Anda di halaman 1dari 19

3. A.

Masalah ejaan pada koran

Berdasarkan beberapa aspek yang menjadi permasalahan dalam penggunaan


ejaan, maka berikut ini adalah kesalahan-kesalahan yang terdapat pada
Koran Sindo :
1. Penggunan Huruf
Kesalahan :
• Berikutnya, kata dia Ketua GNPF MUI Ustaz Bachtiar Nasir, dan juru bicara
FPI Munarman.
• .Maka itu Negara harus mengutamakan keadilan sebagaimana diamanatkan
dalam Pancasila.
Seharusnya:
• Berikutnya, kata dia Ketua GNPF MUI Ustaz Bachtiar Nasir, dan Juru Bicara
FPI Munarman.
• . Maka itu negara harus mengutamakan keadilan sebagaimana diamanatkan
dalam Pancasila.
2. Penulisan Kata
Kesalahan :
• Berikutnya, kata dia Ketua GNPF MUI Ustaz Bachtiar Nasir, dan juru bicara
FPI Munarman.
• “Harus kita antisisipasi hal ini, jangan sampai akhirnya masyarakat
menyimpulkan hukum tumpul ke Ahok dan tajam ke ulama.
Seharusnya:
• Berikutnya, kata dia Ketua GNPF MUI Ustad Bachtiar Nasir, dan juru bicara
FPI Munarman.
• Harus kita antisipasi hal ini, jangan sampai akhirnya masyarakat
menyimpulkan hukum tumpul ke Ahok dan tajam ke ulama.
3. Penggunaan Tanda Baca
Kesalahan :

“Ini juga hal yang aneh, publik pun akhirnya membandingkan dengan aliran
dana ke Teman Ahok yang kerap disebut di publik hingga Rp30 miliar. Kenapa
tidak mendapatkan perlakukan serupa?” ucapnya.

Seharusnya :

“Ini juga hal yang aneh, publik pun akhirnya membandingkan dengan aliran
dana ke Teman Ahok yang kerap disebut di publik hingga Rp30 miliar. Kenapa
tidak mendapatkan perlakukan serupa?,” ucapnya.

B.masalah ejaan pada makalah

1. PEMAKAIAN HURUF-HURUF
2. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut
:A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.

1. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

1. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf :b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

1. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

1. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

1. Pemenggalan Kata
2. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
3. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
4. Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan.
5. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak
pernah diceraikan.
6. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
7. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
8. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1) diantara
unsur-unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan
1d di atas.

1. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING


2. Huruf Kapital Atau Huruf Besar

Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar
dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian
secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
8. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua
unsur kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti.

2. Huruf Miring
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
4. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
5. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
C.

C.Masalah ejaan pada skripsi

1. Pelesapan Huruf Saat Diberi Imbuhan


Memperlukan (Salah) Memerlukan (Benar)
Mengkonsumsi (Salah) Mengonsumsi (Benar)
Mencontek (Salah) Menyontek (Benar)
Masih banyak mahasiswa yang merasa kebingungan tentang
bagaimana penulisan kata setelah diberi imbuhan. Padahal ada
beberapa huruf yang hilang ketika diberi imbuhan tertentu. Seperti
misalnya huruf “p” dalam kata “perlu” yang dihilangkan ketika
mendapat imbuhan “meN-” menjadi “memerlukan”, dan lain
sebagainya.
Masalah pelesapan ini bisa kamu ketahui lebih lanjut dengan
membaca artikel ini. (Beri link ke artikel tentang pelesapan huruf)

2.Tidak Ada Tanda Strip Antara Kata Depan


dan Angka
“Pada usianya yang ke 31, ia menulis cerita pendeknya yang
berjudul…”
Adakah yang janggal dari kalimat di atas? Ya, tidak adanya
tanda strip antara kata depan dan angka 31. Dalam bahasa
Indonesia, jika penulisan angka ditulis dengan angka, maka kita
perlu membubuhkan tanda strip setelah kata depan. Jika angka
ditulis dengan huruf, maka kata depan ditulis melekat dengan angka
tersebut.
Misalnya:

“Ia meninggal tak lama setelah ulang tahunnya yang ke-90”


“Hari ini adalah ulang tahunnya yang kedua puluh.”
3. . Penulisan Kata/Kalimat Miring
“PBB atau yang dalam bahasa Inggris disebut United
Nations…”
Kata dalam bahasa asing atau dalam bahasa daerah harus ditulis
secara italic atau miring. Namun, dalam menulis skripsi, banyak
sekali mahasiswa yang lalai untuk menuliskannya dengan huruf
miring. Berikut adalah contoh penulisan yang benar.

“Tiga golongan tersebut adalah santri, abangan, dan priayi.”


“… kemudian membentuk organisasi persiapan kemerdekaan
dengan nama Dokuritsu Junbi Inkai…”

4.Penggunaan Kata Hubung “Namun”


“Gadget memang berguna bagi kehidupan manusia, namun
penggunaan yang berlebihan ternyata membawa dampak yang
buruk bagi kehidupan sosial mereka.”
Banyak yang mengira bahwa kata namun  dan tetapi  dapat saling
menggantikan. Tetapi ternyata dalam bahasa tulis, penggunaan
kedua kata hubung ini berbeda. Kata tetapi  memang boleh
diletakkan di tengah kalimat sebagai penghubung antar klausa, tapi
kata  namun tidak boleh diletakkan di tengah kalimat
karena namun merupakan penghubung antar kalimat. Sehingga,
posisinya harus berada di awal kalimat.

“Kebijakan ini diklaim pemerintah akan membawa perubahan


baik bagi masyarakat. Namun, banyak ahli yang menilai
kebijakan ini tidak berpihak kepada kalangan kecil.”

5. . Tidak Ada Koma Sebelum Kata “Dan”


“Sastrawan yang mewakili zaman Meiji antara lain Natsume
Soseki, Mori Ogai dan Ishikawa Takuboku.”
Sekilas terlihat tidak ada yang salah dengan kalimat di atas.
Namun, jika kamu jeli, kamu akan menemukan satu kesalahan
tanda baca dalam kalimat tersebut. Ya, tidak adanya tanda baca
koma sebelum dan. Padahal jika item yang disebutkan lebih dari
dua, perlu ada koma antara kata dan dengan kata sebelumnya.
Berikut adalah penulisan yang benar.

“Aku libur pada hari Sabtu dan Minggu”


“Ibu memasak sayur, daging, dan kerupuk untuk makan siang.”

6. Penggunaan Awalan Di
“Penulis menemukan fenomena campur kode dan alih kode
yang sering di lakukan oleh kedua pembicara dalam
percakapan tersebut…”
Banyak yang masih kebingungan dalam penggunaan di sebagai
awalan dan di sebagai kata depan. Contohnya adalah kalimat di
atas. Di pada kalimat di atas merupakan awalan, sehingga harus
ditulis melekat dengan kata kerja. Jadi penulisan yang benar
adalah dilakukan bukan di lakukan. Sedangkan di yang berupa
kata depan ditulis terpisah seperti berikut ini.

“Aku menunggumu di halte bus.”

D.Masalah ejaan karya tulis

1.Kesalahan pemakaian Huruf Kapital


Kesalahan penulisan ejaan dalam karya ilmiah berikutnya adalah masih banyak
naskah yang menggunakan huruf kapital bukan pada tempatnya. Sebagai contoh
kata Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Internasional, Asing,
Agama, Surga dan Akhirat yang sering ditulis dengan huruf awal kapital,
seharusnya ditulis dengan huruf awal kecil  saja karena tidak diikuti nama, sehingga
menjadi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, internasional, asing,
agama, surga, dan akhirat. Namun jika kata di atas diikuti nama, misalnya
sekolah dasar Cikeusal 1, maka harus di tulis dengan huruf awal kapital menjadi
Sekolah Dasar Cikeusal 1.

