Anda di halaman 1dari 49

NOTA PEMBELAAN

(P L E I D O I)

Dalam Perkara Pidana Nomor 100/Pid.Sus/2018/PN Mlg

Atas Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Nomor Reg. Perkara:

PDM-130/MLG/Eoh.2/08/2018

ATAS NAMA TERDAKWA

AQILA KANYANATASYA

Diajukan oleh tim Penasihat Hukum:

Felicia Michelle Hutrianto, S.H, LL.M.

Alfred Nathanael Munthe, S.H., LL.M.

Audi et alteram partematau audiatur et altera pars

“Para pihak harus didengar, apabila persidangan sudah dimulai, hakim harus mendengar
dari kedua belah pihak yang bersengketa, tidak dari satu pihak saja.”
Disampaikan pada
Sidang Pengadilan
Pada Pengadilan Negeri Malang
Selasa, 20 Oktober 2020

TERDAKWA didakwa dengan dakwaan Subsider masing-masing dengan Dakwaan


sebagai berikut:

DAKWAAN
PRIMAIR : Pasal 340 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP

ATAU

SUBSIDAIR : Pasal 338 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
TERDAKWA dan hadirin sidang yang kami hormati,
Serta Sidang yang kami muliakan

Terlebih dahulu perkenankan kami selaku Penasihat Hukum TERDAKWA, memanjatkan


segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada kesempatan kali ini,
kita dapat dipertemukan kembali dalam keadaan sehat dan baik. Bahwa dengan ini kami
selaku Penasihat Hukum TERDAKWA menyampaikan terimakasih kepada Majelis Hakim
atas kesempatan yang diberikan untuk mengajukan Nota Pembelaan (Pleidoi) terhadap
Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara atas nama TERDAKWA AQILA
KANYANATASYA

Dalam Nota Pembelaan (Pleidoi) ini kami ajukan dalam sistematika sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
II. DAKWAAN
III. TUNTUTAN
IV. FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN
a. Keterangan Saksi-Saksi
b. Keterangan Ahli
c. Keterangan TERDAKWA
d. Surat
e. Petunjuk
f. Barang Bukti
V. ANALISA FAKTA-FAKTA HUKUM
VI. ANALISA YURIDIS
VII. PENUTUP

Pertama-tama, kami selaku Tim Penasihat Hukum TERDAKWA menyampaikan ucapan


terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya, persidangan
ini telah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan atau kendala yang berarti.
Semoga dengan karunia-Nya pula, kita dapat dibimbing dalam menemukan
kebenaran materiil dalam perkara ini.

2. Ketua Majelis Hakim beserta anggota, termasuk Panitera perkara atas


kesungguhan Majelis Hakim dalam memeriksa perkara ini secara fair trial, tanpa
memihak dengan dijiwai oleh suasana presumption of innocence (asas praduga tak
bersalah), sebagaimana yang dikehendaki dan diamanatkan oleh Undang-Undang.
Oleh karena itu kami percaya dan berharap Majelis Hakim tetap konsisten
menerapkan prinsip-prinsip penegakan keadilan pada saat menjatuhkan putusan
dalam perkara ini. Kami yakin Majelis Hakim akan dapat mengeluarkan putusan
secara bijaksana yang benar-benar dapat dibanggakan dan ungkan sebagaimana
tugas mulia mewujudkan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa di
tengah carut-marutnya dunia hukum di tanah air tercinta belakangan ini.

3. Demikian pula kami ucapkan terima kasih pada Jaksa Penuntut Umum yang telah
bekerja keras untuk melakukan pemeriksaan perkara ini dengan seksama dan
selalu menghadiri persidangan. Hormat kami kepada Jaksa Penuntut Umum yang
dengan sungguh-sungguh menjalani tugasnya dan telah mampu melanjutkan
tugas sampai dengan proses pembacaan tuntutan. Segala hal tersebut, kami
maknai sebagai sikap profesional Jaksa Penuntut Umum dalam menyelesaikan
permasalahan ini. Walaupun proses persidangan kerap kali diwarnai dengan
perdebatan sengit antara Penasihat Hukum dan Jaksa Penuntut Umum, namun
sidang berjalan dengan tertib, sopan dan tidak ada perbuatan yang saling
melecehkan atau menghina martabat pengadilan. Hal tersebut, tidak terlepas dari
kemampuan Majelis Hakim dalam mengatur jalannya persidangan.
4. Bahwa kami juga menyampaikan terima kasih pada TERDAKWA, saksi-saksi serta
hadirin pengunjung persidangan ini yang telah mengkuti jalannya persidangan
dengan tertib sehingga persidangan dapat berjalan dengan lancar.

5. Terima kasih kami ucapkan pula pada rekan-rekan media yang telah memberikan
perhatian pada proses persidangan ini dan memberitakan yang sebenar-benarnya
tanpa adanya penambahan atau pengurangan berita hanya demi kepentingan
rating semata, sehingga masyarakat tidak terjebak pada pemahaman-pemahaman
sesat akibat berita yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Semoga dengan disiarkannya persidangan ini dengan akurat, terpercaya dan
sesuai dengan fakta, masyarakat Indonesia akan melihat berita transparannya
persidangan di Indonesia sekarang.

Pledoi ini kami sampaikan dengan pertimbangan bahwa ada hal-hal prinsip yang perlu
kami sampaikan berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan dan demi
memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi Hak Asasi Manusia

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi Universal HAM (DUHAM), Pasal 14 (1)
Konvenan Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi menjadi Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 tentang Pengesahan Internasional Convenant on Civil and Political Rights
(Konvenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik), Pasal 27 (1), Pasal 28 D (1)
UUD 1945, Pasal 7 dan Pasal 8 TAP MPR No. XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia

Dimana semua orang adalah sama dimuka hukum dan tanpa diskriminasi
apapun serta berhak atas perlindungan hukum yang sama.

Nota Pembelaan (Pledoi) merupakan salah satu rangkaian dari due process of right yang
dianut di dalam sistem peradilan pidana Negara Indonesia. Pembacaan Nota Pembelaan
(Pledoi) ini mengingat penjelasan umum KUHAP butir ke 3 huruf c bahwa:

“Setiap orang ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka


sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan
hukum tetap”

Pengajuan Pleidoi yang kami buat ini, sama sekali tidak mengurangi rasa hormat kami
kepada Jaksa Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi dan juga pekerjaannya,
serta juga tidak semata-mata mencari kesalahan dari dakwaan maupun tuntutan Jaksa
Penuntut Umum atau menyanggah secara apriori dari materiil maupun formil dakwaan
dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Namun ada hal yang sangat fundamental untuk
dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara Jaksa Penuntut Umum demi tegaknya keadilan
sebagaimana semboyan yang selalu kita junjung bersama selaku penegak hukum yakni
Fiat Justitia Ruat Caelum yang berarti Sekalipun esok langit akan runtuh, meski dunia
akan musnah, atau walaupun harus mengorbankan kebaikan, keadilan harus tetap
ditegakkan

Penasihat hukum berharap bahwa apabila terdapat perbedaan pendapat antara Majelis
Hakim, Jaksa Penuntut Umum, dan Penasihat Hukum, hal itu adalah suatu hal yang wajar
dalam proses persidangan, jangan sampai demi “memenangkan” perdebatan ini kita
harus melupakan tujuan dari persidangan itu sendiri, yaitu menemukan kebenaran
materiil dan menegakkan keadilan.

Peradilan seperti inilah yang dikehendaki oleh sistem peradilan Indonesia dan sesuai
dengan hukum acara yang berlaku seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Berdasarkan hal tersebut di atas, izinkanlah kami menyampaikan Nota Pembelaan (Pledoi)
untuk dan atas nama TERDAKWA AQILA KANYANATASYA dengan identitas sebagai
berikut:
Nama Lengkap : AQILA KANYANATASYA
Tempat lahir : Kota Kisaran ;
Umur / tgl lahir : 21 tahun / 30 September 1998
Jenis kelamin : Perempuan;
Kebangsaan : Indonesia;
Alamat KTP : Jalan Kenangan No. 10, Kota Kisaran;
Agama : Hindu ;
Pekerjaan : Mahasiswa ;
Pendidikan : SMA;

Setelah membaca surat tuntutan Saudara Penuntut Umum dengan teliti dan
saksama, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyatakan tidak
sependapat dengan tuntutan Saudara Penuntut Umum. Oleh karena itu, kami akan
menguraikan ketidaksependapatan kami tersebut melalui Nota Pembelaan ini dengan
didasarkan pada fakta-fakta dalam persidangan. Penasihat Hukum berharap bahwa
Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, TERDAKWA dan Pengunjung sidang, dapat
mendengarkan dan memahami isi dari Pleidoi ini dan mendengarkan secara seksama isi
materi Pleidoi ini yang didahului dengan pendahuluan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN

\ FIAT JUSTITIA RUAT CAELUM

Let justice be done though the heaven should fall


“Sekalipun esok langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus
mengorbankan kebaikan, keadilan harus tetap ditegakkan”

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
TERDAKWA serta hadirin sidang yang kami hormati,

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan nikmat-
Nya, kami selaku Penasihat Hukum TERDAKWA diberi kesempatan untuk menyampaikan
Nota Pembelaan dalam ruang sidang yang dimuliakan ini. Dengan mengharap ridha-Nya,
kami berharap persidangan pada hari ini dapat berjalan lancar dan hikmat sehingga
memperoleh hasil yang berdasarkan pada keadilan dan kebenaran materiil yang hakiki
menurut-Nya. Tak lupa rasa hormat dan apresiasi tertinggi kami sampaikan kepada
Majelis Hakim Yang Mulia, yang telah memimpin jalannya proses persidangan dengan
tetap bersikap netral sehingga terciptanya proses persidangan yang khidmat dan adil.
Rasa hormat dan terima kasih pun kami sampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum karena
telah melaksanakan tugasnya secara baik. Adapun tujuan kami mengajukan pembelaan
ini adalah untuk memenuhi hak TERDAKWA sebagaimana diatur dalam Pasal 182 ayat
(1) huruf b Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menyatakan :
“Selanjutnya TERDAKWA atau Penasihat Hukum mengajukan Pembelaannya yang dapat
dijawab oleh Penuntut Umum, dengan ketentuan bahwa TERDAKWA atau Penasihat
Hukum selalu mendapat giliran yang terakhir”

Sebelum Tim Penasihat Hukum Terdakwa mengemukakan uraian fakta hukum maupun
Analisa Yuridis yang diperoleh dari seluruh rangkaian pemeriksaan di Persidangan, yang
meliputi : Pembacaan Surat Dakwaan, pemeriksaan saksi-saksi, pemeriksaan Terdakwa
dan pembacaan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, mohon perkenankan kami untuk
mengemukakan beberapa hal sebagai berikut :
A. Kitab Undang-undang Hukum Pidana antara lain yang dapat kami kutip
menjelaskan” Pasal 1 ayat (1) mengandung asas :
a. Hukum Pidana bersumber atau berdasar peraturan perundang-undangan yang
tersebut dalam peraturan yang tertulis, tidak dapat dan tidak boleh didasarkan
pada kebiasaan-kebiasaan (hukum yang tidak tertulis).
b. Ketentuan pidana (hukum pidana) tidak boleh berlaku surut.
c. Dilarang menggunakan analogi dalam penerapan hukum pidana.
(lihat dan bandingkan E.Y Kanter, SH – S.R Sianturi, SH – Asas-asas Hukum Pidana
di Indonesia dan Penerapannya, penerbit Alumni AHM PT. HJM, Jakarta 1982,
halaman 70). (Bandingkan pula dengan Prof. Mr. G.A. van Hamel – Inleiding tot de
studie van het Nederlanse Strafrecht, De Erfan F. Bohn, Haarlem, Gebr, Belinfante,
s’Sravenhage, 1927, Halaman 124, 1333, 130)
B. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 5 Undang-undag Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, tersirat bahwa dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus memenihi syarat :
a. Lex Scripta (tertulis)
b. Lex Certa (pasti/jelas)
c. Tidak Multi Tafsir

Dari dua dasar hukum sebagaimana Tim Penasihat Hukum kemukakan di atas, dalam
hukum pidana dikenal tiga asas yaitu tertulis, pasti, dan tidak multi tafsir. Dengan
demikian hukum kebiasaan dan hukum yang tidak tertulis tidak dapat dijadikan dasar dan
pedoman dalam penerapan hukum pidana (hukum acara pidana)

Majelis Hakim Yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati.

Kami percaya bahwa Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum maupun kami Para Penasihat
Hukum sangat mencintai profesinya, akan tetapi pasti tidak memusuhi ketentraman dan
kebahagiaan masyarakat. TERDAKWA yang merupakan masyarakat dan warga negara
Indonesia, sehingga sebagaimana kita, juga mencintai akan ketentraman dan
kebahagiaan, oleh karena itu TERDAKWA pun serasa dengan kita, paling tidak di dalam
kehendak menikmati ketentraman dan kedamaian tersebut. Kiranya kita semua dalam
persidangan ini telah memahami tugas dan posisi kita masing-masing dalam menegakkan
hukum dan keadilan. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Mr. Trapman dalam
“juristen Congress” yang antara lain disebutkan bahwa posisi Penasihat Hukum adalah
“Subjectieve beoordeling van een objectieve positive”, maka sekalipun dalam hal
ini Tim Penasihat Hukum berada dalam pihak TERDAKWA dalam rangka membela hak
dan kepentingannya namun kami akan berusaha seoptimal mungkin (bersama-sama
dengan aparat penegak hukum yang lain) untuk mencari dan mengungkap
kebenaran materiil untuk menegakkan hukum dalam arti luas.

Kami berharap dalam menghadapi proses menuntut, membela dan mengadili kasus
perkara klien kami yaitu TERDAKWA AQILA KANYANATASYA ini, ada kesamaan tekad
untuk bersama-sama mencari dan menggali kebenaran materiil dari kasus ini, bukan
terpampang dan berseluk beluk pada masalah-masalah verbal dan komunitas belaka.
Dengan kata lain jangan terpaku pada proses logis belaka melalui subsumpsi dari fakta-
fakta pada ketentuan Undang-undang, akan tetapi penyebaran dan penilaian hakiki dari
pada fakta yang terungkap.

Menurut Prof. Moeljatno, S.H seorang Jaksa Penuntut Umum bagaikan garuda yang
mencengkram mangsanya dan tidak akan pernah melepaskannya lagi. Sehingga tidak
lupa kami ucapkan terima kasih sekali lagi pada Jaksa Penuntut Umum yang telah
berusaha semaksimal mungkin untuk berupaya membuktikan kebenaran dalam perkara
ini.

Apabila terdapat perbedaan pendapat antar Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, dan
Penasihat Hukum, hal itu adalah suatu hal yang wajar dalam proses persidangan, jangan
sampai demi “memenangkan” perdebatan ini kita harus melupakan tujuan dari
persidangan itu sendiri, yaitu menemukan kebenaran dan menegakkan keadilan. Hal ini
juga berkesesuaian dengan doktrin Taverne:
“Hakim bertolak dari hal-hal yang objektif menuju kepada kesimpulan yang subjektif,
Jaksa Penuntut Umum bertolak dari pemikiran yang subjektif ke kesimpulan yang objektif,
sedangkan Penasihat Hukum bertolak dari pemikiran yang subjektif untuk sampai pada
kesimpulan yang subjektif pula”

Jadi Nota Pembelaan (Pleidoi) ini adalah salah satu alat peradilan untuk membantu Majelis
Hakim yang Terhormat untuk sampai pada suatu keyakinan dan dengan keyakinan bahwa
kesalahan atas suatu perbuatan dapat ditentukan secara benar, adil, dan baik bagi
TERDAKWA, serta bagi korban dan masyarakat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjelasan umum KUHAP butir c merupakan suatu
manifestasi dari Asas Presumption of Innocence (praduga tidak bersalah), yang mana hal
tersebut otomatis berlaku pula bagi TERDAKWA AQILA KANYANATASYA, sehingga
berdasarkan Pasal 182 ayat (1) butir b KUHAP, bahwa TERDAKWA dan pembelanya
berhak mengajukan pembelaannya.

Kita sebagai penegak hukum perlu adanya ketelitian serta keyakinan, terutama bagi
Majelis Hakim yang terhormat. Sehingga dalam putusannya nanti kami sebagai bagian
dari penegak hukum tidak semata-mata berpedoman pada apa yang tersurat dalam
Tuntutan Jaksa, akan tetapi lebih banyak bersandarkan pada hasil pemeriksaan di dalam
persidangan serta keyakinan Majelis Hakim sendiri. Tetapi kami selaku Penasihat Hukum
TERDAKWA yakin dan percaya, bahwa Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini benar-
benar mempelopori diterapkannya sistem negative wettelijk dalam pemeriksaan perkara
pidana, sehingga kebenaran materiil benar-benar dapat dicapai.

Sidang yang kami muliakan,


Tujuan dari peradilan adalah menemukan kebenaran obyektif (Objective Truth) dengan
melindungi Hak-Hak Asasi TERDAKWA dan mencegah orang yang tidak bersalah dijatuhi
pidana. Hakim investigasi merupakan lembaga yang dimaksudkan untuk mewujudkan
tujuan peradilan tersebut. Menurut pendapat kami, lembaga hakim investigasi sudah
saatnya diimplementasikan wewenang dari hakim investigasi dalam mengawasi tindakan
dan diskresi yang dimiliki aparat penegak hukum, meliputi polisi, Jaksa, Pengadilan, LP
dan Advokat. Hakim investigasi memiliki wewenang untuk memeriksa aparat penegak
hukum yang diduga melakukan pelanggaran HAM terhadap Tersangka, TERDAKWA, dan
Terpidana. Disamping memliki wewenang melakukan pemeriksaan terhadap TERDAKWA
yang dilanggar HAM-nya, saksi-saksi, dan bukti-bukti, hakim investigasi juga diberi
wewenang untuk memberi perintah penahanan, penggeledahan, dan upaya paksa lain
(coercive measures)

Hakim investigasi berbeda dengan trial judges (hakim yang menyidangkan perkaranya)
dapat mencegah suatu penuntutan yang sewenang-wenang, tuntutan yang didasari oleh
alasan-alasan pribadi atau alasan-alasan balas dendam. Penuntutan yang demikian itu
disebut Malice Prosecution yaitu penyalahgunaan penuntutan (Abuse of Presocuton) yang
tidak dibenarkan oleh hukum. Dengan dibentuknya hakim investigasi, maka akan tercapai
hukum acara yang baik (due process of law atau behoorlijk strafprossrecht).

Secara umum Sistem Peradilan Pidana bertujuan untuk menghukum mereka yang
bersalah melakukan kejahatan. Kegagalan dalam menegakkan hukum terjadi jika seorang
yang tidak bersalah dihukum atau sebaliknya orang yang bersalah tidak dihukum. Untuk
menekan kemungkinan terjadinya kegagalan, maka SPP menerapkan prosedur upaya
paksa (dwang middelen) yang seimbang. Prosedur ini bertujuan untuk melindungi Hak
Asasi Manusia orang yang tidak bersalah dan juga melindungi hak-hak asasi TERDAKWA
yang bersalah nama baiknya. Keterbatasan tersebut menurut George Sher, terjadi
karena betapapun sempurnanya SPP, sistem tersebut secara terus-menerus tidak
mungkin akan memuaskan rasa keadilan masyarakat.

Upaya paksa adalah suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan peraturan yang berlaku.
Tindakan hukum ini dapat mengurangi dan membatasi hak asasi seseorang, seperti antara
lain penyelidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, dan
pemeriksaan surat. Artinya apabila aparat penegak hukum melaksanakan tindakan hukum
dengan tidak berdasarkan hukum, maka tindakan itu pasti merupakan pelanggaran HAM.

Sebagaimana telah kita sama-sama ketahui, KUHAP telah menempatkan tersangka atau
TERDAKWA dalam posisi his entity and dignity as a human being, yang harus
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Dalam pelaksanaan penegakan
hukum, hak-hak asasi manusia yang melekat pada diri tersangka atau TERDAKWA yang
harus dijunjung antara lain:

1. Persamaan hak dan kedudukan serta kewajiban di hadapan hukum


Baik tersangka, TERDAKWA, maupun aparat penegak hukum adalah sama-sama
warga negara yang mempunyai hak, kedudukan, dan kewajiban yang sama di hadapan
hukum, yakni sama-sama bertujuan mencari dan mewujudkan kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu siapapun harus diperlakukan sama tanpa diskriminasi dalam perlakuan
dan perlindungan hukum. Setiap orang, apakah dia Tersangka atau TERDAKWA,
berhak mendapatkan perlindungan hukum tanpa adanya diskriminasi (entitled without
any discrimination to equal protection of the law).

2. Praduga tak bersalah


Setiap orang harus dianggap tidak bersalah sampai kesalahannya dibuktikan dalam
sidang pengadilan yang bebas dan jujur di muka umum. Hak asasi inilah yang menjadi
salah satu prinsip dalam penegakan hukum yang diamanatkan KUHAP yakni:
- Presumption of innocence atau praduga tak bersalah.
- Kesalahan seseorang harus dibuktikan dalam pengadilan yang berimbang atau
fair trial dan tidak memihak (impartiality).
- Persidangan harus terbuka untuk umum.
- Persidangan harus dilakukan tanpa campur tangan dari pemerintah atau
kekuasaan sosial politik manapun. TERDAKWA harus diadili dalam suatu
peradilan yang mengemban independent judicial power encroachnebts by
government or political parties.

3. Penangkapan atau penahanan harus didasarkan bukti permulaan yang


cukup.
Wewenang aparat penegak hukum dalam melakukan penangkapan dan penahanan
harus dibatasi dan didasarkan pada bukti permulaan yang cukup. Penangkapan tidak
bisa didasarkan pada selera dan sikap masa bodoh aparat penegak hukum.

4. Hak mempersiapkan pembelaan secara dini.


KUHAP memberikan kebebasan kepada tersangka atau TERDAKWA untuk didampingi
Penasihat Hukum dalam setiap tingkat pemeriksaan mulai dari tingkat penyelidikan.
Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai KUHAP dapat diketahui dari konsideran
huruf c KUHAP:
“Pembangunan hukum nasional yang demikian itu dalam bidang Hukum Acara
Pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya dan untuk
meningkatkan pembinaan sikap para pelaksanaan penegak hukum sesuai dengan
fungsi dan wewenang masing-masing; ke arah tegaknya hukum, keadilan dan
perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta
kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945”.

Berdasarkan hal tersebut, terkandung empat hak seorang TERDAKWA, yaitu :


1. Hak untuk diam dan menolak untuk menjawab pertanyaan polisi sebelum diperiksa
oleh penyidik ;
2. Hak untuk menghubungi Penasihat Hukum dan mendapatkan bantuan hukum dari
Penasihat Hukum/Advokat yang bersangkutan ;
3. Hak untuk memiliki sendiri Penasihat Hukumnya/Advokat ;
4. Hak untuk disediakan Penasihat Hukum jika Tersangka tidak mampu menyediakan
Penasihat Hukum/Advokat sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dalam proses peradilan pidana, kami sebagai Penasihat
Hukum sudah sepatutnya melakukan pembelaan dengan memberikan bantuan hukum
kepada TERDAKWA. Advokat memiliki peranan penting dalam membela dan melindungi
kepentingan hak-hak kebebasan fundamental dari para pencari keadilan termasuk hak
TERDAKWA. Oleh karena itu, kami memohon kepada Majelis Hakim untuk memeriksa
dan mengadili perkara a quo dengan kearifan dan kebijaksanaannya, serta turut
mempertimbangkan Pembelaan yang telah kami susun untuk memberikan keputusan
yang adil agar memperoleh suatu kebenaran yang hakiki demi terwujudnya penegakan
hukum di negara ini.

“Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan


mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata,
maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak,
sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang objektif oleh Hakim yang
jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.”

Pasal 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI


MANUSIA
Demi menegakan keadilan tanpa diskriminasi sebagaimana yang diamanatkan dalam
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, kami selaku
Penasihat Hukum TERDAKWA berupaya menjamin hak asasi dan penegakan hukum
terhadap TERDAKWA telah dijalankan sebagaimana mestinya. Hal ini berlandaskan
ketentuan sebagai berikut :
“Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada
kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”

PASAL 14 UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT


“Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturan perundang-undang”

PASAL 15 UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT


Sebelum membahas pokok Pembelaan lebih dalam, adanya baiknya kami menyampaikan
ringkasan Pembelaan lebih dalam, ada baiknya kami menyampaikan ringkasan Pembelaan
terlebih dahulu. Ringkasan ini bertujuan untuk memudahkan Majelis Hakim dalam
memahami bacaan Pembelaan kami. Kami Selaku Penasihat Hukum TERDAKWA ingin
menyampaikan mengenai ikhtisar keseluruhan Pembelaan.

Bahwa setelah melalui proses pembuktian, hingga pada saat ini kami meyakini proses
pembuktian, AQILA KANYANATASYA tidak terbukti melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan yang diatur dalam Dakwaan Primair Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat (1)
ke (1) KUHP. Atau dakwaan Subsidair Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke (1) KUHP.

Bahwa setelah melalui proses pembuktian, hingga pada saat ini kami meyakini proses
pembuktian Terbukti bahwa TERDAKWA mengidap penyakit gangguan jiwa Major
Depressive Disorder (MDD) berdasarkan surat diagnosa kesehatan jiwa Visum et
rapertum Pskiatrikum sah yang telah dilakukan oleh Psikiater Pribadi TERDAKWA atas
nama ADINDA WINDARI KAELAN yang diakui secara hukum oleh Ikatan Psikolog Klinis
Indonesia.
• Terbukti bahwa TERDAKWA tidak melakukan tindak pembunuhan tersebut dalam
keadaan sadar karena keadaan psikosis TERDAKWA yang membuatnya tidak dapat
mengendalikan diri atas apa yang diperbuatnya.

• Terbukti bahwa Tuntutan dari Penuntut Umum atas tindakan TERDAKWA dalam
tindak pidana pembunuhan berencana ini adalah sebuah tuduhan tanpa dasar dan
bukti kuat karena keterangan.
Judex debet judicare secundum allegata et probata

Seorang hakim harus memberikan penilaian berdasarkan fakta-fakta dan pernyataan.

BAB II
DAKWAAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan.


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Hadirin Sidang Yang Kami Hormati.
Pada persidangan sebelumnya telah dibacakan Surat Dakwaan yang ditujukan kepada
saudari AQILA KANYANATASYA dalam perkara A quo, TERDAKWA AQILA
KANYANATASYA telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum di muka persidangan
dengan Dakwaan Subsidair sebagai berikut :

PRIMAIR

--------- Bahwa ia TERDAKWA bernama AQILA KANYANATASYA bersama-sama dengan


BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah), pada tanggal 21
Oktober 2018 sampai dengan tanggal 22 Oktober 2018 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu
tertentu pada bulan Oktober 2018, bertempat di kediaman KORBAN yang beralamat di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Malang yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini,
mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan dengan
sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain. Perbuatan tersebut
dilakukan TERDAKWA dengan cara-cara antara lain sebagai berikut :-------------------------------

- Bahwa berawal pada tanggal 5 Oktober 2018, KORBAN yang merupakan teman
TERDAKWA menyebarkan rumor buruk terkait TERDAKWA, sehingga TERDAKWA
merasa sakit hati dan berencana untuk membunuh KORBAN.
- Bahwa pada hari yang sama pukul 14.10 WIB, TERDAKWA menuliskan keinginan dan
rencananya untuk membunuh KORBAN di dalam buku hariannya, dengan ini terlampir,
“Hari ini aku kesel banget, karena Tasya udah bikin namaku jelek di depan banyak orang.
Jelas aku gak terima dong! Enak aja Tasya bisa giniin aku! Habis ini aku bakal kirim kamu
ke liang lahat. Tunggu aja tanggal mainnya!”
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 7 Oktober 2018, TERDAKWA mengakses aplikasi
pencarian Google dengan riwayat pencarian dangan kata kunci “Hal hal yang
mengakibatkan kematian”.
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2018, TERDAKWA kembali diberikan
perlakuan yang kasar oleh KORBAN, BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah), AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA berupa
kekerasan fisik dan cacian di depan umum karena TERDAKWA tidak mengindahkan
perintah KORBAN untuk mengerjakan tugas tugasnya.
- Bahwa pada hari Kamis tanggal 11 Oktober 2018 pukul 12.00 WIB, TERDAKWA pergi
ke Mini Market Bravo yang berlokasi di Jalan Diponegoro No. 1 Kota Malang untuk
membeli sebilah silet, dan sepotong tali tampar yang akan digunakannya untuk
melancarkan rencana pembunuhannya pada KORBAN.
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2018 bertempat di kantin Fakultas Kedokteran
Universitas Reformasi, yang berlokasi di Jalan Tower Ebola no. 69, Kota Malang pada
sekitar pukul 11.00 WIB atau waktu waktu lain, TERDAKWA ditampar oleh KORBAN
sebanyak dua kali dikarenakan TERDAKWA secara tidak sengaja menumpahkan
makanan, sehingga mengotori baju KORBAN.
- Bahwa pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018, KORBAN terlibat pertikaian, sehingga
menyebabkan putusnya hubungan dengan kekasihnya, BENNY APRIRIO SETIAWAN
(dilakukan penuntutan secara terpisah). Mendengar kabar tersebut, TERDAKWA
berencana untuk melibatkan BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah) dalam rencananya untuk membunuh KORBAN.
- Bahwa pada hari Jum’at tanggal 20 Oktober 2018 pukul 18.00 WIB, TERDAKWA
menemui BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) di Café
Illuminati yang berlokasi di Jalan Paradede No.666, Kota Malang untuk menyampaikan
rencananya untuk membunuh KORBAN.
- Bahwa pada hari yang sama, BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah) menyetujui rencana TERDAKWA dan berniat untuk membantu
TERDAKWA dalam melancarkan rencananya dengan meminjamkan mobil Range Rover
Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP miliknya dan memberikan
TERDAKWA satu strip obat tidur berjenis Alprazolam serta memberitahukan agenda
pesta private yang akan dihadiri oleh KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA
RAFSANZHA yang diselenggarakan di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober 2018 mendatang.
- Adapun rencana TERDAKWA adalah sebagai berikut :
1. TERDAKWA menghadiri pesta di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober 2018 dengan mobil yang
dipinjamkan oleh BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah).
2. TERDAKWA membuatkan minuman yang akan dicampurnya dengan obat bius
berjenis Alprazolam dan akan diberikan kepada KORBAN, AMALIA ERIKA dan
EKA RAFSANZHA agar kondisi menjadi kondusif untuk melancarkan aksinya.
3. TERDAKWA membawa KORBAN ke tempat yang sepi
4. TERDAKWA akan membunuh KORBAN dengan mengikatnya lalu mengiris urat
nadi bagian tangan kanan
- Bahwa pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2018 pukul 22.00 WIB, TERDAKWA
menghadiri pesta di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan Jembawan No. 2, Kota
Malang dengan mengendarai mobil Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan
nomor polisi B 666 RFP milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah).
- Bahwa pada hari yang sama, TERDAKWA mulai melancarkan aksinya pada pukul 23.00
WIB dengan mecampurkan obat tidur berjenis Alprazolam ke dalam minuman peserta
pesta. Sehingga, pada pukul 23.30 WIB, KORBAN, AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSANZHA mulai tidak sadarkan diri.
- Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA menyeret KORBAN yang
tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan
nomor polisi B 666 RFP milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah) yang halaman rumah KORBAN lalu mengikat tangan dan kaki korban
dengan sepotong tali tampar, kemudian TERDAKWA menyayat bagian urat nadi tangan
kanan KORBAN dengan menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN
hingga kehilangan banyak darah.
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) berusaha menghubungi
TERDAKWA melalui telepon dan pesan singkat Whatsapp, namun tidak mendapat
jawaban dari TERDAKWA.
- Bahwa pada hari yang sama pukul 09.15 WIB, BENNY APRIRIO SETIAWAN
(dilakukan penuntutan secara terpisah) memutuskan untuk pergi ke rumah KORBAN yang
berlokasi di Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang. Sesampainya di rumah KORBAN,
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) melihat mobil
miliknya masih terpakir di halaman rumah KORBAN lalu BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) menghampiri mobilnya dan melihat
KORBAN yang sudah bersimbah darah.
- Bahwa pada hari yang sama pukul 09.30, BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah) menghubungi pihak RS Citra Medika beralamat di Jalan Kuda
Menari No. 458 yang tidak jauh dari kediaman korban.

-------- Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 jo. Pasal
55 ayat (1) ke (1) KUHP.---------------------------------------------------------------------------------------

ATAU

SUBSIDAIR

--------- Bahwa ia TERDAKWA bernama AQILA KANYANATASYA bersama-sama dengan


BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah), pada tanggal 21
Oktober 2018 sampai dengan tanggal 22 Oktober 2018 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu
tertentu pada bulan Oktober 2018, bertempat di kediaman KORBAN yang beralamat di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Malang yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini,
mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan dengan
sengaja merampas nyawa orang lain. Perbuatan tersebut dilakukan TERDAKWA dengan cara-
cara antara lain sebagai berikut :-------------------------------------------------------------------------------

- Bahwa berawal pada tanggal 5 Oktober 2018, KORBAN yang merupakan teman
TERDAKWA menyebarkan rumor buruk terkait TERDAKWA, sehingga TERDAKWA
merasa sakit hati.
- Bahwa pada hari yang sama pukul 14.10 WIB, TERDAKWA menuliskan keinginan dan
rencananya untuk membunuh KORBAN di dalam buku hariannya, dengan ini terlampir,
“Hari ini aku kesel banget, karena Tasya udah bikin namaku jelek di depan banyak orang.
Jelas aku gak terima dong! Enak aja Tasya bisa giniin aku! Habis ini aku bakal kirim kamu
ke liang lahat. Tunggu aja tanggal mainnya!”
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2018, KORBAN, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah), AMALIA ERIKA, dan EKA
RAFSANZHA melakukan kekerasan fisik berupa pemukulan dan cacian di depan umum
kepada TERDAKWA dikarenakan TERDAKWA tidak mengindahkan perintah
KORBAN untuk mengerjakan tugas tugasnya.
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2018 bertempat di kantin Fakultas Kedokteran
Universitas Reformasi, yang berlokasi di Jalan Tower Ebola no. 69, Kota Malang pada
sekitar pukul 11.00 WIB atau waktu waktu lain KORBAN kembali melakukan kekerasan
fisik dengan menampar TERDAKWA sebanyak dua kali dikarenakan TERDAKWA
menumpahkan makanan pada KORBAN.
- Bahwa pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018, TERDAKWA mendengar kabar tentang
putusnya hubungan KORBAN dengan BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah).
- Bahwa pada hari Jum’at tanggal 20 Oktober 2018 pukul 18.00 WIB, TERDAKWA
menemui BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) di Café
Illuminati yang berlokasi di Jalan Paradede No.666, Kota Malang untuk menyampaikan
kekesalannya dan keinginannya untuk membunuh KORBAN.
- Bahwa pada hari yang sama, BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah) berniat untuk membantu TERDAKWA dengan meminjamkan mobil
Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP miliknya dan
memberikan TERDAKWA satu strip obat tidur berjenis Alprazolam serta memberitahukan
agenda pesta private yang akan dihadiri oleh KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA
RAFSANZHA yang diselenggarakan di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober 2018 mendatang.
- Bahwa pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2018 pukul 22.00 WIB, TERDAKWA
menghadiri pesta di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan Jembawan No. 2, Kota
Malang dengan mengendarai mobil Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan
nomor polisi B 666 RFP milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah).
- Bahwa pada hari yang sama, TERDAKWA mulai melancarkan aksinya pada pukul 23.00
WIB dengan mecampurkan obat tidur berjenis Alprazolam ke dalam minuman peserta
pesta. Sehingga, pada pukul 23.30 WIB, KORBAN, AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSANZHA mulai tidak sadarkan diri.
- Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA menyeret KORBAN yang
tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan
nomor polisi B 666 RFP milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah) yang halaman rumah KORBAN lalu mengikat tangan dan kaki korban
dengan sepotong tali tampar, kemudian TERDAKWA menyayat bagian urat nadi tangan
kanan KORBAN dengan menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN
hingga kehilangan banyak darah.
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) berusaha menghubungi
TERDAKWA melalui telepon dan pesan singkat Whatsapp, namun tidak mendapat
jawaban dari TERDAKWA.
- Bahwa pada hari yang sama pukul 09.15 WIB, BENNY APRIRIO SETIAWAN
(dilakukan penuntutan secara terpisah) memutuskan untuk pergi ke rumah KORBAN yang
berlokasi di Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang. Sesampainya di rumah KORBAN,
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) melihat mobil
miliknya masih terpakir di halaman rumah KORBAN lalu BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) menghampiri mobilnya dan melihat
KORBAN yang sudah bersimbah darah.
- Bahwa pada hari yang sama pukul 09.30, BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah) menghubungi pihak RS Citra Medika beralamat di Jalan Kuda
Menari No. 458 yang tidak jauh dari kediaman korban.
-------- Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat
(1) ke (1) KUHP.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
TUNTUTAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan.


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Hadirin Sidang Yang Kami Hormati.

Pada persidangan sebelumnya telah dibacakan Tuntutan yang ditujukan kepada saudari
AQILA KANYANATASYA telah dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum. Dalam Surat
Tuntutan dengan Nomor Register Perkara PDM-130/MLG/Eoh.2/08/2018 Penuntut Umum
memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang untuk memeriksa dan
mengadili perkara ini untuk memutuskan :
1. Menyatakan TERDAKWA AQILAH KANYANATASYA terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-
1 KUHP.
2. Menjatuhkan pidana kepada TERDAKWA AQILAH KANYANATASYA selama 17
(Tujuh Belas) tahun penjara dikurangi selama TERDAKWA berada di dalam tahanan
dengan perintah TERDAKWA tetap ditahan dan denda sebanyak Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar
maka diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan.
3. Menyatakan barang bukti :
1. 1 (satu) buah foto Mobil merk Range Rover Vogue LWB berwarna hitam
dengan plat nomor polisi B 666 RFP
2. 1 (satu) buah silet
3. 1 (satu) bungkus obat tidur Alprazolam.
4. 1 (satu) buah tali tampar sepanjang 2 (dua) meter
5. 1 (satu) buah kertas nota pembelian silet dan tali tampar
6. 1 (satu) buah gaun pesta
7. 1 (satu) buah kuncil mobil merk Range Rover Vogue LWB berwarna hitam
dengan plat nomor polisi B 666 RFP
8. 1 (satu) buah buku diary
9. 1 (buah) tangkapan layar yang berisi percakapan antara BENNY APRIRIO
SETIAWAN dan TERDAKWA

DITANGGUHKAN UNTUK DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT BUKTI DI PERSIDANGAN


LAIN ATAS PERKARA TERDAKWA BENNY APRIRIO SETIAWAN.

4. Membebani TERDAKWA untuk membayar biaya perkara sebesar Rp5.000,00 (lima


ribu rupiah).

BAB IV
FAKTA-FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan.


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Hadirin Sidang Yang Kami Hormati.

Kami Penasihat Hukum AQILA KANYANATASYA sebelum menyampaikan pokok-


pokok dari Nota Pembelaan, alangkah baiknya kami sampaikan ringkasan keterangan
saksi-saksi selama proses persidangan berlangsung. Hal ini menjadi urgent karena
terdapat perbedaan yang signifikan antara keterangan saksi di persidangan dengan yang
diungkapan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam risalah Tuntutannya. Selain itu, keterangan
saksi di persidangan merupakan alat bukti yang sah, dan keterangan saksi yang
mempunyai nilai pembuktian ialah keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan
pada Pasal 1 angka 27 KUHAP yaitu sebagai berikut:
a) saksi dengar sendiri;
b) saksi lihat sendiri
c) saksi alami sendiri
d) menyebut alasan dari pengetahuannya.

