Anda di halaman 1dari 14

EKSEPSI

(Nota Keberatan)
Terhadap
SURAT DAKWAAN
No. Reg. Perkara : PDM/123/VI/PN.SMD
Tertanggal 22 April 2022

Atas nama Terdakwa

Nama Lengkap : Maria Mahdalena

Tempat Lahir : Balikpapan

Umur/Tanggal Lahir : 43 Tahun/ 29 Agustus 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Bengkuring, Jl. Sawi 3, No. 71, Kec. Samarinda Utara,

Kelurahan Sempaja Selatan, Kota Samarinda.

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Yang bertanda tangan dibawah ini :


1. Dr. Michael Nicholas Bonny, S.H.,M.H
2. Siti Sakinah, S.Sos.,S.H.,M.H
3. Erni Nurdin, S.E.,S.H.,M.H
4. Oktoviani Daud, S.TH.,S.H.,M.H
5. Fidya Fitra Munjir, S.E., S.H., MH.H
6. Dr.Sahalatua Samosir P, S.H.,M.H
7. Dr.Sefti Yolanda, S.H.,M.H
8. Dr. Winda Wahyuni, S.H.,M.H
9. Dr. Puput Cahyani, S.H.,M.H
10. Dr. Carol Agdensia Mangisi Hutagaol, S.H.,M.H
11. Drs. Rinaldy Sandy, S.H., M.Hum
12. Silaban Aldo Ruben Halomoan, S.AK.,S.H. M.H

Kesemuanya adalah Advokat pada Kantor Advokat Bonny And Friends, alamat Jalan
Muhammad Yamin No. 1, Temindung Permai, Sungai Pinang, Gunung Kelua, Samarinda
Ulu, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda, berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 25
Februari 2022, selaku Penasihat Hukum Terdakwa tersebut diatas dengan ini
menyampaikan Eksepsi (nota keberatan) sebagaimana terurai dibawah ini:

Yang Mulia Majelis Hakim


Yang Terhormat Rekan Jaksa Penuntut Umum

Sebelum memasuki uraian mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum dan dasar
hukum pengajuan serta materi keberatan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa
terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum, perkenankanlah kepada kami untuk
menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim atas kesempatan yang diberikan untuk
mengajukan eksepsi ini.

Adanya kesempatan bagi Terdakwa atau Penasihat Hukumnya untuk mengajukan


Eksepsi setelah Penuntut Umum mengajukan suatu Surat Dakwaan menjadi bukti nyata
bahwa KUHAP sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan, dengan cara
memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk mengemukakan pandangannya
masing-masing. Memang untuk memperoleh konstruksi tentang kebenaran dari suatu
kasus seperti halnya kasus yang Terdakwa alami tidak ada cara lain kecuali memberi
kesempatan yang selayaknya kepada kedua belah pihak, penuntut umum dan Terdakwa,
untuk mengemukakan pandangannya masing-masing (du choc des opinions jailit la
verite).

Oleh karena itu, dalam Negara Hukum seperti halnya Negara Republik Indonesia,
pengajuan keberatan terhadap surat dakwaan penuntut umum sama sekali tidak
dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan atau memojokkan posisi penyidik atau
penuntut umum yang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah bekerja dengan
tekun dan gigih serta dengan hati nurani yang bersih. Bukan pula semata-mata
memenuhi ketentuan pro forma hanya karena hal itu telah diatur dalam undang-undang
atau sekedar menjalani acara ritual yang sudah lazimnya dilakukan oleh seorang
Penasihat Hukum hanya karena Penasihat Hukum itu telah menerima sejumlah honor
dari kliennya. Pengajuan keberatan itu dimaksudkan semata-mata demi memperoleh
konstruksi tentang kebenaran dari kasus yang sedang Terdakwa hadapi. Apabila misalnya
ternyata dalam surat dakwaan penuntut umum atau dari hasil penyidikan yang menjadi
dasar dakwaan penuntut umum terdapat cacat formal atau mengandung kekeliruan
dalam menentukan tempat tindak pidana, maka diharapkan majelis hakim yang
memeriksa perkara dapat mengembalikan berkas perkara tersebut kepada penuntut
umum yang selanjutnya menyerahkan kepada penyidik untuk disidik kembali oleh karena
kebenaran yang ingin dicapai oleh KUHAP tidak akan terwujud dengan surat dakwaan
atau hasil penyidikan yang mengandung kesalahan ketika penjelasan terhadap tempat
dilakukannya tindak pidana tidak secara detail dijelaskan.

Oleh karena itu melalui kesempatan ini Terdakwa dan Penasihat Hukumnya
memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk dapat memberikan
tempat yang selayaknya bagi Eksepsi ini dalam putusan yang akan diambil oleh Majelis
Hakim setelah Penuntut Umum menyatakan pendapatnya.

A. SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM

Bahwa pada tanggal 22 April 2022, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kota
Samarinda, telah membacakan Surat Dakwaan No. Reg. Perkara : PDM-123/VI/PN.SMD
untuk selanjutnya disebut juga: SURAT DAKWAAN;

Bahwa dalam Surat Dakwaan tersebut Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa
dengan Dakwaan yang berbentuk tunggal, yaitu:

Pasal 378 KUHP

B. DASAR HUKUM MENGENAI KEBERATAN

Bahwa dasar hukum mengenai keberatan terdakwa atau penasihat hukum terhadap
Surat Dakwaan penuntut umum diatur dalam Pasal 156 Ayat (1) KUHAP yang pada
pokoknya menyatakan bahwa terdakwa atau advokatnya dapat mengajukan keberatan
bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.

Bahwa oleh karena Terdakwa tidak bermaksud mengajukan keberatan mengenai


pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya, maka yang akan mendapat
pembahasan di sini adalah Eksepsi mengenai Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Batal.

Bahwa yang dimaksud dengan Eksepsi mengenai Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Batal adalah keberatan yang diajukan apabila surat dakwaan yang diajukan tidak
mengandung syarat formil dan/atau syarat materiil

C. MATERI EKSEPSI

Yang Mulia Majelis Hakim


Yang Terhormat Rekan Jaksa Penuntut Umum

Oleh karena, seperti dikemukakan di atas, Terdakwa Maria Mahdalena hanya akan
mengemukakan Eksepsi mengenai Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Batal, maka berikut
ini akan diuraikan mengenai Eksepsi tersebut yang kemudian akan diakhiri dengan suatu
permohonan.

KEBERATAN MENGENAI DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM BATAL


Bahwa ketentuan Pasal 140 Ayat (1) KUHAP dengan tegas telah menentukan bahwa
dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan
penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.
Bahwa ketentuan ini mengisyaratkan bahwa penuntut umum baru boleh membuat
surat dakwaan apabila penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat
dilakukan penuntutan dan ini berarti apabila dari hasil penyidikan tidak dapat dilakukan
penuntutan, ia belum atau tidak boleh membuat surat dakwaan.

Bahwa ketentuan ini pun mengisyaratkan bahwa hasil penyidikan yang dilakukan
oleh penyidik merupakan dasar dalam pembuatan surat dakwaan, sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh H.M.A. KUFFAL dalam bukunya “Penerapan KUHAP
dalam Praktek Hukum” (Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2003,
halaman 221) yang menyatakan: “Surat Dakwaan adalah sebuah akte yang dibuat oleh
penuntut umum berisi perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa
berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan.”.

Bahwa oleh karena surat dakwaan itu disusun berdasarkan kesimpulan dari hasil
penyidikan, maka dengan sendirinya apabila hasil penyidikan itu mengandung cacat
formal dan/atau cacat materiil, maka surat dakwaan itu pun menjadi cacat formal
dan/atau cacat materiil.

Bahwa oleh karena itu untuk mengukur sejauh mana Surat Dakwaan Penuntut
Umum telah mengalami cacat formal dan/atau cacat materiil, maka hal itu tergantung
selain pada sejauh mana penuntut umum dalam membuat surat dakwaannya, juga pada
sejauh mana penyidik dalam melakukan penyidikan telah memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan dalam KUHAP.
Bahwa oleh karena hingga dengan Eksepsi ini dibuat Terdakwa Maria Mahdalena
atau Penasihat Hukumnya telah menerima berkas perkara yang diajukan oleh Penuntut
Umum, maka dalam penyusunan Eksepsi ini Terdakwa Maria Mahdalena atau Penasihat
Hukumnya akan menganalisis seluruh bagian dari Berkas Perkara yang dibuat oleh
penyidik dan karena itu Terdakwa Maria Mahdalena atau Penasihat Hukumnya hanya
akan mengemukakan beberapa cacat materiil seperti yang akan disampaikan dibawah
ini.

Bahwa Terdakwa Maria Mahdalena atau Penasihat Hukumnya yakin bahwa oleh
karena cacat materiil yang terjadi baik dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum maupun
selama dalam tahap penyidikan itu cukup mengganggu fondamen penegakan hukum,
khususnya dalam memberikan keterangan terhadap waktu dan tempat kejadian pokok
perkara seperti yang telah diamanatkan oleh pembentuk undang-undang melalui
KUHAP, maka sangatlah diharapkan Majelis Hakim mau memberi tempat yang
selayaknya bagi Eksepsi yang Terdakwa Maria Mahdalena atau Penasihat Hukumnya
ajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
Penyidik tidak dengan jelas menjelaskan tempat kejadian perkara yang
terjadi sebagaimana didalam Surat Dakwaan dimana berdasarkan ketentuan
pasal 143 Ayat 2 Huruf b maka Surat Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut
Umum menjadi abu-abu atau tidak jelas dimana tempat kejadian perkara itu
berlangsung.
Bahwa ketentuan Pasal 143 Ayat (2) Huruf b KUHAP telah menyatakan:
“Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan
ditandatangani serta berisi : uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan
tempat tindak pidana itu dilakukan.”

Bahwa ketentuan ini tidak lain dimaksudkan untuk dapat memberikan keterangan
terkait waktu dan tempat terjadinya suatu tindak pidana, oleh karena itu maka jika Surat
Dakwaan yang diajukan tidak secara detail memberikan penjelasan terhadap dimana
tempat kejadian perkara itu terjadi maka secara tidak langsung Locus Delicti dalam
menentukan tempat kejadian perkara itu menjadi abu-abu bahkan juga tidak jelas jika
tidak secara detail menjelaskan dimana tempat kejadian pokok perkara itu berlangsung.

Bahwa oleh karena itu peran seorang Penasihat Hukum dalam mendengar secara
detail dan memeriksa secara detail Surat Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum
haruslah diutamakan dalam memberikan pencerahan terkait tempat tindak pidana itu
berlansung

Bahwa setelah Rekan Penasihat Hukum bagi Tersangka memeriksa dengan cermat
Surat dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum maka Penasehat Hukum Tersangka
mendapatkan beberapa fakta sebagai berikut :
a. Dalam Berita Acara Pemeriksaan antara Saudara Mustari dengan Pihak Penyidik
Kepolisian Resort Kota Samarinda tidak menjelaskan secara detail tempat kejadian
perkara itu berlangsung, bahkan sebuah fakta yang mengejutkan Pihak Penyidik sama
sekali tidak bertanya kepada Saudara Mustari akan tempat kejadian pokok perkara
berlangsung akan tetapi langsung kepada pokok perkara yaitu tindak pidana yang
dilakukan oleh Tersangka, dimana Pertanyaan Penyidik sebagai berikut : “Bagaimana
proses Meminjam Uang tersebut dan berapa uang yang dipinjamkan ?.” Selanjutnya
Saudara Mustari menjawab “Dalam proses tersebut Sdri. Maria Madalena meminjam
uang kepada saya pada tanggal 08 Januari 2022 dengan menjaminkan 1 unit mobil
Avanza G nopol KT 1680 NK kepada saya yang mana Sdri. Maria Madalena mengaku
bahwa mobil tersebut adalah miliknya. Setelah itu Sdri.Maria Madalena meminjam uang
kepada saya dengan menjaminkan mobil tersebut sebesar Rp. 50.000.000,- ( lima puluh
juta rupiah ) dan buktinya berupa kwitansi yang mana kwitansi tersebut ada pada saya.”
Dalam hal ini terjadi salah satu pelanggaran terhadap pasal 143 ayat 2 Huruf b KUHAP,
dimana seharusnya pertanyaan yang diajukan oleh Penyidik adalah “dapatkah saudara
menjelaskan tempat kejadian proses meminjam uang tersebut dan berapa uang yang
dipinjamkan ?.” Sehingga penyidik bisa mendapatkan secara detai tempat kejadian
pokok perkara itu berlangsung
b. Dalam Berita Acara Pemeriksaan antara Tersangka Maria Mahdalena dengan Pihak
Penyidik Kepolisian Resort Kota Samarinda kesalahan tersebut terjadi lagi dimana Pihak
Penyidik tidak menanyakan dengan detail tempat kejadian pokok perkara sehingga hal
yang sama terjadi pula dalam Berita Acara Pemeriksaan yang dilakukan Kepolisian
Resort Kota Samarinda dengan Tersangka
c. Dalam Berita Acara Pemeriksaan Antara Saksi….. dengan Pihak Penyidik Kepolisian
Resort Kota Samarinda barulah ditanyakan tempat kejadian Perkara, namun tempat
tersebut tidak dapat digunakan untuk dijadikan sebagai tempat kejadian perkara
dikarenakan pihak penyidik hanya bertanya “Kapan anda melihat bahwa sdri. Maria
Mahdalena datang untuk menyewa mobil di rental milik sdri. Lely Majenun ?”. Lalu saksi
menjawab “Saya melihat sdri. Maria Mahdalena datang ke rental mobil pada 10 Juli 2021
pagi hari sekitar jam 09:00 WITA.” Namun keterangan saksi ini tidak dapat dijadikan
referensi tempat kejadian perkara dikarenakan pihak penyidik hanya ingin mengetahui
kapan terjadinya penyewaan mobil yang dilakukan Tersangka
d. Dikarenakan Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan harus
berdasarkan kepada Berita Acara Pemeriksaan yang dilakukan oleh Penyidik maka
dalam hal ini Surat Dakwaan yang diajukan Penuntut Umum untuk perkara ini mengenai
Tempat Kejadian Perkara adalah sebagai berikut “di jalan komplek, Surabaya Samarinda
atau setidak-tidaknya di tempat lain yang termasuk di dalam wilayah hukum Pengadilan
Negeri Samarinda.” Dimana sebenarnya tempat kejadian pokok perkara tersebut
sangatlah rancu dikarenakan hanya mengambil keterangan dari alamat Saudara Mustari
dan tidak secara detail menjelaskan dimanakah terjadinya pokok perkara tersebut
terjadi, misalnya apakah terjadi dirumah korban atau ditempat lain yang sekiranya dapat
menjadi rujukan untuk menjelaskan tempat kejadian pokok perkara tersebut
berlangsung.