Kesalahan penulisan huruf kapital juga terjadi pada kata yang seharusnya ditulis
dengan huruf awal kapital, namun ditulis dengan huruf kecil, seperti Undang-
undang dasar 1945 dan Badan usaha milik negara. Seharusnya, kata - kata
tersebut ditulis dengan huruf-huruf awal kapital pada setiap kata karena merupakan
dokumen resmi dan nama diri. Penulisan yang benar adalah Undang-Undang
Dasar 1945 dan Badan Usaha Milik Negara.

Kesalahan penulisan di sebagai Kata Depan


atau sebagai Awalan
Kata di bisa berfungsi sebagai kata depan atau sebagai awalan. Tidak jarang
penulisan kata di sering dipertukarkan antara di sebagai kata depan
dengan di sebagai awalan. Kata di berfungsi sebagai kata depan  menunjukan arah
atau tempat dan merupakn jawaban atas pertanyaan di mana. Misalnya di man
anak itu bermain? Jawabannya : Di halaman.

Penulisan kata di sebagai kata depan harus dipisahkan dari kata yang


mengiringinya, sedangkan penulisan di sebagai awalan harus dituliskan serangkai
dengan kata yang mengiringinya baik di- yang ditambah kata dasar
maupun di- yang ditambah kata berimbuhan.

Sebagai Kata Depan Sebagai Awalan

Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

di sekolah disekolah diharapkan

di atas diatas dipengaruhi

di dalamnya didalamnya digunakan

di dunia didunia disebabkan oleh

di belakang dibelakang diberikan

di tempat berbeda ditempat berbeda ditawarkan

di tingkat sma ditingkat sma

di samping disamping

di berbagai jenjang diberbagai jenjang

di pihak lain dipihak lain

di mana dimana

style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; margin-bottom:


0cm;">dikehendaki
direalisasikan
dilepaskan

dinyatakan
ditemukan

di harapkan

di pengaruhi

di gunakan

di sebabkan oleh

di berikan

di tawarkan

di kehendaki

di realisasikan

di lepaskan

di nyatakan

di temukan

Kesalahan penulisan ke sebagai Kata Depan


atau sebagai Awalan
Seperti halnya kata di, kesalahan penulisan juga trejadi pada kata ke yang sering
dipertukarkan antara kata ke sebagai kata depan dengan kata ke sebagai awalan.
Sebagai kata depan, ke harus dituliskan secara terpisah, sebaliknya jika sebagai
awalan harus dituliskan secara serangkai.

Kata ke sebagai kata depan biasanya menyatakan arah atau tujuan atas pertanyaan
ke mana, seperti ke sana, ke atas, ke sini, ke samping, ke laut, ke udara, ke langit
dan sebagainya. Sedangkan ke sebagai awalan tidak menunjukan arah atau tujuan,
seperti ketua, kehujana, kehendak, keinginan, kedinginan, kekasih dan sebagainya.

Kesalahan penulisan Peluluhan Bunyi k, p, s, t


Di dalam naskah karya tulis ilmiah sering dijumpai pembentukan kata yang tidak
tepat. Salah satu kaidah bahasa Indonesia menyatakan bahwa jika kata dasar
berbunyi awal /k/, /p/, /s/, /t/ ditambah imbuhan meng-, meng-...-kan, meng-...-i,
peng-, atau peng-...-an, bunyi /k/, /p/, /s/, /t/ itu harus luluh atau lebur menjadi
bunyi sengau. Kaidah itu juga berlaku bagi kata-kata yang berasal dari bahasa asing
yang sekarang menjadi warga kosakata bahasa Indonesia.
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

mengalkulasikan mengkalkulasikan

mengambinghitamkan mengkambinghitamkan

mengultuskan mengkultuskan

memesona mempesona

menerjemahkan menterjemahkan

menahapkan mentahapkan

menyukseskan mensukseskan

menargetkan mentargetkan

menyuplai mensuplai

menyurvei mensurvei

mengomunikasikan mengkomunikasikan

memublikasikan mempublikasikan

mengoordinasi mengkoordinasi, mengkoordinir

menaati mentaati

memengaruhi mempengaruhi

penafsiran pentafsiran

penahapan pentahapan

penargetan pentargetan

penerjemahan penterjemahan

penyurvei pensurvei

penyuksesan pensuksesan

penyuplai pensuplai

penyabotan pensabotan

pengultusan pengkultusan

Kaidah di atas tidak berlaku bagi kata - kata serapan yang bunyi awal katanya
berupa gugus konsonan, seperti sp, tr, kl, dan kr. Misalnya :

