Anda di halaman 1dari 42

Bab 9

Penggunaan Ejaan dalam


Bahasa Indonesia
Penggunaan Ejaan dalam
Bahasa Indonesia
•Penulisan Huruf
•Penulisan Kata
•Penggunaan Tanda Baca
•Penulisan Unsur Serapan
Penggunaan Ejaan dalam
Bahasa Indonesia
• Ejaan: Keseluruhan peraturan tentang pelambangan
bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang
itu.
– Pemakaian dan penulisan huruf
– Penulisan kata
– Penulisan unsur serapan
– Pemakaian tanda baca

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 3


Penggunaan Ejaan dalam
Bahasa Indonesia: PUEBI
• Ejaan yang berlaku saat ini didasarkan pada Peraturan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI).
– Merupakan penyempurnaan Peraturan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun 2009, yang
ketika itu disebut dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD).

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 4


Penulisan Huruf
• Penulisan huruf
berdasarkan PUEBI:
1. Penulisan huruf besar
(huruf kapital)
2. Penulisan huruf miring
3. Penulisan huruf tebal

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 5


Penulisan Huruf Besar (Huruf Kapital)
a. Huruf pertama kata pada awal kalimat.
b. Huruf pertama petikan langsung.
c. Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, agama, dan kitab suci.
d. Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
e. Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang; atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
f. Huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan, kecuali:
•de, van, der (Belanda), von (Jerman), atau da (Portugis)
•bin atau binti
•nama jenis atau satuan, kecuali berupa singkatan
g. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah;
kecuali peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Penulisan Huruf Besar (Huruf Kapital) [lanjutan]
h. Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa; kecuali kata turunan.
i. Huruf pertama nama geografi, kecuali yang tidak menjadi unsur
nama diri, dan yang digunakan sebagai nama jenis.
j. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi; kecuali kata seperti “dan”.
•Termasuk jika merujuk pada satu nama atau lembaga tertentu.
•Kecuali yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi.
k. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama lembaga resmi, lembaga kenegaraan, badan, dokumen resmi, dan
judul karangan.
l. Huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan; kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk
(yang tidak terletak pada posisi awal).
m. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan (bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, paman) yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Penulisan Huruf Besar (Huruf Kapital) [lanjutan]
n. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
•Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi (termasuk
singkatannya) diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 257/M/KPT/2017.

Penulisan Huruf Miring


Dalam cetakan:
a. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
(termasuk daftar pustaka).
•Kecuali judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan; tidak
dituliskan dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
b. Menegaskan/mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
c. Kata nama ilmiah atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Dalam tulisan tangan atau ketikan, diganti dengan garis bawah.
Penulisan Huruf Tebal
Dalam cetakan:
a. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
b. Tidak untuk menegaskan/mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata.
c. Dalam kamus, untuk menuliskan lema/sublema, dan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, diganti dengan garis bawah ganda.
Penulisan Kata
• Kata Dasar • Singkatan dan
• Kata Berimbuhan Akronim
• Kata Ulang • Angka dan Bilangan
• Gabungan Kata • Kata Ganti ku–, kau–, –
• Suku Kata mu, dan –nya
• Kata Depan di, ke, dari • Kata si dan sang
• Partikel

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 10


Kata Dasar
Kata dasar belum mengalami pengimbuhan, perulangan, ataupun
pemajemukan.

Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan telah diimbuhi awalan, sisipan, atau akhiran.
a. Antara imbuhan dan kata dasar harus ditulis serangkai.
b. Jika kata dasarnya berhuruf awal kapital, atau bukan bahasa
Indonesia, maka harus dituliskan tanda penghubung.
c. Jika mengimbuhi gabungan kata, maka ditulis serangkai.
d. Jika kata maha (unsur gabungan) merujuk Tuhan dan diikuti:
•Kata berimbuhan: Ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan
huruf kapital.
•Kata dasar, kecuali Esa, maka ditulis serangkai.
e. Kata tak (unsur gabungan dalam peristilahan) ditulis serangkai
dengan bentuk dasar yang mengikutinya, kecuali jika diikuti bentuk
berimbuhan.
Kata Berimbuhan [lanjutan]
f. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia (pro, kontra, anti) dapat digunakan sebagai bentuk dasar.

Kata Ulang
Kata ulang mengalami proses perulangan, sebagian ataupun seluruhnya.
a. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya.
(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama saja.
(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva, ditulis
dengan mengulang unsur pertama atau keduanya dengan makna berbeda.
b. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang, untuk keperluan
khusus seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Gabungan Kata
Gabungan kata (kata majemuk) dibentuk oleh dua kata atau lebih.
a. Secara umum, gabungan kata ditulis terpisah.
b. Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung.
c. Gabungan kata yang hubungan antarunsur-unsurnya sudah sangat
erat, ditulis serangkai.
Suku Kata
a. Pemenggalan di antara bentuk dasar dan imbuhan/partikel.
Catatan:
1) Kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dipenggal seperti kata dasar.
2) Akhiran –i tidak dipisahkan pada pergantian baris.
3) Kata bersisipan dipenggal seperti kata dasar.
4) Suku kata yang terdiri atas satu vokal tidak dipenggal.
Suku Kata [lanjutan]
b. Pemenggalan kata dasar:
1) Di antara huruf vokal yang berurutan di tengah kata.
2) Huruf diftong ai, au, oi tidak dipenggal.
3) Sebelum huruf/gabungan konsonan, yang berada di tengah kata
dasar dan di antara dua buah huruf vokal.
4) Di antara dua huruf konsonan yang berurutan di tengah kata dasar.
5) Di antara huruf konsonan yang pertama dan kedua, dari tiga/lebih
huruf konsonan yang masing-masing melambangkan satu bunyi di tengah
kata dasar.
c. Kata yang terdiri dua/lebih unsur dan salah satunya dapat
bergabung dengan unsur lain, dipenggal di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap
unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
d. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas
dua/lebih unsur, dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya tanpa
tanda pisah. Unsur nama yang berupa singkatan, tidak dipisahkan.
Kata Depan di, ke, dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
•Kata-kata/gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
ditulis serangkai.

Partikel
a. Partikel –lah, –kah,–tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
•Gabungan yang lazim dianggap padu, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
c. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
•Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf, dituliskan
serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Singkatan dan Akronim
a. Singkatan: Bentuk singkat yang terdiri atas satu/lebih huruf.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik di belakang masing-masingnya.
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan/organisasi, dan nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf
awal kata, ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
3) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf dari satu kata, dan
berupa gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf, diakhiri dengan tanda
titik.
4) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim
digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
5) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
Singkatan dan Akronim [lanjutan]
b. Akronim: Singkatan dari dua/lebih kata, yang diperlakukan sebagai
sebuah kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-
unsurnya, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
2) Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur,
ditulis dengan huruf awal kapital.
3) Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua/lebih
kata ditulis dengan huruf kecil.
Pembentukan akronim hendaknya memperhatikan:
a) Jumlah suku katanya tidak melebihi yang lazim pada kata Indonesia
(tiga suku kata).
b) Mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan sesuai
pola kata bahasa Indonesia yang lazim, agar mudah diucapkan dan diingat.
Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor.
a. Di dalam tulisan, lazim digunakan angka Arab (0, 1, 2, …) atau
angka Romawi (I, V, X, …).
b. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu/dua kata,
ditulis dengan huruf; kecuali jika dipakai secara berurutan, dalam perincian
atau paparan.
c. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf; jika lebih dari dua
kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan
huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
d. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
e. Angka melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
f. Angka menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
g. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an.
Angka dan Bilangan [lanjutan]
h. Angka digunakan untuk ukuran panjang, berat, luas, dan isi; satuan
waktu; nilai uang; dan jumlah.
•Catatan:
(1) Tanda titik adalah tanda desimal.
(2) Lambang mata uang (Rp, US$, £, ¥) tidak diakhiri tanda titik; tidak
ada spasi dengan angka yang mengikutinya, kecuali tabel.
i. