Anda di halaman 1dari 20

TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA

Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten


Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

NOTA PEMBELAAN
Dalam perkara pidana atas nama Terdakwa;
OHAN AIDIN FAIZIN BIN HAFID Nomor Perkara: 1079/Pid.B/2020/PnSrg

Kepada Yang Terhormat,


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Serang
Dalam Perkara Nomor: 1079/Pid.B/2020/PN.Srg
Di Pengadilan Negeri Serang

Untuk itu kami mohon agar seluruh pihak mencermati dengan baik Nota
pembelaan (Pledoi) kami.

I. Pendahuluan

“Merendahkan hak-hak manusia, berarti melenyapkan apa yang


membedakan manusia dari binatang” (Pramoedya Ananta Toer, dalam
bukunya “Saya Ingin Melihat Semua Ini Berakhir” Hal. 53).

Opening Statement sebagaimana yang telah disampaikan diatas menjadi


penjelasan utama pada perkara ini. sebagai pesan utama yakni,
“Kembalikan Hakikat Negera Hukum”. Kami berharap kepada Pengadilan
Negeri Serang, lebih khusus lagi kepada Majelis Hakim yang mengadili
perkara ini dapat mendukung pesan utama kami agar lebih fair terbuka
jujur dan adil dalam mengambil keputusan untuk memutus bersalah atau
tidaknya para Terdakwa. Karna sistem hukum Negara Indonesia menganut
Eropa Kontinetal (Civil Law) yang didalam-nya menganut 3 prinsip;
Pertama: adanya sistem kodifikasi, Kedua: Hakim tidak terikat dengan
preseden atau doktrin stare decicis, sehingga Undang-undang menjadi
rujukan hukumya yang utama, Ketiga: Sistem peradilanya bersifat
inkuisitorial. Maka hakim mempunyai perananan yang besar dalam
mengarahkan dan memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam
menemukan fakta hukum dan cermat dalam menilai bukti, untuk
mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapinya sejak
awal dengan mengedepankan profesionalisme dan kejujuran.

1
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

Sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan pasal 1 ayat (3) UUD 1945


Indonesia adalah “negara hukum”. Para penyusun UUD 1945 yang biasa
disebut sebagai “the founding fathers” bangsa ini menjelaskan bahwa
Negara Republik Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak
berdasar atas kekuasaan semata (machtsstaat). Bahwa, AV Dicey
merumuskan Negara hukum (rule of law) dengan tiga ciri yakni adanya
supremasi hukum, persamaan di hadapan hukum, dan “due process of
law”. Penekanan terhadap due process of law sebagai salah satu ciri
Negara hukum membawa konsekuensi bahwa tindakan-tindakan aparatur
penyelenggara Negara bukan saja didasarkan atas norma-norma hukum
materiil yang adil, tetapi juga didasarkan pada hukum formil yang
mengatur prosedur untuk menegakkan ketentuan-ketentuan hukum
materiil yang memenuhi syarat-syarat keadilan. Maka, Norma-norma
hukum prosedur itu haruslah bersifat fair. Ketentuan-ketentuan tentang
proedur tidak boleh bersifat sewenang-wenang (arbitrary) menurut selera
penyelenggara kekuasaan Negara. Bahwa. semangat yang dikandung dalam
UU Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP adalah ketentuan-ketentuan yang
harus mencerminkan adanya “due process of law” yang fair, pasti dan adil,
jauh dari hal-hal yang bersifat arbiter. Bahkan Penjelasan Umum KUHAP
itu sendiri mengatakan bahwa: “penghayatan, pengamalan hak asasi
manusia maupun hak serta kewajiban warga negara untuk menegakkan
keadilan tidak boleh ditinggalkan oleh setiap warganegara, setiap
penyelenggara negara, setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah yang perlu terwujud pula
dalam dan dengan adanya hukum acara pidana ini”

Sebagaimana Penjelasan Umum dalam Kitab Undang- Undang Hukum


Acara Pidana (KUHAP) butir ke 3 huruf c;

” Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan dituntut dan atau


dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Selain itu dalam buku “Pembahasan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan yang ditulis M.Yahya Harahap, S.H. (Hal.34) mengenai asas
praduga tak bersalah;

2
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

“Tersangka harus ditempatkan pada kedudukan manusia yang


memiliki hakikat martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek, bukan
objek. Yang diperiksa bukan manusia tersangka. Perbuatan tindak
pidana yang dilakukanya yang menjadi objek pemeriksaan. Kearah
kesalahan tindak pidana yang dilakukan pemeriksaan ditujukan.
Tersangka harus dianggap tak bersalah sampai diperoleh putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.”

Sebelum mengakhiri pembukaan dalam nota Pembelaan (Pledoi) ini ada


baiknya kami mengutip pendapat John Rawls di dalam bukunya Luhut M.P
Pangaribuan yang berjudul “Lay Judges dan Hakim Ad Hoc: Suatu Studi
Teoritis Mengenai Sistem Peradilan Pidana Indonesia” menyatakan bahwa:
“Tetapi bila dalam prosedur atau keteraturan itu juga terfasilitasi
harapan masyarakat melalui ketidakberpihakan aparatur dan
adanya lembaga keterbukaan pengadilan untuk melakukan
rechtsvinding dan rechtvorming atas constitutional rights dalam a
just political constitution karena keadilan substantif itu sifanya open
ended, maka keadilan formal itu akan dapat berubah menjadi
keadilan substantif. Dengan kata lain secara teoritis keadilan
substantif telah dapat ditemukan atau dirumuskan dalam putusan
hakim atas suatu perkara”.1

Kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa memliki prinsip bahwa


pengadilan progresif mengikuti maksim, “hukum adalah untuk rakyat,
bukan sebaliknya” dan percaya bahwa Majelis Hakim sebagai wakil rakyat
yang ada disistem peradilan, majelis hakim berada ditengah masyarakat
yang berbagi suka-duka, kecemasan, penderitaan, dan harapan. Kami juga
percaya bahwa majelis hakim adalah hakim yang progresif yang akan
menolak bila dikatakan pekerjaannya itu hanya mengeja Undang-Undang.

