Melalui:
KEPANITERAAN PENGADILAN NEGERI KOTA TIMIKA
Di - Timika
Dengan Hormat,
Perkenankanlah kami Haris Azhar, S.H.MA, Nurholis Hidayat, S.H.MA
dan Raden Elang Yayan Mulyana, S.H. Advokat/ Pengacara Publik yang
tergabung pada kantor Lokataru, Kantor Hukum dan HAM, yang beralamat
di Jalan Balap Sepeda No. 61N, Jakarta Timur 13220, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan
atas nama kepentingan hukum (TERMOHON) I. Arnon Merino, II. Denny
Baker Purba, III. Stefen Edward Yawan dan IV. John Penehas Yawang.
Sebagai Pemberi Kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal .............
(TERLAMPIR), guna mengajukan Kontra Memori Kasasi atas Memori Kasasi
terhadap Putusan Pengadilan Negeri Kota Timika Nomor
01/PID.B/2018/PN.Tim tertanggal 28 Juni 2018. Atas Nama ARNON
MERINO Dkk. Yang telah diajukan oleh Pemohon Kasasi Jaksa Penuntut
Umum Pada Kejaksaan Negeri Timika.
1
a) Bahwa, Pemohon Kasasi dalam membangun argumentasinya
berdasarkan dalil sebagaimana termuat pada MEMORI KASASI
Pengadilan Negeri Kota Timika Tidak Menerapkan Peraturan
Hukum Sebagaimana Mestinya pada halaman 7, mendalilkan
pada putusan Pengadilan Negeri Kota Timika halaman 56 dan 58
adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa I. Arnon Merino, II. Denny Baker
Purba, III. Stefen Edward Yawan dan IV. John Penewas
Yawang. Tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaiman didakwakan oleh
Penuntut Umum baik dalam Dakwaan Kesatu PRIMAIR dan
Kedua SUBSIDAIR, Dakwaan Kedua ataupun Dakwaan
Ketiga;
2. Membebaskan para Terdakwa oleh karena itu dari seluruh
Dakwaan Penuntut Umum Tersebut;
3. Memulihkan Hak para Terdakwa dalam Kemampuan,
Kedudukan, dan Harkat Serta Martabatnya;
4. Menyatakan Barang Bukti Berupa;
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara;
- 2 (dua) buah flash disk 16 GB Merk Tranced warna abu-abu
- 15 (lima belas) unit sepeda motor dari berbagai merk/jenis
dalam kondisi parah;
- 3 (tiga) unit rangka sepeda motor dalam kondisi hangus
terbakar;
- 8 (delapan) batu ukuran genggaman tangan orang dewasa;
- 1 (satu) unit CPU sweet ID CARD bekas terbakar yang
terbakar yang terdiri dari, tiang besi, box dan CPU;
- 1(satu) buah unit komponen cctv bekas terbakar;
- 1 (satua) unit CPU Komputer bekas terbakar;
- 1 (satu) unit lampu sorot bekas terbakar;
- 1 (satu) buah plang aluminium tanda pemberitahuan
bertuliskan anda monitor oleh kamera ;
- 1 (satu) buah papan kayu dengan ukuran panjang 70 cm
lebar 22 cm;
- 1 (satu) buah balok ukuran 5x10 panjang 93 cm
- 1 (satu) lembar seng ukuran panjang 1,11 cm lebar 80 cm;
- 1 (satu) buah pecahan asbes dinding pos security berwarna
biru;
- 1 (satu) bagian sampel ban mobil dalam keadaan terbakar;
- 6 (enam) buah paving blok terdiri dari 4 (empat) dalam
keadaan utuh dan 2 (dua) buah dalam keadan tidak utuh;
- 1(satu) buah tiang besi tenda brimob dengan panjang 2,4
cm;
- 1 (satu) buah rangka besi atap tenda pengamanan anggota
polri Brimob;
- 2 (dua) buah bagian tenda Brimob warna hijau bekas
terbakar;
2
- 1 (satu) unit mobil tanki air terbakar No.lambung ;02115
warna putih;
- 1 (satu) unit mobil tanki air rusak No.Lambung 02999
warna putih ;
- 1 (satu) unit mobil trailer terbakar No. Lambung 02967
warna biru merah;
- 1 (Satu) unit alat berat Exavator Merk Cat terbakar warna
