2023
Surabaya, 13 Februari
2012
Kepada Yth :
Melalui
Yth: Pengadilan Negeri Surabaya
Alamat: Jl. Arjuno No.16-18, Sawahan, Kec. Sawahan, Kota SBY, Jawa Timur
60251
Hal : Kontra Memori Banding Atas Memori Banding Penuntut Umum Pada
Tindak Pidana Khusus terhadap Putusan Pengadilan Tindak Pidana
Khusus pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor:
2342/Pid.Sus/2022/PN.Sby tanggal 26 Januari 2023 atas nama
Terbanding (Terdakwa) Hendro Satrijo.
Dengan hormat,
Halaman - 1
Bahwa atas Putusan perkara, Penuntut Umum pada kasus pidana khusus telah
menyatakan Banding pada tanggal 26 Januari 2023. Bahwa Terbanding ( telah
menerima salinan Memori Banding tertanggal 09 Februari 2022 yang dibuat dan
ditandatangani oleh Penuntut Umum pada Tindak Pidana Khusus di Pengadilan
Negeri Surabaya.
Bahwa Terbanding (Terdakwa) dalam perkara Tindak Pidana Khusus Nomer
2342/Pid.Sus/2022/PN.Sby berstatus sebagai TERDAKWA oleh Pengadilan
Negeri Surabaya pada tanggal 26 Januari 2023, telah diperiksa dan diadili dengan
amar putusannya berbunyi sebagai berikut:
MENGADILI:
Halaman - 3
1.Bahwa menurut fakta-fakta di persidangan Pengadilan Tindak Pidana Khusus
pada Pengadilan Negeri Surabaya dakwaan Penuntut Umum tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
"Penggelapan premi secara bersama-sama" sebagaimana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 UURI nomer 40 tahun 2014 tentang Perasuransian jo pasal 55
ayat 1 ke 1 KUHP. Sebab Terdakwa ini tidak pernah datang secara Bersama-
sama atau sendiri-sendiri ke Kantor PT Mitra Agung Surabaya dan bertemu
secara langsung dan atau pun berkomunikasi dan berkirim surat baik secara hard
copy maupun secara elektronik melalui email. Sehingga Dakwaan Penuntut
Umum dan Tuntutan Penuntut Umum ini sangat menyesatkan. Sehingga dalam
pertimbangan putusan Majelis Hakim Tingkat pertama dengan pertimbangan
terbukti secara sah dan meyakinkan Terdakwa bersalah melakukan tindak
pidana "Penggelapan premi secara bersama-sama" merupakan
PERTIMBANGAN YANG MENGADA-ADA DAN TIDAK
BERDASARKAN HUKUM, KARENA TERDAKWA TIDAK TERBUKTI
MELANGGAR atas UNSUR-UNSUR dalam pasal 28 ayat 5 jo 29 ayat 4 UU
RI Nomor : 40 Tahun 2014 Tentang Asuransi dan diancam pidana berdasarkan
ketentuan Pasal 76 UU RI Nomor : 40 Tahun 2014 Tentang Asuransi Jo Pasal
55 ayat (1) KUHP, dengan penjelasan unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang.
2. Yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan
menggelapkan premi atau kontribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (5) dan Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 Tentang
Perasuransian
Halaman - 4
Penasehat Hukum dari TERDAKWA HENDRO SATRIJO memberikan
bantahan sebagai berikut :
Ad. 1. Unsur setiap orang, dalam hal ini oleh hakim dipertimbangkan
dengan yang dimaksud dalam klasifikasi setiap orang berdasarkan
Pasal 1 angka 34 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 Tentang
Perasuransian adalah orang perorangan atau korporasi, yang
merupakan subyek hukum.
Halaman - 6
disebabkan menjalankan perannya sangat berlebihan, sehingga
dengan demikian pendapat Majelis Hakim Tingkat Pertama yang
menyebutkan unsur ini terbukti dilanggar oleh Terdakwa adalah
sangat keliru;
Berdasarkan Pengertian tindak pidana dalam KUHP maka sudah sangat jelas
Majelis Hakim ini melakukan ANALOGI HUKUM sehingga hal ini
menyebabkan subyek hukum sebagai PRIBADI, yaitu MUHAMAD RAMALI
AFANADI ini yang memiliki kewenangan yang berlebih dan mengatasnamakan
sebagai wakil dari Subyek Hukum berupa Badan Hukum serta
menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangannya sehingga menyebabkan
subyek orang yang bertanggungjawab dalam Susunan Organ Badan Hukum
dalam Perseroan Terbatas, yaitu Direktur Utama dan Direktur yang harus
bertanggungjawab. Sehingga pertimbangan Majelis Hakim dalam pertimbangan
ini sangat bertentangan dengan fungsi dan pelaksanaan Hukum untuk diterapkan
ditegakkan Demi Keadilan dan Menghukum Orang yang benar melakukan
kesalahan. Majelis Hakim dalam memahami istilah tindak pidana ataustrafbaar
feit yang dilakukan oleh Subyek Hukum Perorangan dan atau Subyek Hukum
Badan Hukum ini dilakukan secara ANALOGI HUKUM ini adalah TIDAK
DIPERBOLEHKAN secara HUKUM PIDANA. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya seharusnya di
pidana. Melihat apa yang dimaksud di atas, maka pembentuk undang-undang
sudah konsisten dalam pemakaian istilah tindak pidana. Akan tetapi para sarjana
hukum pidana mempertahankan istilah yang dipilihnya sendiri. Tentang apa
Halaman - 8
yang diartikan dengan strafbaar feit (tindak pidana) para sarjana memberikan
pengertian yang berbeda-beda. M. Hamdan menyebutkan bahwa peristiwa
pidana adalah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang
bertentangan dengan undangundang atau peraturan perundang-undangan lainnya
terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman. Van Hamel dalam
M. Hamdan menyebutkan bahwa secara dogmatis masalah pokok yang
berhubungan dengan hukum pidana adalah membicarakan tiga hal yaitu:
1. Perbuatan yang dilarang;
2. Orang yang melakukan perbuatan yang dilarang itu; dan
3. Pidana yang diancamkan terhadap pelanggar larangan itu.
Menurut Mahrus Ali bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan pidana barang siapa yang melakukannya. Moeljatno
menyebutkan bahwa Perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan
hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,
bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa
perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan
kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang
menimbulkannya kejadian itu. Tindak pidana adalah sesuatu perbuatan yang
dilarang atau diwajibkan oleh Undang-Undang yang apabila dilakukan atau
diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan itu diancam dengan
hukuman. Dalam hal ini tindak pidana itu juga terdiri dari dua unsur yaitu:
1. Unsur yang bersifat objektif yang meliputi:
a. Perbuatan manusia yaitu perbuatan yang positif atau suatu
perbuatan yang negatif yang menyebabkan pidana.
b. Akibat perbuatan manusia yaitu akibat yang terdiri atas
merusakkan atau membahayakan kepentingan-kepentingan
hukum yang menurut norma hukum itu perlu ada supaya dapat
dihukum.
c. Keadaan-keadaan sekitar perbuatan itu, keadaan-keadaan ini
bisa jadi terdapat pada waktu melakukan perbuatan.
Halaman - 9
d. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidanakan perbuatan
itu melawan hukum, jika bertentangan dengan undang-undang.
2. Unsur yang bersifat subjektif yaitu unsur yang ada dalam diri si
pelaku itu sendiri yaitu kesalahan dari orang yang melanggar
aturan-aturan pidana, artinya pelanggaran itu harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pelanggar Suatu perbuatan akan
menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan tersebut
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Melawan hukum
2. Merugikan masyarakat
3. Dilarang oleh aturan pidana
4. Pelakunya diancam dengan hukuman pidana.
Memastikan bahwa perbuatan itu menjadi suatu tindak pidana adalah dilarang
oleh aturan pidana dan pelakunya diancam dengan pidana, sedangkan melawan
hukum dan merugikan masyarakat menunjukkan sifat perbuatan tersebut. Suatu
perbuatan yang bersifat melawan hukum dan merugikan masyarakat belum tentu
hal itu merupakan suatu tindak pidana sebelum dipastikan adanya larangan atau
aturan pidananya (Pasal 1 KUHP) yang diancamkan terhadap pelakunya.
Perbuatan yang bersifat melawan hukum dan yang merugikan masyarakat
banyak sekali, tetapi baru masuk dalam lapangan hukum pidana apabila telah
ada larangan oleh peraturan pidana dan pelakunya diancam dengan hukuman.
Apakah sesuatu perbuatan itu merupakan tindak pidana atau tidak, haruslah
dilihat pada ketentuan-ketentuan hukum pidana yang berlaku (hukum pidana
positif). Di dalam KUHPidana yang berlaku sekarang ini, tindak pidana ini
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kejahatan yang diatur dalam Buku Kedua
dan pelanggaran yang diatur dalam Buku Ketiga. Apa kriteria yang
dipergunakan untuk mengelompokkan dari dua bentuk tindak pidana ini,
KUHPidana sendiri tidak ada memberikan penjelasan sehingga orang
beranggapan bahwa kejahatan tersebut adalah perbuatan-perbuatan atau tindak
pidana yang berat, dan pelanggaran adalah perbuatan-perbuatan atau tindak
pidana yang ringan. Hal ini juga didasari bahwa pada kejahatan umumnya sanksi
pidana yang diancamkan adalah lebih berat dari ancaman pidana yang ada pada
Halaman - 10
pelanggaran. Pengertian perbuatan pidana tidak termasuk pengertian
pertanggung jawaban pidana. Perbuatan pidana hanya menunjuk pada dilarang
dan diancamnya perbuatan dengan suatu ancaman pidana. Pertanggungjawaban
dalam konsep hukum pidana merupakan sentral yang dikenal dengan ajaran
kesalahan. Dalam bahasa Latin ajaran kesalahan dikenal dengan dengan sebutan
mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan pada suatu perbuatan tidak
mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika pikiran orang itu jahat.
Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan
teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada
pemidanaan petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang
terdakwa atau tersangka dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana
yang terjadi atau tidak. Dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa tindak pidana
yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam
Undangundang. Dilihat dari sudut terjadinya tindakan yang dilarang, seseorang
akan dipertanggungjawabkan atas tindakan-tindakan tersebut, apabila tindakan
tersebut melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat
melawan hukum untuk pidana yang dilakukannya. Dan dilihat dari sudut
kemampuan bertanggungjawab maka hanya seseorang yang mampu
bertanggungjawab yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.
Tindak pidana jika tidak ada kesalahan adalah merupakan asas
pertanggungjawaban pidana, oleh sebab itu dalam hal dipidananya seseorang
yang melakukan perbuatan sebagaimana yang telah diancamkan, ini tergantung
dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan.