Hakim progresif akan selalu meletakan telinga kedegup jantung rakyatnya 2.


Sehingga dalam keberatan ini kami mencoba untuk menggugah hati nurani
Majelis Hakim agar tidak semata-mata melihat permasalahan ini dari
kacamata atau sudut pandang yuridis atau hukum positif yang ada semata,
namun menekankan nilai-nilai keadilan dan kemanfaatan yang hidup

1
Luhut M.P Pangaribuan, Lay Judges dan Hakim Ad Hoc: Suatu Studi Teoritis Mengenai Sistem Peradilan
Pidana Indonesia, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009, hlm. 29
2
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Kompas, Jakarta, 2010, Hal 191-192.

3
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

didalam masyarakat yang tentunya dapat melepaskan segala tuntutan


hukum Terdakwa.

Sebelum melangkah pada proses yang lebih jauh lagi maka perkenankan
kami selaku Penasehat Hukum untuk menyampaikan asas In Dubio Pro Reo
dan memberikan suatu adagium yang mungkin bisa dijadikan salah satu
pertimbangan Majelis Hakim yaitu: “lebih baik membebaskan 1000 (seribu)
orang yang bersalah, daripada menghukum 1 (satu) orang yang tidak
bersalah.”

Majelis Hakim yang kami muliakan


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati
Sdr. Terdakwa yang kami cintai

Nota Pembelaan (Pleidoi) ini diajukan untuk menanggapi atas Surat


Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dengan Nomor.Reg.PERK : Pdm-
514/SRG/10/2020 pada persidangan 02 Maret 2021. Dalam Surat
Tuntutan, Jaksa Penuntut Umum menuntut dan menganggap Terdakwa
terbukti secara sah bersalah melakukan Tindak Pidana sebagai “Pada
Waktu Rakyat Datang Berkerumun Dengan Sengaja Tidak Segera Pergi
Setelah Diperintah Tiga Kali Oleh Atau Atas Nama Penguasa Yang
Berwenang sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 218
KUHPidana tersebut dalam dakwaan dengan pidana denda sebesar Rp.
1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) Subsider 3 (tiga) bulan kurungan.”

II. Fakta-fakta persidangan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 183 sampai dengan Pasal 189 KUHAP,
hukum mengatur pembedaan antara fakta dan fakta hukum yang
bertujuan untuk menunjukan mana yang merupakan ‘alat bukti’ dan mana
yang merupakan ‘alat bukti yang sah’ yang akan menentukan
pengungkapan kebenaran materiil dari suatu proses peradilan pidana.

Bahwa berdasarkan KUHAP maka hanya keterangan dimuka persidangan


saja yang bisa dijadikan alat bukti yang sah.

4
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

Bahwa dalam persidangan telah diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum alat
bukti berupa;

1. Keterangan Saksi I Firman Hadikusumo;


- bahwa pada tanggal 06 oktober 2020 saksi beserta rekan-rekan
melakukan pengamanan aksi ujuk rasa menolak omnibuslaw yang di
lakukan didepan kampus UIN;
- bahwa saksi membenarkan terdakwa yang pada tanggal 06 oktober
2020 di depan kampus UIN Banten, sekitar Pukul 18:30 tetap berada
dikerumunan Demo setelah lebih dari 3 kali di perintahkan untuk
pergi dan membubarkan diri oleh petugas, malah akan melemparkan
atau memukulkan traficone kepada petugas yang sedang bertugas
mengamankan demo, saksi M. Maulana Idris;
- Bahwa keterangan saksi Firman Hadikusumo menerangkan bahwa
terdakwa sudah diprintahkan 3 kali untuk membubarkan diri, tetapi
tidak pergi dan membubarkan diri, pada fakta persidangan
keterangan tersebut sudah dibantah oleh keterangan saksi 3 sodara
Arman Maulana Rachman, yang menerangkan bahwa pada pokoknya
saksi menyampaikan bahwa massa aksi sudah ingin membubarkan
diri tetapi pihak kepolisian yang bertugas dilapangan justru
menembakan gas air mata kepada masa aksi.

Bahwa pernyataan dari keterangan saksi Firman Hadikusumo


tidaklah berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dipersidangan,
bahwa terdakwa tidak memiliki niat atau (mens rea) untuk
melakukan pelemparan traficone kepada petugas yang sedang
bertugas dilapangan. dengan dibuktikan bahwa tidakan tersebut
tidak membuat yang bersangkutan sakit atau luka, unsur kesalahan
tersebut juga harus mempunyai unsur kesengajaan apabila tidak
dengan sengaja atau membuat sakit atau luka seseorang maka
perbuatan tersebut bukan merupakan tidak pidana.