Berdasarkan paparan beberapa fakta hukum diatas maka timbullah suatu


pertanyaan yaitu : Dimanakah sebenarnya tempat kejadian pokok perkara tersebut
berlangsung ?

Bahwa apabila berpegang pada Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat oleh
penyidik pada Kepolisian Resort Kota Samarinda, maka segera dapat diketahui bahwa
Penyidik tidak menanyakan secara detail dimana tempat proses peminjaman uang
tersebut berlangsung, berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan penyidik tidak
dapat membuat terang suatu tindak pidana dikarenakan tidak menanyakan secara detail
lokasi kejadian pokok perkara ketika terjadi dugaan tindakan penipuan yang dilakukan
oleh Tersangka
Bahwa menilik keterangan sebagaimana tertera dalam Berita Acara Pemeriksaan
tersebut, jelaslah pemeriksaan terhadap Terdakwa Maria Mahdalena yang pada waktu
itu sebagai Tersangka dalam tahap penyidikan telah dilakukan oleh penyidik sangat
bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 ayat 2 KUHAP yang menyatakan bahwa
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.” Oleh karena itu tempat kejadian tindak pidana yang dipersangkakan
kepada Terdakwa Maria Mahdalena yang pada waktu itu sebagai Tersangka karena
melakukan Penipuan terhadap Saudara Mustari tidak diterangkan secara detail sehingga
menimbulkan logika yang abu-abu mengenai dimana sebenarnya tempat kejadian
perkara ini berlangsung

Bahwa oleh karena hal-hal sebagaimana dikemukakan di atas, maka jelas bahwa
Surat Dakwaan yang diajukan oleh Penutut Umum dengan berdasarkan hasil penyidikan
tersebut melanggar ketentuan Pasal 143 Ayat 2 Huruf b, dan karena itu dengan
sendirinya Surat Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum berdasarkan hasil
penyidikan tersebut harus dinyatakan DIBATALKAN DEMI HUKUM oleh karena
mengandung cacat materiil dalam pembuatannya

D. Permohonan

1. Akhirnya berdasarkan seluruh uraian tersebut diatas, kiranya sudah cukup alasan
bagi kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Yang Mulia Majelis
Hakim agar kiranya berkenan memutuskan:

2. Menerima Eksepsi kami tersebut untuk seluruhnya;


3. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Perkara :
PDM/123/VI/PN.SMD tertanggal 22 April 2022 tersebut DIBATALKAN DEMI
HUKUM;

4. Menetapkan pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa tidak dilanjutkan;

5. Menyatakan membebaskan dan melepaskan Terdakwa dari segala Dakwaan


Hukum;

6. Memulihakan hak Terdakwa dalam hal kemampuan, kedudukan, harkat serta


martabatnya

Samarinda, 25 Februari 2022


Penasehat Hukum

Dr. Michael Nicholas Bonny, S.H.,M.H

Siti Sakinah, S.Sos.,S.H.,M.H


Erni Nurdin, S.E.,S.H.,M.H

Oktoviani Daud, S.H, M.H

Fidya Fitra Munjir, S.E., S.H., MH.H

Dr.Sahalatua Samosir P, S.H.,M.H

Dr.Sefti Yolanda, S.H.,M.H

Dr. Winda Wahyuni, S.H.,M.H


Dr. Puput Cahyani, S.H.,M.H

Dr. Carol Agdensia Mangisi Hutagaol, S.H.,M.H

Drs. Rinaldy Sandy, S.H., M.Hum

Silaban Aldo Ruben Halomoan, S.AK.,S.H. M.H

Anda mungkin juga menyukai