kuning;
- 1 (satu) unit alat berat Beco Merk CAT terbakar warna
kuning;
- 1 (satu) unit mobil LWB terbakar;
- 3 (tiga) lembar pernyataan sikap dari komunitas pekerja
Papua kepada Pimpinan PT.FREPORT INDONESIA No:
005/KPP-SPKEP SPSI/MMK/VII/2017 tangal 02 Juli
2017;
- 1 (satu) unit HP Lenovo Warna Hitam;
- 1 (satu) unit HP merk LG wara Hitam;
- Membebankan biaya perkara kepada Negara;
3
1. Dalam putusannya Majelis Hakim Pengadilan Kota Timika yang
memeriksa dan mengadili perkara A quo pada halaman 18 pada
keterangan Hendrik Mansawan, memuat yang pada pokoknya;
“Bahwa sesaat sebelum saksi keluar dari dalam pos security, saat itu saksi
sempat melihat Terdakwa I Amon Merino masuk kedalam pos security check
point 28 sambil mengibas-ngibaskan bendera merah putih, yang dipegang
oleh Terdakwa I tersebut sambil mengeluarkan kata-kata yang ditunjukan
kepada saksi “ayo keluar dari pos” dan “kau mau apa, setelah, saksi keluar
dari pos Terdakwa I tersebut sambil mengibaskan bendera merah putih
kearah massa setelah itu massa mulai berdatangan dan masuk kearah check
point 28 dengan terlebih dahulu merusak pos security selain itu juga Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Kota Timika mengabaikan keteranga saksi
Hendrik Masmawan yang mana Terdakwa I datang terlebih dahulu dari
massa yang lain dari posisi Terdakwa I pada saat itu paling depan dan
dibonceng”.
2. Dalam putusannya Majelis Hakim Pengadilan Kota Timika yang
memeriksa dan mengadili perkara A quo pada halaman 19 memuat
keterangan saksi Intan Iriani Womsiwor yang pada pokoknya
menyatakan;
“bahwa saksi pernah menerima surat pernyataan sikap yang berasal dari
komunitas pekerja papua tertanggal 23 juni 2017, yang mana surat tersebut
ditunujkan kepada pimpinan PT. Freeport Indonesia yang isinya meminta
kepada pimpinan PT. Freeport Indonesia untuk emmepekerjakan kembali
karyawan yang telah di PHK dan apabila permintaan tersebut tidak
ditanggapi dengan serius oleh pimpinan PT. Freeport Indonesia, maka
pekerja yang telah di PHK akan memalang atau menutup sementara kegiatan
PT. Freeport Indoensia”.
Tersebut diantar sendiri oleh Terdakwa III Steven Edward Yawan,
namun pada kenyataannya pada hari sabtu, 19 agustus 2017 sekitar
pukul 14.00 telah terjadi pengrusakan, pembakaran diarea check point
28 yang dilakukan oleh sekelompok massa yang telah di PHK oleh PT.
Freeport Indonesia hal ini pun sesuai dengan fakta-fakta hukum yang
termuat dalam putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang
memeriksa dena mengadili perkara A quo diantaranya pada halaman
49 “bahwa benar telah terjadi tindak pidana pengrusakan dan
pembakaran pada hari sabtu tanggal 17 agustus 2017 sekitar pukul
14.00 Wit bertempat diareal check point 28 Timika bahwa benar”.
Jika dilihat dari keterangan saksi Intan Iriani Wamsiwor tersebut
mempunyai keterkaitan yang erat apabila dihubungkan dengan surat
pernyataan sikap yang dibuat oleh terdakwa III Stefen Edward Yawan
dimana terdakwa III Stefen Edward Yawan membuat surat
pernyataan sikap tersebut krang lebih 1 (bulan) sebelum kejadian
pengrusakan dan pembakaran pada hari sabtu tanga 17 agustus 2017
sekitar pukul 14.00 wit yang dilakukan oleh sekelompok massa yang
ditergabung dalam kelompok mogok kerja karena faktanya, PT.
