“Ini juga hal yang aneh, publik pun akhirnya membandingkan dengan aliran
dana ke Teman Ahok yang kerap disebut di publik hingga Rp30 miliar. Kenapa
tidak mendapatkan perlakukan serupa?” ucapnya.
Seharusnya :
“Ini juga hal yang aneh, publik pun akhirnya membandingkan dengan aliran
dana ke Teman Ahok yang kerap disebut di publik hingga Rp30 miliar. Kenapa
tidak mendapatkan perlakukan serupa?,” ucapnya.
1. PEMAKAIAN HURUF-HURUF
2. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut
:A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
1. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
1. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf :b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
1. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
1. Pemenggalan Kata
2. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
3. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
4. Jika di tengah ada kata huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua buah huruf vocal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan.
5. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak
pernah diceraikan.
6. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
7. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan betuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
8. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat dilakukan (1) diantara
unsur-unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan
1d di atas.
Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar
dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian
secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
8. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua
unsur kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul
karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
2. Huruf Miring
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
4. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
5. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
C.
6. Penggunaan Awalan Di
“Penulis menemukan fenomena campur kode dan alih kode
yang sering di lakukan oleh kedua pembicara dalam
percakapan tersebut…”
Banyak yang masih kebingungan dalam penggunaan di sebagai
awalan dan di sebagai kata depan. Contohnya adalah kalimat di
atas. Di pada kalimat di atas merupakan awalan, sehingga harus
ditulis melekat dengan kata kerja. Jadi penulisan yang benar
adalah dilakukan bukan di lakukan. Sedangkan di yang berupa
kata depan ditulis terpisah seperti berikut ini.
Kesalahan penulisan huruf kapital juga terjadi pada kata yang seharusnya ditulis
dengan huruf awal kapital, namun ditulis dengan huruf kecil, seperti Undang-
undang dasar 1945 dan Badan usaha milik negara. Seharusnya, kata - kata
tersebut ditulis dengan huruf-huruf awal kapital pada setiap kata karena merupakan
dokumen resmi dan nama diri. Penulisan yang benar adalah Undang-Undang
Dasar 1945 dan Badan Usaha Milik Negara.
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
di samping disamping
di mana dimana
dinyatakan
ditemukan
di harapkan
di pengaruhi
di gunakan
di sebabkan oleh
di berikan
di tawarkan
di kehendaki
di realisasikan
di lepaskan
di nyatakan
di temukan
Kata ke sebagai kata depan biasanya menyatakan arah atau tujuan atas pertanyaan
ke mana, seperti ke sana, ke atas, ke sini, ke samping, ke laut, ke udara, ke langit
dan sebagainya. Sedangkan ke sebagai awalan tidak menunjukan arah atau tujuan,
seperti ketua, kehujana, kehendak, keinginan, kedinginan, kekasih dan sebagainya.
mengalkulasikan mengkalkulasikan
mengambinghitamkan mengkambinghitamkan
mengultuskan mengkultuskan
memesona mempesona
menerjemahkan menterjemahkan
menahapkan mentahapkan
menyukseskan mensukseskan
menargetkan mentargetkan
menyuplai mensuplai
menyurvei mensurvei
mengomunikasikan mengkomunikasikan
memublikasikan mempublikasikan
menaati mentaati
memengaruhi mempengaruhi
penafsiran pentafsiran
penahapan pentahapan
penargetan pentargetan
penerjemahan penterjemahan
penyurvei pensurvei
penyuksesan pensuksesan
penyuplai pensuplai
penyabotan pensabotan
pengultusan pengkultusan
Kaidah di atas tidak berlaku bagi kata - kata serapan yang bunyi awal katanya
berupa gugus konsonan, seperti sp, tr, kl, dan kr. Misalnya :
sponsor menjadi mensponsori atau pensponsoran
traktor menjadi mentraktor atau pentraktoran
klasifikasi menjadi mengklasifikasi atau pengkalsifikasian
kritik menjadi mengkritik atau pengkritikan
kristal menjadi mengkristal atau pengkristalan
Kesalahan penulisan Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata ada yang harus dituliskan terpisah, ada juga yang
dituliskan serangkai. Kesalahan penulisan gabungan kata seringkali terjadi dengan
mempertukarkan yang seharunya dituliskan terpisah dengan dituliskan serangkai.
Contoh gabungan kata yang harus dituliskan terpisah, seperti tata bahasa, juru
tulis, kerja sama, kambing hitam, tepuk tangan, anak emas, duta
besar, dan beri tahu. Sedangkan contoh yang dituliskan serangkai jumlahnya
sangat terbatas, seperti manakala, matahari, sekaligus, barangkali, daripada,
bumiputra, apabila, bagaimana, saputangan, dan halalbihalal.
Ada lagi gabungan kata yang salah satu unsurya merupakan bentuk yang tidak
berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh, tetapi bentuk itu
merupakan unsur terikat yang selalu muncul dalam kombinasi. Gabungan kata
seperti itu harus dituliskan serangkai. Misalnya :
amoral a moral
Aapabila gabungan kata hanya memperoleh awalan, awalan itu harus dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya, tetapi kata pertama dengan kata kedua
tetap dituliskan terpisah. Misalnya : me + sebar luas dituliskan menjadi menyebar
luas atau ber + kerja sama dituliskan menjadi bekerja sama.
Demikian juga, jika gabungan kata itu memperoleh akhiran, yang dituliskan serangai
itu hanya akhiran dengan kata kedua, sedangkan kata pertama tetap dituliskan
terpisah. Misalnya hancur leburkan dan lipat gandakan.
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, maka
penulisannya serangkai seluruhnya. Misalnya menyebarluaskan,
dikerjasamakan, menghancurleburkan, dan dilipatgandakan.
Penulisan Partikel pun
Pada dasarnya, partikel pun yang mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat atau
kata bilangan harus dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di
sana merupakan kata lepas.
Misalnya :
ayah pun
seratus pun
tingginya pun
ke mana pun
Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', atau 'tiap' dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya :
per meter
per kapita
per kilogram
per Januari
per liter
empat pertiga
dua pertiga
perempat final
satu perdua
gerak-gerik
sayur-mayur
bolak-balik
ramah-tamah
porak-poranda
berliku-liku
lauk-pauk
Tanda hubung juga harus digunakan antara huruf kecil dengan huruf kapital dalam
kata berimbuhan baik awalan maupun imbuhan antara dua unsur kata yang tidak
dapat berdiri sendiri. Misalnya :
rahmat-Nya
di sisi-Nya
hamba-Mu
atas rahmat-Mu
se-Jawa Barat
se-Indonesia
non-RRC
KTP-nya
Antara huruf dan angka dalam satu ungkapan juga harus menggunakan tanda
hubung. Misalnya :
ke-2
ke-1
tahun 80-an
Jika dalam tulisan terpaksa menggunakan bahasa asing yang belum diserap,
kemudian kata tersebut diberi imbuhan bahasa Indonesia, penulisannya
diserangkaikan dengan tanda hubung. Dalam hubungan ini, kata asingnya perlu
digarisbawahi atau dicetak miring. Misalnya :
men-charter
di-reccall
men-tackle
Ilmu Kebidanan dan Ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada perawatan
sistem reproduksi wanita. Tugas utama seorang ahli kandungan adalah melakukan pengawasan
dan penanganan pada masa kehamilan, selain itu, ahli kandungan juga bertanggung jawab untuk
mengawal proses melahirkan dan masa nifas, atau periode sampai 6 minggu setelah kelahiran. Di
sisi lain, seorang ginekolog juga berhubungan dengan kesehatan sistem reproduksi wanita secara
umum; pemeriksaan, perawatan, pengelolaan komplikasi kebidanan, dan tindakan yang melibatkan
komponen pembedahan. Ilmu kebidanan dan ginekologi dipelajari bersamaan karena memiliki
dasar ilmu yang saling melengkapi, sehingga seorang dokter yang telah menyelesaikan pelatihan
itu disebut OB/GYN dan dapat melakukan kedua peran itu secara bersamaan.
6. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang di akui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Repbulik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebiodanan.
Ilmu Kebidanan itu sendiri adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa yang berbagai disiplin
ilmu atau multidisiplin yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu
keperawatan, ilmu sosial, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan
ilmu manajemen, untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
Di dalam ruang lingkup kerja kebidanan, bidan akan memberikan pelayanan kebidanan yang
sesuai standart, praktik kebidanan yang tidak perlu diragukan lagi, manajemen dalam asuhan
kebidanan, kemudian bidan akan memberikan asuhan kebidanan untuk pengambilan keputusan dan
tindakan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan. Kiat kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam
bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana.
Kemudian ruang lingkup kerja bidan di atas berpegang pada paradigma, berupa pandangan
terhadap manusia/wanita, lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan.