Berdasarkan hal tersebut maka pertanggung jawaban pidana atau kesalahan
menurut hukum pidana, terdiri atas tiga syarat yaitu:
1. Dapat dipertanggungjawabkan kepada si pembuat atau kemampuan
bertanggungjawab dari si pembuat.
2. Ada hubungan tertentu dalam batin orang yang berbuat, baik dalam bentuk
kesengajaan maupun kealpaan.
3. Tidak ada dasar alasan yang menghapus pertanggung jawaban si pembuat
atau tidak ada alasan penghapusan kesalahan.
Halaman - 11
Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan yang
objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subjektif yang ada
memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya
perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidananya
pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti pembuat perbuatan pidana hanya
akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana
tersebut. Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban pidana hanya
dapat dilakukan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana. Terjadinya
pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh
seseorang. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan suatu
mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi terhadap
pelanggaran atas kesepakatan menolak suatu perbuatan tertentu.
Kami memohon kepada Majelis Hakim pada tingkat Banding ini untuk
tidak memperhatikan unsur-unsur yang menjadi dasar dari Pertimbangan
Majelis Hakim pada Tingkat Pertama sebab dalam menentukan unsur-
unsurnya berdasarkan ANALOGI HUKUM (hal ini merupakan hal yang
dilarang dalam HUKUM PIDANA DAN HUKUM ACARA PIDANA).
Maka Kami selaku PENASEHAT HUKUM dari TERDAKWA HENDRO
SATRIJO memohon kepada MAJELIS HAKIM memberikan Putusan
Bebas dari tuntutan hukum, disebabkan secara Hukum sebagai
PERORANGAN bukan PELAKU dan tidak PERNAH MENIKMATI
UANG dan BUKAN DARI PERBUATANNYA.
2. Bahwa atas sejumlah Uang tunai sebesar Rp.184.056.426 (seratus delapan puluh
empat empat juta lima puluh enam ribu empat ratus dua puluh enam) dan telah
dipotong jasa sebagai pialang suransi, atas uang tersebut telah dikembalikan
kepada saksi IRWANTO ALIM(pelapor), dalam hal ini uang tersebut secara
kebenaran material baik secara saksi dari PT Zurich Insurance Indonesia,yaitu
Butet Sri Rejeki dalam pengakuan di muka Persidangan telah mengakui atas
sejumlah uang untuk pembayaran premi dari Tertanggung, yaitu PT. Mitra
Agung Surabaya ini telah dibayarkan kepada PT Zurich Insurance Indonesia
oleh Pialang Asuransi, yaitu PT United Insurance Services dan juga berdasarkan
Saksi dari PT Allianz Utama Indonesia, yaitu ALDO RENALDI menyatakan
Halaman - 12
telah menerima uang premi mulai bulan Januari 2022 dan pada waktu
persidangan atas rekening Un Allocated ini tidak pernah ada bukti tertulis dan
ditunjukkan di muka persidaangan yang Terhormat. Sebenaranya secara
kebenaran materiil ini terbukti atas uang premi milik dari PT Mitra Agung
Surabaya ini telah dibayarkan kepada PT Zurich Insurance Indonesia dan PT
Allianz Utama Indonesia oleh Pialang Asuransi, yaitu PT United Insurance
Services, namun perusahan Asuransi PT Zurich Insurance Indonesia dan dan PT
Allianz Utama Indonesia ini ingin melepaskan tanggung jawabnya atas
pertanggungan milik PT Mitra Agung Surabaya kepada PT United Insurance
Services . Pada persidangan atas uang premi yang telah dibayarkan lengkap ini
telah di sita pada tahun 2021 oleh Kejaksaan Tinggi Surabaya, adanya penyitaan
dari Kejaksaan Tinggi Surabaya menunjukkan tidak ada niat baik dan sungguh
dari 2 (dua) perusahaan bersama, yaitu PT ZURICH INSURANCE
INDONESIA dan PT ALLIANZ UTAMA INDONESIA dalam melakukan
penanggungan terhadap asuransi KONSTRUKSI dari TERTANGGUNG,yaitu
PT MITRA AGUNG SURABAYA untuk mengembalikan kepada PIALANG,
yaitu PT UNITED INSURANCE SERVICE INDONESIA sebab nomer
rekening dan nama bank masih aktif pada tahun 2017 hingga 2020. Maka
dengan adanya rekening dari PT United Insurance Services serta PT ZURICH
INSURANCE INDONESIA dan PT ALLIANZ UTAMA INDONESIA ini
sudah mengetahui atas nomernya dan Bank, sehingga sudah seharusnya PT
ZURICH INSURANCE INDONESIA dan PT ALLIANZ UTAMA
INDONESIA untuk langusng kirim balik atas uang premi milik PT Mitra Agung
Surabaya ke rekening PT United Insurance Services selaku pembayar premi ke
PT ZURICH INSURANCE INDONESIA dan PT ALLIANZ UTAMA
INDONESIA.
