lffixv\ /zoru-
2018
4 it rDi?'
Kepada Yth,
Dengan hormat,
Kuasa Khusus tertanggal 3 Juli 2018, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
Pemberi Kuasa atas nama:
andiugi45mo@gmail. com
Sebagaimana Majelis Hakim yang mengadili Perkara Konstitusi pada tingkat pertama dan
terakhir, berdasarkan Register Perkara No. lTlPlJ}. BUP-XIV/2018 oleh Mahkamah
Konstitusi yang diajukan oleh PEMOHON melalui Kuasa Hukumnya pada Kantor Law Firm
FJ TAIIA & PARTNERS, untuk itu ijinkan kami memohon agar Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara A quo dan melalui Resume ini yang tak terpisahkan dari
permohonan Pemohon dapat menjadi pertimbangan agar dapat menindak lanjuti Perkara A
qou pada proses pemeriksaan pokok perkara;
Bahwa sebagaimana tahapan agenda proses persidangan sengkata pemilukada Kab. Bantaeng
yang diajukan PEMOHON oleh Paslon Nomor Urut 2 atas nama Dra. Hj. Andi Sugiarti
Mangun Karim, M.Si dan Andi Mappatoba telah melalui proses pada pokoknya sebagai
berikut:
- Membaca Permohonan Pemohon;
- Mendengarkan Keterangan Pemohon;
- Mendengarkan dan Membaca Jawaban Termohonl
- Mendengarkan dan Membaca Keterangan Pihak Terkait;
- Mendengarkan dan Membaca Keterangan Panwaslu/Bawaslu.
Bahwa untuk itu tibalah saatnya kami akan mendengar Putusan Dismissal oleh Majelis
Hakim Mahkamah Konstitusi yang terhormat apakah layak tidaknya Perkara No. 17/PHP.
BUP-X[Vi2018 diperiksa pada tingkat pemeriksaan Pokok Perkara atau kah tidak. Maka
dengan menyampaikan Resume ini sebagai bagian penyempurna yang tidak terpisahkan dari
Permohonan kami, untuk itu Mohon sekiranya Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang
menguraikan hubungan dari 3 (tiga) tujuan hukum yang sangat wajib emban oleh Yang Mulia
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Yang Terhormat dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagaimana yang dipercayai oleh Masyarakat sebagai perwakilan Tuhan di Dunia
ini pastinya dapat menerapkan ASAS KEPASTIAN HUKUM, ASAS KEADILAN HUKUM,
dan ASAS KEMANFAATAN HUKUM;
A. Kepastian Hukum
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum,
kemanfaatan dan keadilan. Ketiga unsur tersebut harus ada kompromi, harus mendapat
perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah
mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut. Tanpa
kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul
keresahan. Tetapi terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati
peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil.
Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhdap tindakan
sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam
menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum
masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa ada
kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui
perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini
dapat diwujudkan melalui penoramaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan
akan jelas pulah penerapanya. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya,
subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumanya. Akan tetapi kepastian hukum mungkin
sebaiknya tidak dianggap sebagai elemen yang mutlak ada setiap saat, tapi sarana yang
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan asas manfaat dan
efisiensi.
B. Keadilan Hukum
Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang
perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian
proporsional, tetapi juga bisa berarti memberi sama banyak kepada setiap orang apa yang
menjadi jatahnya berdasarkan prinsip keseimbangan. Hukum tanpa keadilan tidaklah ada
artinya sama sekali.