Freeport Indonesia tidak memenuhi isi permintaan terdakwa III dan
4
kawan-kawan”. Sebagaimana isi surat, PT. Freeport Indonesia yang
merupakan pos inti yang paling sering dilalui/dilewati dalam
melakukan aktfitas kerja, serta fakta lain juga yang ditemukan dari
pihak kepolisian namun fakta tersebut diabaikan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Kota Timika yang memeriksa dan mengadili
perkara A quo disamping itu juga dalam fakta persidangan terungkap
pada hari sabtu tanggal 17 agustus 2017 terdakwa III Stefen Edwar
Yawan mengirimkan pesan lewat whatsaap kedalam group whatsaap
karyawan mogok kerja, yang bunyi pesan tersebut semua merapat ke
28 namun fakta terbeut diabaikan, walaupun dalam keterangan
Terdakwa III Stefen Edward Yawan menyatakan whatsaap tersebut
ditunjukan kepada reka-rekan komisaris SPSI untuk datang ke areal
check point 28 untuk membantu menenangkan massa berada dilokasi,
kejadian namun pada kenyataannya yang terungkap dipersidangan
dengan terdakwa mengirim whatsaap kedalam group whatsaap
karyawan mogok kerja yang isinya sebagaimana tersebut diatas
mengudang massa semakin banyak yang berdatangan ke areal check
point 28 untuk melakukan aksi pengrusakan maupun pembakaran
sekaligus merupakan informasi dan ajakan kepada karyawan mogok
kerja untuk segera merapat atau datang ke check point 28, namun
lagi-lagi fakta hukum tersebut diabaikan oleh Majelis Pengadilan
Negeri Kota Timika yang memriksa dan mengadili perkara A quo
tersebut.
3. Dalam putusannya Majelis Hukum Pengadilan Negeri Kota Timika
yang memeriksa dan mengadili perkara A quo yang memuat
keterangan saksi Abdul Kadir alias Kadir pada halaman 24 dan 26
yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
a. Bahwa pada hari sabtu tanggal 19 agustus 2017 sekitar pukul 14.00
wit saksi dari rumah pergi ke kantor Sekertariat PC SPKEP SPSI,
kemudian sesampainya dikantor sekertariat PC SKEP SPSI saat itu
teman-teman menyampaikan kepada saksi sedang ada rapat yang
dipimpin oleh pangkorlap (panglima kordinator lapangan) SPSI
terdakwa Jhon Penehas Yawang dan komisaris SPSI sdr. Manase
Rumbiak alias Hosea Rumbiak diruangan kantor lantai 2 namun
pada saat itu saksi tidak ikut karena saksi hanya anggota dan
saksi berada dilantai 1 bersama teman-teman saksi lainya ditenda
dan saat itu jumlah karyawan sekitar 400 (empat ratus) yang
berada disekitaran kantor PC SKEP SPSI, selanjutnya sekitar 14.30
Wit rapat selesai dan selanjutnya teman-teman berteriak
mengatakan “semua menuju ke 28”, kemudian kami dengan
menggunakan sepeda motor langsung beriringan pergi menuju ke
check point 28 dan ssat itu posisi saksi sudah berada dibagian
belakang dan saat itu saksi sempat melihat sdr. Manase Rumbiak
alias Hosea Rumbiak berada dibagian depan selanjutnya sekitar
pukul 15.00 Wit sesampainya ditempat parker check point 28 saksi
melihat teman-tenman sudah melakukan pengrusakan terhadap
puluhan sepeda motor yang sedang diparkir, sementara teman-
5
teman lainya melakukan pengrusakan terhadap pos security dan
pembakaran terhadap mobil warna putih milik PT.Freeport
Indonesia dibelakang pos jaga security check point 28 dan pada
saat itu peuga security dan kepolisian yang berjaga di pos sudah
tidak ada, kemudian saat itu juga saksi melihat terdakwa Jhon
Pheneas Yawang dan sdr Manase Rumbiak alias Hosea Rumbiak
berada disekitaran pos security selanjutnya kami berjalan kaki
melwati pos melewati pos security menuju pertigaan Jalan
Tambang PT. Freeport Indonesia dan sesampainya dan melihat sdr
Manase Rumbiak alias Hose Rumbiak sedang berdiskusi dengan
pihak kepolisian setelah itu terdakwa Jhon Panehas Yawan dengan
menggunakan toa warna putih menyampaikan kepada kami
semua “ kita tetap duduk disini selama perundingan belum selesai
kita tetap duduk disini”, sehingga saksi dan teman-teman lainnya
tetap memalang jalan PT. Freeport Indonesia.