Mengingat bahwa fakta-fakta dalam persidangan telah dicatat dalam Berita Acara
Sidang yang dibuat oleh saudara Panitera Pengganti sepanjang mengenai fakta-fakta
yang terungkap di Persidangan maka adalah bagian dari Pleidoi atau pembelaan yang
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Pada proses pemeriksaan saksi dan TERDAKWA dalam persidangan yang kami
muliakan ini, Saudara Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan sebanyak 3 (tiga) orang
saksi dan 2 (dua) orang Ahli. Adapun pokok-pokok keterangan dari saksi dan ahli adalah
sebagai berikut :
• KETERANGAN SAKSI-SAKSI
SAKSI A CHARGE
KETERANGAN SAKSI I
1. DARMILA
Saksi yang bernama DARMILA, Perempuan, Umur 19 tahun, lahir di Singapura, agama
Islam, Warga Negara Indonesia, alamat Orchard Road No 2, Singapura, Lampung

di sidang Pengadilan memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agama Islam,


yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa pemeriksaan keterangan saksi dalam persidangan dilakukan secara
tertutup;
• Bahwa Saksi didampingi BAPAS;
• Bahwa Saksi dalam keadaan yang sehat;
• Bahwa Saksi merupakan Asisten Rumah Tangga (ART) KORBAN.
• Bahwa Saksi bekerja dengan korban sejak 1 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun
2017;
• Bahwa Saksi berada di kediaman KORBAN yang beralamat di Jalan Jembawan No.
2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober – 22 Oktober 2018;
• Bahwa Saksi mengetahui saat itu tanggal 21 Oktober, KORBAN mengadakan pesta
private guna merayakan hari jadi yang ke-2 Geng Sosialita KORBAN;
• Bahwa Saksi melihat teman teman KORBAN, diantaranya AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSHANZA datang pada pukul 20.00 WIB;
• Bahwa Saksi tidak melihat adanya BENNY APRIRIO SETIAWAN dalam pesta yang
diadakan KORBAN;
• Bahwa Saksi melihat TERDAKWA datang ke pesta pada pukul 22.00 WIB;
• Bahwa Saksi melihat TERDAKWA menuju kearah dapur untuk membuatkan
KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA minuman;
• Bahwa Saksi melihat TERDAKWA mencampurkan sesuatu pada beberapa gelas
minuman yang ia buat;
• Bahwa Saksi melihat KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA tertidur
sekitar pukul 23.30 WIB;
• Bahwa Saksi melihat TERDAKWA pulang dengan tergesa gesa sekitar pukul 01.00
WIB tanpa membawa mobil yang sedari awal dikendarai oleh TERDAKWA saat
datang ke pesta yang diadakan KORBAN;
• Bahwa Saksi tidak tahu menahu apa yang dicampurkan TERDAKWA ke dalam
minuman KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSHANZA;
• Bahwa Saksi mengira sesuatu yang dicampurkan TERDAKWA adalah gula, maka
dari itu Saksi tidak menaruh curiga kepada TERDAKWA;

Tanggapan TERDAKWA :
Bahwa TERDAKWA menolak semua keterangan yang disampaikan oleh DARMILA.

KETERANGAN SAKSI II
2. BENNY APRIRIO SETIAWAN
Saksi yang bernama BENNY APRIRIO SETIWAN., Laki-laki, Umur 21 tahun, lahir di Bandar
Lampung, agama Kristen Protestan, Warga Negara Indonesia, alamat Jalan W.A Rahman
No 77, Batu Putuk, Kec. Tlk. Betung Utara, Kota Bandar Lampung, Lampung di sidang
Pengadilan memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agama Kristen Protestan,
yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa Saksi dalam keadaan yang sehat;
• Bahwa Saksi mengenal TERDAKWA ;
• Bahwa Saksi tidak mempunyai hubungan darah dengan TERDAKWA ;
• Bahwa Saksi mengaku terlibat dalam perkara a quo :
• Bahwa Saksi terlibat dalam perkara yang sama dengan TERDAKWA karena memiliki
motif sakit hati dengan KORBAN;
• Bahwa Saksi menerangkan yang terlibat dalam perkara ini hanya TERDAKWA dan
Saksi;
• Bahwa Saksi bertemu dengan TERDAKWA pada tanggal 20 Oktober 2018 di Café
Illuminati yang berlokasi di Jalan Paradede No.666, Kota Malang;
• Bahwa Saksi menerangkan dalam pertemuan tersebut, TERDAKWA menceritakan
rencana pembunuhannya terhadap KORBAN;
• Bahwa Saksi menerangkan rencana tersebut akan dilakukan TERDAKWA dengan
menyayat nadi KORBAN menggunakan silet;
• Bahwa Saksi meminjamkan mobilnya kepada TERDAKWA dengaan tujuan
TERDAKWA bisa melarikan diri setelah melancarkan aksinya;
• Bahwa Saksi tidak mengetahui pembunuhan tersebut akan dilakukan di dalam
mobil;
• Bahwa benar Mobil yang menjadi TKP adalah Mobil atas nama Saksi;
• Bahwa Saksi menerangkan, yang membawa mobil itu saat kejadian adalah
TERDAKWA;
• Bahwa Saksi menerangkan alasan Saksi meminjamkan Mobil tersebut kepada
TERDAKWA didasari motif dendam kepada KORBAN yang telah berselingkuh dari
Saksi;
• Bahwa benar Saksi memberitahu alamat rumah KORBAN kepada TERDAKWA;
• Bahwa benar TERDAKWA tidak pernah menyuruh Saksi untuk ikut dalam rencana
tersebut;
• Bahwa benar Saksi yang berinisiatif untuk membantu TERDAKWA dalam
melancarkan rencananya;

Tanggapan TERDAKWA :
Bahwa TERDAKWA menerangkan bahwa semua jawaban yang disampaikan BENNY
APRIRIO SETIAWAN atas pertanyaan dari Jaksa Penuntut Umum tidaklah benar dan
merupakan kebohongan.

KETERANGAN SAKSI III


3. RATNA TEROMPET, S.E.
Saksi yang bernama RATNA TEROMPET, S.E.. Perempuan, Umur 29 tahun, lahir di Bandar
Lampung, agama Katholik, Warga Negara Indonesia, alamat Jalan Tamin, Pasir Gintung
NO 12, Kec. Tj. Karang Pusat Bandar Lampung, Lampung di sidang Pengadilan
memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agama Katholik, yang pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut :
• Bahwa Saksi dalam keadaan yang sehat ;
• Bahwa Saksi tidak mengenal TERDAKWA ;
• Bahwa Saksi tidak mempunyai hubungan keluarga dengan TERDAKWA;
• Bahwa Saksi memiliki hubungan keluarga dengan KORBAN namun tidak memiliki
hubunngan darah dengan KORBAN;
• Bahwa Saksi adalah orangtua angkat dari KORBAN;
• Bahwa Saksi adalah pelapor dari tindak pidana ini ;
• Bahwa Saksi mengetahui kabar meninggalnya KORBAN melalui telepon dari pihak
Rumah Sakit Citra Medika;
• Bahwa benar Pihak Rumah Sakit Citra Medika menghubungi Saksi pada pukul 10.15
WIB;
• Bahwa Saksi berada di Jakarta saat kabar tersebut didengar Saksi;
• Bahwa benar Saksi melapor pada POLRESTA Jakarta Barat saat mendengar kabar
pembunuhan yang terjadi pada KORBAN;
• Bahwa Saksi mengetahui adanya hubungan yang kurang baik antara KORBAN dan
TERDAKWA;
• Bahwa Saksi mengetahui akan diadakannya pesta pada tanggal 21 Oktober yang
akan diadakan oleh KORBAN dengan tujuan memperingati hari jadi Geng
Sosialitanya;
• Bahwa Saksi mengetahui teman teman korban yang akan mengahadiri pesta
tersebut karena KORBAN sudah memberitahu Saksi akan siapa siapa saja yang
akan datang pada pesta tersebut;
• Bahwa benar Saksi tidak mengetahui bahwa TERDAKWA akan datang pada pesta
tersebut;
• Bahwa Saksi mengetahui sikap KORBAN yang kurang baik pada semua orang saat
berada di Malang;
• Bahwa Saksi tidak mengetahui perihal nilai akademik KORBAN yang bermasalah di
kampus;

Tanggapan TERDAKWA :
Bahwa TERDAKWA menolak semua keterangan yang disampaikan oleh RATNA
TEROMPET.

KETERANGAN AHLI I
AHLI FORENSIK
1. dr. Antonio Gelael, Sp.F
Ahli yang bernama dr. Antonio Gelael, Sp.F, Laki-laki, umur 36, lahir di Surabaya,
pekerjaan Dokter Forensik, agama Islam, Warga Negara Indonesia, alamat Jalan
Bondowoso No. 14 Kec. Klojen, Kota Malang, di sidang Pengadilan memberikan
keterangan di bawah sumpah menurut agama Katolik, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
• Bahwa Ahli dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
• Bahwa Ahli telah dihadirkan sebanyak 5 kali di persidangan;
• Bahwa Ahli menjelaskan kompetensinya dalam bidang Forensik dan mendapatkan
gelar Dokter Forensik
• Bahwa Ahli menjelaskan tujuan dari dilakukannya Visum Et Repertum ini adalah
untuk mengetahui mengenai adanya akibat atau dampak dari adanya suatu
dugaan tindak pidana yang dilakukan seseorang, yang disebut sebagai pelaku
terhadap seseorang lainnya, disini disebut sebagai korban;
• Bahwa Ahli menjelaskan ia tidak dapat berspekulasi akan siapa yang dapat
membuat luka sayatan seperti demikian yang dapat dilihat dalam barang bukti
Visum et Repertum, karena itu bukan tugas dan wewenang Ahli;
• Bahwa Ahli menerangkan apabila dilihat dari tingkat kepresisiannya ia dapat
menilai bahwa sayatan tersebut adalah hasil pekerjaan dari seorang yang ragu
ragu dan seorang amatir;
• Bahwa Ahli melakukan tindakan Autopsi dan pemeriksaan kepada jasad KORBAN
secara berkala Pada tanggal 12 November-14 November 2018 sesuai dengan
kewenangannya sebagai ahli forensik;
• Bahwa benar Ahli yang melakukan pemeriksaan hasil Visum Et Repertum atas
nama TASYA MAKMUN dengan Nomor : 198/VER/V/V//2018/PBL/Reskrim
tertanggal 12 November 2020;
• Bahwa Ahli melakukan Autopsi mediko-legal dengan Teknik Praeviserasi kepada
jasad KORBAN;
• Bahwa Ahli dalam pemeriksaannya menemukan luka sayat di nadi pergelangan
tanngan kanan;
• Bahwa Ahli menemukan dalam darah KORBAN adanya kandungan alkohol yang
disertai toksin obat tidur berjenis Alprazolam dengan dosis 0,5mg;
• Bahwa Ahli mendapati sidik jari TERDAKWA pada sekitar luka sayatan yang
terdapat pada KORBBAN;
• Bahwa Ahli berkesimpulan penyebab kematian KORBAN adalah kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak;
• Bahwa Ahli mengidentifikasi waktu kematian KORBAN sekitar pukul 01.00 WIB,
tannggal 22 Oktober 2018;
• Bahwa Ahli dalam pemeriksaannya juga menemukan memar bekas dari
kencangnnya tali yang diikatkan kepada KORBAN;
• Bahwa Ahli mengidentifikasi adanya keraguan dalam proses penyayatan nadi
KORBAN yang telah dicantumkan Ahli dalam Visum et Rapertum, dikarenakan pada
sayatan ditemukannya pola berulang;
• Bahwa Ahli menemukan adanya sidik jari lain selain milik TERDAKWA, yaitu sidik
jari milik BENNY APRIRIO SETIAWAN yang pada saat itu terkonfirmasi menemukan
jasad KORBAN;

TANGGAPAN TERDAKWA : Tidak memberikan tanggapan apapun

AHLI GRAFOLOGI
2. dr. RAINA ADELENA, Sp.F
Ahli yang bernama dr. RAINA ADELENA, Sp.F. Perempuan, umur 35, lahir di Bandar
Lampung, pekerjaan Ahli Forensik, agama Kristen Protestan, Warga Negara Indonesia,
alamat Jl. Ikan Kerapu, Kec. Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampungdi sidang
Pengadilan memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agama Kristen Protestan,
yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa Ahli dalam keadaan sehat jasmani dan rohani;
• Bahwa Ahli sudah dihadirkan 3 kali di dalam persidangan;
• Bahwa Ahli menjelaskan kompetensinya dalam bidang Pendidikan dan pekerjaan
adalah mendapatkan gelar Doktor Ilmu Hukum tahun 2008 dari Universitas
Lampung, dan bekerja sebagai dosen pada Fakultas Hukum Universitas Lampung
sejak tahun 2004 sampai saat ini ;
• Bahwa Ahli melakukan identifikasi dengan cara memperhatikan tekanan dalam
tulisan, mengamati kemiringan tulisan, memperhatikan garis dasar tulisan, ukuran
huruf, membandingkan tulisan dan memperhatikan jarak antar huruf dan kata;
• Bahwa Ahli berpendapat tulisan tangan adalah sebuah alat ukur yang bisa
menunjukkan kaitan kompleks antara otak dan pikiran manusia, atau secara umum
bentuk dan isi tulisan seseorang merupakan hasil dari goresan otak bawah sadar,
sehingga dapat saya pastikan bahwa tulisan rencana pembunuhan yang ditulis oleh
saudari TERDAKWA merupakan hasil dari pikiran dan hati TERDAKWA;
• Bahwa Ahli telah melakukan pemeriksaan dan identifikasi terhadap Baranng Bukti
buku harian saudari Aqila Kanyanastasya tertanggal 28 Oktober-1 November 2018;
• Bahwa Ahli menemukan tulisan terkait rasa kesal yang dialami TERDAKWA dan
rencana pembunuhan yang direncanakan oleh TERDAKWA kepada KORBAN;
• Bahwa Ahli megidentifikasi tulisan tangann yang berada dalam buku harian
mengalami kecocokan dengan tulisan tangan TERDAKWA;
• Bahwa Ahli mengidentifikasi menurut indikator grafis dari sampel tulisan di dalam
buku harian TERDAKWA, terdapat emosi bertumpuk yang tidak stabil dan rasa
cemas yang tinggi;
• Bahwa Ahli dapat memastikan bahwa tidak ada tanda tanda pemalsuan dalam
tulisan di buku harian TERDAKWA;

TANGGAPAN TERDAKWA : Tidak memberikan tanggapan apapun.

