
perbuatan melawan hukum atau adanya kerugian yang
didapatkan oleh si Korban dari segi materiil
maupun immaterial. Walaupun korban mengalami
kerugian baik materiil maupun immaterial bukan
berarti tindakan terdakwa merupakan penyesatan
informasi untuk melakukan penggelapan kontribusi
atas premi yang telah terbayarkan oleh korban
selaku tertanggung. Sebagai ketentuan di Pasal
139 dan 140 ayat ( 2 ) KUHAP bahwa “Setelah
penuntut umum menerima atau menerima kembali
hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik, ia

19
segera menentukkan apakah berkas perkara itu
sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak
dilimpahkan ke pengadilan dan Dalam hal penuntut
umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan
karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa
tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana
atau perkara ditutup demi hukum,penuntut umum
menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan.
Dalam hal ini berarti jika belum ada perbuatan
tindak pidana secara faktual terhadap yang
dilakukan oleh Terdakwa. Dengan ini, perbuatan
yang dilakukan oleh Terdakwa dan kerugian yang
dialami oleh korban dinyatakan Penuntut umum
dalam surat Dakwaan jelas bertentangan oleh
Undang-undang yang berlaku secara hukum acara
pidana sebagaimana di jelaskan di atas. Pada
Pasal 143 ayat (3) KUHAP Bahwa “Surat dakwaan
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi
hukum”. Sebab, Pihak dari Jaksa Penuntut Umum
kurang cermat, jelas, dan lengkap ketika
menguraikan apa saja substansi yang tertera
Terhadap surat dakwaan tersebut.
Apabila Jaksa Penuntut Umum membentuk Dakwaan
secara cermat dan teliti maka seharusnya tidak
bertentangan dengan Pasal 144 ayat (1) KUHAP,
yaitu: Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan
sebelum pengadilan menetapkan hari sidang, baik
dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk
tidak melanjutkan penuntutannya. Berdasarkan
20
Surat Dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut
Umun maka menurut hemat kami ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki mengingat di dalam Surat
dakwaan tersebut terdapat berbagai kekeliruan
pada pasal-pasal yang didakwa oleh Jaksa Penuntut
Umum sehingga menyebabkan kami mengajukan
keberatan.
Bahwa kami semua sepakat atas pendapat dari Jaksa
Penuntut Umum yang mempunya tugas dan wewenang
yang telah ditentukan atau ditetapkan di Pasal 1
Butir 6 KUHAP, dari hal ini setiap perbuatan yang
dilarang oleh undang-undang tidak sepantasnya
untuk dibiarkan atau diperbolehkan sebab, akan
menimbulkan suatu reaksi negatif yang ada di
gejala sosial. Setiap pelaku perbuatan kejahatan
harus diadili dan dihukum sesuai dengan
pebuatannya. Supremasi hukum tidak boleh dikotori
atau dinodai oleh siapapun,sebab hukum merupakan
Panglima Tertinggi disuatu negara yang
berlandaskan The Rule of Law.

Selaku Majelis Hakim yang kami muliakan ada suatu


makna yang tersirat didalam hukum yaitu sebagai
“Dominus Litis” yang tidak ada keberpihakan oleh
pihak manapun di suatu persidangan.jika disaat
itu terdapat dari pihak Jaksa Penuntut Umum
sebagai penuntut dan Terdakwa dengan didampingi
oleh Penasehat Hukumnya yang harus dilihat fungsi
hukum yang berbeda. Dengan ini Majelis Hakim
berhak memiliki keseimbangan antara kedua pihak
21
yang sedang berpekara disuatu persidangan.LEX
NEMINI OPERATUR INIQUUM