b. Bahwa saksi dan teman-teman yang juga ikut melakukan aksi
mogok kerja bertahan dan tetap menduduki pertigaan jalan
tambang PT.Freeport Indonesia karena saat itu saksi melihat
keberadaan terdakwa IV Jhon Penehas Yawang dan sdr Manese
Rumbiak alias Hosea Rumbiak yang merupakan pangkorlap SPSI
dan komisaris SPSI kemudian terdakwa IV Jhon Pehenas Yawang
juga mengatakan kami tetap duduk disini selama perlindungan
belum selesai, kita tetap duduk disini.
4. Dalam putusannya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kota Timika
yang memeriksa dan mengadili perkara A quo yang memuat
keterangan saksi Mathius D. Fakhiri, SIK pada halama 26 sampai
dengan halaman 28 pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
a. Bahwa pada saat saksi tiba ditempat kejadian perkara saksi
melihat ada ratusan karyawan menduduki jalan tambang PT.
Freeport Indonesia yang dirusak maupun dibakar oleh massa
demonstrasi;
b. Bahwa ssat itu saksi melihat terdakwa III Stefen Edwar Yawan
berada disekita lokasi, untuk terdakwa IV Jhon Penehas Yawang
sebagai Juru bicara demonstrasi yang mana saksi sempat
bernegosiasi dengan terdakwa IV Jhon Penehas Yawang dengan
mengatakan/memberikan himbauan “ade coba massa dibubarkan
karena masalh ini akan dibicarakan di DPRD untuk duduk
bersama, kami juga akan panggil pihak perusahaan untuk
menyelesaikan masalah ini”. Kemudian terdakwa Jhon Penehas
Yawang menjawab dengan kalimat “bapak aparat, kami tidak
punya urusan dengan bapak aparat”. Selanjutnya terdakwa Jhon
Penehas menyampaikan kepada massa yang saat itu menduduki
pertigaan jalan tambang PT.Freeport Indonesia dengan kalimat “
teman-teman bagaimana kita tetap duduk disini sampai pihak
management PT. Freeport Indonesia menyelesaikan permasalahan
ini”, kemudian dijawab oleh sekitar 1.000 orang karyawan mogok
6
kerja dengan kalimat “ setuju, kita tetap disini sampai pihak
management PT. Freeport Indonesia menyelesaikan permasalahan
ini”, sedangkan untuk terdakwa II Denny Baker Purba, sampai
saat itu sempat melihat terdakwa II ad melakukan orasi, namun
saksi tidak terlalu ingat apa yang dikatakan oleh terdakwa II
Denny Baker Purba mengajak atau menyampaikan “ tidak nakan
pergi dari tempat ini sampai ada jawaban dari pihak PT. Freeport
Indonesiaa”.
c. Bahwa benar setelah saksi memberikan himbauan kepada
pemimpin demo/orator dalam hal ini terdakwa IV Jhon Penehas
Yawang, saat itu bukannya meneruskan himbauan saksi kepada
massa, namun terdakwa IV Jhon Penehas Yawang malah berteriak
mengatakan “teman-teman bagaimana kita tetap duduk disini
sampai pihak management PT. Freeport Indonesia menyelesaikan
masalah ini”. Yang mana dari pernyataan terdakwa IV Jhon
Penehas Yawang tersebuut membuat massa bertambah
bersemngat untuk tetap menduduki jalan PT. Freeport Indonesia
di Check Point 28;
