Anda di halaman 1dari 3

NOTA PEMBELAAN (PLEIDOI)

Terdakwa Atas nama


RANI SULINTYA TIMASA
Nomor Perkara : 310/Pid.Sus/2020/PN Smg

Majelis Hakim Yang Mulia,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati, dan
Sidang Yang Kami Muliakan,

Perkenankalah Kami, TAUFIK YUDHISTIRA, S.H. adalah Advokat pada “Tira Justicia Saijaan &
Rekan” berkedudukan Hukum dan beralamat di Jalan Merpati, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta,
bersama ini mengajukan PLEDOI / Pembelaan terhadap Terdakwa:

Nama lengkap : Rani Sulintya Timasa


Tempat lahir : Depok
Umur/Tanggal lahir : 20 Tahun / 15 April 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl. Kakap III RT. 02 RW. 01 Kel. Kuningan Kec. Semarang Utara Kota
Semarang
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pramugari
Pendidikan : Sarjana (S-1)

Setelah kami mendengarkan dan mempelajari tuntutan Jaksa Penuntut Umum atas nama Terdakwa
tersebut, maka perkenankanlah kami untuk menyampaikan Pledooi atau Nota Pembelaan sebagai
berikut.
1. Bahwa sebagai Penasehat Hukum tugas utama kami adalah selain memberikan nasehat hukum
kepada terdakwa agar memahami dan mengerti tentang perkara yang sedang dijalaninya di dalam
proses persidangan sehingga dapat menerima putusan apapun yang dijatuhkan terhadap dirinya
dengan penuh kesadaran dan menjalaninya sebagai suatu proses untuk memperbaiki dirinya
sehingga apabila kembali kepada masyarakat dapat menjadi baik dan menjadi panutan di dalam
masyarakat juga harus membantu Yang Mulia Majelis Hakim agar mendapatkan suatu keyakinan
tentang putusan yang baik dan adil seadil-adilnya bagi terdakwa, korban dan masyarakat.

2. Dalam teori hukum ada ungkapan dari pakar ahli hukum PROF. DR. SATJIPTO RAHARDJO, SH.
dalam bukunya “Sisi-Sisi Lain Dari Hukum di Indonesia” (hal. 5), menyatakan :
“BAHWA APAPUN YANG DILAKUKAN DALAM HUKUM TAK BOLEH SEKALI-KALI MENGABAIKAN
ASPEK MANUSIA SEBAGAI BAGIAN YANG SENTRAL DALAM HUKUM ITU, KARENA HUKUM ITU
DIBUAT UNTUK MANUSIA BUKAN SEBALIKNYA”.

Bahwa berdasarkan pada pendapat tersebut di atas maka sebelum menentukan bentuk pidana dan
lamanya pidana yang pantas untuk dijalani oleh Terdakwa, perlu dikaji aspek sosiologi atau

N O T A P E M B E L A A N [ 1 ]
kemanusiaan apa yang menyebabkan Terdakwa melakukan perbuatan Pidana sebagaimana
dakwaan dalam perkara ini.

3. Bagi hukum progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan, tetapi pada kreativitas
pelaku hukum mengaktualisasikan hukum dalam ruang dan waktu yang tepat. Para pelaku hukum
progresif dapat melakukan perubahan dengan melakukan pemaknaan yang kreatif terhadap
peraturan yang ada, tanpa harus menunggu perubahan peraturan (changing the law). Peraturan
buruk tidak harus menjadi penghalang bagi para pelaku hukum progresif untuk menghadikarkan
keadilan untuk rakyat dan pencari keadilan, karena mereka dapat melakukan interprestasi secara
baru setiap kali terhadap suatu peraturan. Untuk itu agar hukum dirasakan manfaatnya, maka
dibutuhkan jasa pelaku hukum yang kreatif menterjemahkan hukum itu dalam kepentingan-
kepentingan sosial yang memang harus dilayaninya.

4. Bahwa Berdasarkan teori ini keadilan tidak bisa secara langsung ditemukan lewat proses logis
formal. Keadilan justru diperoleh lewat institusi, karenanya, argument-argumen logis formal “dicari”
sesudah keadilan ditemukan untuk membingkai secara yuridis-formal keputusan yang diyakini adil
tersebut. Oleh karena itu konsep hukum progresif, hukum tidak mengabdi bagi dirinya sendiri,
melainkan untuk tujuan yang berada di luar dirinya.

5. Bahwa mengacu kepada teori-teori di atas kami meminta kepada yang mulia majelis hakim untuk
memutus dalam perkara ini tidak melihat pakai patokan tuntutan saudara jaksa penuntut umum
akan tetapi dengan melihat teori keadilan dan tujuan hukum itu sendiri sehingga tercapainya suatu
keadilan bagi Terdakwa.

6. Bahwa terhadap tuntutan jaksa Penuntut umum, kami sependapat dengan uraian dalam
surat tuntutan tersebut yang menyatakan telah terbukti secara sah dan menyakinkan menurut
hukum perbuatan terdakwa beserta unsur-unsurnya telah melanggar Pasal 114 Ayat (2) jo. Pasal
132 ayat (1) UU RI Nomor 35 tahun 2009 tentang NARKOBA sebagaimana dakwaan primair.

HAL-HAL YANG MERINGANKAN


Sebelum Majelis hakim memutus perkara ini dan sebelum menentukan lamanya pidana yang
pantas untuk dijalani oleh Terdakwa, perlu kiranya dipertimbangkan pula hal-hal yang meringankan
yang ada pada diri Terdakwa yaitu antara lain :
- Bahwa Terdakwa mengakui perbuatannya dan bersikap sopan selama dalam persidangan
sehingga memperlancar proses di persidangan;
- Bahwa Terdakwa belum pernah dihukum;
- Bahwa Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi;
- Bahwa Terdakwa masih muda usianya sehingga masih bisa diharapkan untuk bisa memperbaiki
perbuatannya;

N O T A P E M B E L A A N [ 2 ]
PENUTUP
Bahwa Dr.Bernard L Tanya dalam bukunya “Teori Hukum Strategi tertib Manusia Lintas Ruang
dan Generasi” halaman 49 menyatakan “ tugas hukum adalah membimbing Para Warga lewat Undang-
Undang pada suatu hidup yang shaleh dan sempurna. Orang yang melanggar UU harus dihukum tapi
hukuman itu bukan balas dendam karena tujuan hukuman adalah untuk memperbaiki moral
dari terdakwa”
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kami mohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia
yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan memutuskan agar Terdakwa diberikan
putusan pidana yang seringan-ringannya dan seadil-adilnya (ex aquio et bono)
Demiklan nota pembelaan inl kami sampaikan, semoga senantiasa dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam proses penegakan hukum ini. Terima kasih.

Jakarta, 25 Januari 2022

Hormat Kami,
Penasihat Hukum Terdakwa

TAUFIK YUDHISTIRA, S.H.

N O T A P E M B E L A A N [ 3 ]

Anda mungkin juga menyukai