2. Keterangan Saksi II Tri Daryanto;


- Bahwa pada tanggal 06 oktober 2020 saksi beserta rekan-rekan
melakukan pengamanan aksi ujuk rasa menolak omnibuslaw yang di
lakukan didepan kampus UIN;

5
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

3. Keterangan Saksi III Muhamad Maulana Idris;


- Bahwa pada tanggal 06 oktober 2020 saksi beserta rekan-rekan
melakukan pengamanan aksi ujuk rasa menolak omnibuslaw yang
di lakukan didepan kampus UIN;
- bahwa setelah diprintahankan untuk membubarkan diri masa
aksi melakukkan perlawanan dengan melemparkan batu, kayu,
aqua kearah petugas
- bahwa pada saat terjadi kerusuhan tersebut terdakwa akan
melemparkan atau memukulkan trafcone kearah saksi yang
sedang melakukan pengamanan demo, yang pada saat itu berada
di depan terdakwa

Bahwa keterangan saksi M. Maulana Idris tidak berdasarkan fakta-fakta


persidangan yang terjadi, bahwa terdakwa tidak memiliki niat atau
(mens rea) untuk melakukan pelemparan traficone kepada petugas
yang sedang bertugas dilapangan. dengan dibuktikan bahwa tidakan
tersebut tidak membuat yang bersangkutan sakit atau luka, unsur
kesalahan tersebut juga harus mempunyai unsur kesengajaan
apabila tidak dengan sengaja atau membuat sakit atau luka
seseorang maka perbuatan tersebut bukan merupakan tidak pidana.
Bahwa keterangan saksi tersebut yang menyatakan pada pokok nya
adanya pelemparan batu, kayu, aqua kearah petugas tidak bisa
dibuktikan secara terang benerang bahwa pelemparan tersebut dari
kerumunan masa aksi dan siapa yang melemparkan kearah petugas.

4. Keterangann Saksi IV Bambang Hermanto;


- Bahwa pada tanggal 06 oktober 2020 saksi beserta rekan-rekan
melakukan pengamanan aksi ujuk rasa menolak omnibuslaw yang
di lakukan didepan kampus UIN;
- Bahwa saksi membenarkan terdakwa yang pada tanggal 06
oktober 2020 di depan kampus UIN Banten, sekitar Pukul 18;30
tetap berada dikerumunan Demo setelah lebih dari 3 kali di
perintahkan untuk pergi dan membubarkan diri oleh petugas,
malah akan melemparkan atau memukulkan traficone kepada
petugas yang sedang bertugas mengamankan demo, saksi M.
Maulana Idris;

5. Keterangan Saksi V Yuda Hermawan selaku Kabagops Polres Kota


Serang;

6
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

- Bahwa saksi bertugas di polres serang kota dengan jabatan selaku


kepala bagian oprasi atau kabagops polres serang kota;
- Bahwa unjuk rasa tersebut dilakukan oleh kurang lebih 600 masa
aksi;
- Bahwa menjelang magrib status keamanan dilokasi demo telh
berganti dari kuning ke merah, karena masa aksi sudah
melakukan tindakan anarkis, dengan melemparkan petasan, batu
dan kayu serta melakukan ruasjalan;
- Bahwa saksi sudah menghimbau kepada masa aksi untuk
membubarkan diri sebanyak 3 kali;

Bahwa status keamanan dilokasi demo yang dijelaskan oleh saksi


dalam fakta persidangan tidak dapat dijelaskan secara pasti
kapan terjadinya tindakan-tindakan anarkis oleh masa aksi,
karena dalam faktar persidang terjadi 2 kali Chaose dan saksi
tidak bias menjelaskan tindakan anarkis tersebut merusak
fasilitas umum;

Bahwa saksi dalam fakta persidanganan tidak bisa menjelaskan


dan membedakan “sengaja tidak pergi”, yang dimaksud dengan
“tidak segera pergi”, ialah tidak secepat mungkin meninggalkan
tempat perkerumunan itu, pada fakta nya terdakwa di tangkap
pada saat hendak segera pergi.

6. Barang Bukti 1 (Satu) Unit Traficone berwarna Orange dan List Putih;
7. 1 (Satu) Potong jaket warna merah dengan lambing Manchester
United;
8. 6 (enam) lembar pedoman Latihan Kader Organisasi Ikatan
Mahasiswa Cilegon Pengurus Kedutaan Al-Khairiyah;
9. 1 (Satu) buku Judul Tan Malaka menuju merdeka 100%;

Bahwa dalam persidangan telah diajukan oleh Penasehat Hukum Terdakwa


alat bukti berupa;

1. Keterangan Saksi I Zihan Himawan;


- Bahwa saksi yang mengantar surat pemberitahuan aksi dari
aliansi geger banten ke polres serang, menjelaskan didalam
persidangan bahwa ketika menyerahkan surat pemberitahuan
tersebut saksi di terima oleh pihak kepolisian dan menuliskan
daftar hadir tamu serta menuliskan tujuan datang untuk