Dari sekian banyak para ahli hukum telah berpendapat tentang apa keadilan yang
sesungguhnya serta dari literatur-literatur yang ada dapat memberikan kita gambaran
mengenai arti adil. Adil atau keadilan adalah menyangkut hubungan manusia dengan
manusia lain yang menyangkut hak dan kewajiban. Untuk itu bagaimana pihak-pihak yang
saling berhubungan mempertimbangkan haknya yang kemudian dihadapkan dengan
Membicarakan keadilan tidak semuda yang kita bayangkan, karena keadilan bisa bersifat
subjektif dan bisa individualistis, artinya tidak bisa disama ratakan. Karena adil bagi si A
belum tentu adil oleh si B. Oleh karen itu untuk membahas rumusan keadilan yang lebih
komprehensif, mungkin lebih obyaktif kalau dilakukan atau dibantu dengan pendekatan
disiplin ilmu lain seperti filsafat, sosiologi dan lain-lain. Sedangkan kata-kata "rasa keadilan"
merujuk kepada berbagai pertimbangan psikologis dan sosiologis yang te{adi kepada pihak-
pihak yang terlibat, yaitu Terdakwa, Korban atau Penggugat, Tergugat atau Pemohon,
Termohon dan pihak lainnya. Rasa keadilan inilah yang memberikan hak "diskresi" kepada
para penegak hukum untuk memutuskan "agak keluar" dari pasal-pasal yang ada dalam
regulasi yang menjadi landasan hukum. Ini memang ada bahayanya, karena kewenangan ini
bisa disalahgunakan oleh yang punya kewenangan, tetapi di sisi lain kewenangan ini perlu
4
diberikan untuk menerapkan "rasa keadilan" tadi, karena bisa perangkat hukum yang ada
ternyata belum memenuhi "rasa keadilan".
C. Kemanfaatan llukum.
Hukum adalah sejumlah rumusan pengetahuan yang ditetapkan untuk mengatur lalulintas
perilaku manusia dapat berjalan lancar, tidak saling tubruk dan berkeadilan. Sebagaimana
lazimnya pengetahuan, hukum tidak lahir di ruang hampa. Ia lahir berpijak pada arus
komunikasi manusia untuk mengantisipasi ataupun menjadi solusi atas terjadinya
kemampatan yang disebabkan oleh potensi-potensi negatif yang ada pada manusia.
Sebenarnya hukum itu untuk ditaati. Bagaimanapun juga, tujuan penetapan hukum adalalr
untuk menciptakan keadilan. Oleh karena itu, hukum harus ditaati walaupun jelek dan tidak
adil. Hukum bisa saja salah, tetapi sepanjang masih berlaku, hukum itu seharusnya
diperhatikan dan dipatuhi. Kita tidak bisa membuat hukum 'yang dianggap tidak adil'. Itu
menjadi lebih baik dengan merusak hukum itu. Semua pelanggaran terhadap hukum itu
menjatuhkan penghoramatan pada hukum dan aturan itu sendiri.
Kemamfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya mamfaat
dalam pelaksanaan penegakan hukum. Jangan sampai penegakan hukum justru menimbulkan
keresahan masyrakat. Karena kalau kita berbicara tentang hukum kita cenderung hanya
melihat pada peraturan perundang-undangan, yang terkadang aturan itu tidak sempuma
adanya dan tidak aspiratif dengan kehidupan masyarakat. Sesuai dengan prinsip tersebut
diatas, saya sangat tertarik membaca pemyataan Prof. Satjipto Rahado, yang menyatakan
bahwa : keadilan memang salah satu nilai utama, tetapi tetap disamping yang lain-lain,
seperti kemanfaatan ( utility, doelmatigheid). Olehnya itu didalam penegakan hukum,
perbandingan antara manfaat dengan pengorbanan harus proporsional.
baik dalam artian formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman
perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang bersangkutan
maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh
5
Undang-undang untuk menjamin berfungsinya nonna-norma hukum yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tetapi jika ketiga hal tersebut dikaitkan dengan
kenyataan yang ada dalam kenyataanya sering sekali antarakepastian hukum terjadi benturan
dengan kemanfaatan, atau antara keadilan dengan kepastian hukum, antara keadilan tedadi
benturan dengan kemanfaatan.
Sebagai contoh dalam kasus-kasus hukum tertentu, kalau hakim menginginkan keputusannya
adil (menurut persepsi keadilan yang dianut oleh hukum tersebut tentunya) bagi si penggugat
atau tergugat atau bagi si terdakwa, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi
masyarakat luas,sebaliknya kalau kemanfaatan masyarakat luas dipuaskan, perasaan keadilan
bagi orang tertentu terpaksa dikorbankannya. Maka dari itu pertama-tama kita harus
memprioritaskan keadilan barulah kemanfaatan dan terakhir adalah kepastian hukum.
Idealnya diusahakan agar setiap putusan hukum, baik yang dilakukan oleh hakim, jaksa,
pengacara maupun aparat hukum lainnya, seyogyanya ketiga nilai dasar hukum itu dapat
hukum diatas, dimana dengan pengutamaan " kepastian hukum " maka ada kemungkinan
unsur-unsur lain diabaikan atau dikorbankan. Demikian juga jika unsur " kemanfaatan "
lebih diutamakan, maka kepastian hukum dan keadilan dapat dikorbankan. Jadi
kesimpulanya dari ketiga unsur tujuan hukum tersebut diatas harus mendapat perhatian
secara Proporsional yang seimbang.
Bahwa sebagaimana yang duraikan oleh Termohon dalam pokok perkaranya Pemohon
membantah dengan tegas dan jelas apa yang disampaikan oleh Termohon terkait dalil uraian
pemohon tentang hasil perhitungan suara, karena dimana Pemohon dalam hal ini bisa
membuktikan apa yang telah didalilkan dalam Permohonannya.
pada tanda tangan Dra. Hj. Andi Sugrarti MAngun Karim, M.Si dan Andi Mappatoba tidak
sesuai dalam Surat Kuasa dan dianggap bukan tanda tangan yang bersangkutan langsung;
Bahwa Pemohon dalam hal ini bisa membuktikan tanda tangan tersebut, dan apabila ada
permasalahan/keberatan terkait peberian kuasa kepada kantor Law Firm FJ TAHA & Partners
maka pastinya dari pihak perinsipal akan keberatan langsung namun faktanya dari Pihak
Prinsipal kami telah memerintahkan Tim Kepercayaan dari Relawannya untuk memparaf
Surat Kuasa tersebut dengan alasan bahwa Dra. Hj. Andi Sugiarti MAngun Karim, M.Si dan
Andi Mappatoba tersebut berada di daerah dan tidak memungkinkan untuk kejakarta lagi
mengingat waklu yang sangat mendesak;
Bahwa sebagaimana dalil-dalil tersebut sangat tidak beralasan karena Pemohon tersebut
mempunyai dasar yang kuat untuk membuktikan apa yang menjadi dasar Resume ini kalau
pun memungkinkan Perkara ini ditindak lanjuti kami akan menghadirkan Prinsipal kami dan
Bahwa Pihak Terkait mendalilkan bahwa Permohonan Pemohon tidak Jelas (Obscuur Libel)
yang dimana pada pokoknya menyinggung ambang batas selisih perolehan suara dan pada
Posita maupun Petitum Surat Permohonan tidak terdapat uraian perhitungan yang benar
menurut versi Pemohon, hal itu sangat keliru dan tidak cermat Pihak terkait dalam memahami
Permohonan kami untuk itu apabila Permohonan kami ditindak lanjuti dalam proses
pembuktian maka kami akan menguraikan semua fakta-fakta yang sebenarnya atau tindakan
bentuk kecurangan-kecurangan dalam Pemilih Kepala Daerah Keb. Bantaeng yang diduga
dilakukan oleh Para Tim Relawan dari Pihak Terkait dan fakta-fakta itu kami dapat
pertanggungj awabkan dimuka Maj eli Hakim Mahkamah Konstitusi.
Berdasarkan seluruh uraian sangahan sebagaimana dalam bentuk Resume diatas, Pemohon
dalam hal ini tetap pada dalil-dalil permohonan Pemohon dan Pemohon dalam hal ini mampu
mempertanggung jawabkan segala fakta-fakta hukum pada saat pembuktian apabila diberikan
kesempatan oleh Majelis Hakim Konstitusi yang terhormat, sehingga sangat keliru apabila
Pihak Termohon dan Pihak Terkait mengatakan dasar dari Pemohon hanyalah merupakan
Asumsi yang tidak didukung oleh fakta-fakta yang dapat menguatkan dalil-dalil Pemohon,
hal itu sangat keliru melainkan pada dasarnya Pemohon dapat membuktikan secara jelas apa
yang telah Pemohon dalilkan dalam Permohonannya sesuai fakta-fakta yang terjadi pada
proses pelanggaran sebelum dan setelah Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kab. Bantaeng
2018
Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Pemohon memohon kepada Majelis Hakim
Makamah Konstitusi yang terhormat agar kiranya menindak lanjuti perkara A quo
berdasarkan dalil-dalil yang tertuang dalam permohonan Pemohon Posista dan apa yang
Pemohon mintakan dalam Petitumnya. Maka untuk itu memohon kiranya Majelis Hakim
Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan Putusan sebagai berikut:
Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya (ex aequo
et bono).
Demikian Resume ini sebagai pelengkap dari Permohona Pemohon, atas perhatainnya
kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
KUASA EUKTIM PEMOHON