• KETERANGAN SAKSI-SAKSI
SAKSI A DE CHARGE
KETERANGAN SAKSI I
1. AMALIA ERIKA
Saksi yang bernama AMALIA ERIKA, Perempuan, umur 21 Tahun, Lahir di Kota Malang,
Pekerjaan Mahasiswa, Agama Islam, Warga Negara Indonesia, alamat Jalan Araya Megah
No.18, Kota Malang, di sidang Pengadilan memberikan keterangan di bawah sumpah
menurut agama Islam, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa Saksi merupakan Teman Korban ;
• Bahwa Saksi mengenal TERDAKWA ;
• Bahwa Saksi tidak mempunyai hubungan keluarga dengan TERDAKWA ;
• Bahwa Saksi menerangkan pada tanggal 21 Oktober 2018 Saksi dan kedua orang
teman nya yang terdiri dari KORBAN, dan EKA REFASANZHA berada di lokasi
yang sama dengan TERDAKWA;
• Bahwa Saksi menerangkan hubungannya dengan TERDAKWA hanya sebatas
teman saja namun belum memiliki relasi yang begitu dekat, mengingat bahwa
TERDAKWA baru bergabung bersama geng mereka yaitu Hedon Mampu;
• Bahwa Saksi menerangkan di dalam pesta tersebut, Saksi dan kedua teman lainnya
berinteraksi (berbincang) dengan TERDAKWA ;
• Bahwa Saksi menerangkan perbincangannya dengan TERDAKWA tersebut, yaitu
mengenai permohonan maaf TERDAKWA atas permasalahan yang pernah terjadi
diantara geng Hedon Mampus dengan TERDAKWA. Kemudian TERDAKWA
menawarkan mereka minuman yang telah dibawanya dan mereka minum Bersama
dengan TERDAKWA pada saat itu;
• Bahwa Saksi menerangkan minuman yang mereka minum pada saat pesta tersebut
adalah minum ber-alkohol merk Tequilla;
• Bahwa Saksi menerangkan bahwa minuman yang mereka terima, sama sekali tidak
menimbulkan sebuah kecurigaan. Minuman ber-alkohol tersebut memiliki wujud
yang normal seperti minuman beralkohol pada umumnya. Diterima masih dalam
kondisi untuh, bersegel dan memiliki warna bening dengan rasa yang normal;
• Bahwa Saksi juga menerangkan bahwa setelah meminum minuman tersebut, Saksi
dan teman-temannya yang lain masih melanjutkan pesta dan bersenang-senang.
Seiring berjalannya waktu, Saksi dan teman-temannya merasa lelah dan
mengantuk sehingga Saksi tertidur hingga pagi;
• Bahwa Saksi menerangkan terkait permasalahan yang pernah terjadi diantara geng
Hedon Mampus dengan TERDAKWA;
• Bahwa benar permasalahan itu diawali dari masuknya TERDAKWA kedalam genk
Hedon Mampus, yang mana selama TERDAKWA bergabung di dalam genk
tersebut, TERDAKWA sering dimanfaatkan oleh anggota genk lainnya. Seperti
disuruh membuat tugas-tugas kuliah, membelikan makanan dan tidak jarang juga,
dijadikan sasaran kemarahan mereka. Menurut Saksi, hal ini mungkin membuat
TERDAKWA tidak nyaman dan tertekan sehingga TERDAKWA pernah berkeinginan
untuk keluar dari genk tersebut. Namun KORBAN mengancamnya dengan ancaman
akan menyebarkan rahasia-rahasia buruk TERDAKWA kepada orang-orang banyak,
apabila TERDAKWA keluar dari geng tersebut. Lantas TERDAKWA mengurungkan
niatnya karena takut kalo rahasianya terbongkar, nama baik dan reputasinya
sebagai mahasiswa teladan di kampus menjadi rusak. Setelah kejadian itu,
TERDAKWA menjadi jarang kumpul dengan genk tersebut tanpa disertai dengan
pemberitahuan yang jelas sehingga membuat KORBAN pun menjadi geram dengan
TERDAKWA. Kemudian KORBAN justru menyebarkan rahasia-rahasia buruk
tentang TERDAKWA kepada banyak orang dan sejak saat itu lah terjadi keributan
antara genk Hedon Mampus dengan TERDAKWA;
• Bahwa benar Saksi menerangkan bahwa selama TERDAKWA bergabung di dalam
geng tersebut, Saksi juga ikut terlibat dalam memanfaatkan TERDAKWA. Namun
menurut Saksi, ia terpaksa melakukan hal tersebut karena diperintahkan oleh
KORBAN dengan alasan simbol kebersamaan. Apabila pada situasi tersebut Saksi
tidak ikut serta memanfaatkan KORBAN, ia juga terancam akan dikucilkan di dalam
genk tersebut. Namun menurut hati nuraninya, Saksi tidak memiliki maksud untuk
memperlakukan KORBAN seperti itu dan juga merasa menyesal telah
memperlakukan KORBAN dengan demikian;
• Bahwa benar Saksi menerangkan Saksi tidak ikut campur mengenai pengancaman
terhadap TERDAKWA. Ancaman itu murni dilakukan oleh KORBAN saja, dan Saksi
juga tidak bisa berbuat apa-apa terkait hal itu;
• Bahwa benar Saksi menerangkan bahwa TERDAKWA memiliki kepribadian yang
baik dan juga penurut. Hal itu terbukti ketika TERDAKWA mau melakukan apa saja
yang diperintahkan oleh anggota geng Hedon Mampus. Namun dari segi prespektif
Saksi, TERDAKWA merasa Lelah untuk terus menerus diperlakukan tidak adil di
dalam genk Hedon Mampus sehingga wajar saja jika TERDAKWA memutuskan
untuk berencana keluar dari genk Hedon Mampus.
• Bahwa benar Saksi menerangkan bahwa TERDAKWA tidak diundang datang ke
pesta tersebut;
• Bahwa benar Saksi menerangkan Saksi tidak mencurigai apa-apa pada saat
TERDAKWA datang ke pesta tersebut;
• Bahwa benar Saksi menerangkan Saksi tidak merasa curiga terhadap TERDAKWA
karena TERDAKWA memang memiliki kepribadian yang baik, Saksi menganggap
TERDAKWA merasa bersalah dan akhirnya menghadiri pesta;
• Bahwa benar Saksi menerangkan bahwa kehadiran TERDAKWA saat itu bertujuan
untuk memperbaiki hubungan pertemanan mereka yang sempat mengalami
konflik;
• Bahwa benar Saksi menerangkan bahwa TERDAKWA memohon maaf kepada
mereka dan memberi mereka sebuah minuman sebagai lambang permohonan
maaf dengan harapan pertemanan mereka dapat kembali seperti semula;
• Bahwa Saksi menerangkan bahwa pada saat itu seluruh peserta pesta meminum
minuman yang diberikan oleh TERDAKWA.
• Bahwa Saksi menerangkan bahwa TERDAKWA pun ikut meminum minuman yang
dibawanya.
• Bahwa benar Saksi menerangkan bahwa Saksi tidak dapat menduga secara pasti
bahwa kasus pembunuhan ini memiliki keterkaitan dengan dugaan, bahwa
minuman yang dibawa oleh TERDAKWA mengandung zat yang dapat memanipulasi
Saksi dan teman-temannya.

KETERANGAN AHLI
AHLI PSIKIATER
1.Adinda Windari Kaelan, M.Ps.
Ahli yang bernama Adinda Windari Kaelan, M.Ps, Perempuan, umur 30, lahir di Bandung,
pekerjaan Psikiater, agama Katolik, Warga Negara Indonesia, alamat Jalan KH. Malik
Dalam No. 15, Kec. Kedungkandang, Kota Malang, di sidang Pengadilan memberikan
keterangan di bawah sumpah menurut agama Katolik, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
• Bahwa Ahli sudah dihadirkan dalam persidangan sebanyak 6 kali ;
• Bahwa Ahli tidak memilki hubungan darah dengan TERDAKWA ;
• Bahwa berdasarkan keterangan ahli, yang menjelaskan bahwa ahli mengerti
dihadirkan dalam persidangan ini untuk menjelaskan mengenai Tindak Pidana
Kesehatan ;
• Bahwa Ahli menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
para peneliti, pada pengidap gangguan kepribadian berupa depresi ringan dan
mental breakdown yang dialami oleh TERDAKWA
• Bahwa Ahli menjelaskan dalam memberikan resep obat berupa obat penenang
yang harus dikonsumsi secara berkala sebagai penangkal sifat impulsive yang
sering muncul pada diri TERDAKWA akibat gangguan kepribadian yang
TERDAKWA alami ;
• Bahwa Ahli menjelaskan bahwa depresi yang dialami oleh TERDAKWA diakibatkan
oleh perilaku buruk yang diterimanya dari suadari KORBAN dan perundungan dari
teman kuliahnya yang diakibatkan karena rumor tidak benar tentang diri saudari
TERDAKWA;
• Bahwa benar Ahli menjelaskan TERDAKWA sedang dalam kondisi emosi yang
tidak stabil yang mengakibatkan depresi ringan;
• Bahwa benar Ahli menjelaskan gejala yang dialami oleh pengidap depresi ringan
masih mampu membedakan mana tindakan baik dan buruk selayaknya orang
normal pada umumnya;
• Bahwa benar Ahli menjelaskan dalam tindak perundungan, baik itu korban maupun
pelaku, berisiko tinggi mengalami depresi, berat maupun ringan. Pada beberapa
kasus perundungan, sering kali korban berusaha untuk membalas dendam atau
bahkan usaha untuk mengakhiri hidupnya, dan menjadi berperilaku agresif pada
orang lain karena stres yang dideritanya.
• Bahwa benar Ahli menjelaskan apabila TERDAKWA berada dalam kondisi yang
tidak stabil dan dendam akibat perundungan, mampu mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan yang tidak baik.;
• Bahwa benar Ahli menjelaskan agar TERDAKWA memerlukan penanganan lebih
lanjut agar mencegah terjadinya depresi berat, sebab jika dibiarkan maka akan
berpengaruh buruk karena akan berujung kepada depresi berat bahkan sakit jiwa.

TANGGAPAN TERDAKWA :
Bahwa TERDAKWA tidak memberikan tanggapan terhadap pendapat yang diberikan
oleh Ahli.

KETERANGAN TERDAKWA
TERDAKWA
AQILA KANYANATAYSA
TERDAKWA yang bernama AQILA KANYANATASYA. Perempuan, umur 21 tahun, lahir
di Kota Kisara, pekerjaan Mahasiswa, agama Hindu, Warga Negara Indonesia, Alamat
Jalan Kenangan No. 10, Kota Kisaran, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
• Bahwa benar TERDAKWA telah diperiksa di tahap penyidikan;
• Bahwa benar TERDAKWA telah diperiksa di tahap penyidikan;
• Bahwa TERDAKWA mengenal KORBAN yang merupakan teman satu kampusnya
di Fakultas Kedokteran Universitas Reformasi;
• Bahwa TERDAKWA memiliki hubungan yang kurang baik dengan KORBAN
dikarenakan KORBAN kerap kali melakukan perundungan kepada TERDAKWA;
• Bahwa TERDAKWA kerap mengalami kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan
oleh KORBAN dan teman temannya yaitu AMALIA ERIKA, EKA RAFSANZHA,
dan BENNY APRIRIO SETIAWAN;
• Bahwa benar TERDAKWA mengalami Depresi Ringan yang dibuktikan dengan
Hasil Pemeriksaan Ahli Psikologi;
• Bahwa benar TERDAKWA menemui BENNY APRIRIO SETIAWAN pada hari Jum’at
tanggal 20 Oktober 2018 pukul 18.00 WIB di Café Illuminati yang berlokasi di Jalan
Paradede No.666, Kota Malang;
• Bahwa dalam pertemuan tersebut, TERDAKWA hanya memberi tugas tugas kuliah
yang sebelumnya diperintahkan oleh BENNY APRIRIO SETIAWAN;
• Bahwa TERDAKWA dalam pertemmuan tersebut diperintahkan oleh BENNY
APRIRIO SETIAWAN untuk mengantarkan mobilnya kepada KORBAN, sehingga
TERDAKWA membawa mobil tersebut;
• Bahwa TERDAKWA pada tanggal 21 Oktober 2018, mengantar mobil BENNY
APRIRIO SETIAWAN ke kediaman KORBAN yang berlokasi di Jalan Jembawan No.
2, Kota Malang;
• Bahwa TERDAKWA saat sampai di kediaman KORBAN, langsung memarkirkan
mobil BENNY APRIRIO SETIAWAN di halaman rumah KORBAN;
• Bahwa TERDAKWA melihat saat itu sedang ada pesta di rumah KORBAN,
sehingga TERDAKWA ingin masuk dengan alasan ingin memperbaiki hubungan
dengan KORBAN;
• Bahwa sesampainya didalam rumah KORBAN, TERDAKWA malah di perintahkan
oleh KORBAN dan teman temannya yaitu AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSAHANZHA untuk membuatkan mereka segelas minuman;
• Bahwa TERDAKWA membuatkan minuman seperti biasa tanpa adanya campuran
yang tidak umum;
• Bahwa TERDAKWA tergesa gesa meninggalkan rumah KORBAN pada sekitar
pukul 01.00 WIB dikarenakan TERDAKWA harus segera pulang menemani
adiknya yang sedang sakit;
• SURAT
Bahwa berdasarkan pasal 187 KUHAP yang dimaksud dengan surat sebagaimana tersebut
dalam pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah dan jabatan atau dikenal dengan
sumpah, bahwa surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi
kepadanya. Adapun berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan didapat alat
bukti surat yaitu:
a. Berita acara dan Surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh Pejabat Umum
yang berwenang atau dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, atau dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau


surat yang dibuat oleh Pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana
yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan


keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dan alat
pembuktian yang lain.