7
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

mengirim surat pemberitahuan aksi, dan pihak kepolisian


menjelaskan untuk komunikasi lebih lanjut akan dilakukan
melalui nomor tlpn yang tertera didalam surat pemberitahuan
aksi.
- Bahwa saksi yang mengatar surat pemberitahuan ditanya lebih
lanjut mengenai jumlah masa aksi, jam memulai aksi, dan
organisasi-organisasi yang tergabung didalam aliansi geger banten.
2. Keterangan Saksi II Agih;
- Bahwa saksi yang mengantar surat pemberitahuan aksi dari
aliansi geger banten ke polres serang, menjelaskan didalam
persidangan bahwa ketika menyerahkan surat pemberitahuan
tersebut saksi di terima oleh pihak kepolisian dan menuliskan
daftar hadir tamu serta menuliskan tujuan datang untuk
mengirim surat pemberitahuan aksi, dan pihak kepolisian
menjelaskan untuk komunikasi lebih lanjut akan dilakukan
melalui nomor tlpn yang tertera didalam surat pemberitahuan
aksi.
- Bahwa saksi yang mengatar surat pemberitahuan ditanya lebih
lanjut mengenai jumlah masa aksi, jam memulai aksi, dan
organisasi-organisasi yang tergabung didalam aliansi geger banten.
3. Keterangan Saksi III Arman Maulana Rachman;
- Bahwa sodara saksi dalam persidangan menjelaskan kronologis
pra aksi, yang menyatakan bahwa didalam konsolidasi pra aksi
tidak ada rencana untuk melakukan aksi yang anarkis.
- Bahwa sodara saksi menjelaskan petasan yang diarahkan
kepetugas terjadi karena petugas menyerang masa aksi terlebih
dahulu secara tidak terukur sehingga mengakibatkan petasan
yang di pegang oleh salah satu masa aksi yang awal nya niat dari
masa aksi untuk menyalakan petasan hanya untuk closing
stetmen bukan untuk menyerang petugas, tetapi karena situasi
menjadi tidak terkendali sehingga petasan tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh masa aksi.
4. Keterangan Saksi IV Abu Hanifa;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan kronologis
terjadinya ujuk rasa secara damai dari jam 16:00-18:00, berjalan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan yaitu aksi kampanye
menolak omnibuslaw;

8
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan timbulnya


keadaan tidak terkendali atau chaose itu disebabkan oleh tidakan
tidak terukur dari pihak kepolisian yang melakukan tindakan
penyerangan terlebih dahulu atau represifitas kepada masa aksi
padahal masa aksi sedang melakukang closing stetmen aksi damai
terkait penolakan omnibuslaw, bahwa ada nya petasan ditengah-
tengah closing setetmen adalah simbolisasi dari penutupan aksi
kampanye menolok omnibuslaw;
5. Keterangan Saksi V Ishak;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan kronologis
terjadinya ujuk rasa secara damai dari jam 16:00-18:00, berjalan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan yaitu aksi kampanye
menolak omnibuslaw;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan timbulnya
keadaan tidak terkendali atau chaose itu disebabkan oleh tidakan
tidak terukur dari pihak kepolisian yang melakukan tindakan
penyerangan terlebih dahulu atau represifitas kepada masa aksi
padahal masa aksi sedang melakukang closing stetmen aksi damai
terkait penolakan omnibuslaw, bahwa ada nya petasan ditengah-
tengah closing setetmen adalah simbolisasi dari penutupan aksi
kampanye menolok omnibuslaw;
6. Keterangan Saksi VI Belma;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan kronologis
terjadinya ujuk rasa secara damai dari jam 16:00-18:00, berjalan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan yaitu aksi kampanye
menolak omnibuslaw;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan timbulnya
keadaan tidak terkendali atau chaose itu disebabkan oleh tidakan
tidak terukur dari pihak kepolisian yang melakukan tindakan
penyerangan terlebih dahulu atau represifitas kepada masa aksi
padahal masa aksi sedang melakukang closing stetmen aksi damai
terkait penolakan omnibuslaw, bahwa ada nya petasan ditengah-
tengah closing setetmen adalah simbolisasi dari penutupan aksi
kampanye menolok omnibuslaw;
7. Keterangan Saksi VII Iksan;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan hasil dari teknis
lapangan, masa aksi memulai aksi pukul 16:00-18-00 dengan

9
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

estimasi masa aksi sekitar 400 dari gabungan berbagai organisasi-


organisasi kemahasiswaan, dengan kesepakatan untuk melakukan
aksi kampanye menolak omnibuslaw dengan damai;
8. Keterangan Saksi VIII Maulana;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan hasil dari teknis
lapangan, masa aksi memulai aksi pukul 16:00-18-00 dengan
estimasi masa aksi sekitar 400 dari gabungan berbagai organisasi-
organisasi kemahasiswaan, dengan kesepakatan untuk melakukan
aksi kampanye menolak omnibuslaw dengan damai;
9. Keterangan Saksi IX Faisal;
Bahwa sodara saksi menjelaskan didalam persidangan, sodara saksi
menjadi korban atas tindakan tidak terukur dari pihak kepolisian
yang menyebabkan saksi harus dilarikan kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan serius karena luka dikepalanya yang
mengharuskan sodara saksi untuk mendapatkan jahitan
dikepalanya;
10. Keterangan X Saksi Syahrizal;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan pada pokoknya
melihat terdakwa pada saat terdakwa ingin lari untuk
membubarkan diri;
- Bahwa saksi juga melihat terdakwa ditangkap tanpa perlawanan,
justru saksi melihat bahwa terdakwa mendapat perlakuan represif
dari pihak kepolisian;
11. Keterangan Saksi XI Rijal Artomi;
- Bahwa saksi dalam persidangan menjelaskan dirinya sebagai
perangkat aksi bertugas sebagai sepionase atau bertugas
mengumpulkan informasi tentang hal yang terjadi pada saat aksi;
- Bahwa saksi didalam persidangan menjelaskan pada pokoknya
melihat terdakwa pada saat terdakwa ingin lari untuk
membubarkan diri;
- Bahwa saksi juga melihat terdakwa ditangkap tanpa perlawanan,
justru saksi melihat bahwa terdakwa mendapat perlakuan represif
dari pihak kepolisian;
- Bahwa saksi juga melihat terdakwa pada saat terdakwa dibawa
kepos polisi, terdakwa juga mendapatkan perlakuan represif atau
pemukulan dibagian wajah yang dilakukan oleh salah satu

10
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

anggota kepolisian yang dibuktikan oleh video pada saat


persidangan.

Majelis Hakim yang kami muliakan


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati
Sdr. Terdakwa yang kami cintai

ANALISA HUKUM:

Kini telah sampailah kami pada bagian pembahasan mengenai analisa


hukum atas tuntutan hukum (requisitor) dari Jaksa Penuntut Umum yang
diajukan dimuka Pengadilan Negeri Serang. dihubungkan dengan fakta-
fakta hukum untuk menentukan apakah telah terbukti secara yuridis
kesalahan terdakwa OHAN AIDIN FAIZIN BIN HAFID;

JAKSA PENUNTUT UMUM TELAH MELAKUKAN PEMBANGKANGAN


TERHADAP HUKUM

Bahwa penting juga untuk melihat dan memahami konteks dan latar
belakang dari dihadapkannya kasus ini kepersidangan. Karena pada saat
kasus ini dihadapkan dimuka pengadilan Bahwa berawal dari pengesahan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang dilakukan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Undang-
Undang tersebut menuai banyak penolakan dari beberapa element
masyarakat (Buruh, Petani, Pemuda-Mahasiswa/i, Pelajar, dan Rakyat
Miskin Kota) sehingga menimbulkan aksi-demonstrasi diberbagai kota
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa pada tanggal
6 Oktober 2020 beberapa mahasiswa gabungan dari Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa (UNTIRTA), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Khairiyah,
Universitas Banten Jaya, dan Universitas Bina Bangsa melakukan aksi-
demonstrasi.

11
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

Bahwa Omnibus Law UU Cipta Kerja bukan hanya persoalan


ketenagakerjaan melainkan menjadi masalah bagi seluruh aspek tatanan
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, mulai dari agraria, hukum,
pendidikan, pers, keagamaan serta keyakinan, dll. UU ini diwujudkan
untuk menggeser ideologi bangsa, menggeser sistem ekonomi, hukum dan
politik bangsa.

Omnibus Law juga mengubah, menambah dan menghapus lebih dari 70


peraturan perundang-undangan sekaligus, yang substansinya menabrak
dan bertentangan dengan Pancasila dan Konstitusi Negara. Sistem ekonomi
yang semula dicita-citakan oleh pendiri bangsa untuk kesejahteraan rakyat
bergeser menjadi untuk kepentingan penguasa, dan pengusaha mitra
penguasa (oligarki). Itu mengapa gerakan perlawanan Omnibus Law muncul
sejak awal gagasan ini dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia (RI).

Berbagai gerakan rakyat menolak Omnibus Law tersebar di berbagai


wilayah di Indonesia dengan berbagai macam bentuk. Mulai dari
ruangruang akademik hingga aksi-aksi turun ke jalan, puncaknya adalah
sehari setelah Omnibus Law UU Cipta Kerja diundangkan;

Bahwa meski bernama Cipta Kerja namun mayoritas ketentuannya


mempermudah perampasan tanah, perusakan lingkungan dan penghisapan
buruh yang malah menghilangkan “tempat kerja” itu sendiri (tanah
pertanian, wilayah adat dan wilayah tangkap nelayan). Hal tersebut
berkorelasi dengan 12 aktor sekaligus sponsor Omnibus Law hal di atas.
Melalui Omnibus Law para pengusaha ingin melemahkan kontrol rakyat
yang memegang daulat atas ruang hidup, pengusaha ingin lepas dari jerat
pidana bahkan mereka ingin dilegalkan untuk merampas tanah, merusak
lingkungan hingga memiskinkan kaum buruh.

Pada 6, 7, dan 8 Oktober 2020 aksi massal terjadi di setidaknya 60


kota/kabupaten tersebar di lebih dari 20 provinsi melakukan aksi
penolakan disahkannya Omnibus Law UU Cipta Kerja. Kemarahan rakyat
meledak di seluruh penjuru Indonesia. Protes tersebut kemudian direspon
oleh Negara dengan kekerasan, kriminalisasi, teror, dan intimidasi.

Bahwa secara terang benderang pembungkaman perlawanan rakyat


dilakukan oleh Negara. Mabes Polri jelang pengesahan UU Omnibus Law
mengeluarkan STR/645/X/PAM.3.2./2020 tertanggal 2 Oktober 2020 yang

12
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

berisikan perintah Kapolri untuk melakukan pengintaian, pencegahan


bahkan penindakan untuk rakyat yang kontra Omnibus Law. Perintah-
perintah ini benar-benar dilaksanakan dalam bentuk pengerahan kekuatan
berlebih dalam penanganan aksi demonstrasi, patroli siber dengan
menangkap secara sewenang-wenang warga yang menyuarakan pendapat
menolak Omnibus Law diiringi dengan dibangunnya narasi bahwa rakyat
yang menolak belum membaca hingga demonstran yang turun ke jalan
dituding didalangi dan berbayar.