5. Dalam putusannya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kota Timika
yang memeriksa dan mengadili perkara A quo yang memuat
keterangan Ahli Dr. Dian Adriawan SH.,M.H pada halaman 28 yang
pada pokoknya menerangkan “bahwa sebagaimana yang diutarakan
ahli sesuia dengan keahliannya dalam berita acara Pemeriksaan Ahli
pada point 13 bahwa ahli menerangkan untuk perbuatan terdakwa I
Arnon Merino, Terdakwa Jhon Penehas, terdakwa III Stefen Edward
Yawan dan Terdakwa Denny Beker Purba telah memenuhi delik pasal
187 KUHP, delik pasal 170 dan delik 160 KUHP”.
7
Bahwa penting juga untuk melihat dan memahami konteks dan latar
belakang dari dihadapkannya kasus ini ke pengadilan. Bahwa para
Terdakwa dan fakta diadilinya bersamaan waktu dengan Terdakwa
lain dalam perkara lain dengan terdakwa para pekerja Freeport yang
dituduh terlibat menghasut, merusak dan membakar dalam peristiwa
tanggal 19 Agustus 2017, bahkan beban kerugian yang dialami oleh
PT.Freeport Indonesia adalah sebesar Rp.13.753.179.545,00 (tiga belas
milyar tujuh ratus lima puluh tiga ratus juta seratus tujuh puluh
sembilan ribu lima ratus empat puluh lima rupiah) yang seluruhnya
dibebankan kepada para terdakwa yang mana peristiwa terjadi dengan
perbuatan yang dilakukan oleh para terdakwa tidak cukup bukti
sebagai pelaku tindak pidana dari beberapa keterangan saksi fakta
dipersidangan tidak ada satupun yang melihat para Terdakwa
membakar, merusak atau menghasut kepada PT.Freeport Indonesia
sehingga tidak memenuhi unsur untuk menentukan kesalahan para
terdakwa dan hanya berdasarkan penilaian, asumsi negatif atau stigma
yang kuat dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang memukul rata siapa
saja pekerja freeport yang terlibat dalam mogok kerja sebagai pihak
yang harus dipersalahkan dan diadili.
1. Bahwa motif dari para Terdakwa dalam melakukan aksi unjuk rasa
(Moker) kepada PT. Freeport Indonesia pada sabtu tanggal 19
Agustus 2017 adalah sah konstitusional, karena merupakan hak
dasar dari para pekerja secara hukum sebagaimana pasal 137 UU
No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan ; “Sebagai suatu hak
dasar, akibat gagalnya perundingan” dengan pihak perusahaan
selain itu pasal 139 UU Ketenagakerjaan mengatur ;
8
persidangan. sebagai tersangka oleh pihak kepolisian dengan
tuduhan sama sebagai pelaku pengrusakan kepada PT.Freeport
Indonesia, namun karena tidak cukup bukti sebagai tersangka maka
statusnya dijadikan saksi untuk memberatkan para terdakwa
dikepolisian bahkan diancam oleh penyidik dengan ucapan “ awas
kalo kamu tidak mengaku kamu bisa kami jebloskan ya” sempat
ditahan dipolres 3 malam 2 siang tidak boleh pulang tapi tidak tahu
diberikan surat penahanan dan dari hasil proses pemeriksaan saksi
di BAP sudah selesai, ada beberapa point yang yang di TOLAK
karena KEBERATAN tapi penyidik tetap mengunakan nama-nama
pelaku yang tidak diketahui saksi tapi dipaksa untuk mengakui
bahwa para terdakwa sebagai pelaku pengrusakan, pembakaran
dan penghasutan; maka sudah seharusnya Majelis Hakim yang
memeriksa perkara ini melihat alat bukti yang diambil dengan cara
pemaksaan atau intimidasi tidak sah oleh penyidik untuk
mendaptkan pengakuan secara ilegal yang dipersidangkan oleh
Jaksa Penuntu Umum ini, telah melanggar prinsip “Exclusionary
Rules” sebagaimana diakui dalam Konvensi Menentang Penyiksaan
yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1998, yang menyatakan alat bukti yang diperoleh
melalui cara-cara kekerasan tidak sah secara hukum dan harus
dikeluarkan dari alat bukti; yang seharusnya dari awal Jaksa
Penuntut Umum lebih cermat melihat persoalan hukum secara
objkeitf sebagaimana pasal 144 KUHAP menyatakan: ayat (1)
“Penuntut Umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan
menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan
maupun untuk tidak melanjutkan pentuntutannya.”