3) JAKSA PENUNTUT UMUM KURANG TEPAT MENERAPKAN HUKUM


Bahwa yang harus Majelis Hakim ketahui bahwa
Terdakwa adalah seorang Direktur Utama Bersama
dengan Direktur pemilik perusahaan agen asuransi
pada PT. United Insurance Services yang
berkedudukan di Provinsi DKI Jakarta. Bahwa
HENDRO SATRIJO BIN IRVAN ANWAR sudah menjalankan
profesinya sebagai pialang asuransi hampir
beberapa tahun kebelakang. Kebutuhan hidupnya
ditopang dari pekerjaan yang ia rintis. Terdakwa
menjalankan profesi sebagai agen asuransi dengan
pelayanan profesional dan memiliki kemampuan yang
telah terlatih. Saat menjalan tugasnya selaku
direksi selalu mengutamakan kebijakan yang telah
ditetapkan pada Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) setelah ditetapkan melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Lalu, bilamana
Terdakwa melakukan penyimpangan terhadap
kebijakan perusahaan maka, sebelum perkara ini
terjadi tentu Terdakwa telah digugat oleh organ
perusahaan terutama Pemegang saham melalui
gugatan derivatis sebagai perlindungan atas modal
yang ditanamkan pada perusahaan tersebut. Namun,
didalam Surat Dakwaan yang disampaikan oleh Jaksa
Penuntut Umum menyatakan bahwa Terdakwa telah
melanggar Pasal 31 ayat (2) Jo. Pasal 75 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransi
22
Jo. Pasal 55 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) dan Pasal 28 ayat (5) Jo. Pasal 76 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransuransian
Jo. Pasal 55 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Sebagaimana apa yang telah didakwakan
oleh Jaksa Penuntut Umum adalah sesuatu hal yang
salah dalam menerapkan Hukum karena sebagaimana
yang kita ketahui secara bersama harusnya Pasal-
pasal yang ada didalam Surat Dakwaan itu tidak
layak untuk diberikan oleh Terdakwa karena tidak
ada satupun unsur-unsur tindak pidana.

Bahwa dikarenakan Terdakwa telah menjalankan


profesi sebagai agen asuransi dengan pelayanan
profesional dan memiliki kemampuan yang telah
terlatih. Saat menjalan tugasnya selaku direksi
selalu mengutamakan kebijakan yang telah
ditetapkan pada aturan internal perusahaan
terdakwa maka, Jaksa Penuntut Umum didalam Surat
Dakwaan Tidak dapat mencantumkan hukuman bagi
Terdakwa Karena tidak ada satupun perbuatan yang
melawan hukum atas usaha yang telah dirintis oleh
Terdakwa sebagai Sumber mata Pencaharian atau
kebiasaan Usaha dan kami selaku Penasehat Hukum
menganggap bahwa Penuntut Umum tidak cermat dan
salah dalam menerapkan Hukum dan Pasal yang
berlaku sebagaimana yang diatur dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor Pasal 31 ayat (2)
Jo. Pasal 75 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransi Jo. Pasal 55 Kitab Undang-
23
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 28 ayat (5)
Jo. Pasal 76 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Peransuransian Jo. Pasal 55 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).
Berdasarkan hal tersebut, maka sangatlah patut
dan layak untuk menyatakan Surat dakwaan
kabur,tidak jelas,tidak cermat,juga tidak lengkap
sehingga Surat dakwaan harus dibatalkan.

