Anda di halaman 1dari 13

Ejaan Bahasa Indonesia

OLEH :
HADMAYENY HADIS (2017055)
HARDEKAWATI (2017056)
JUNI KARLA SITOHANG (2017057)
KATARINA A.TAMBA (2017058)
MAIRAWATI (2017059)
MARIA VALENTINA (2017060)
MARINI (2017061)
AKADEMI FARMASI RANAH MINANG
TAHUN AJARAN 2018/2019

MATERI

A.LANDASAN TEORI

Ejaan merupakan penggambaran lambang-lambang bunyi ajaran dan interelasi antar


lambang dalam suatu bahasa. Ejaan mengalami tahap perkembangan, sebelum Ejaan
Yang Disempurnakan, ejaan telah mengalami perubahan berulang kali, yaitu yang
pertama Ejaan Van Ophuysen pada tahun 1901, kemudian Ejaan Republik (Soewandi)
pada tahun 1997, baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan yang diresmikan pada
tanggal 16 Agustus 1972.

Dalam kaitannya dengan pembakuan tata bahasa maupun kosa kata dan
peristilahan ,ejaan mempunyai fungsi sebagai berikut;

 Sebagai landasan pembakuan tata bahasa

 Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan

 Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia


B. SEJARAH SINGKAT EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan ditinjau dari dua segi, meliputi segi khusus dan segi umum. Secara khusus,
ejaan dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik
berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok
kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur
perlambangan bunyi bahasa.

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

1.Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku
Kitab Logat Melajoe, Ejaan tersebut disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang

dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan

Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan ini dituliskan oleh penulis, pada
umumnya memiliki aturan sendiri dan sangat beragam dalam menuliskan konsonan,
vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu. Beberapa hal yang cukup
menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut:

a) Huruf “y” ditulis dengan “j”

Contoh:

1.Sayang– Sajang

2.Yakin– Jakin

3.Saya– Saja
b) Huruf “u” ditulis dengan “oe”

Contoh:

1. Umum – Oemoem

2. Sempurna - Sempoerna

c) Huruf “k” ditulis dengan ( „ )

Contoh:

1.Rakyat– Ra‟yat

2.Bapak– Bapa‟

3.Rusak– Rusa‟

d) Huruf “j” ditulis dengan “dj”

Contoh:

1.Jakarta– Djakarta

2.Raja – Radja

3.Jalan– Djalan

e) Huruf “c” ditulis dengan “tj”

Contoh:

1. Pacar– Patjar

2. Cara – Tjara

3. Curang– Tjurang
f) Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch

Contoh:

1. Khawatir – Chawatir

2. Akhir – Achir

3. Makhluk – Machloe’

2.Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

Ejaan Republik disusun oleh Mr.Soewandi. Penyusunan ini dimaksudkan untuk


menyempurnakan Ejaan Van Ophuysen dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947 dan diresmikan dengan nama Ejaan Republik.

Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan ini:

1.Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam Ejaan
Republik.

2.Bunyi hamzah (“) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.

3.Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.

4.Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.

5.Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik.
Dalam ejaan ini digunakan e pepet sebagai bunyi pelancar kata khususnya pada
kata-kata baru yang asalnya tidak menggunakan e pepet misal:

Kritik – Keritik

Pabrik – Paberik

Praktik – Peraktik

3.Ejaan Melindo

Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama
Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan
sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu.
Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada
tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.

Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti
pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti
njonja, diganti dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru. (Dalam Ejaan
Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan ń.

4 .Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia


Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut
pedoman umum,karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun
ada hal-hal lain yang bersifat khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang di
sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang
Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun
sebelumnya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Ejaan EYD:
C. ATURAN PENULISAN HURUF

1.Pemenggalan Kata

Adakalanya kata harus dipenggal, misalnya karena pindah baris, atau untuk
keperluan lain. Kata-kata seperti labrak, keprok, dan caplok sering dipenggal menjadi
la-brak, ke-prok, dan ca-plok. Cara pemenggalan tersebut salah, dan yang benar
adalah lab-rak, kep-rok, dan cap-lok. Kata-kata serapan, seperti geografi, moderator,
dan musikus, sering dipenggal menjadi ge-o-graf-i, mo-de-rat-or, dan mu-sik-us.
Padahal kata-kata ini seharusnya dipenggal menjadi ge-o-gra-fi, mo-de-ra-tor,
mu-si-kus.

2.Penulisan Kata Depan dan Partikel


Kata depan di dan ke terpisah dengan kata yang mengikutinya. Berbeda dengan
penulisan awalan di dan ke yang harus digabung dengan kata dasarnya.

3.Penulisan Gabungan Kata

Unsur kata-kata yang bisa berdiri sendiri penulisannya dipisah. Sedangkan kata-kata
yang tida bisa berdiri sendiri penulisannya digabung.

4.Penulisan Kata Ulang

 Kata ulang dihasilkan dari proses perulangan dan ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung.

Contoh :Lari-lari, Ragu-ragu, kadang-kadang, dll.

 Kata ulang yang berubah bunyi.

Contoh :Sayur-mayur, Warna-warni, Bolak-balik.

 Perulanganberimbuhan sekaligus, diawal saja atau akhir.

Contoh: Berpeluk-pelukan, Berjalan-jalan, Hormat-menghormati.


5.Penulisan Kata Berimbuhan

Macam-macam bentuk imbuhan: meng-, per-, peng-, ter-, -an, -kan, -i Penulisan
Bentuk Gabungan Terikat

Gabungan kata adalah bentuk terikat yang tidak mandiri sebagai kata, tetapi memiliki
arti penuh. Contohnya:

…..kuselesaikan….. , ….kaunyatakan…, …bantuanmu…

6. Penulisan Bentuk Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah bentuk bahasa yang dipendekan dari kata atau kelompok kata yang
terdiri dari atas satu bunyi atau lebih.

1. Ada singkatan biasa (tanpa tanda titik) .

2. Singkatan umum (dengan tanda titik) .

3. Singkatan ukuran.

4. Akronim.

7.Penulisan Unsur Serapan

Penulisan kata serapan bahasa asing yang berimbuhan pada dasarnya tidak berbeda
dengan kata berimbuhan bahasa indonesia pada umumnya, yang memeperlakukan
kaidah peluluhan fonem-fonem tertentu. Fonem p,t,k meluluh
8.Penulisan Angka

Untuk menyatakan bilangan tingkat, harus diberi awalan ke- dan garis penghubung (-)
sehingga penulisannya sebagai berikut:

Contoh: juara ke-2

bangku ke-3 dari depan

abad ke-20

Untuk angka Romawi tidak perlu menggunakan awalan ke- dan garis penghubung.

Contoh: juara II

bangku III dari depan

abad XX

9.Penggunaan Tanda Baca

Permasalahan yang sering ditemukan adalah:

 Penggunaan tanda titik pada singkatan nama orang, nama gelar dan nama
lembaga

 Penggunaan tanda koma pada pemerincian

 Penggunaan tanda penghubung pada akhir baris dan pada gabungan kata yang
maknanya meragukan.
 Penggunaan tanda titik dua (:) dan kutip (“...”) pada kalimat

 langsung

10.Kata-kata Berejaan Kembar

Dewasa ini banyak dijumpai kata yang cara penulisannya bermacam-macam.

Misalnya, disamping ahli ada akhli ;

Disamping doa ada do‟a;

disamping masalah ada mas‟alah dan ada juga masualah.

Anda mungkin juga menyukai