7.
a. Pengertian
b. Tujuan
1) Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok
c. Persiapan Alat
d. Pelaksanaan
Baca program dokter dan ikuti “Lima Benar “ untuk memastikan larutan yang benar. Cairan IV adalah
obat, dengan mengikuti lima benar akan mengurangi kemungkinan salah obat.
e. Cari tahu kalibrasi dalam tetes permiliter dari set infus (sesuai dengan petunjuk ada bungkus)
1) Tetesan mikro (mikrodrip), 1 cc = 60 tetes. Selang mikrodrip juga desebut selang pediatri umumnya
memberan 60 tetes/cc yang digunakan untuk pemberian dengan volume kecil atau dalam jumlah
yang sangat tepat.
3) Tetesan infus diatur sesuai program pengobatan, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat
Ada dua metode untuk menghitung jumlah tetesan, yakni sebagai berikut.
a. Jumlah milliter/jam. Jumlah tetesan dihitung engan membandingkan volume cairan yang harus
diberikan (ml) dengan lamanya pemberian (jam)
Contoh
Jika cairan infus yang tersedia 3000 ml cairan RL harus diberikan dalam 24 jam. Dengan demikian,
b. Tetesan permenit. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalihkan jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)
dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian (menit). Faktor tetes
ditentukan berdasarkan alat yang digunakan. Rumus pmberian cairan adalah sebagai berikut.
Pedoman
Contoh
1) Seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus-menerus. Dari pengkajian
ditemukan tanda-tanda ehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus mendapatkan terapi
cairan interven. Dokter mengintruksikanpemberian tiga kolf RL dalam 24 jam. Dengan demikian,
jumlah tetesan infus/menit untuk klien tersebut dalah ssebagai berikut.
2) Jika dibutuhkan cairan infus 1000 cc dalam delapan jam dengan tetesan 20 tetes/cc berapa tetes
permenit cairan tersebut harus diberikan?
Jawab:
3) Tetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama satu menit dengan
jam, kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan infus. Periksa
kecepatan ini setiap jam. Menentukan apakah cairan yang sedang diberikan terlalu lambat atau
terlalu cepat.
4) Dokumentasikan ada catatan perawat mengenai larutan dan eaktu. Mencatat status intravena dan
respons klien.
f. Implikasi Keperawatan
c) Melakukan observasi terhadap komplikasi yang mungkin muncul, seperti sebagai berikut:
1) Infiltrasi, yaitu masuknya cairan ke jaringan subkutan yang sitandai dengan bengkak, dingin, nyeri,
dan terhambatnya tetesan infus.
2) Flebitis, yaitu trauma mekanik atau iritasi kimiawi pada vena yang ditandai dengan nyeri, panas, dan
kemerahan ada vena tempat pemasangan infus.
3) Kelebihan cairan akibat tetesan infus yang trlalu cepat, yang diandai dengan perasaan kedinginan,
adanya cairan akibat tetesan infus yang terlalu cepat yang diandai dengan perasaan kedinginan,
adanya cairan pada paaru yang teramati pada foto toraks, dan lain-lain.
d) Mengatur tetesan infus secara tepat. Hal-hal yang harus diperhatikan perawat, antara lain sebagai
berikut:
1) Tetesan yang terlalu cepat dapat menyebabkan masalah pada fungsi paru dan jantung.
2) Tetesan yang terlalu lambat menyebabkan asupan cairan dan elektrolit yang tidak adekuat.
e) Mengganti botol infus. Penggantian botol dilakukan apabila cairan sudah berada di leher botol dan
teesan masih berjalan. Sebaiknya, prosedur ini dilakukan dalam 24 jam untuk mencegah flebitis dan
pembentukan trombus. Secara umum, prosedur penggantian botol infus adalah sebagai berikut:
2) Klem slang infus agar tidak terjadi penghentian tetesan atau pembuntuan darah.
3) Tarik jarum dari botol lama dan segera tusukkan pada botol baru yang sebelumnya sudah d
disenfeksi dengan kapas alkohol 70%.
6) Pasang label.
7) Catat tindakan yang dilakukan pada lembar observasi atau prosedur tindakan.
f) Mengganti slang infus. Prosedur ini dilakukan paling lambat setelah 3x24 jam, dan centers for
disease control (CDC) menganjurkan agar tidak lebih dari 2 x 24 jam.
1) Siapkan set infus yang baru, termasuk botol cairan infus yang diresapkan.
2) Alirkan cairan sepanjang slang, gantungkan botol cairan, dan tutu klem pada standar infus.
3) Pegang poros jarum dengan sau tangan dan tangan yang lain melepaskan slang.
g) Menghentikan terapi intravena. Prosedur ini dilakukan apabila programterapi sudah selesai jika
hendak dilakukan penusukan yang baru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
3) Tarik jarum secepatnya dan beri penekanan pada area bekas tusukan dengan kapas alkohol selama
2-3 menit untuk mencegah perdarahan.
5) Catat eaktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang terssa di botol.