4. SURAT DAKWAAN BERSIFAT ERROR IN PERSONA


Bahwa dalam dakwaan yang diajukan oleh
Jaksa Penuntut Umum dengan mendakwa Terdakwa
sebagai pihak yang telah diduga melakukan
penggelapan atas kontribusi dalam perasuransian
memiliki kekeliruan. Dalam kontek peradilan bahwa
adanya dakwaan terhadap terdakwa yang keliru maka
dikatakan sebagai Error In Persona. Kekeliruan
ini dimana terdakwa ini adalah salah sasaran
pihak (gemis aanhoeda nigheid) oleh Jaksa
Penuntut Umum. Bahwa yang mengetahui adanya
pembatalan sepihak terhadap polis hingga tanda
tangan pembatalan polis diwakili oleh Ramali
Affandi yang mengaku sebagai direktur pada PT.
United Insurance Service. Terdakwa tidak memiliki
peran dalam pembatalan sepihak terhadap
perjanjian polis tersebut bahkan tidak mengetahui
bahwa telah terjadinya pembatalan polis oleh PT.
Zurich Insurance Indonesia. Hal ini dakwaan dapat
dikatakan sebagai dakwaan kurang pihak (Plurium
Litis Consortium) yang dimana kondisi yang telah
24
terjadi jika adanya kekurangan pihak yaitu Ramali
Affandi selaku Managing Direktur pada PT. United
Insurance Service terkait pembatalan polis
sepihak untuk dapat didakwa oleh Jaksa Penuntut
Umum.Kekurangan pihak atas dakwaan ini adalah
bahwa terjadinya kejanggalan terhadap pegawai
atau pihak yang membatalkan polis milik
tertanggung oleh PT. Zurich Insurance Indonesia
sebagaimana pihak yang memiliki peran penting
dalam pembatalan tersebut. Maka dari itu, secara
jelas bahwa dakwaan jaksa penuntut umum
mengakibatkan kekurangan pihak dan kekeliruan
terhadap seseorang yang tidak bersalah ditetapkan
sebagai terdakwa hingga disidangkan pada
persidangan ini.
5. SURAT DAKWAAN BERSIFAT KABUR (Obscuur Libel)
Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal
143 ayat (2) Huruf b dan ayat (3) KUHAP, diatur
surat dakwaa Jaksa Penuntut Umum haruslah
memenuhi syarat-syarat antara lain;
a)Syarat formal yaitu;
Bahwa surat dakwaan harus menyebutkan
identitas secara lengkap atas
Terdakwa/Tersangka serta bahwa surat dakwaan
harus diberikan tanggal dan ditandatangani
oleh Jaksa Penuntut Umum.
b)Syarat materiil yaitu;
Bahwa surat dakwaan harus menyebutkan waktu
dan tempat tindak pidana itu dilakukan serta
surat dakwaan harus diuraikan secara cermat,
25
jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang
didakwakan.
c)Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b
batal demi hukum.

Bahwa pada dakwaan yang dibuat oleh Jaksa


Penuntut Umum terdapat suatu kesalahan berupa
kata/nomenklatur berupa “tiga kali angsuran”.
Seharusnya yang benar menurut ketentuan adalah
“pembayaran”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa pembayaran
merupakan “Proses, cara, perbuatan membayar”.
Tim Penasehat hukum menilai bahwa ini menjadi
suatu masalah walaupun sifatnya teknis Bahasa
namun, memiliki dampak yang cukup berpengaruh
karena ini merupakan suatu pemaknaan atas
tulisan yang akan dibacakan dan dibuktikan oleh
di persidangan. Pada unsur-unsur dakwaan yang
cermat, jelas, dan lengkap dalam pembuatan surat
dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung RI
menyebutkan: Maksud dari kata “Cermat” adalah
Keharusan dalam ketelitian pada Jaksa Penuntut
Umum dalam pembuatan Surat Dakwaan untuk
Terdakwa sehingga tidak ada yang namanya
kekurangan dan/atau kekeliruan dalam hal Surat
Dakwaan itu yang telah ditetapkan pada Undang-
undang yang berlaku di Republik Indonesia. Maka
dari itu, tim penasehat hukum terdakwa menilai
bahwa surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa
26
Penuntut Umum mengalami kekeliruan suatu
nomenklatur yaitu “angsuran” tetapi hemat kami
yang benar adalah “pembayaran” atas premi oleh
tertanggung.
6.PERKARA INI MERUPAKAN PERKARA PERDATA BUKAN
PIDANA SEBAGAIMANA KOMPETENSI ABSOLUT PADA RANAH
PERADILAN PERDATA
Bahwa pada peristiwa ini merupakan bukan
tindak pidana atas penggelapan melainkan perkara
perdata. Bahkan PT.Zurich Insurance Indonesia
melakukan pembatalan secara sepihak terhadap
perjanjian polis tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu oleh pihak agen perusahaan dan
tertanggung. Dengan begitu, mengacu pada Pasal
1266 ayat (2) KUHPerdata yaitu ; Permintaan ini
juga harus dilakukan, meskipun syarat batal
mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan
di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak
dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakmi dengan
melihat keadaan, atas permintaan tergugat,
leluasa memberikan suatu jangka waktu untuk
memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak
boleh lebih dan satu bulan. Oleh karena itu, ini
merupakan peristiwa perdata bukan tindak pidana
sebagaimana dasarnya pada hubungan hak dan
kewajiban atas perjanjian polis antara penanggung
dengan tertanggung.
Maka, sebagaimana perkara ini telah jelas adanya
kesalahan pada ranah penyelesaian kasus ini
(Kompetensi absolut) yang sesuai adalah
27
penyelesaian sengketa pada ranah perdata bukan
pidana. Hal ini, peristiwa ini merupakan hubungan
perikatan atas timbal balik terhadap perjanjian
asuransi yang diatur pada Pasal 1234 KUHPerdata
bahwa “Perikatan ditujukan untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak
berbuat sesuatu”.
Berdasarkan keberatan atas tim penasehat hukum
bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang tidak
cermat, jelas, dan lengkap dalam membuat surat
dakwaan karena Jaksa Penuntut Umum tidak
menguraika berperan sebagai apa Terdakwa didalam
melakukan Tindak Pidana perasuransian seperti
apakah, dan mengalami suatu keambiguan mengapa
Jaksa Penuntut Umum menilaia bahwa ini merupakan
perkara pidana yang sejati ini merupakan perkara
perdata sebagai pembatalan atas kontrak sepihak
sebagaimana hubungan perikatan antara tertanggung
dengan penanggung. maka sudah sepatutnya surat
dakwaan jaksa penuntut umum dapat dikategorikan
sebagai dakwaan yang bersifat kabur dan tidak
jelas (OBSCUUR LIBEL) dan (ERROR IN PERSONA)
III. PENUTUP