1. Bahwa ringannya pidana tersebut sangat menciderai rasa keadilan yang ada dan
berkembang di masyarakat, merupakan pertimbangan yang tidak berdasarkan
Halaman - 13
pada proses hukum dan tanpa melihat kebenaran materiil yang terjadi pada
persidangan. Mohon Majelis Hakim Tingkat Banding untuk memperhatikan dan
melihat terhadap Bukti IKHTISAR PEMBATALAN POLIS. Pada bukti
tersebut, kami selaku Penasehat Hukum untuk memberikan catatan kepada
Majelis Hakim yang memimpin jalannya persidangan atas bukti yang digunakan
dalam Barita Acara Pemerikssaan yang digunakan oleh POLDA JATIM selaku
PENYIDIK dan PENUNTUT UMUM dari Kejaksaan Tinggi Surabaya ini
adalah foto copy dan ada kejanggalan dalam penulisan penanggalan untuk
IKHTISAR PEMBATALAN POLIS sebab ada PENEBALAN
PENANGGALAN. Bukti yang digunakan adalah FOTO COPY dan TIDAK
ADA ASLINYA. PENEBALAN PENANGGALAN ini dilakukan sebab adanya
aturan POJK Nomer 70 Tahun 2016 pasal 5 ayat 3 Bab III Standart Perilaku
Usaha Bagian kesatu Premi atau Kontribusi yang berbunyi “ (3) Dalam hal
Perusahaan Pialang Asuransi menyerahkan premi atau kontribusi kepada
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah setelah jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir dan tidak ada pembatalan dari
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dalam jangka waktu 3
(tiga) hari kerja, tanggung jawab pembayaran klaim atau manfaat yang timbul
beralih dari Perusahaan Pialang Asuransi kepada Perusahaan Asuransi atau
Perusahaan Asuransi Syariah sejak premi atau kontribusi diterima oleh
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah. Kemudian adanya
pemberitahuan POLIS tidak berlaku ini terjadi pada tanggal 09 April 2019
secara surat dalam bentuk Hard Copy dan dibenarkan oleh Saksi Tutik Lembodo
dan Butet Sri Rejeki serta diemailka ke PT United Insurance Services dengan
tanpa ada bukti yang asli dikirimkan ke PT United Insurance Services atas
IKHTISAR PEMBATALAN POLIS (foto copy dalam BAP), namun adanya
pembalan polis dari PT Mitra Agung Surabaya ini juga dikirimkan melalui surat
elektronik pada Bulan April 2019 dan secara hard Copy atas pembatalan polis
dari PT Mitra Agung Surabaya ini tidak disampaikan padaa Bulan November
2018, sehingga adanya penyampaian surat pada tahun 2019 ini telah
menyebakan terjadi penyiasatan hukum dari PT Zurich Insurance Indonesia
untuk melepaskan dari Klaim atas pertanggungan asuransi milik dari PT Mitra
Halaman - 14
Agung Surabaya. Mohon Majelis Hakim untuk memperhatikan Bukti Foto Copy
dan Ada PENEBALAN TANGGAL yang di duga telah diganti dan untuk
penyiasatan PENANGGALAN atas IKHTISAR PEMBATALAN POLIS, maka
Majelis Hakim Tingkat Banding untuk melepaskan atas hukuman bagi
TERDAKWA HENDRO SATRIJO dan atau DIPUTUS LEPAS dari
DAKWAAN, TUNTUTAN dan LEPAS PUTUSAN BERSALAH.
2. Bahwa ringannya pidana tersebut tidak menimbulkan efek jera bagi pelakunya
(para terdakwa), merupakan pertimbangan yang berlebihan sebab atas perbuatan
Terdakwa Hendro Satrijo ini tidak terdapat kesalahan secara fakta atas
kebenaram materiil dalam persidangan, namun hanya merupakan tanggung
jawab dalam susunan Organ PT United Insurance Services. Sebenarnya dalam
kebenaran Materiil ini telah terbukti secara sah dan menyakinkkan terdapat
Orang lain sebagai susunan Organ, yang seharusnya bertanggungjawab atas
perbuatan yang telah dilakukkannya, yaitu Sdr. Muhamad Ramali Afandi dari
PT. UNITED INSURANCE INDONESIA ini terdapat kesaksian dan BAP
POLDA JATIM yang saling berkesinambungan dan cenderung memungkiri
fakta-fakta yang terjadi sebagai mana dalam bukti tambahan yang kami
cantumkan, terutama pada bukti yang kami cantumkan dalam Daftar bukti yang
kami serta kan dalam Pledoi(PEMBELAAN) ini. Maka Susunan ORGAN yang
bertanggung jawab pada PT UNITED INSURANCE SERVICE, dengan
susunan sebagai berikut :
Halaman - 15
RAMALI AFANDI ini memerintahkan untuk tidak memberikan informasi
yang yang seharusnya dan telah ditentukan sehingga IRMA SETIONO ynag
hanya sebagai DIREKTUR dan hanya disebabkan tanda tangan debit note saja
menangung yang sangat berat dan beban hidup pada usia Tua dari IRMA
SETIONO. Saksi MUHAMAD RAMALI AFANDI INI banyak berbohong dan
tidak sesuai dengan fakta-fakta dan bukti-bukti karospendensi ini nampak peran
serta dan mengambil tugas utama dari MUHAMAD RAMALI AFANDI.