 sponsor menjadi mensponsori atau pensponsoran
 traktor menjadi mentraktor atau pentraktoran
 klasifikasi menjadi mengklasifikasi atau pengkalsifikasian
 kritik menjadi mengkritik atau pengkritikan
 kristal menjadi mengkristal atau pengkristalan
Kesalahan penulisan Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata ada yang harus dituliskan terpisah, ada juga yang
dituliskan serangkai. Kesalahan penulisan gabungan kata seringkali terjadi dengan
mempertukarkan yang seharunya dituliskan terpisah dengan dituliskan serangkai.

Contoh gabungan kata yang harus dituliskan terpisah, seperti tata bahasa, juru
tulis, kerja sama, kambing hitam, tepuk tangan, anak emas, duta
besar, dan beri tahu. Sedangkan contoh yang dituliskan serangkai jumlahnya
sangat terbatas, seperti manakala, matahari, sekaligus, barangkali, daripada,
bumiputra, apabila, bagaimana, saputangan, dan halalbihalal.

Ada lagi gabungan kata yang salah satu unsurya merupakan bentuk yang tidak
berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh, tetapi bentuk itu
merupakan unsur terikat yang selalu muncul dalam kombinasi. Gabungan kata
seperti itu harus dituliskan serangkai. Misalnya :

Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

amoral a moral

saptakrida sapta krida

antarwarga antar warga

subpanitia sub panitia

antarkota antar kota

subseksi sub seksi

dwiwarna dwi warna

tunanetra tuna netra

ekstrakurikuler ekstra kurikuler

tunarungu tuna rungu

mahakuasa maha kuasa

monoteisme mono teisme

purnawirawan purna wirawan

semiprofesional semi profesional

purnasarjana purna sarjana


pascaperang pasca perang

Kesalahan penulisan Gabungan Kata yang


Berimbuhan
Kesalahan yang sering dijumpai berikutnya adalah ketika gabungan kata mendapat
imbuhan ada yang harus ditulis tetap terpisah, ada juga yang harus dituliskan
serangkai.

Aapabila gabungan kata hanya memperoleh awalan, awalan itu harus dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya, tetapi kata pertama dengan kata kedua
tetap dituliskan terpisah. Misalnya : me + sebar luas dituliskan menjadi menyebar
luas atau ber + kerja sama dituliskan menjadi bekerja sama.

Demikian juga, jika gabungan kata itu memperoleh akhiran, yang dituliskan serangai
itu hanya akhiran dengan kata kedua, sedangkan kata pertama tetap dituliskan
terpisah. Misalnya hancur leburkan dan lipat gandakan.

Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, maka
penulisannya serangkai seluruhnya. Misalnya menyebarluaskan,
dikerjasamakan, menghancurleburkan, dan dilipatgandakan.

Penulisan Partikel pun
Pada dasarnya, partikel pun yang mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat atau
kata bilangan harus dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di
sana merupakan kata lepas.
Misalnya :

ayah pun

seratus pun

tingginya pun

ke mana pun

satu kali pun


Akan tetapi, kata-kata berikut ini pun harus dituliskan serangkai karena sudah
dianggap padu benar. Kata-kata tersebut yaitu adapun, andaipun,
bagaimanapun, kalaupun, ataupun, kendatipun, maupun, sekalipun,
sungguhpun, dan walaupun.

Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', atau 'tiap' dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya :

per meter

per kapita

satu per satu

per kilogram

per Januari

per liter

Akan tetapi, per yang menunjukan pecahan atau imbuhan harus dituliskan serangkai


dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya :

lima tiga perdelapan

empat pertiga

dua pertiga

perempat final

satu perdua

Penggunaan Tanda Hubung (-)


Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan kata ulang. Perhatikan contoh berikut
:
meloncat-loncat

gerak-gerik

sayur-mayur

bolak-balik

ramah-tamah

porak-poranda

berliku-liku

lauk-pauk

Tanda hubung juga harus digunakan antara huruf kecil dengan huruf kapital dalam
kata berimbuhan baik awalan maupun imbuhan antara dua unsur kata yang tidak
dapat berdiri sendiri. Misalnya :
rahmat-Nya

di sisi-Nya

hamba-Mu

atas rahmat-Mu

se-Jawa Barat

se-Indonesia

non-RRC

KTP-nya

Antara huruf dan angka dalam satu ungkapan juga harus menggunakan tanda
hubung. Misalnya : 
ke-2

ke-1

tahun 80-an

Jika dalam tulisan terpaksa menggunakan bahasa asing yang belum diserap,
kemudian kata tersebut diberi imbuhan bahasa Indonesia, penulisannya
diserangkaikan dengan tanda hubung. Dalam hubungan ini, kata asingnya perlu
digarisbawahi atau dicetak miring. Misalnya :

men-charter

di-reccall

men-tackle

4.Bidan (bahasa Inggris: midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti program


pendidikan bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktik bidan. Definisi ini ditetapkan melalui kongres ICM (International
Confederation of Midwives) ke-27 yang dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane
Australia.

Pengertian dan Gambaran Umum

Ilmu Kebidanan dan Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada perawatan
sistem reproduksi wanita. Tugas utama seorang ahli kandungan adalah melakukan pengawasan
dan penanganan pada masa kehamilan, selain itu, ahli kandungan juga bertanggung jawab untuk
mengawal proses melahirkan dan masa nifas, atau periode sampai 6 minggu setelah kelahiran. Di
sisi lain, seorang ginekolog juga berhubungan dengan kesehatan sistem reproduksi wanita secara
umum; pemeriksaan, perawatan, pengelolaan komplikasi kebidanan, dan tindakan yang melibatkan
komponen pembedahan. Ilmu kebidanan dan ginekologi dipelajari bersamaan karena memiliki
dasar ilmu yang saling melengkapi, sehingga seorang dokter yang telah menyelesaikan pelatihan
itu disebut OB/GYN dan dapat melakukan kedua peran itu secara bersamaan.

5.Bidan noni sedang menolong ibu melahirkan di pukesmas

6. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang di akui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Repbulik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebiodanan.

Ilmu Kebidanan itu sendiri adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa yang berbagai disiplin
ilmu atau multidisiplin yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu
keperawatan, ilmu sosial, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan
ilmu manajemen, untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

Di dalam ruang lingkup kerja kebidanan, bidan akan memberikan pelayanan kebidanan yang
sesuai standart, praktik kebidanan yang tidak perlu diragukan lagi, manajemen dalam asuhan
kebidanan, kemudian bidan akan memberikan asuhan kebidanan untuk pengambilan keputusan dan
tindakan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan. Kiat kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana.

Kemudian ruang lingkup kerja bidan di atas berpegang pada paradigma, berupa pandangan
terhadap manusia/wanita, lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan.

7.

Assalamualaikum Wr. Wb.


