Anda di halaman 1dari 13

SEGERA

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Niaga
Cq. Majelis Hakim Pengadilan Niaga
Yang memeriksa perkara No. 99/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN.Niaga.Sby
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
Jl. Raya Arjuna No. 16-18, Sawahan, Surabaya, Jawa Timur

Hal : Jawaban atas Permohonan Pernyataan Pailit

Dengan Hormat,

Kami yang bertandatangan di bawah ini

Dr. Nugroho Abiyoso, S.H., M.H., LL.M.


Samuel Royanmer Nababan, S.H., LL.M., CLA
Atika Febri Hajrianti, S.H., M.H.

Para advokat yang berkantor di ARnH Lawfirm “Corporate Lawyer and Business
Corporate Legal Consultan” beralamat di Treasury Tower, District 8, Lot.28 SCBD,
Jakarta Selatan bertindak untuk dan atas nama serta sah mewakili :

PT. Erlangga General Insurance yang berkedudukan di Jalan Dharmawangsa


Utama No.VII, Surabaya, Jawa Timur berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal
dengan nomor selanjutnya disebut sebagai TERMOHON

TERHADAP

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berkedudukan di Jalan Lapangan Banteng


Timur 2-4, Jakarta 10710, Indonesia yang selanjutnya disebut sebagai PEMOHON

Dengan ini mengajukan Jawaban atas Permohonan Pernyataan Pailit dengan No.
17/Pdt.Sus-Pailit/2019/PN.Niaga.Sby tertanggal 22 Maret 2019 sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI
1.

CARI ADAGIUM
SEGERA

2. Bahwa pada tanggal 1 Agustus 2016 TERMOHON melakukan perpanjangan


jangka waktu pembayaran kredit No. XXX (Addendum) yang disepakati oleh
PEMOHON.
3. Bahwa dalam isi Addendum tersebut berbunyi :
“Terhadap pelunasan utang Pihak II dapat ditangguhkan dalam waktu 4 bulan
apabila terjadi overmacht yang menyebabkan Pihak II tidak bisa membayar
utangnya atau dalam keadaan tertentu Pihak I sudah sepatutnya mengira bahwa
terdapat overmacht”.
4. Bahwa berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” maka sudah sepatutnya PEMOHON untuk melaksanakan
sebagaimana dimaksud dalam Addendum tersebut sebagaimana mestinya.
5. Bahwa dengan adanya Addendum tentang perpanjangan jangka waktu
pembayaran kredit No. XXX dapat diketahui bahwa TERMOHON tidak dapat
ditagih dikarenakan terjadi overmacht yaitu terjadinya gempa bumi di
Makassar, tempat berdirinya kantor cabang perusahaan TERMOHON
sehingga dibutuhkan dana yang besar untuk menanggulangi kerugian yang
timbul atas hancurnya bangunan yang sedang dalam proses pembangunan
tersebut.
6. Bahwa berdasarkan uraian dalil di atas dapat diketahui bahwa pada faktanya
terjadinya gempa bumi di Makassar, tempat berdirinya kantor cabang
perusahaan TERMOHON memang merupakan sebuah overmacht, maka dari
itu utang TERMOHON tidak dapat dikatakan jatuh waktu dan dapat ditagih,
oleh karena itu terhadap jatuh waktu pembayaran tersebut tidak dapat
dibuktikan secara sederhana sesuai dengan Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan.
7.
8. Bahwa dikarenakan tidak dapt dibuktikan secara sederhana mengenai tanggal
jatuh pembayaran, maka sudah selayaknya Permohonan Pernyataan Pailit
PEMOHON untuk tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaad).

A. EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT


Bahwa Pengadilan Niaga pada Pengadilan Surabya tidak berwenang
mengadili sengketa antara Perusahaan Asuransi dan Pemegang Polis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1), (2), dan (4) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian sebagai berikut :
1. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah wajib menjadi anggota lembaga mediasi yang
berfungsi melakukan penyelesaian sengketa antara Perusahaan Asuransi,
CARI ADAGIUM
SEGERA

Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan


reasuransi syariah dan Pemegang Polis, Tertanggung, Peserta, atau pihak lain
yang berhak memperoleh manfaat asuransi.
2. Lembaga mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat independen dan
imparsial.
3. Kesepakatan mediasi bersifat final dan mengikat bagi para Pihak.
Bahwa berdasarkan uraian undang-undang tersebut di atas, terhadap
perselisihan antara TERMOHON dan Pemegang Polis secara absolut
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya tidak berwenang
mengadili, hal mana yang berwenang untuk melakukan penyelesaian
sengketa antara Perusahaan Asuransi dan Pemegang Polis adalah Lembaga
Mediasi, In Casu Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI),
Adapun sesuai dengan Keputusan Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi
Indonesia Nomor : 001/SKBMAI/09.2014 Tentang Peraturan & Prosedur
Arbitrase Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi Indonesia, maka Putusan
Majelis Arbitrase bersifat mengikat dan para pihak tidak boleh menempuh
upaya hukum banding, kasasi dan sebagainya.
Sebagaimana Keputusan Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi Indonesia
Nomor : 001/SK-BMAI/09.2014 Tentang Peraturan & Prosedur Arbitrase
Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi Indonesia yang menyatakan sebagai
berikut :
BMAI adalah sebuah badan hukum berbentuk Perhimpunan, berasaskan Pancasila
dan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, melakukan kegiatan di bidang sosial,
didirikan oleh Asosiasi-Asosiasi Usaha Perasuransian di Indonesia yaitu : Asosiasi
Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan
Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI). Pendiriannya diresmikan di
Jakarta pada tanggal 12 Mei 2006 dan memulai beroperasi pada tanggal 25 September
2006. Semula bernama Badan Mediasi Asuransi Indonesia disingkat BMAI, dan
pada tanggal 25 Pebruari 2014 diubah menjadi Badan Mediasi dan Arbitrase
Asuransi Indonesia dan tetap disingkat BMAI.
BMAI adalah sebuah lembaga penyelesaian sengketa disektor perasuransian yang
terdaftar dan diakui oleh PEMOHON (Otoritas Jasa Keuangan). Ruang lingkup
kegiatan BMAI ialah memberikan pelayanan penyelesaian sengketa klaim asuransi
antara Konsumen Asuransi (Tertanggung, Pemegang Polis, Termaslahat) dan
Penanggungnya (Anggota BMAI) secara professional melalui proses mediasi,

CARI ADAGIUM
SEGERA

ajudikasi dan arbitrase, berdasarkan prinsip-prinsip Aksesibilitas, Independensi,


Keadilan, Efisiensi dan Efektifitas.
Penyelesaian Sengketa Oleh BMAI dapat ditempuh dengan 3 (tiga) macam proses,
baik secara bertahap atau secara sendiri-sendiri yaitu :
1. Mediasi, dilakukan oleh seorang Mediator dengan cara memfasilitasi langkah-
langkah mempermudah negosiasi antara para pihak yang bersengketa guna
mencapai perdamaian, tanpa memberikan penilaian ataupun putusan atas
sengketa tersebut.
2. Ajudikasi, dilakukan oleh Majelis Ajudikasi, yang terdiri dari
sekurangkurangnya tiga orang Ajudikator, yang memeriksa dan membuat
putusan atas sengketa para pihak, jika perdamaian melalui mediasi tidak tercapai.
3. Arbitrase, dilakukan oleh seorang Arbiter atau Majelis Arbitrase, yang terdiri
dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang Arbiter yang memeriksa dan membuat
putusan atas sengketa para pihak, jika ajudikasi tidak berhasil, atau atas sengketa
dengan nilai tuntutan melebihi batas nilai yang diperkenankan untuk diproses
melalui mediasi dan atau ajudikasi. BMAI beranggotakan semua perusahaaan
asuransi dan perusahaan reasuransi yang mendapat izin beroperasi di Indonesia,
meliputi asuransi umum/kerugian, asuransi jiwa dan asuransi jaminan sosial.
B. EKSEPSI SYARAT FORMIL
PEMOHON PAILIT Tidak Memiliki Kedudukan Hukum (Legal Standing)
Untuk Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit
Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian sebagai berikut :
1. Kreditor menyampaikan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk
mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan niaga.