Dan barang bukti surat yang kami hadirkan didalam persidangan adalah:

1. 2 (lembar) Surat keterangan Depresi Ringan atas nama AQILAH KANYANATASYA


yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Paralayang;
2. 1 (satu) bundle Hasil Autopsi atas nama TASYA MAKMUN;
3. 1 (satu) bundel Visum et Rapertum atas nama TASYA MAKMUN;
4. 1 (satu) lembar STNK atas nama BENNY APRIRIO SETIAWAN;
5. 1 (satu) buah SIM atas nama BENNY APRIRIO SETIAWAN
6. 1 (satu) buah SIM atas nama AQILAH KANYANATASYA
7. 1 buah Riwayat Percakapan atas nama TERDAKWA dengan BENNY APRIRIO
SETIAWAN.

• BARANG BUKTI
Barang bukti yang diajukan didalam persidangan ini:
1. 1 (satu) buah foto Mobil merk Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan plat
nomor polisi B 666 RFP;
2. 1 (satu) buah silet;
3. 1 (satu) bungkus obat tidur Alprazolam;
4. 1 (satu) buah tali tampar sepanjang 2 (dua) meter;
5. 1 (satu) buah kertas nota pembelian silet dan tali tampar;
6. 1 (satu) buah gaun pesta;
7. 1 (satu) buah kuncil mobil merk Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan
plat nomor polisi B 666 RFP;
8. 1 (satu) buah buku diary;
9. 1 (buah) tangkapan layar yang berisi percakapan antara BENNY APRIRIO
SETIAWAN dengan TERDAKWA;

Semua barang bukti di atas telah disita secara sah menurut hukum, namun tidak semua
barang bukti di benarkan oleh TERDAKWA.

BAB V
ANALISA FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan.


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Hadirin Sidang Yang Kami Hormati.

Bahwa telah kami sampaikan fakta-fakta persidangan sebelumnya, selama dalam proses
pemeriksaan di persidangan telah diperiksa dan didengar keterangan dalam persidangan
a quo yang bertujuan untuk mencari kebenaran yang sebenar-benarnya dan untuk
menguji apakah orang yang dihadapkan ke persidangan benar-benar bersalah atau tidak.

Terkait dengan dakwaan dan tuntutan yg dibacakan oleh Penuntut Umum, kami Penasihat
hukum memiliki pandangan yang berbeda terhadap apa yang sudah diuraikan Saudara
penuntut umum karena dalam surat tuntutannya Penuntut Umum cenderung
memanipulasi fakta-fakta di persidangan dengan cara mengambil dan memandang
keterangan dari para saksi dan para ahli menjadi keterangan yang tidak lengkap.
Berikut terdapat pula ketentua-ketentuan yang pedoman pengadilan dalam memeriksa
daln memutus perkara. Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Pasal 191 KUHAP : “Jika Pengadilan berpendapat bahwa hasil pemeriksaan dalam
sidang, kesalahan TERDAKWA atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan, maka TERDAKWA diputus bebas.”
B. Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman mengatur hal-hal sebagai berikut: “Tiada seorang juapun dapat
dijatuhkan pidana, kecuali apabila Pengadilan, karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang mendapat keyakinan, bahwa seseorang yang dianggap
bertanggungjawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya.”

Ketentuan-ketentuan tersebut telah menjadi asas hukum yang seharusnya dijadikan


pedoman bukan saja oleh Hakim dalam memutus suatu perkara tetapi juga oleh Penuntut
Umum sebagai salah satu pilar penegak hukum. Pengajuan dakwaaan dan tuntuttan yang
tidak berdasarkan bukti-bukti yang sah dan meyakinkan sangat bertentangan dengan
asas hukum ini.

Berdasarkan kutipan dari beberapa peraturan perundang-undangan serta penjelasan di


atas, kiranya dapat disimpulkan pedoman-pedoman yang wajib untuk digunakan dalam
menemukan fakta-fakta hukum, yaitu antara lain :

1. Suatu keterangan Saksi yang sah, adalah yang Saksi nyatakan di bawah sumpah di
depan sidang Pengadilan.
2. Walaupun suatu keterangan Saksi adalah sah, tidak semuanya memiliki nilai
kekuatan pembuktian.
3. Suatu keterangan Saksi hasil pendengaran dari orang atau sumber lain
(“testimonium de auditu”) tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti.
4. Suatu pendapat atau rekaan yang diperoleh dari pemikiran saja, bukan merupakan
suatu keterangan Saksi.
5. Dalam menilai kebenaran dari Keterangan seorang Saksi, Penuntut Umum dalam
mempertimbangkan tuntutan pidananya terhadap TERDAKWA, haruus sungguh-
sungguh memperhatikan mekanisme atau prosedur yang tercantum dalam Pasal 185
ayat (6) KUHAP, sebagaimana diharuskan oleh KUHAP bagi para Hakim.

Fakta-fakta yang tidak dapat disimpulkan secara langsung karena terdapat keterangan-
keterangan para Saksi yang memberikan alasan yang mungkin digunakan oleh Saksi
untuk memberikan keterangan tertentu, atau ada petunjuk-petunjuk yang menimbulkan
keraguan, maka diperluas proses analisis dan pengolahan tersendiri secara cermat,
dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan itu, antara lain Pasal
185 ayat (6) KUHAP yang berbunyi :
1. Persesuaian antara Keterangan Saksi satu dengan yang lain
2. Persesuai antara Keterangan Saksi dengan alat bukti yang lain.
3. Alasan yang mungkin digunakan oleh Saksi untuk memberikan keterangan tertentu.
4. Cara hidup dan kesusilaan Saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
Berdasarkan keterangan Saksi-saksi di bawah sumpah di muka persidangan, yang diikuti
dengan keterangan TERDAKWA AQILA KANYANATASYA serta berdasarkan pada
barang-barang bukti baik yang diperlihatkan dan diajukan oleh Saudara Penuntut Umum,
maupun oleh TERDAKWA atau Penasihat Hukum.

Adapun menurut kami fakta-fakta hukum yang terungkap di proses pemeriksaaan


persidangan adalah sebagai berikut :

A. Bahwa TERDAKWA tidak memiliki kemampuan bertanggungjawab karena


telah memenuhi kualifikasi unsur pasal 44 KUHP

Dalam ketentuan hukum pidana untuk melihat apakah seseorang dapat dibebankan
pertanggungjawaban pidana atas perbuatan yang bersifat melawan hukum atau tidak,
maka salah satunya seseorang tersebut terlebih dahulu harus dapat memiliki
kemampuan bertanggungjawab. Menurut hukum positif Indonesia yang terdapat
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur mengenai kemampuan
seseorang dalam bertanggung jawab yang dibagi ke dalam dua penggolongan, yaitu
mampu bertanggungjawab dan tidak mampu bertanggungjawab. Terhadap suatu
subjek hukum yang tidak memiliki kemampuan bertanggungjawab telah dilindungi
oleh ketentuan hukum pada pasal 44 KUHP. Pasal tersebut mengatur tentang
pengecualian kemampuan bertanggungjawab seseorang yang melakukan tindak
pidana namun cacat atau terganggu kejiwaannya, diantaranya sebagai berikut:

(1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan


kepadanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena
penyakit, tidak dipidana.

(2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepada pelakunya
karena pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit, maka hakim
dapat memerintahkan supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling
lama satu tahun sebagai waktu percobaan.

(3) Ketentuan dalam ayat 2 hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan
Tinggi, dan Pengadilan Negeri.
Bahwa berdasarkan ketentuan hukum diatas dapat ditafsirkan maksud kemampuan
bertanggung jawab pada pasal 44 KUHP diantaranya yaitu, kemampuan
bertanggungjawab dilihat dari sisi pelaku berupa keadaan akal atau jiwa yang cacat
pertumbuhan atau terganggu karena penyakit. Hal ini dapat ditinjau dengan melihat
pada saat dugaan tindak pidana ini terjadi apakah kondisi kejiwaan dari pelaku dalam
keadaan yang jiwanya cacat dikarenakan pertumbuhan dengan maksud bahwa kondisi
kejiwaan dan akalnya telah terganggu sedari lahir sehingga dapat dikatakan bahwa
memang gangguan pada akal dan kejiwaannya bersifat permanen sejak dilahirkan
sehingga dapat dikatakan sifat dan kondisi kejiwaannya masih bersifat kanak-kanak.

Selain itu pada kondisi kejiwaan yang terganggu karena penyakit, hal ini dapat
dipandang bahwa terganggu kejiwaannya bukan merupakan sejak lahir, namun sejak
seorang subjek hukum menjalani kehidupannya dan tanpa disadari telah terkena
penyakit kejiwaan yang membuatnya tidak mampu berpikir secara logis menggunakan
akal sehat dan selayaknya manusia pada umumnya.

Lalu pada tiap-tiap perbuatannya tersebut yang bersifat melanggar ketentuan hukum,
pelaku juga harus memiliki hubungan kausalitas antara keadaan jiwa dengan
perbuatan yang dilakukan, hal ini dapat berarti juga bahwa pada keadaan jiwa serta
perbuatannya memang benar-benar mengkehendaki adanya perbuatan yang melawan
hukum yang berasal dari pola pikir dan pola kejiwaannya.

Berdasarkan pendapat Van Hamel, ia menjabarkan ukuran kemampuan


bertanggungjawab meliputi tiga hal pokok yaitu: pertama, mampu memahami secara
sungguh-sungguh akibat dari perbuatannya itu bertentangan dengan hukum. Kedua,
mampu untuk menginsyafi bahwa perbuatan itu bertentangan dengan ketertiban
masyarakat. Ketiga, mampu menentukan kehendak berbuat. Kemudian menurut
Prof Eddy O.S. Hiariej, syarat-syarat tersebut berlaku secara kumulatif sehingga
pada ketiga hal pokok tersebut harus terpenuhi secara keseluruhan dan setelah
terpenuhi ketiga hal-hal diatas baru dapat dibebankan pertanggungjawaban
pidananya kepada subjek hukum yang bersangkutan.

American Psychiatric Association dalam buku berjudul “Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders” membahas mengenai Gangguan Identitas Disosiatif (DID)
adalah sebuah gangguan seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan
perasaan individu tentang identitas memori, ataupun kesadarannya. Gangguan
disosiatif memiliki beberapa jenis lainnya seperti Identitas Disosiatif, Depersonalisasi
Disosiatif, dan Fugue/Amnesia Disosiatif. Fugue Disosiatif berasal dari Bahasa Latin
yaitu Fugere atau artinya melarikan diri. Orang yang mengalami gangguan ini akan
melakukan perjalanan secara tiba-tiba dari rumah ataupun dari tempat kerjanya, dan
seseorang yang terkena gangguan ini tidak mampu untuk mengingat kembali
informasi-informasi sebelumnya dan bahkan bisa bingung dengan identitas aslinya.
Gangguan Identitas ini bersifat dramatis karena pasien memanifestasikan dua atau
lebih identitas yang berbeda dalam beberapa cara alternative dalam mengendalikan
perilaku.

Dijelaskan bahwa dalam Pasal 44 KUHP ditemukan adanya dua kemungkinan yang
menyebabkan seseorang tidak dapat bertanggungjawab atas kesalahannya yaitu (1)
jiwanya cacat dalam pertumbuhan yakni “yang dimaksud dengan keadaan jiwa yang
cacat karena pertumbuhan ialah seseorang yang sudah dewasa, tetapi perangainya
seperti anak-anak, yang diakibatkan oleh keterlambatan pertumbuhan jiwa seseorang”
sedangkan untuk yang ke-(2) jiwanya terganggu karena penyakit ialah “jiwanya
semula adalah sehat, tetapi kemudian dihinggapi penyakit jiwa yang sering disebut
sebagai “gila”.

Seseorang yang jiwanya terganggu karena penyakit dapat dibuktikan dengan


Pemeriksaan kejiwaan oleh seorang psikiater.

Dengan demikian, dalam perkara a quo berlaku alasan pemaaf bagi TERDAKWA
terhadap perbuatan pidana yang dituduhkan kepadanya. Karena dalam hal ini
ditemukan adanya pemicu dan dasar yang menghapuskan pertanggungjawaban
pelaku atas perbuatannya tersebut yakni jiwa terganggu karena penyakit,
TERDAKWA terbukti mengalami gangguan kejiwaan major depressive disorder
(MDD). Sehingga menyebabkan TERDAKWA tidak memiliki pengendalian atau
kontrol terhadap apa yang dilakukannya

Sehingga berdasarkan pada hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang
dilakukan oleh penderita major depressive disorder (MDD) tidak bisa dipidana oleh
karena ketidakmampuannya dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka
dalam hal ini TERDAKWA yang mengalami major depressive disorder (MDD) dengan
keadaan jiwanya terganggu karena penyakit tersebut tidak sepantasnya dituntut
terlebih lagi dijatuhi pidana karena hal itu jelas-jelas bertentangan dengan asas-asas
pertanggungjawaban pidana dan Hak Asasi Manusia.