Yang terhormat seluruh para hadirin sekalian di tempat ini.
Pada hari ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada kehadirat Allah SWT, karena
atas berkah dan rahmat-Nya kita semua dapat di sini dan lebih memahami
mengenai pentingnya pendidikan moral. Perjumpaan kali ini, kita harapkan untuk
dapat berkontribusi dalam membangun karakter atau moral dari generasi muda
berikutnya.
Seperti yang kita ketahui dari banyak berita, sering sekali terjadi tawuran antar
pelajar, kasus pencurian, perampokan, dan pembunuhan. Sebagai generasi masa
kini, Anda juga dapat turut berkontribusi dalam mengurangi angka kriminalitas ini.
Caranya adalah dengan memperkuat dan menggencarkan pelajaran moral kepada
anak bangsa saat ini. Mengubah generasi yang sudah terlanjur tua akan lebih susah
dibandingkan dengan mengubah generasi yang lebih muda.
Jadi bagi Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian, kini saat Anda untuk lebih memberikan
pendidikan moral sejak dini. Anak-anak Anda akan menjadi harapan di masa depan.
Yang jelas, pendidikan moral ini merupakan tanggung jawab kedua orang tua.
Cara yang paling mudah untuk menanamkan moral adalah dengan menceritakan
berbagai macam cerita yang berisikan moral. Salah satu cerita yang berisikan moral
adalah cerita rakyat Malin Kundang. Di dalam kisah Malin Kundang, anak akan
memahami bahwa hormat kepada orang tua adalah hal yang sangat penting.
Selain itu, Anda yang sangat menyukai berbagai dongeng dari luar negeri, juga
dapat menceritakan tentang kisah Tikus dan Burung Hantu dari cerita rakyat Jepang.
Cerita tersebut memiliki pendidikan moral berupa jangan pernah mengambil sesuatu
yang menjadi hak orang lain.
Walaupun tujuannya hanya meminjam, perlu untuk terlebih dahulu meminta izin.
Selain itu, cerita itu juga mnegajarkan moral kepada anak-anak akan pentingnya
untuk menepati janji. Dengan menceritakan berbagai macam dongeng setiap
harinya, maka akan banyak sekali pendidikan moral yang dicerna oleh anak-anak.
Sekian pidato dari saya mengenai pentingnya pendidikan moral. Bila terdapat
kesalahan dalam berkata, saya mohon maaf.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

8. Pengaturan Tetesan Infus

a.       Pengertian

Menghitung kecepatan infus untuk mencegah ketidaktepatan pemberian cairan.

b.      Tujuan

1)      Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok

2)      Mencegah kelebihan cairan pada klien

c.       Persiapan Alat

Kertas dan pensil serta jam dengan jarum detik

d.      Pelaksanaan

Baca program dokter dan ikuti “Lima Benar “ untuk memastikan larutan yang benar. Cairan IV adalah
obat, dengan mengikuti lima benar akan mengurangi kemungkinan salah obat.

e.       Cari tahu kalibrasi dalam tetes permiliter dari set infus (sesuai dengan petunjuk ada bungkus)

1)      Tetesan mikro (mikrodrip), 1 cc = 60 tetes. Selang mikrodrip juga desebut selang pediatri umumnya
memberan 60 tetes/cc yang digunakan untuk pemberian dengan volume kecil atau dalam jumlah
yang sangat tepat.

2)      Tetesan makro (makrodrip),  1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20 tets

3)      Tetesan infus diatur sesuai program pengobatan, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat

4)      Pilihlah salah satu rumus berikut

Ada dua metode untuk menghitung jumlah tetesan, yakni sebagai berikut.

a.      Jumlah milliter/jam. Jumlah tetesan dihitung engan membandingkan volume cairan yang harus
diberikan (ml) dengan lamanya pemberian (jam)

Rumus mililiter perjam

Contoh

Jika cairan infus yang tersedia 3000 ml cairan RL harus diberikan dalam 24 jam. Dengan demikian,
b.      Tetesan permenit. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalihkan jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)
dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian (menit). Faktor tetes
ditentukan berdasarkan alat yang digunakan. Rumus pmberian cairan adalah sebagai berikut.

Pedoman

1)      Faktor tetes makro : 20 tetes

2)      Faktor tetes mikro                  : 60 tetes

3)      1 kolf                                      : 500 ml

Contoh

1)      Seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus-menerus. Dari pengkajian
ditemukan tanda-tanda ehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus mendapatkan terapi
cairan interven. Dokter mengintruksikanpemberian tiga kolf RL dalam 24 jam. Dengan demikian,
jumlah tetesan infus/menit untuk klien tersebut dalah ssebagai berikut.

2)      Jika dibutuhkan cairan infus 1000 cc dalam delapan jam dengan tetesan 20 tetes/cc berapa tetes
permenit cairan tersebut harus diberikan?