Bahwa Permohonan Pernyataan Pailit PEMOHON tidak diajukan


berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian yang menjadi Legal Standing Permohonan Pernyataan Pailit
bagi PEMOHON sebagaimana TERMOHON kutip pada halaman 1 paragraf
ke-1 Surat Permohonan Pernyataan Pailit :

“Yang bertanda tangan dibawah ini :


1. David Bernard Kandou;
2. Biaulia Husna Arnisa.

bertindak untuk dan atas nama Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
untuk selanjutnya disebut PEMOHON PAILIT atau PEMOHON,
berdasarkan Surat Kuasa Nomor : SKU-37A/ SKU.OJK.01/2014 tanggal 27

CARI ADAGIUM
SEGERA

Oktober 2014 (bukti P-1), dengan ini mengajukan permohonan


PERNYATAAN PAILIT terhadap :”

Bahwa Permohonan Pernyataan Pailit PEMOHON diajukan hanya


berdasarkan berdasarkan Surat Kuasa Nomor : SKU-37A/SKU.OJK.01/2014
tanggal 27 Oktober 2014 (vide bukti P-1) bukan berdasarkan permohonan
kreditor kepada PEMOHON untuk mengajukan Permohonan Pernyataan
Pailit aquo kepada Pengadilan Niaga, oleh karenanya Permohonan Pernyataan
Pailit PEMOHON tidak memiliki kedudukan hukum (Legal Standing) untuk
mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit (persona standi judicio), hal mana
sesuai dengan pasal 163 HIR/283 RGB/pasal 1865 KUH Perdata yang
berbunyi “setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak,
atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang
lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak
atau peristiwa tersebut.” Oleh karena itu PEMOHON diwajibkan
membuktikan kedudukan hukumnya (Legal Standing). Sehingga apabila
menunjuk pada kutipan Permohonan PEMOHON di atas, ternyata
PEMOHON tidak mencantumkan kedudukan hukumnya berdasarkan Pasal
51 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
Sehingga sudah sepatutnya Permohonan Pernyataan Pailit PEMOHON untuk
ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard).

PEMOHON PAILIT Tidak Memiliki Dasar Dalam Mengajukan


Permohonan Pernyataan Pailit
7. Bahwa dalam ketentuan Pasal 55 PERATURAN OTORITAS JASA
KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN,
LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI,
PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,
DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH diketahui bahwa OJK
menyetujui atau menolak permohonan Kreditor untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit Perusahaan kepada pengadilan niaga dengan
mempertimbangkan :
a. pemenuhan persyaratan dinyatakan pailit sebagaimana diatur dalam undang-
undang mengenai kepailitan;
b. pemenuhan persyaratan pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 ayat (3);
CARI ADAGIUM
SEGERA

c. kemampuan keuangan Perusahaan untuk membayar utang atau kewajiban; d.


status pengawasan Perusahaan;
d. pengenaan sanksi administratif terhadap Perusahaan; dan
e. suatu kondisi tertentu.
8. Bahwa dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (1) PERATURAN OTORITAS JASA
KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN,
LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI,
PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,
DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH berbunyi :
“Mengingat Perusahaan menghimpun dana masyarakat melalui premi asuransi,
maka Perusahaan Asuransi mengemban kepercayaan masyarakat terutama para
Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta yang jumlahnya relatif banyak.
Kepercayaan para Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta dan para pelaku
usaha sangat perlu dijaga agar tidak sampai menurun apalagi hilang. Upaya
untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat sangat besar biayanya bagi
perekonomian, sehingga merupakan suatu hal yang sangat wajar bila upaya
kepailitan terhadap Perusahaan perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Oleh
karena itu, dalam memutuskan menyetujui atau menolak permohonan pernyataan
pailit Perusahaan, OJK tidak semata-mata mendasarkan pada terpenuhinya
persyaratan adanya dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, tetapi juga mempertimbangkan
hal lain khususnya kondisi Perusahaan.”
9. Bahwa dalam ketentuan Pasal 50 PERATURAN OTORITAS JASA
KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA
PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
diketahui bahwa Perusahaan yang tidak memenuhi target Tingkat Solvabilitas
internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) :
a. wajib menyampaikan rencana penyehatan keuangan; dan
b. dilarang membagikan dividen atau memberikan imbalan dalam bentuk
apapun kepada pemegang saham.
10. Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (3) PERATURAN OTORITAS JASA
KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA
PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
diketahui bahwa Langkah penyehatan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), memuat rencana tindak sebagai berikut :
a. restrukturisasi aset dan/atau Liabilitas;
b. penambahan modal disetor;
c. pemberian pinjaman subordinasi;
CARI ADAGIUM
SEGERA

d. peningkatan tarif premi;