Bahwa tidak cukup melalui aparat keamanan, pembungkaman aksi


utamanya untuk mahasiswa dan akademisi, Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat edaran No.
1035/E/KM/2020 perihal himbauan Pembelajaran secara Daring dan
Sosialisasi UU Cipta Kerja. Alih-alih pandemi Covid-19 mahasiswa
disarankan untuk diam dan melihat rezim penguasa menghancurkan
seluruh sendi-sendi ekonomi kerakyatan yang telah ada.

Berdasarkan UU No 9 Tahun 1998, kemerdekaan menyampaikan pendapat


adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan,
tulisan dan sebagaimana secara bebas dan bertanggungjawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimuka umum adalah
dihadapan orang banyak atau orang lain termasuk ditempat yang dapat
didatangi atau dilihat setiap orang.

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik


(ICCPR) ke dalam UU Nomor 12 Tahun 2005, di dalam pasal 19 ICCPR
memberikan perlindungan kepada setiap orang berhak atas kebebasan
menyatakan pendapat, hak ini termasuk kebebasan untuk mencari,
menerima dan memberikan informasi dan pemikiran apapun, terlepas dari
pembatasaan-pembatsan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk cetakan,
karya seni atau melalui media lain sesuai dengan pilihannya;

Bahwa tindakan pemidanaan terhadap Terdakwa yang berpendapat dan


mengkritisi tentang Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja bukan
merupakan tindak pidana. Dalam perkara a quo tindakan kepolisian yang
men-tersangkakan hingga men-terdakwakan merupakan pemidanaan yang
dipaksakan.

13
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

Bahwa seperti yang dikatakan Tan Malaka dalam Bukunya Merdeka 100%
dalam halaman 82-84 “Hukum perubahan yang sebenarnya harus
jatuh/dijatuhkan pada mereka yang memegang teguh idealisme diri yang
bersandarkan kepada kebenaran objektif, yang menegakkan kembali
semangat anti kolonialisme, ialah berupa nasionalisme untuk memperkuat
kedaulatan rakyat, ialah kemerdekaan 100 % yang sudah diproklamirkan
pada 17 Agustus 1945 dan dibela oleh rakyat Indonesia habis-habisan
untuk mempertahankan hajat hidupnya bangsa Indonesia.”

Majelis Hakim yang kami hormati, pekernankan kami untuk dan akan
menguraikan kontruksi hukum dengan fakta peristiwa yang sudah terjadi;

1. Bahwa motif dari Terdakwa dalam melakukan aksi unjuk rasa pada
pada tanggal 6 Oktober 2020 dengan tujuan untuk melakukan
penolakan terhadap Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja dan meminta kepada DPR RI atau Presiden RI untuk
mencabut Undang-Undang tersebut adalah sah konstitusional,
karena merupakan hak dasar dari hak asasi manusia karena bagian
dari hak menyampaikan pendapat dimuka umum yang wajib
dilindungi oleh negara Republik Indonesia, diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan sehingga sah secara hukum. Adapun
dasar hukumnya, yakni:

Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa


“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang”.

Pasal 9 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948


yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hal ini termasuk
kebebasan mempunyai pendapat dengan tidak mendapat gangguan
dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan dan
pendapat dengan cara apa pun juga dan dengan tidak memandang
batas-batas”.

Pasal 1 Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa


“Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga
negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

14
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

Pasal 25 Undang-Undang 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa


“setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum,
termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 yang


menyatakan bahwa “setiap orang berhak untuk berpendapat tanpa
campur tangan”.

Bahwa sesuai dengan Keterangan Saksi I Zihan Himawan dan Saksi


II Agih, bahwa dalam fakta persidangan Aksi Unjuk rasa tersebut
sudah mempersiapkan dokumen tertulis dan atau surat
pemberitahuan aksi dari Aliansi Geger Banten yang akan
melaksanakan Aksi Unjuk Rasa tersebut, dan oleh karena itu Aksi
pada tanggal 06 Oktober 2020 adalah sah secara konstitusional dan
sesuai prosedur yang menjadi ketentuan hukum yang berlaku yaitu
Pasal 10 UU No. 9/1998 tegas menyatakan bahwa penyampaian
pendapat di muka umum wajib diberitahukan secara tertulis kepada
Polri, dan Aliansi sudah memberikan pemberitahuan kepada instansi
Polisi Kota Serang dan Polres Kota Serang tidak wajib memberikan
izin karena bunyi pasal tersebut jelas dan terang yaitu
“Memberitahukan” bukan “Meminta izin”. kepolisian tidak boleh
melarang warga untuk berdemonstrasi hanya dengan alasan diskresi.
Pembatasan hak menyampaikan pendapat dimuka umum hanya
boleh dilakukan berdasarkan kewenangan yang diatur dalam
undang-undang bukan diskresi, pelarangan unjuk rasa bukanlah
keputusan yang dapat dilakukan diskresi mengingat tidak memenuhi
syarat sebagimana diatur dalam  UU No. 30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan Pasal 24, pejabat pemerintah yang
mengambil Diskresi harus memenuhi syarat: a. sesuai dengan tujuan
Diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2);  b. tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c.
sesuai dengan AUPB; d. berdasarkan alasan-alasan yang objektif; e.
tidak menimbulkan Konflik Kepentingan; dan f. dilakukan dengan
iktikad baik. Oleh karena itu, dengan tidak dipenuhinya syarat-
syarat diskresi pejabat pemerintah oleh kepolisian, artinya kepolisian
tidak bisa melakukan diskresi. Bila tindakan tersebut kemudian tetap
dilakukan oleh kepolisian, maka patut diduga kepolisian melakukan
penyalahgunaan wewenang.