Jawab:

3)      Tetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama satu menit dengan
jam, kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan infus. Periksa
kecepatan ini setiap jam. Menentukan apakah cairan yang sedang diberikan terlalu lambat atau
terlalu cepat.

4)      Dokumentasikan ada catatan perawat mengenai larutan dan eaktu. Mencatat status intravena dan
respons klien.

f.       Implikasi Keperawatan

Selama terapi intervena, perawat harus melakukan hal sebagai berikut.

a)      Mempertahankan kepatenan infus intervena.


b)      Memenuhi kebutuhan rasa nyaman klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan memenuhi
kebutuhan higien personal klien dan membantu mobilisasi (misl tuun dari tempat tidur, berjalan,
makan, minum, dan lain-lain).

c)      Melakukan observasi terhadap komplikasi yang mungkin muncul, seperti sebagai berikut:

1)      Infiltrasi, yaitu masuknya cairan ke jaringan subkutan yang sitandai dengan bengkak, dingin, nyeri,
dan terhambatnya tetesan infus.

2)      Flebitis, yaitu trauma mekanik atau iritasi kimiawi pada vena yang ditandai dengan nyeri, panas, dan
kemerahan ada vena tempat pemasangan infus.

3)      Kelebihan cairan akibat tetesan infus yang trlalu cepat, yang diandai dengan perasaan kedinginan,
adanya cairan akibat tetesan infus yang terlalu cepat yang diandai dengan perasaan kedinginan,
adanya cairan pada paaru yang teramati pada foto toraks, dan lain-lain.

d)     Mengatur tetesan infus secara tepat. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat, antara lain sebagai
berikut:

1)      Tetesan yang terlalu cepat dapat menyebabkan masalah pada fungsi paru dan jantung.

2)      Tetesan yang terlalu lambat menyebabkan asupan cairan dan elektrolit yang tidak adekuat.

e)      Mengganti botol infus. Penggantian botol dilakukan apabila cairan sudah berada di leher botol dan
teesan masih berjalan. Sebaiknya, prosedur ini dilakukan dalam 24 jam untuk mencegah flebitis dan
pembentukan trombus. Secara umum, prosedur penggantian botol infus adalah sebagai berikut:

1)      Siapkan botol baru yang akan digunakan

2)      Klem slang infus agar tidak terjadi penghentian tetesan atau pembuntuan darah.

3)      Tarik jarum dari botol lama dan segera tusukkan pada botol baru yang sebelumnya sudah d
disenfeksi dengan kapas alkohol 70%.

4)      Gantungkan botol kembali.

5)      Buka klem dan hitung kembali teesan secara benar.

6)      Pasang label.

7)      Catat tindakan yang dilakukan pada lembar observasi atau prosedur tindakan.

f)       Mengganti slang infus. Prosedur ini dilakukan paling lambat setelah 3x24 jam, dan centers for
disease control (CDC) menganjurkan agar tidak lebih dari 2 x 24 jam.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikt:

1)      Siapkan set infus yang baru, termasuk botol cairan infus yang diresapkan.

2)      Alirkan cairan sepanjang slang, gantungkan botol cairan, dan tutu klem pada standar infus.

3)      Pegang poros jarum dengan sau tangan dan tangan yang lain melepaskan slang.

4)      Sambungkan slang yang baru ke poros jarum.


5)      Langkah selanjutnya sama dengan prosedur pemasangan infus baru.

g)      Menghentikan terapi intravena. Prosedur ini dilakukan apabila programterapi sudah selesai jika
hendak dilakukan penusukan yang baru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1)      Tutup klem infus.

2)      Buka slang pada area penusukan samb memegang jarum.

3)      Tarik jarum secepatnya dan beri penekanan pada area bekas tusukan dengan kapas alkohol selama
2-3 menit untuk mencegah perdarahan.

4)      Tutup area bekas tusukan dengan menggunakan kasa steril.

5)      Catat eaktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang terssa di botol.

Anda mungkin juga menyukai