e. pengalihan sebagian atau seluruh portofolio pertanggungan;
f. penggabungan badan usaha; dan/atau
g. tindakan lain.
11. Bahwa dalam rangka melakukan penyehatan keuangan perusahaan
TERMOHON maka diadakan RUPS LUAR BIASA (Bukti T-) pada
tanggal X, yang mana dalam mata acara rapatnya dilakukan pembahasan
mengenai penambahan tarif premi untuk kelas XX dari semula tarifnya
XX menjadi XX, kelas XX dari semula tarifnya XX menjadi XX. Selain itu
juga TERMOHON melakukan restrukturisasi aset dengan menjual
beberapa aset tidak produktif milik TERMOHON berupa tanah di kota
XX.
12. Bahwa berdasarkan laporan keuangan triwulan TERMOHON pada tgl X,
diketahui rasio tingkat solvabilitas TERMOHON mengalami kenaikan, hal
ini membuktikan bahwa TERMOHON berhasil menerapkan kebijakan
dalam tahap penyehatan keuangan (Bukti T-).
13. Bahwa berdasarkan laporan tersebut, TERMOHON dapat membuktikan
bahwa OJK tidak mempertimbangkan ketentuan dalam Pasal 55 ayat (1)
huruf c PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28
/POJK.05/2015 yaitu kemampuan keuangan perusahaan untuk membayar
utang atau kewajiban.
14. Bahwa berdasarkan seluruh uraian dalil TERMOHON di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa PEMOHON tidak memiliki dasar dalam mengajukan
Permohonan Pernyataan Pailit kepada TERMOHON.

Permohonan Pernyataan Pailit PEMOHON Tidak Jelas (Obscuur Libel)


.
Permohonan Pernyataan Pailit PEMOHON tidak jelas karena KLAIM
ASURANSI BUKANLAH UTANG dan PEMEGANG POLIS
BUKANLAH KREDITOR.
KLAIM ASURANSI BUKANLAH UTANG, oleh karenanya
PEMEGANG POLIS BUKANLAH KREDITOR, demikian juga
PEMOHON dalam dalil-dalilnya tidak ada satupun dalilnya yang
menyatakan klaim pemegang polis sebagai utang, dalam dalil-dalilnya
PEMOHON selalu menyebut PEMBAYARAN KLAIM MANFAAT
ASURANSI bukan menyebut UTANG.
Bahwa tidak ada satupun aturan perundang-undangan yang menyatakan
bahwa Klaim Asuransi adalah hutang dan Pemegang Polis adalah

CARI ADAGIUM
SEGERA

Kreditor, oleh karena KLAIM ASURANSI BUKAN UTANG


sebagaimana Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian :
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
1. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi
dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Bahwa sebagaimana Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun
2014 Tentang Perasuransian tersebut di atas tidak ada yang menyatakan
secara jelas bahwa KLAIM ASURANSI ADALAH UTANG, oleh
karenanya PEMEGANG POLIS BUKANLAH KREDITOR, demikian
juga PEMOHON dalam Permohonan Pernyataan Pailitnya tidak ada
satupun dalilnya yang menyatakan klaim pemegang polis sebagai utang,
dalam dalil-dalilnya PEMOHON selalu menyebut pembayaran klaim
manfaat asuransi bukan menyebut utang, sehingga dalil yang menyatakan
TERMOHON memiliki utang terhadap pemegang polis yang sudah jatuh
tempo dan dapat ditagih adalah tidak berdasar hukum, karena jelas
bahwa TERMOHON tidak memiliki utang jatuh tempo dan dapat ditagih
terhadap pemegang polis, sehingga dengan demikian Permohonan
Pernyataan Pailit PEMOHON menjadi tidak jelas, kabur dan bertentangan
dengan Undang-undang, oleh karena itu sudah sepatutnya Permohonan
Pernyataan Pailit PEMOHON untuk ditolak atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijke verklaard).

C. DALAM POKOK PERKARA

CARI ADAGIUM
SEGERA

15. Bahwa TERMOHON menolak secara tegas seluruh dalil-dalil


Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan PEMOHON, kecuali
terhadap hal-hal yang diakui secara tegas akan kebenaranya.
16. Bahwa TERMOHON yaitu PT Erlangga General Insurance merupakan
Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris No. tentang
Pendirian PT Erlangga General Insurance tertanggal (Bukti T-1) dan
sudah memperoleh status badan hukum dengan SK Menteri Kehakiman
nomor tertanggal (Bukti T-2) dengan nomor pokok wajib pajak (Bukti T-
3).

17. Bahwa TERMOHON adalah perusahaan asuransi yang bergerak di


bidang usaha asuransi umum yang berkedudukan hukum di Jalan
Dharmawangsa Utama No.VII, Surabaya, Jawa Timur.
18. Bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun
2014 TERMOHON telah mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa
Keuangan

19. Bahwa berdasarkan Akta Perjanjian Kredit antara PEMOHON dengan


TERMOHON tanggal yang dibuat dihadapan Notaris (Bukti T-) dimana
berisikan :
 Perjanjian Kredit dengan total senilai Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
miliar rupiah).
 Jangka waktu perjanjian kredit adalah 5 tahun yang dimulai pada
tanggal XX tahun 2014 dan berakhir pada tanggal XX tahun 2019.
 Pembayaran angsuran pokok dilakukan sebanyak 10 kali dan
dilakukan dengan cara mengangsur tiap semester, yang diuraikan
sebagai berikut :
a. Angsuran pertama, periode pembayaran tanggal XX tahun 2015
b. Angsuran kedua, periode pembayaran tanggal XX tahun 2016
c. Angsuran ketiga, periode pembayaran tanggal XX tahun 2016
d. Angsuran keempat, pembayaran tanggal XX tahun 2017
e. Angsuran kelima, pembayaran tanggal XX tahun 2017
f. Angsuran keenam, pembayaran tanggal XX tahun 2018
g. Angsuran ketujuh, pembayaran tanggal XX tahun 2018
h. Angsuran kedelapan, pembayaran tanggal XX tahun 2018
i. Angsuran kesembilan, pembayaran tanggal XX tahun 2019
j. Angsuran kesepuluh, pembayaran tanggal XX tahun 2019
20. Bahwa TERMOHON sudah melakukan pembayaran pada angsuran
pertama pada tanggal XX sebesar Rp (Bukti T-), angsuran kedua pada
tanggal XX sebesar Rp (Bukti T-), angsuran ketiga pada tanggal XX

CARI ADAGIUM
SEGERA

sebesar Rp (Bukti T-), angsuran keempat pada tanggal XX sebesar Rp


(Bukti T-), angsuran kelima pada tanggal XX sebesar Rp (Bukti T-),
angsuran keenam pada tanggal XX sebesar Rp, angsuran ketujuh pada
tanggal XX sebesar Rp (Bukti T-), angsuran kedelapan pada tanggal XX
sebesar Rp (Bukti T-).
21. Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka tidak dapat dijadikan dasar
sebagai utang yang telah jatuh waktu, karena utang tersebut sedang
dalam tahap pembayaran, bahkan hal tersebut justru menunjukan itikad
baik dari TERMOHON untuk membayar utang dan menegosiasikan
berdasarkan kemampuan TERMOHON, sehingga syarat TERMOHON
untuk diajukan Pailit oleh PEMOHON tidak terpenuhi.

PERMOHONAN PAILIT TIDAK MEMENUHI SYARAT


SEBAGAIMANA DALAM POJK 28….
URAIKAN

PERMOHONAN PAILIT TIDAK MEMENUHI SYARAT SESUAI


UUKKPKU

A.Tidak Dipenuhinya syarat memiliki dua atau lebih kreditor.


Blabalabalblabla
B.Tidak Dipenuhinya Syarat Memiliki satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih.

PERMOHONAN PAILIT TIDAK MEMENUHI SYARAT PASAL 2 ayat


1 jo 8 ayat 4
Jelasin
22. Bahwa berdasarkan Perjanjian Tender Proyek antara PT Rizky Fernandez
Construction dengan TERMOHON pada bagian ketentuan peralihan
dicantumkan bahwa Bank Aris yang merupakan kreditor TERMOHON
juga merupakan penanggung atau Bank Guarantor dari PT Rizky
Fernandez Construction yang merupakan Debitor TERMOHON dalam
perjanjian proyek tender tersebut.
23. Bahwa berdasarkan Laporan Tertulis Penanggung Jawab Proyek
TERMOHON, diketahui bahwa pembangunan proyek sektor timur yang
ditangani oleh PT Rizky Fernandez Construction mengalami kemacetan