Perbuatan yang didakwakan, dituntut Penuntut Umum dan diputuskan oleh
Majelis Hakim di tingkat pertama di Pengadilan Negeri Surabaya bukan menjadi
tanggung jawab dari pemegang Susunan Organ Badan Hukum, yaitu Direktur
Utama dan Direktur, namun kepada MUHAMAD RAMALI AFANDI yang
telah merangkap sebagai PEMILIK SAHAM, KOMISARIS, DIREKTUR
TEKNIK, GENERAL MARKETING DAN DIREKTUR serta bertindak sebagai
marketing, canvasing kepada tertanggung PT Mitra Agung Surabaya, melakukan
penjelasan atas resiko yang aka dicover oleh Perusahaan Asuransi sebagai
penanggung, negoisasi atas nilai premi dan persyaratannya, Lalu Muhamad
Ramali Afandi ini yang melakukan karospendensi dengan tertanggung PT Mitra
Agung Surabaya dari awal hingga akhir atau samapi timbul klaim asuransi atas
pertanggungan. Muhamad Ramali Afandi, ini yang membawa polis
pertanggungan atas Asuransi Kontruksi PT Mitra Agung Surabaya. Mohon
Majelis Hakim Banding juga memperhatikan uang atas PREMI dari milik PT
MITRA AGUNG SURABAYA ada pada PT ZURICH INSURANSE
INDONESIA dan PT ALLIANZ UTAMA INDONESIA dan tidak dihabiskan
dan dihilangkan oleh TERDAKWA HENDRO SATRIJO. maka apabila hakim
pada tingkat Banding tidak menemukan dan meyakini bahwa Terdakwa Hendro
Satrijo bukan seharusnya adalah pelakunya, maka demi keadilan hakim harus
membebaskannya dari segala tuntutan.;
3. Bahwa ringannya pidana yang telah dijatuhkan tersebut dapat mendorong para
terdakwa untuk mengulangi perbuatannya (tindak pidana) tersebut merupakan
Pertimbangan yang cenderung untuk memaksakan kehendaknya dan tanpa
melihat proses atas kebenaran dalam hukum beracara pidana, perlindungan hak
Halaman - 16
azasi manusia dan kebenaran materiil atas adanya alat bukti surat yang di duga
hasil dari penyiasatan alat bukti dan terbukti alat BUKTI IKHTISAR
PEMBATALAN pada BAP POLDA JATIM hanya foto copy dan ADA
DUGAAN PENEBELAN PENANGGALAN dan diberikan hanya soft copy
oleh PT ZURICH INSURANCE INDONESIA kepada PT UNITED
INSURANCE SERVICES pada tahun 2019, sehingga atas alat BUKTI
IKHTISAR PEMBATALAN digunakan sebagai alas an PEMBATALAN maka
hal ini merupakan perbuatan yang membahayakan dan cenderung
PENEGAKAN HUKUM ini tidak berjalan sesuai dengan HUKUM ACARA
PIDANA, UNDANG-UNDANG ASURANSI NOMER 40 TAHUN 2014 dan
prinsip-prinsip asuransi, yaitu PRINSIP IDEMNITY dan PRINSIP
SUBROGASI. Mohon Majelis Hakim pada Pengadilan Tinggi Surabaya pada
tingkat Banding, terutama pada waktu pemeriksaan Terdakwa yang dilakukan
oleh Penyidik POLDA JATIM dan fakta yang telah terjadi dan sesuai dengan
Berita Acara Penyidikan di POLDA JATIM, seharusnya wajib menyediakan
Penasehat Hukum dengan tanpa alasan apapun (PENYIDIK POLDA WAJIB
MENYEDIAKAN PENASEHAT HUKUM). Proses Pemeriksaan seorang
Terdakwa harus dilakukan menurut cara-cara yang benar dan sah secara hukum
formil, demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan dan demi memastikan
terpenuhinya keadilan yang menjadi Hak Asasi Manusia, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi Universal HAM (DUHAM), Pasal 14
Konvenan Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi menjadi Undang-undang
No. 12 tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant on Civel and
Political Rights (Konvenan Internasional Tentang hak-hak Sipil dan Politik),
pasal 27 ayat (1), pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, Pasal 7 dan Pasal 8 TAP MPR
No. XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 17 Undang-undang
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana semua orang adalah
sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta berhak atas
perlindungan hukum yang sama; Bahwa ketentuan hukum terdakwa wajib
didampingi oleh penasehat hukum dalam setiap proses pemeriksaan diatur
dalam ketentuan:
Halaman - 17
- Pasal 54 KUHAP, “guna kepentingan pembelaan, tersangka atau
terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih
penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan Undang-undang.
- Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan “dalam hal tersangka atau
dengan pidana mati atau ancaman lima belas tahun atau lebih, bagi
mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau
lebih yang tidak mempunyai penasehat sendiri.
- Ketentuan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP dari segi pendekatan strict law atau
formalistic legal thinking mengandung berbagai aspek permasalahan
hukum yaitu:
5. Bahwa apabila perbuatan seperti yang telah dilakukan oleh para terdakwa
tersebut di hukum dengan hukuman yang terlampau ringan maka akan
menjadikan preseden buruk bagi penegakan hukum di Indonesia. Merupakan
pertimbangan hukum yang sebenarnya sangat bertentangan dengan kebenaran
Materiil, terutama atas adanya Perjanjian Asuransi ini disebabkan oleh adanya
POLIS dan apabila POLIS ini telah dibatalkan dan berlaku surut, maka
Perjanjian Asuransi ini tidak pernah ada tentang PERBUATAN yang
bertentangan dengan UNDANG-UNDANG ASURANSI. Terdakwa Hendro
Halaman - 20
Satrijo ini sebenarnya sudah memerintahkan untuk melakukan yang terbaik
kepada MUHAMAD RAMALI AFANDI, namun yang terjadi secara kebenaran
materiil tidak dilakukan oleh MUHAMAD RAMALI AFANDI dan bahkan
cenderung untuk tidak mau bertanggungjawab serta memberikan kesaksian
dengan seolah oleh TIDAK melakukan apapun. Sekitar bulan November 2018
PT. Mitra Agung Surabaya telah melakukan klaim asuransi secara lisan melalui
pemberitahuan awal kepada PT. United Insurance Services atas kerusakan yang
terjadi pada pihak ketiga yaitu Apartemen Puri Matahari yang mengalami rusak
dinding dan jalan menuju tempat parkir akibat proyek pekerjaan konstruksi
Satoria Tower, kemudian disusul dengan surat tertanggal 26 November 2018
dengan nilai klaim sebesar Rp1.533.396.700,00 (satu milyar lima ratus tiga
puluh tiga juta tiga ratus sembilan puluh enam ribu tujuh ratus rupiah), nilai
klaim tersebut kemudian diperbaiki oleh Saksi Irwanto Alim selaku Direktur PT.
Mitra Agung Surabaya menjadi senilai sekitar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah); Setelah adanya informasi klaim dari PT. Mitra Agung Surabaya,
selanjutnya Saksi Herry Kristianto selaku head claim PT. United Insurance
Services melakukan survey awal ke lokasi pembangunan Satoria Tower
sebanyak 2 (dua) kali, kegiatan tersebut telah dilaporkan oleh Saksi Herry
Kristianto kepada Saksi Muhammad Ramali Afandi yang kemudian Saksi Herry
Kristianto bersama-sama Saksi Muhammad Ramali Afandi melaporkan kepada
Terdakwa Hendro Satrijo yang selanjutnya dilakukan meeting di ruang meeting
PT. United Insurance Services, pada saat itu Terdakwa Hendro Satrijo memberi
petunjuk agar dilakukan hal yang terbaik terhadap permasalahan tersebut,
namun kenyataan telah disalahgunakan dan diputarbalikkan FAKTANYA oleh
MUHAMAD RAMALI AFANDI serta tidak dapat diselesaikan dengan BAIK
atas masalah klaim dari PT MITRA AGUNG SURABAYA. Bahwa dalam
pertanggungan berkaitan dengan pihak ketiga seharusnya atas kerugian dalam
Rencana Anggaran Biaya (selanjutnya disingkat RAB) atas kerusakan ini
ditentukan dan dibuat oleh Manajemen Puri Matahari (pihak ketiga sesuai
dengan PRINSIP SUBROGASI), dalam pemeriksa saksi terhadap surat tuntutan
dari SAKSI IV DARI APARTEMEN PURI MATAHARI yang bernama Sdr.
BAMBANG SUNARSO, menyatakan Apartemen Puri Matahari ini tidak
Halaman - 21
pernah mengajukan tuntutan dalam bentuk tertulis, namun hanya meminta
kepada pihak PT Mitra Agung Surabaya untuk datang dan melihat adanya
kerusakan dari Apartemen Puri Matahari. Lalu tanpa adanya prosedur dan
tata cara untuk klaim sesuai dengan PRINSIP IDEMNITY DAN PRINSIP
SUBROGASI, maka dalam persidangan saksi Irwanto Alim menyatakan
telah memperbaiki dengan biaya sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), namun tidak ada bukti-bukti tentang RAB dan kwitansi-kwitansi
atas biaya yang telah dikeluarkan serta Saksi Bagian Keuangan dari PT
Mitra Agung Surabaya ini tidak bisa menunjukkan bukti atas telah
lima ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus sembilan puluh enam ribu tujuh ratus
rupiah) ini tidak PERNAH ADA dan TIDAK TERBUKTI dan telah
mengeluarkan uang sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) juga
tidak dapat dibuktikan dan hanya berupa pernyataan yang patut untuk dinilai
kebenaran sebab saksi-saksi merupakan karyawannya dari PT Mitra Agung
Surabaya.
6. Pada tanggal 25 Oktober 2018 sesuai Surat Ikhtisar Pembatalan, PT. Zurich
Insurance Indonesia telah membatalkan polis nomor 17 ZI-CAR- 2394357,
tanggal 6 Juni 2017 atas nama Tertanggung PT. Mitra Agung Surabaya yang
berlaku efektif per tanggal 1 Mei 2017; Uang yang telah di transfer oleh PT.
United Insurance Services meskipun telah diterima oleh PT. Zurich Insurance
Indonesia akan tetapi uang tersebut sebagai uang yang tidak dibukukan
(unallocated) karena Polis nomor 17 ZI-CAR-2394357, tanggal 6 Juni 2017 atas
nama Tertanggung PT. Mitra Agung Surabaya sudah dibatalkan oleh PT. Zurich
Insurance Indonesia tanggal 25 Oktober 2018, demikian pula uang yang telah di
transfer ke PT. Asuransi Alianz Utama Indonesia juga masih mengendap di PT.