15
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

Bahwa sesuai dengan Pasal 13 UU Nomor 9 tahun 1998 tentang


Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, pada
dasarnya aktivitas unjuk rasa atau demonstrasi tidak perlu
mendapatkan izin kepolisian, namun partisipan unjuk rasa cukup
menyampaikan surat pemberitahuan tertulis kepada kepolisian.
Setelah kepolisian menerima surat pemberitahuan, kepolisian wajib
untuk segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan. Untuk
selanjutnya kepolisian segera berkoordinasi dengan penanggung
jawab penyampaian pendapat di muka umum, dan juga berkoordinasi
dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan
penyampaian pendapat dan mempersiapkan pengamanan tempat,
lokasi. dan rute.

Bahwa sesuai dengan pendapatnya Soerdjono Soekanto


“merumuskan bahwa secara konsepsional hukum dalam arti
perlindungan hukum dalam Mekanisme pengamanan pelaksanaan
unjuk rasa dengan pengedepanan fungsi hukum fasilitatif dengan
pelayanan yang baik, responsif, humanis, simpatik, prima,
bersahabat, tepat sasaran untuk menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat serta tegaknya hukum.”

Dengan demikian, sesuai mandat undang-undang tersebut,


kepolisian tidak memiliki kewenangan untuk mengijinkan atau tidak
hak penyampaian pendapat di muka umum, namun berwenang dan
bertanggungjawab memberikan perlindungan keamanan terhadap
peserta penyampaian pendapat dimuka umum dan
menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan
ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2. Bahwa Unsur “Barang siapa pada waktu rakyat datang berkerumun


dengan sengaja tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh
atau atas nama penguasa yang berwenang” dalam surat Tuntutan
Jaksa Penuntut yang dibacakan dimuka persidangan pada tanggal 02
maret 2021 tidak dapat mejelasakan secara lengkap perbuatan tindak
pidana serta bukti dari keterangan saksi juga tidak dapat
membuktikan bahwa perbuatan terdakwa adalah perbuatan yang
melanggar ketentuan hukum, tidak menguraikan berperan sebagai
apa Terdakwa didalam melakukan Tindak Pidana akan menyebabkan
ketidak jelasan dalam merumuskan pertanggungjawaban pidananya.
Bahwa dalam surat tuntutan tersebut tidak merumuskan tindak
pidana orang yang melakukan (peleger) dan orang yang turut
melakukan (medepleger) peristiwa pidana tersebut maka perumusan

16
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

surat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum mengada-ada, tidak


cermat, dan tidak berdasarkan fakta-fakta persidangan;

Bahwa dalam bukunya S.R Sianturi, S.H yang berjudul Tindak


Pidana di KUHP Berikut Uraiannya dalam halaman 99 menjelaskan
bahwa “Yang dimaksud dengan tidak segera pergi, ialah tidak
secepat mungkin meninggalkan tempat perkerumunan itu.
Pelaksanaan dari Pergi itu adalah setelah diperintah pergi itu
diucapkan untuk ketiga kalinya dengan jangka waktu yang wajar.
Karena hal ini juga harus diketahui oleh para pelaku.”

Bahwa pada fakta dalam persidangan, Terdakwa suda mendengar


peringatan sebanyak 3 kali dan setelah itu segera dengan cepat
meninggalkan kerumunan masa aksi, bahwa pada saat
tertangkapnya terdakwa itu merupakan bagian dari upaya Terdakwa
untuk mengindahkan himbauan untuk segera pergi dari kerumunan,
akan tetapi pada saat yang sama terjadi tindakan tidak terukur dari
pihak Kepolisian secara represif yang dijelaskan oleh Keterangan
Saksi III Arman Maulan Rachman dan Saksi IV Abu hanifa
sehingga massa aksi yang ingin membubarkan diri tidak dapat
membubarkan diri dengan segera karena adanya tindakan represif
yang tidak terukur dari pihak kepolisian;

Alasan Pembenar :

1. Bahwa rangkaian aksi demonstrasi yang dilakukan oleh ALIANSI geger


banten adalah aksi damai;

2. Bahwa terdakwa sdr. Ohan melakukan aksi demonstrasi atas dasar


menjalankan perintah Undang-undang sebagaimana di atur pada pasal 50
KUHP;

3. Bahwa menurut R. Sugandhi, S.H. menjelaskan bedanya dengan kekuasaan


yang bersifat relatif ialah pada keadaan darurat ini orang yang terpaksa itu
sendirilah yang memilih peristiwa pidana mana yang akan ia lakukan.,
sedang pada kekuasaan yang bersifat relatif, orang itu tidak memilih;

4. Bahwa dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh terdakwa sdr ohan
adalah tindakan yang bersifat daya paaksa dan bersifat darurat
sebagaimana diatur dalam KUHP Pasal 48 KUHP “Orang yang melakukan
tindak pidana karena pengaruh daya paksa, tidak dapat dipidana.”;