CARI ADAGIUM
SEGERA

pembangunan selama beberapa waktu yang secara langsung


menyebabkan kerugian kepada TERMOHON selaku kreditor dari PT
Rizky Fernandez Construction.
24. Bahwa pada Perjanjian Penanggungan (Bank Guarantor) dalam hal debitor
tidak dapat memenuhi kewajibannya, kreditor berhak untuk menagih
ganti kerugian kepada Penanggung dari PT Rizky Fernandez
Construction yang mana disini adalah Bank Aris sendiri sebagai Bank
Guarantor.
25. Bahwa pemenuhan kewajiban penanggung terhadap kreditor tersebut
tidak dapat dibuktikan secara sederhana sesuai dengan pasal 8 ayat (4)
UU No. 37 Tahun 2004, bagaimana sebenarnya pertanggungjawaban
utang yang dapat diminta oleh Termohon pailit kepada kreditor
permohonan pernyataan pailit.
26. Bahwa karena tidak dapat dibuktikan secara sederhana tanggungjawab
dari Bank Aris sebagai kreditor sekaligus sebagai penanggung atau Bank
Guarantor di perjanjian, hal tersebut tidak dapat dibuktikan secara
sederhana oleh Pengadilan Niaga bagaimana sebenarnya tanggungjawab
dari PEMOHON sebagai penanggung atau bank guarantor.
27. .
28. ;
29. Berdasarkan uraian tersebut di atas sudah selayaknya agar Permohonan
Pernyataan Pailit untuk dinyatakan tidak dapat diterima (niet
onvantkeljike verklraad).
D. AKIBAT APABILA TERMOHON DIPAILITKAN

 inflasi skala internasional yang disebabkan oleh turunnya perang dagang


antara yang mempengaruhi kondisi keuangan yang sangat krusial
dikarenakan salah satu sumber pemasukan keuangan TERMOHON yaitu
deviden atas Steel Stone Corporation tidak dibagikan dari TERMOHON
sehingga menyebabkan pembayaran harus ditangguhkan.
 Bahwa Pemohon bukanlah kreditor dari Termohon, berdasarkan perjanjian
kontraktor antara PT EGI dengan PT RFC diketahui bahwa pemohon
merupakan penanggung dari PT RFC

CARI ADAGIUM
SEGERA

 Bahwa berdasarkan fakta di lapangan, PT RFC tidak melakukan kewajiban


dengan semestinya sehingga disini Pemohon dapat dipertanggungjawabkan
untuk mengganti kerugian atas tidak dipenuhi prestasinya

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, kami mohon kepada Yang
Terhormat Majelis Hakim yang memeriksa perkara aquo, agar kiranya berkenan
memberi putusan sebagai berikut :

DALAM EKSESPSI
1. Mengabulkan Eksepsi TERMOHON untuk seluruhnya

DALAM POKOK PERKARA


1. Menolak permohonan pernyataan pailit PEMOHON untuk seluruhnya;
2. Membebankan biaya perkara kepada PEMOHON

Atau

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon sekiranya supaya dapat


memberikan putusan yang seadil-adilnya berdasarkan hukum dan keadilan (ex
aequo et bono).

Jakarta, 11 Januari 2019


Hormat kami,
Kuasa Hukum TERMOHON

1. Dr. Nugroho Abiyoso, S.H., M.H., LL.M.

2. Samuel Royanmer Nababan, S.H., LL.M., CLA

3. Atika Febri Hajrianti, S.H., M.H.

MASUKIN INI DAN MENURUTMU DIMANA.


1. Bahwa Pemohon harus membuktikan evenemen yang mendasari
tuntutan klaim dari pemegang polis,nanti cari pengertian evenemen
secara pastinya tapi intinya evenemen itu suatu peristiwa tidak pasti
yang mendasari asuransi.evenemen biasanya diikuti dengan tuntuan
klaim.sehingga evenemen ini masih diperdebatkan apakah menjadi
tanggungan penanggung atau nggak sehingga ekssistensi utang belum
CARI ADAGIUM
SEGERA

jelas sehingga harus dibuktikan secara tersendiri dan cukup rumit


sehingga tidak bisa dibuktikan secara sederhana.
2. Batasan Tingkat solvabilitas tapi kamu mengakui rasio segitu tapi itu
didasarkan atas Sanksi sanksi dan memang kita kemarin lagi lakukan
Penyehatan keuangan perusahaan namun tidak dipertimbangkan OJK
3. Kaitin dengan Dana Retensi atau cadangan atau berupa dana jaminan,
atau cadangan teknis jadi kamu bilang kalo retensi terhadap risiko yang
akan dijamin akan aman aman saja, agak susah karena harus punya
data.intinya kaya gitu.
4. Kamu punya Reasuransi.
5. Punya Investasi berupa kekayaan investasi dan bukan investasi.
6.

CARI ADAGIUM

Anda mungkin juga menyukai