Sehingga berdasarkan hal tersebut kami Penasihat Hukum TERDAKWA menganggap


bahwa tuntutan dari Penuntut Umum yang dibacakan pada 10 April 2019 adalah tidak
berdasar dan mengabaikan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, selain itu
dapat dianggap pula, Jaksa Penuntut Umum pada tuntutannya tidak memperhatikan
hukum positif Indonesia yang masih berlaku hingga saat ini yang merupakan dasar
kami dalam membela kepentingan TERDAKWA sebagaimana tertera pada pasal 44
KUHP.
Adapun beberapa keterangan dari saksi yang mendukung pernyataan kami bahwa
TERDAKWA benar-benar mengalami gangguan jiwa adalah sebagai berikut :

1. GITA NOVIYANTI
• Bahwa Saksi melihat perilaku TERDAKWA yang berbeda-beda setiap
waktunya;
• Bahwa Saksi menerangkan ia menyimpulkan bahwa yang menyekap Saksi dan
kelima atlet lainnya adalah TERDAKWA ;

• Bahwa benar Saksi mengakui ia dibius sehingga tidak mengetahui siapa yang
membawanya ke ruang bawah tanah ;
• Bahwa Saksi menerangkan selama beberapa hari di ruang bawah tanah
tersebut ia memperhatikan bahwa tingkah laku TERDAKWA selalu berubah-
ubah ;
• Bahwa Saksi menerangkan bahwa ia melihat TERDAKWA terkadang bisa
bertingkah seperti anak-anak yang ramah namun pada saat yang lain ia juga
melihat TERDAKWA dengan sosok yang berbeda seperti orang dewasa yang
sangat bijak ;
• Bahwa Saksi menerangkan bahwa ia dan YOEL HATIGORAN menyadari
bahwa tingkah laku aneh yang dimiliki oleh TERDAKWA, karena ia berbicara
tidak sesuai dengan usianya yang masih dikatakan muda tapi bukan anak-anak

Berdasarkan hemat kami, penentuan klien kami sebagai TERDAKWA oleh Penuntut
Umum adalah sebuah kesesatan dalam berpikir dan kekeliruan dalam penentuan subjek
hukum yang dinilai dapat bertanggung jawab atas perbuatannya, sebab telah jelas dan
nyata bahwa TERDAKWA yang merupakan penderita gangguan jiwa major depressive
disorder (MDD) tersebut telah memenuhi ketentuan yang terdapat pada Pasal 44 KUHP.
Bahwa pada penyakit major depressive disorder (MDD) yang diderita oleh klien kami,
harus dipandang sebagai suatu penyakit kejiwaan yang menyebabkan Klien kami tidak
mampu berpikir tentang mana perbuatan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
menurut hukum. Selain itu, kami berpandangan bahwa oleh karena penyakit itu
menyebabkan Klien kami tidak mampu menyadari secara penuh perbuatan melanggar
hukum yang telah Klien kami perbuat dan tidak mampu menyadari mengenai akibat dari
perbuatannya tersebut. Sehingga secara tinjauan yuridis dan didasarkan pada fakta-fakta
yang terungkap dalam persidangan, maka TERDAKWA tidak memiliki kemampuan
bertanggungjawab sebagaimana manusia normal lainnya. Maka dari itu, kami menolak
Tuntutan Penuntut Umum yang menyatakan bahwa TERDAKWA harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut di hadapan hukum, namun hukum
telah mengatur terkait gangguan kejiwaan major depressive disorder (MDD) yang dimiliki
oleh TERDAKWA dan beberapa keterangan di muka persidangan juga telah menjadi
sebuah bukti yang kuat untuk menemukan kebenaran materiil yang sebenar-benarnya
atas kenyataan bahwa TERDAKWA tidak memiliki kemampuan bertanggungjawab. Maka
kiranya Majelis Hakim dapat mempertimbangkan putusan kepada TERDAKWA yang
seadil-adilnya.

B. Bahwa tidak terdapat Alat Bukti kuat yang dapat menjelaskan secara runtut
kronologis tindak pembunuhan yang diduga dilakukan oleh TERDAKWA

Dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP yang menyatakan bahwa keterangan Saksi ialah
“keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuan
itu.” Saksi yang tidak menerangkan kejadian yang dialaminya secara langsung atau
mendengar dari orang lain biasa disebut dengan Saksi Testimonium de auditu yaitu
kesaksian atau keterangan karena mendengar dari orang lain. Dalam Hukum Acara Pidana
berdasarkan pada Pasal 184 KUHAP Saksi termasuk sebagai alat bukti yang terdiri dari:
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Keterangan
Saksi adalah salah satu alat bukti essensial yang dapat menerangkan rangkaian suatu
tindak pidana dapat terjadi. Karena Saksi memiliki kekuatan pembuktian yang mengikat
berdasarkan sumpah. Keterangan Saksi adalah salah satu alat bukti esensial yang dapat
menerangkan rangkaian suatu tindak pidana dapat terjadi. Karena Saksi memiliki
kekuatan pembuktian yang mengikat yang mengikat berdasarkan sumpah yang telah
diucapkannya di muka persidangan, sehingga keterangan dari saksi akan sangat
berpengaruh terhadap keputusan hakim, karena pada hakikatnya Saksi dihadirkan untuk
bisa mengisi kekosongan kronologi suatu kejadian.

Bahwa berdasarkan uraian Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan dan Surat
Tuntutannya yang pada pokoknya menyatakan bahwa pembunuhan yang dilakukan oleh
TERDAKWA terhadap KORBAN yaitu AQILA KANYANATASYA, merupakan sebuah
kesalahan dalam melakukan penalaran hukum terhadap fakta-fakta yang telah terungkap
di persidangan. Karena tidak ada satupun keterangan dari Saksi A Charge tersebut yang
dapat menerangkan secara runtut terkait kronologi proses terjadinya pembunuhan yang
dituduhkan Penuntut Umum dilakukan oleh TERDAKWA. Kemudian hampir semua
keterangan juga tidak bisa menjelaskan secara jelas dan nyata siapa yang melakukan
pembunuhan kepada KORBAN. Pada faktanya, dari Ketiga saksi A Charge tersebut hanya
ada satu orang yang benar-benar bedara di tempat kejadian, sedangkan dua orang
lainnnya tidak ada di tempat kejadian dan hanya bisa menyampaikan tuduhan yang tidak
mendasar.

Beberapa keterangan Saksi terungkap dipersidangan dan mendukung fakta hukum diatas
diantaranya sebagai berikut :

1. DARMILA
• Bahwa Saksi berada di kediaman KORBAN yang beralamat di Jalan Jembawan No.
2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober – 22 Oktober 2018;
• Bahwa Saksi mengetahui saat itu tanggal 21 Oktober, KORBAN mengadakan pesta
private guna merayakan hari jadi yang ke-2 Geng Sosialita KORBAN;
• Bahwa Saksi melihat teman teman KORBAN, diantaranya AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSHANZA datang pada pukul 20.00 WIB;
• Bahwa Saksi melihat TERDAKWA menuju kearah dapur untuk membuatkan
KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA minuman;
• Bahwa Saksi melihat TERDAKWA mencampurkan sesuatu pada beberapa gelas
minuman yang ia buat;
• Bahwa Saksi tidak tahu menahu apa yang dicampurkan TERDAKWA ke dalam
minuman KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSHANZA;
• Bahwa Saksi mengira sesuatu yang dicampurkan TERDAKWA adalah gula, maka
dari itu Saksi tidak menaruh curiga kepada TERDAKWA;

2. BENNY APRIRIO SETIAWAN


• Bahwa Saksi menerangkan dalam pertemuan tersebut, TERDAKWA menceritakan
rencana pembunuhannya terhadap KORBAN;
• Bahwa Saksi tidak mengetahui pembunuhan tersebut akan dilakukan di dalam
mobil;
• Bahwa Saksi menerangkan alasan Saksi meminjamkan Mobil tersebut kepada
TERDAKWA didasari motif dendam kepada KORBAN yang telah berselingkuh dari
Saksi;
• Bahwa benar Saksi memberitahu alamat rumah KORBAN kepada TERDAKWA;
• Bahwa benar TERDAKWA tidak pernah menyuruh Saksi untuk ikut dalam rencana
tersebut;
• Bahwa benar Saksi yang berinisiatif untuk membantu TERDAKWA dalam
melancarkan rencananya.

3. RATNA TEROMPET, S.E.


• Bahwa Saksi tidak mengenal TERDAKWA;
• Bahwa Saksi memiliki hubungan keluarga dengan KORBAN namun tidak memiliki
hubungan darah dengan KORBAN;
• Bahwa Saksi adalah orangtua angkat dari KORBAN;
• Bahwa Saksi mengetahui kabar meninggalnya KORBAN melalui telepon dari pihak
Rumah Sakit Citra Medika;
• Bahwa Saksi berada di Jakarta saat kabar tersebut didengar Saksi;
• Bahwa Saksi mengetahui teman-teman korban yang akan mengahadiri pesta
tersebut karena KORBAN sudah memberitahu Saksi akan siapa siapa saja yang
akan datang pada pesta tersebut;
• Bahwa Saksi mengetahui sikap KORBAN yang kurang baik pada semua orang saat
berada di Malang;
• Bahwa Saksi tidak mengetahui perihal nilai akademik KORBAN yang bermasalah di
kampus;

4. dr. Antonio Gelael, Sp.F

• Bahwa Ahli menjelaskan ia tidak dapat berspekulasi akan siapa yang dapat
membuat luka sayatan seperti demikian yang dapat dilihat dalam barang bukti
Visum et Repertum;
• Bahwa Ahli dalam pemeriksaannya menemukan luka sayat di nadi pergelangan
tanngan kanan;
• Bahwa Ahli berkesimpulan penyebab kematian KORBAN adalah kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak;
• Bahwa Ahli menemukan adanya sidik jari lain selain milik TERDAKWA, yaitu sidik
jari milik BENNY APRIRIO SETIAWAN yang pada saat itu terkonfirmasi menemukan
jasad KORBAN;

Kami Penasihat Hukum TERDAKWA mohon kepada Majelis Hakim untuk memperhatikan
hal ini dengan arif bijaksana.
BAB VI
ANALISIS YURIDIS

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan.


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati.
Hadirin Sidang Yang Kami Hormati.

Setelah melakukan kajian dan analisa terhadap fakta-fakta pada bab sebelumnya,
kemudian diketahui fakta mana yang benar-benar fakta hukum dan agar dapat ditemukan
fakta mana yang tidak memenuhi syarat digunakan sebagai fakta hukum dengan
membandingkan tindakan yang dikemukakan oleh Penuntut Umum dalam uraian
dakwaannya, maka kami akan melakukan analisa yuridis atas fakta-fakta hukum yang
terbukti selama proses pemeriksaan di persidangan.

Berdasarkan keterangan para saksi (a charge maupun a de charge dan saksi


penyidik/penyidik pembantu), dan keterangan AQILA KANYANATAYSA serta barang
bukti yang diajukan, diperoleh dan terungkap di persidangan fakta-fakta yang apabila
dihubungkan dengan unsur-unsur dalam dakwaan Subsidair Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat
(1) ke (1) KUHP., Kedua Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke (1) KUHP. sebagai dakwaan
Jaksa Penuntut Umum, maka dapat kami uraikan sebagai berikut :

Bahwa TERDAKWA telah didakwa melakukan Tindak Pidana Pembunuhan


berencana sebagaimana telah diuraikan dalam surat dakwaan yang disusun secara
subsidair dimana Penuntut Umum mendakwa TERDAKWA dengan dugaan telah
melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana yaitu dengan melanggar ketentuan
sebagai berikut :

PRIMAIR : Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat (1) ke (1) KUHP.

ATAU

SUBSIDAIR : Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke (1) KUHP.


Bahwa untuk membuktikan bahwa perbuatan TERDAKWA benar memenuhi dakwaan
tersebut harus diketahui unsur-unsur dari Pasal yang didakwakan, dan juga apakah
seluruh unsur dari Pasal yang didakwakan tersebut dipenuhi oleh perbuatan
TERDAKWA.

Pembuktian Unsur-Unsur :

Ad 1. Unsur “Dengan Sengaja”

Setelah membaca dan mencermati Surat Dakwaan Saudara Penuntut Umum Nomor
REG. PERKARA: PDM-130/TJKR/Eoh.2/08/2018, yang dibacakan pada tanggal 10
APRIL 2019, pada awal dakwaan tertulis identitas TERDAKWA adalah AQILA
KANYANATASYA.

Kesalahan (schuld) terdiri atas kesengajaan (dolus/opzet) atau kealpaan (culpa) dan
kedua melihat hubungan batin antara si pelaku terhadap perbuatan. Yang dimaksud
dengan “kesengajaan” (dolus/opzet) ialah perbuatan yang dikehendaki dan si pelaku
menginsafi akan akibat dari perbuatannya tersebut. Namun, baik Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan ataupun KUHP tidak memberikan defininsi
tentang kesengajaan. Definisi kesengajaan tersebut dapat dilihat dari Memorie Van
Toelichting (MvT) yang isinya “Pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya
pada barang siapa melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan
diketahui”. Dalam pengertian ini “kesengajaan” opzet diartikan sebagai “menghendaki
dan mengetahui” (willens en wetens). terjadinya suatu tindakan beserta
akibatnya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus
menghendaki dan mengetahui tindakan tersebut atau akibatnya dan niat atau maksud
dari tindakan tersebut dapat diketahui dari adanya perbuataan persiapan yang
dilakukan oleh terdakwa.
(Pompe: 166) kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang
disebut opzet merupakan salah satu unsur terpenting. Jadi dapat dikatakan suatu
kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan dalam
peraturan perundang-undangan atau kehendak untuk berbuat dengan mengetahui
unsur-unsur yang diperlukan menurut rumusan perundang-undangan. (Prof.
Moeljatno, S.H., Asas-asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, 2002 Jakarta, hal.171-
172). Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila di dalam suatu
rumusan tindak pidana terdapat perbuatan “dengan sengaja” atau biasa disebut
dengan opzettelijk, maka unsur “dengan sengaja” ini menguasai atau meliputi semua
unsur lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan.

Menurut Prof. Wiryono Prodjodikoro S.H. dalam literaturnya “Asas-Asas Hukum


Pidana Di Indonesia” Hal. 13 Teori-teori Kesengajaan dihubungkan dengan keadaan
batin orang yang berbuat dengan sengaja, yang berisi “menghendaki dan mengetahui”
itu, maka dalam ilmu pengetahuan hukum pidana dapat disebut 2 (dua) teori sebagai
berikut :
1. Teori Kehendak (wilstheorie)

Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam


rumusan undang-undang (Simons dan Zevenbergen). Teori Kehendak
(wilstheorie) dikemukakan oleh Von Hippel dalam bukunya Die Grenze Vorsatz
und Fahrlassigkeit tahun 1903, yang menyatakan kesengajaan adalah kehendak
membuat suatu tindakan dan kehendak menimbulkan suatu akibat dari tindakan
itu. Akibat dikehendaki apabila akibat itu yang menjadi maksud dari tindakan
tersebut. Teori tentang kehendak terbagi menjadi 2 (dua) ajaran, yaitu :
a. Determinisme, berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai
kehendak bebas. Manusia melakukan suatu perbuatan didorong
oleh beberapa hal baik yang berasal dari dalam dirinya. Aliran
Determinisme tidak dapat diterapkan dalam hukum pidana karena
akan menimbulkan kesulitan dalam hal
pertanggungjawaban. Sehingga muncul Determinisme Modern
yang menyatakan bahwa Manusia adalah anggota masyarakat, dan
sebagai anggota masyarakat apabila melanggar ketertiban umum,
maka ia bertanggung jawab atas perbuatannya.
b. Indeterminisme, aliran ini muncul sebagai reaksi dari aliran
determinasi yang menyatakan bahwa walaupun untuk melakukan
sesuatu perbuatan dipengaruhi oleh bakat dan milieu, manusia
dapat menentukan kehendaknya secara bebas 2. Teori
Pengetahuan / membayangkan (voorstellingtheori)
Sengaja berarti membayangkan akan akibat timbulnya akibat perbuatannya;
orang tak bisa mengehendaki akibat, melainkan hanya dapat membayangkannya. Teori
ini menitikberatkan pada apa yang diketahui atau dibayangkan oleh si pelaku ialah apa
yang akan terjadi pada waktu ia akan berbuat (Frank).

Dikaitkan dengan teori kehendak, TERDAKWA tidak menghendaki melakukan


perbuatan dalam memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh manusia, dapat
diartikan bahwa TERDAKWA melakukan perbuatannya itu tidak dengan sengaja
dilakukan dalam keadaan sangat perlu atau sengaja dilakukan dengan kepastian dan
kesadaran.

Berdasarkan pada ilmu pengetahuan hukum pidana ataupun doktrin hukum


pidana, dikenal adanya 3 (tiga) macam kesengajaan yaitu :
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmer) untuk mencapai
suatu tujuan (dolus directus).
Dimana bentuk kesengajaan ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku
atau terjadinya suatu akibat dari perbuatan si pelaku adalah memang menjadi
tujuannya. Tujuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan tidak ada
yang menyangkal bahwa si pelaku pantas dikenai hukuman pidana. Dengan kata lain si
pelaku benar-benar menghendaki mencapai akibat yang menjadi pokok alasan diadakan
ancaman hukuman pidana. Menurut teori kehendak, sengaja sebagai maksud karena
apa yang dimaksud telah dikehendakinya. Sedangkan menurut menurut teori bayangan,
sengaja sebagai maksud karena bayangan tentang akibat yang dimaksud itu telah
mendorong si pembuat untuk melakukan perbuatan yang bersangkutan.

2. Kesengajaan dengan sadar kepastian (opzet bij zekerheidsbewustzijn


atau noodzakkelijkheidbewustzijn).
Dalam hal ini perbuatan berakibat yang dituju namun akibatnya yang
tidak diinginkan tetapi suatu keharusan mencapai tujuan. Maksud dari bentuk
kesengajaan ini adalah apabila si pelaku dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk
mencapai akibat yang menjadi dasar dari perbuatan pidana. Tetapi, ia tahu benar
bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatannya tersebut. Maka dari itu, sebelum
sungguh-sungguh terjadi akibat perbuatannya, si pelaku hanya dapat mengerti atau
dapat menduga bagaimana akibat perbuatannya nanti atau apa-apa yang akan turut
mempengaruhi terjadinya akibat perbuatan itu. Dalam bentuk ini, perbuatan
pelaku mempunyai dua akibat, yaitu yang pertama, akibat yang memang dituju si
pelaku yang dapat merupakan delik tersendiri atau bukan. Yang kedua, akibat yang
tidak diinginkan tapi merupakan suatu keharusan untuk mencapai tujuan dalam akibat
pertama.
3. Kesengajaan dengan sadar kemungkinan sekali terjadi (opzet
bij mogelijkheidbewustzijn)
Dimana arti dari bentuk kesengajaan ini merupakan suatu kesengajaan yang
telah disadari oleh pelakunya sebagai hal yang mungkin akan mengakibatkan terjadinya
sesuatu, tetapi kesengajaan itu tetap dilakukan demi terlaksananya maksud dan tujuan
lain yang benar-benar menjadi tujuan utama dari Bahwa dalam perkara ini.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan menyatakan bahwa :


Unsur “dengan sengaja”, bahwa keterangan dari para Saksi A Charge dan A De
Charge pada intinya menerangkan bahwa TERDAKWA tidak terbukti melakukan semua
perbuatannya itu. Dengan fakta yang terungkap dipersidangan yaitu: mereka tidak
melihat secara langsung bahwa TERDAKWA melakukan pembunuhan tersebut dan tidak
bisa memberikan bukti yang valid terkait kesaksian mereka.
Sehingga dengan demikian, maka unsur “Dengan Sengaja” TIDAK TERPENUHI
SECARA SAH DAN MEYAKINKAN MENURUT HUKUM.
BAB VII
KESIMPULAN DAN PERMOHONAN

Majelis Hakim yang kami muliakan


Sdr. penuntut umum yang kami hormati
Hadirin Sidang Yang Kami Hormati.

Menurut W.J.S Poerwadarminto “Keadilan adalah suatu kondisi tidak berat


sebelah atau pun seimbang, yang sepatutnya tidak diputuskan dengan cara yang
sewenang-wenang.” Berdasarkan gagasan tersebut, maka keadilan tidak dapat
dianalogikan sebagai suatu ketentuan yang memihak berat sebelah kepada salah satu
pihak atau menguntungkan seseorang saja, melainkan harus dilakukan dengan cara yang
benar berdasarkan hati nurani. Hukum bisa tetap mengatur manusia dengan cara yang
patut dan benar dalam situasi yang sama dan setara dengan tetap memperhatikan hak
dan kewajiban setiap individu tanpa memandang bulu. Sehingga, dalam perwujudannya,
hukum harus pula memperhatikan hak asasi manusia pada tiap-tiap individunya.

Bahwa berdasarkan alat bukti yang dihadirkan di muka persidangan yakni:


keterangan Saksi, keterangan Ahli, Surat, Petunjuk, dan keterangan Terdakwa serta
fakta-fakta hukum yang terungkap dan terbukti di persidangan. Apabila dikaitkan dengan
Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan yang telah dibacakan oleh Penuntut Umum, kemudian
kita cermati seluruh proses berlangsungnya persidangan tersebut, disertai dengan fakta-
fakta yang terungkap, maka TERDAKWA dalam rangkaian perbuatannya terbukti
menyadari dampak dari perbuatannya secara sadar meskipun TERDAKWA mengidap
depresi ringan

Kami Penasihat Hukum TERDAKWA AQILA KANYANATASYA telah berusaha


semaksimal mungkin untuk menyajikan pembahasan secara objektif terhadap proses
persidangan atas diri TERDAKWA, akan tetapi hasilnya telah menunjukan bahwa
Dakwaan Pertama yang menyatakan bahwa TERDAKWA AQILA KANYANATASYA
telah berusaha melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana sebagaimana diatur
dalam Pasal 340 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 tentang Pembunuhan Berencana terbukti
Bertitik tolak pada keseluruhan uraian diatas yang ditunjang dengan alat-alat bukti akurat,
kami berkesimpulan unsur-unsur dalam delik dakwaan, terbukti secara sah dan
meyakinkan dan oleh karenannya kami mohon dengan kerendahan hati kepada Majelis
Hakim yang kami hormati agar berkenan mengurangi tuntutan TERDAKWA AQILA
KANYANATASYA dari tuntutan hukum yang menjerat. Kami percaya akan sikap arif dan
bijaksana Majelis Hakim yang adil dalam mempertimbangkan putusannya. Setelah
panjang lebar menanggapi Surat Dakwaan dan Tuntutan sdr. Jaksa Penuntut Umum,
perkenankan kami Penasihat Hukum TERDAKWA AQILA KANYANATASYA untuk
menyampaikan kesimpulan untuk Hak dan Kepentingan TERDAKWA mengajukan
Permohonan sebagai berikut:
1. Tidak ada satu pun keterangan yang kuat dari saksi korban yang dihadirkan
Jaksa Penuntut Umum yaitu Darmila, Benny Apririo Setiawan, Ratna
Terompet, dr. Antonio Galael, Sp.F dan juga saksi A de Charge dan Ahli
terkemuka yaitu yang dapat membuktikan bahwa benar telah terjadi Tindak
Pidana Perdagangan yang dilakukan oleh Adinda Windari Kaelan, M.Psi dan
Amalia Erika sebagaimana yang dituduhkan oleh Jaksa Penuntut Umum.
2. Bahwa menurut keterangan Ahli Psikiater Adinda Windari Kaelan, M.Psi
seseorang baru bisa dapat dipidana secara berat jika melakukan kesalahan dan
ia mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.
3. Bahwa klien kami Aqila Kanyanatasya tidak mempunyai mens rea (niatan
jahat) untuk membunuh Tasya Makmun karena fakta yang terungkap
dipersidangan klien kami hanya menyatakan tidak memiliki niatan untuk
membunuh dan disebabkan oleh kondisi mental yang tidak stabil akibat dari
perundungan.
4. Bahwa dari peristiwa pidana yang tercatat dalam Surat Dakwaan, bila
dihadapkan dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, maka terdapat
sedemikian fakta yang perihal alat bukti dan keterangan para saksi yang selaras,
sehingga kesimpulan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan terdapat
kesesuaian antara keterangan-keterangan saksi dan alat bukti merupakan hal
faktual. Namun, dengan adanya kondisi mental yang tidak stabil dimiliki oleh
TERDAKWA, maka sudi kiranya bagi Majelis Hakim untuk bersedia mengurangi
tuntutan yang akan diberikan bagi TERDAKWA.

Oleh karena semua unsur-unsur dan fakta yang mendukung pembuktian atas Surat
Dakwaan yang didalilkan kedalam Surat Tuntutan oleh Penuntut Umum terpenuhi secara
sah dan meyakinkan, maka TERDAKWA yaitu AQILA KANYANATASYA dijatuhi dengan
dakwaan (vrijspraak) dengan disertai keringanan hukum.

PERMOHONAN

Majelis Hakim yang kami muliakan;


Sdr penuntut umum yang kami hormati;
Hadiri sidang yang saya hormati

Selanjutnya kami serahkan sepenuhnya nasib dan masa depan TERDAKWA


kepada Majelis Hakim, karena Majeslis Hakimlah yang dapat menentukannya.
Setelah kami mengemukakan nota pembelaan ini, dengan terungkapnya
ketidaksesuaian unsur-unsur dari pasal yang didakwakan oleh Penuntut Umum, maka
kami selaku Penasihat Hukum TERDAKWA dengan segala kerendahan hati dalam
persidangan ini menyampaikan permohonan kepada Majelis Hakim yang arif dan
bijaksana agar berkenan untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

PRIMAIR :
1. Menyatakan TERDAKWA AQILA KANYANATASYA terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam dakwaan Pasal 340 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP
subsider Pasal 338 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
2. Menuntut AQILA KANYANATASYA dari segala dakwaan (vrijspraak) atau tetap
dijerat dengan segala tuntutan hukum (onslag van allerechtsvervolging).
3. Membebankan biaya perkara kepada negara.

SUBSIDAIR :
Apabila pengadilan atau Majelis hakim berkeyakinan lain terhadap perkara ini,
mohon putusan yang seadil-adilnya. (Ex A quo Et Bono)

Akhirnya sebelum kami menutup Pembelaan ini perkenankanlah kami mengutip


satu Adegium yang berbunyi “LEBIH BAIK MEMBEBASKAN SERIBU ORANG YANG
BERSALAH DARIPADA MENGHUKUM SATU ORANG YANG TIDAK BERSALAH”.

Demikian Nota Pembelaan ini disampaikan oleh Tim Penasihat Hukum


TERDAKWA pada 1 Agustus 2019 dalam Persidangan Pengadilan Negeri Malang.

Akhir kata rasa terimakasih kami ucapkan kepada Majelis Hakim dan Jaksa
Penuntut Umum telah dengan niat baik memperhatikan Pleidoi ini. Semoga Majelis Hakim
yang Mulia bersifat arif bijaksana dalam memutus perkara ini dan Tuhan Yang Maha Esa
memberikan Rahmat-Nya kepada kita semua yang telah mengupayakan tegaknya hukum
dan keadilan sejati dalam perkara ini.
Lex nemini operatur iniquum, neminini facit injuriam

Hukum tidak memberikan ketidakadilan kepada siapapun dan tidak


melakukan kesalahan kepada siapapun.

Malang, 1 Agustus 2019

Hormat kami,
Tim Penasihat Hukum
Terdakwa

Penasihat Hukum Penasihat Hukum

FELICIA MICHELLE, S.H., M.H. ALFRED NATHANAEL MUNTHE, S.H., M.H.


HUTRIANTO, S.H., LL.M.
.

Anda mungkin juga menyukai