9
jangan begitu kemudian dijawab oleh terdakwa dengan
perkataan kau mau apa.” Lalu terdakwa ARNON MERINO turun
dari sepeda motor, terdakwa ARNON MERINO membawa bendera
merah putih selanjutnya terdakwa ARNON MERINO mengibas-
ngibaskan bendera kearah massa.
10
“Menjelaskan bahwa terdakwa datang ke lokasi kejadian CP28 tidak
bersama-sama dengan terdakwa yang lain. Tujuan datang ke lokasi
kejadian untuk menyampaikan pendapat adalah sah secara hukum. Karena
sebelum tanggal 19 Agustus 2017, sebelumnya sudah ada aksi tuntutan
yang dilakukan kepada PT.Freeport Indonesia, merasa sejak pemberlakuan
mekanisme forlough oleh PT.FI yang merupakan tambang internasional
melakukan forlough sepihak dan itu menyebabkan banyak karyawan
pekerja-pekerja yang resah. Lalu ketika kami melakukan mogok kerja akibat
forlough, banyak hak-hak kami yang diblokir salah satunya adalah BPJS
yang menyebabkan teman-teman kami tidak mampu untuk berobat,
meninggal. Ini adalah kejahatan yang paling menyakitkan. Sehingga
terdakwa secara spontan menyampaikan pendapatnya di CP28 dengan
meninggalkan istri dan anak-anaknya di rumah. Karena perut yang
berbicara.”
11
mengurusinya, saat itu Kapolres Victor Makbon menghimbau untuk
membubarkan massa namun saat itu juga massa tetap duduk karena ada
pernyataan yang disampaikan oleh ketua DPR Kab.Mimika Bapak Eltinus
Mom mengatakan tetap duduk disini tidak perlu ke kiri atau kekanan
sampai tunggu untuk dapat menyelesaikan persoalan. Setelah mendengar
himbauan dari Kapolres terdakwa menanyakan kepada massa, namun
suara bulat dari massa untuk tetap melakukan aksi duduk. Dan hal
tersebut bukan perintah dari terdakwa, semua terjadi spontan dari massa
aksi. dikarenakan massa tetap duduk sehingga pihak kepolisian
membubarkan massa secara paksa.”
12
diatur didalam UU ketegakerjaan atau perburuhan di Indonesia
sehingga menyebabkan aksi mogok kerja (Moker) sebagaimana UU
13 tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan, sehingga unsur niat jahat
(mens rea) dari para Terdakwa sebagai pelaku tindak pidana
pengrusakan, pembakaran atau penghasutan kepada PT.Freeport
Indonesia pada sabtu tanggal 19 Agustus 2017 tidak terbukti.
Ijinkan kami mengutip bukunya L. Packer, Herbert, (The Limit of Criminal
Sanction, 1968, hal 22) Sistem peradilan pidana menjelaskan mengenai model
yang dikemukakan Hebert L. Packer yaitu crime control model dan due procces
model, due process model merupakan:
“model ini menekankan seluruh temuan-temuan fakta dari suatu kasus, yang harus
diperoleh melalui prosedur formal yang sudah ditetapkan oleh undang-undang.
Setiap prosedur adalah penting dan tidak boleh diabaikan, melalui suatu tahapan
pemeriksaan yang ketat mulai dari penyidikan, penangkapan, penahanan dan
peradilan serta adanya suatu reaksi untuk setiap tahap pemeriksaan, maka dapat
diharapkan seorang tersangka yang nyata-nyata tidak bersalah akan dapat
rnemperoleh kebebasan dari tuduhan melakukan kejahatan.”
PENUTUP
Demikian Kontra Memori Kasasi ini di susun dan disampaikan.
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Termohon Kasasi,
13
Haris Azhar, S,H.MA.
14