17
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

5. Bahwa tindakan yang dilakukan oleh terdakwa sdr ohan JELAS dan
TERANG hanya untuk pembelaan diri mengingat situasi saat terjadinya
aksi menolak undang undang cipta kerja terjadi kondisi yang tidak kondusif
dan menimbulkan gesekan antara masa aksi dan pihak kepolisian sehingga
terdakwa sdr ohan mengalami ketakutan mental ssebagaimana di atur
dalam KUHP Pasal 49 (2) “Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang
langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan
atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.”;

6. Menyatakan dengan JELAS dan TERANG perbuatan terdakwa tidak


terbukti dengan sah dan meyakinkan sebagaimana yang didakwakan oleh
jaksa penuntut umum (JPU)

Dari beberapa keterangan alat bukti yang sudah dihadirkan sebagaimana


pasal 184 KUHAP dalam persidangan baik dari keterangan saksi fakta
memberatkan (a charge) atau saksi meringankan (a de charge) bukti surat,
dan keterangan terdakwa sehingga menjadi petunjuk hakim untuk
memutuskan apakah para terdakwa terbukti sah meyakinkan atau tidak
sebagai pelaku Tindak Pidana sebagai “Pada Waktu Rakyat Datang
Berkerumun Dengan Sengaja Tidak Segera Pergi Setelah Diperintah
Tiga Kali Oleh Atau Atas Nama Penguasa Yang Berwenang sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 218 KUHPidana tersebut dalam
dakwaan dengan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta
Rupiah) Subsider 3 (tiga) bulan kurungan.” sebagaimana dalam surat
tuntutan Jaksa Penuntut Umum Reg.Perk: Pdm-514/SRG/10/2020 pada
persidangan 02 Maret 2021.

Karena dalam ketentuan pasal 183 KUHAP sampai dengan pasal 202
KUHAP sudah mengatur tentang sistem pembuktian dalam perkara pidana
yang diuraikan sebagai berikut; “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya ada dua alat
bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana telah
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukanya.”

Ketentuan di atas bertujuan untuk menjamin tegaknya kebenaran,


keadilan, kepastian hukum dan Hak Asasi Manusia bagi setiap orang yang
didakwakan telah melakukan suatu tindak pidana. Dengan mesyaratkan
pertama; “Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat
bukti yang sah menurut undang-undang;, kedua; “Keyakinan hakim

18
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

yang juga harus didasarkan atas cara yang sah menurut undang-
undang;’ karena dalam konsep pembuktian pidana kita mengenal prinsip
dasar “ Tidak dipidana tanpa kesalahan” atau Geen Straf Zonder Schuld”
disinilah letak perlunya pembuktian tersebut apakah seseorang benar-
benar bersalah menurut apa yang diatur dalam undang-undang yang
ditujukan kepadanya? karena kami sebagai penasihat hukum para
terdakawa telah menilai, tuduhan atas perbuatan pidana terhadap para
terdakwa tidak terbukti secara hukum baik formil atau materil.

Dimana pada faktanya Terdakwa melakukan aksi penolakan terhadap


Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan meminta
kepada DPR RI atau Presiden RI untuk mencabut Undang-Undang tersebut
adalah sah konstitusional, karena merupakan hak dasar dari hak asasi
manusia karena bagian dari hak menyampaikan pendapat dimuka umum
yang wajib dilindungi oleh negara Republik Indonesia, diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga sah secara hukum.
Adapun dasar hukumnya, yakni Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal
9 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948, Pasal 1 Undang-
Undang No. 9 Tahun 1998, Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun
2005. Sehingga unsur niat jahat (mens rea) dari Terdakwa sebagai pelaku
tindak pidana “Pada Waktu Rakyat Datang Berkerumun Dengan Sengaja
Tidak Segera Pergi Setelah Diperintah Tiga Kali Oleh Atau Atas Nama
Penguasa Yang Berwenang.” tidak terbukti menurut Hukum.

Kesimpulan dan Penutup

berdasarkan alasan-alasan sebagaimana diuraikan diatas, kami memohon


kepada majelis untuk:

1. Menyatakan Terdakwa OHAN AIDIN FAIZIN BIN HAFID tidak


terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Pada Waktu Rakyat Datang Berkerumun Dengan Sengaja
Tidak Segera Pergi Setelah Diperintah Tiga Kali Oleh Atau Atas
Nama Penguasa Yang Berwenang sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 218 KUHPidana.”

2. Membebaskan dan atau melepaskan Terdakwa OHAN AIDIN FAIZIN


BIN HAFID dari segala dakwaan dan tuntutan sebagaimana dalam

19
TIM ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten
Jl. Raya Serang, Ruko Serang Trade Center (STC) Legok No. G-08 Kota Serang-Banten
Hotline: 081293856381

surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum Reg.Perk: Pdm-


514/SRG/10/2020 pada persidangan 02 Maret 2021.

3. Memerintahkan jaksa penuntut umum untuk memulihkan harkat


dan martabatnya;

Serang, 09 Maret 2021

Hormat Kami,
Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Banten

Raden Elang Y Maulana, S.H. Karsidi, S.H.

Charlos Fernando Silalahi, S.H. Songga Aurora Abadi, S.H.,M.H.

Mochammad Syarifain, S.H. Rizky Arifianto, S.H.

Abda Oe Bismillah, S.H. Ahmad Farhan H, S.H.

20

Anda mungkin juga menyukai