Berdasarkan berbagai Fakta yang telah kami


uraikan diatas maka kami Penasehat Hukum
terdakwa HENDRO SATRIJO menyimpulkan bahwa Nota
Keberatan Penasehat Hukum adalah permohonan
berdasarkan fakta dan kebenaran dan kami
penasehat hukum terdakwa mohon kepada Majelis

28
Hakim yang Terhormat untuk mengambil putusan
sebagai berikuT:

1.Menerima keberatan dari Tim Penasehat Hukum


Terdakwa HENDRO SATRIJO BIN IRVAN ANWAR
2.Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor
Reg. Perkara Nomor : PDM-132/M.5.10/Eku.2/10/2022
sebagai dakwaan yang dinyatakan batal demi hukum
atau harus dibatalkan setidak-tidaknya tidak
diterima;
3.Memulihkan harkat martabat dan nama baik HENDRO
SATRIJO BIN IRVAN ANWAR
4.Membebankan biaya perkara kepada negara

ATAU :

Apabila Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon


putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Di akhir dari Nota Keberatan ini, perkenankanlah kami


mengutip definisi keadilan tertua yang dirumuskan oleh
para ahli hukum zaman romawi, berbunyi demikian: “Justitia
est constans et perpetua voluntas jus suum cuique
tribuendi”, artinya: “Keadilan adalah kemauan yang
tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang
apa yang semestinya”.Selanjutnya Prof. Mr. Wirjono
Prodjodikoro, seorang ahli hukum berpesan sebagai berikut:
“sebelum memutus perkara, supaya berwawancara dahulu
dengan hati nuraninya”. Oleh karena itu, kami yakin
dan percaya bahwa Hakim Yang Mulia akan menjatuhkan

29
putusan yang adil dan benar berdasarkan fakta hukum dan
keyakinannya.Akhirnya, kami serahkan nasib dan masa depan
HENDRO SATRIJO BIN BIN IRVAN ANWAR kepada Hakim Yang
Mulia, karena hanya Hakimlah yang dapat menentukannya
dengan bunyi ketukan palu, mudah-mudahan ketukan palu
tersebut memberikan pertanggungjawaban yang benar demi
keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikian Nota Keberatan kami selaku Tim Penasehat hukum
Terdakwa atas HENDRO SATRIJO BIN BIN IRVAN ANWAR yang telah
dibacakan, dan kami sampaikan serta serahkan kepada Majelis
Hakim pada hari Kamis Tanggal 24 bulan November 2021 di
Pengadilan Negeri Surabaya

Hormat Kami
Tim Penasehat Hukum Terdakwa
ARN LAW FIRM

( RIYADI,S.H.)( MUHAMAD TAKIM,S.H.) (PAWIT SYARWANI,S.H.)

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Anda mungkin juga menyukai