Asuransi Alianz Utama Indonesia sampai sekarang. Untuk pengembalian uang
tersebut PT. Zurich Insurance Indonesia sudah berusaha mengembalikan melalui
komunikasi via telefon yang dilakukan oleh karyawan PT. Zurich Insurance
Indonesia maupun dengan cara meminta nomor rekening namun tidak direspon
oleh PT. United Insurance Services. Adalah pernyataan belaka dan setelah
diklarifikasi di Fakta persidangan ini tidak ada bukti-bukti surat Karospendensi
Halaman - 22
dalam surat dan email yang dibuktikan dalam surat bukti tertulis dan
ditunjukkan di depan persidangan, sehingga hal ini seperti sebuah DONGENG
yang tidak bisa dipercaya KEBENARANNYA padahal hal dibuktikan dalam
bukti bukti tertulis atas kesaksian dari orang yang patut diragukan kebenarannya
dan sesuai dengan bukti bukti tertulis yang benar dan TIDAK ADA UNSUR
REKAYASA;Bahwa polis sudah dibatalkan sejak tanggal 1 Mei 2017 oleh PT
Zurich Insurance Indonesia karena premi belum dibayarkan oleh PT United
Insurance Services sehingga klaim yang diajukan oleh PT. Mitra Agung
Surabaya ditolak Pada tanggal 21 Mei 2019 PT Mitra Agung Surabaya melalui
kuasanya telah mengirim email kepada PT. Zurich Insurance Indonesia
menanyakan klaim yang diajukannya, kemudian PT. Zurich Insurance Indonesia
memberikan jawaban tidak dapat mencairkan klaim tersebut dengan alasan polis
nomor 17 ZI-CAR-2394357 telah dinyatakan tidak aktif. Tanggal 22 Mei 2019
PT. Mitra Agung Surabaya melalui kuasanya kembali mengirim email kepada
PT. Zurich Insurance Indonesia meminta klarifikasi tentang alasan dan dasar
hukum pembatalan polis dan dijawab "agar mananyakan hal tersebut kepada
PT.United Insurance Services selaku Broker", dan setelah ditanyakan kepada PT
United Insurance Services diberikan penjelasan bahwa PT. Zurich Insurance
Indonesia belum memberikan konfirmasi tentang status polis dan alasan
pembatalan oleh PT. Zurich Insurance Indonesia;Kami memohon kepada
Majelis Hakim pada tingkat Banding ini untuk memperhatikan pada dasar
adanya pembatalan polis berupa IHKTISAR PEMBATALAN POLIS
terutama berupa FOTO COPY, tidak pernah ada ASLINYA dan ada
PENEBALAN PENANGGALAN sehingga ada petunjuk perubahan
TANGGAL pada IKHTISAR PEMBATALAN POLIS. Maka Kami selaku
PENASEHAT HUKUM dari TERDAKWA HENDRO SATRIJO memohon
kepada MAJELIS HAKIM memberikan Putusan lepas dr tuntutan hukum,
disebabkan berasal dari alat BUKTI yang palsu dan dari unsur
penyiasatan dan terbukti atas kebenaran materiil di persidangan. Pada
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 70/POJK.05/2016 PASAL 5 AYAT 3
ini telah menyababkan terjadinya PENYIASATAN PENANGGALAN
IKHTISAR PEMBATALAN POLIS dan TERBUKTI DALAM KEBENARAN
Halaman - 23
MATERIIL untuk alat bukti PENANGGALAN IKHTISAR PEMBATALAN
POLIS INI tidak ada ASLINYA dan hanya FOTO COPY dan
PENANGGALAN IKHTISAR PEMBATALAN POLIS yang ada
PENEBALAN ini dijadikan dalam PEMBERITAHUAN adanya pembatalan
POLIS kepada DEBORAH karyawan dari PT MITRA AGUNG SURABAYA
atas POLIS milik PT MITRA AGUNG SURABAYA. Dan menurut Ahli yang
meringankan dari TERDAKWA Hendro Satrijo, yaitu : Dr. Zahry Vandawati
Chumaida, S.H., M.H., menerangkan "didalam asuransi dikenal ada 4 (empat)
prinsip salah satu diantaranya adalah prinsip itikad baik dari para pihak baik
Tertanggung, Penanggung maupun Pialang Asuransi yang diatur dalam pasal
251 KUHD jo. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014"; Maka
terungkap dalam kebenaran materiil, yaitu PT MITRA AGUNG SURABAYA
ini setelah memulai pembangunan dan telah berlangsung 6 (enam) bulan, baru
melakukan pemasangan Asuransi Kontruksi melalui pialang asuransi PT
UNITED INSURANSCE SERVICES maka bertentangan PRINSIP ITIKAD
BAIK terhadap pemasangan asuransi PT MITRA AGUNG SURABAYA,
kemudian terbukti nilai kerugian Sebesar Rp. 1.533.000.000,- dari PT MITRA
AGUNG SURABAYA ini tidak pernah ada dan tidak ada nilai kerugian yang
talah dinilai sesuai dengan Tim Appraisal Independen dan berdasarkan fakta
persidangan atas kerugian yang terjadi telah melanggar PRINSIP SUBROGASI
dan PRINSIP IDEMNITY. Menurut Ahli Dr. Zahry Vandawati Chumaida, S.H.,
M.H., atas adanya PEMBATALAN POLIS dan berlaku surut maka dalam kasus
yang terjadi ini TIDAK ADA PENGGELAPAN DALAM BIDANG
ASURANSI, namun PENGGELAPAN yang terjadi adalah PENGGELAPAN
biasa sesuai dalam KUHP sehingga atas dakwaan, tuntutan JAKSA
PENUNTUT UMUM dan putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama ini
seharusnya adalah putusan lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van
alle rechtsvervolging).
Halaman - 24
buruk dalam penegakan hukum di Indonesia. Mohon Majelis Hakim untuk
menanggapi dan memperhatikan pertimbangan jaksa penuntut umum pada
memori banding dan dibantah dalam kotra memori banding dan juga telah
dijelaskan dalam memori banding yang diajukan sebab Terdakwa Hendro
Satrijo sebagai DIREKTUR UTAMA ini telah melakukan PEMBAYARAN
PREMI KEPADA PARA PENANGGUNG, yaitu Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) DAN bukan tidak membayarkan premi milik dari PT Mitra Agung
Surabaya kepada PT. Zurich Insurance Indonesia dan PT. Asuransi Alianz
Utama Indonesia. Kemudian adanya PENEBALAN PENANGGALAN dan ada
dugaan rekayasa PENEBALAN PENANGGALAN dalam IKHTISAR
PEMBATALAN POLIS maka atas tanggung jawab pertanggungan asuransi ini
seharusnya dibebankan kepada PENANGGUNG namun berusaha untuk
dibebankan kembali kepada Perusahaan Pialang Asuransi,yaitu PT UNITED
INSURANCE SERVICES. Mohon Majelis Hakim juga untuk mencermati dan
memperhatikan dalam proses penyidikan dan proses dalam hukum acara pidana
pada proses persidangan yang telah dilakukan dan diputuskan, terdapat banyak
kebenaran materiil namun tidak diperhatikan dan dicantumkan oleh Majelis
Hakim pada tingkat pertama. Maka sudah seharusnya kami memohon kepada
Majelis Hakim untuk Buah pohon beracun (bahasa Inggris: fruit of the
poisonous tree) adalah metafor hukum pidana yang digunakan untuk
mendeskripsikan bukti yang diperoleh secara ilegal.[1] Berdasarkan logika
terminologi istilah tersebut, jika sumber bukti ("pohon") itu sendiri "tercemar",
maka apapun yang didapat dari bukti tersebut ("buah") juga tercemar. Doktrin
buah pohon beracun pertama kali dideskripsikan di Amerika Serikat dalam
perkara Silverthorne Lumber Co. v. United States, 251 U.S. 385 (1920). Bukti
yang diperoleh secara ilegal biasanya tidak dapat dimasukkan dalam pengadilan.
[4]
Misalnya, jika seorang polisi memperoleh bukti dengan
melakukan penyiksaan atau dengan melakukan pencarian secara ilegal, bukti
tersebut tidak dapat dimasukkan dalam pengadilan. Di Amerika Serikat, terdapat
empat pengecualian untuk doktrin ini:
1. Bukti ditemukan sebagian dari sumber yang independen dan tidak tercemar
Halaman - 25
2. Bukti tersebut mau tidak mau akan ditemukan walaupun sumbernya
tercemar
3. Sebab-akibat antara tindakan yang ilegal dengan bukti yang tercemar terlalu
lemah
4. Surat perintah pencarian yang tidak didasarkan pada sebab yang masuk
akal dilancarkan dengan itikad baik (disebut pengecualian itikad baik)
Berdasarkan hal-hal yang telah kami Penasihat Hukum uraikan di atas, jelas apa
yang didakwakan Penuntut Umum dan kemudian diputus oleh Majelis Hakim
Tingkat Pertama dalam perkara ini adalah bukan penggelapan dibidang Asuransi
dan bukan menjadi tanggung jawab dari pemegang Susunan Organ Badan Hukum,
yaitu Direktur Utama dan Direktur, namun kepada MUHAMAD RAMALI
AFANDI yang telah merangkap sebagai PEMILIK SAHAM, KOMISARIS,
DIREKTUR TEKNIK, GENERAL MARKETING DAN DIREKTUR serta yang
membawa polis pertanggungan atas Asuransi Kontruksi PT Mitra Agung
Halaman - 26
Surabaya. Mohon Majelis Hakim Banding juga memperhatikan uang atas PREMI
dari milik PT MITRA AGUNG SURABAYA ada pada PT ZURICH
INSURANSE INDONESIA dan PT ALLIANZ UTAMA INDONESIA dan tidak
dihabiskan dan dihilangkan oleh TERDAKWA HENDRO SATRIJO. Sementara
Dakwaan Kedua yang menurut Majelis Hakim Tingkat Pertama telah terbukti
adalah keliru. Maka dengan demikian Kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon
kepada Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya atau Majelis Hakim Banding yang
memeriksa perkara ini sudilah kiranya memberikan putusan yang amarnya:
MENGADILI SENDIRI:
Halaman - 27
Atau:
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya,
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. (Ex Aequo Et Bono)
Demikianlah kontra memori banding ini, kami sampaikan pada Majelis Hakim
Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi Surabaya melalui PTSP Pengadilan
Negeri Surabaya, marilah kita senantiasa merenungkan bahwa manusia
tempatnya salah dan dosa dan kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta alam
semesta ini yaitu Allah SWT. Semoga Majelis Hakim Tingkat Banding dalam
menjatuhkan putusan sesuai dengan fakta-fakta dan kebenaran material, bukti-
bukti dan saksi-saksi serta sesuai keyakinan dan hati Nurani Majelis Hakim
Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi Surabaya. Kemudian atas perhatian,
perkenan serta kebijaksanaan Majelis Hakim yang kami muliakan, diucapkan
terima kasih.
Hormat Kami,
PARA PENASEHAT HUKUM TERDAKWA
(PAWIT SYARWANI,S.H.)
Halaman - 28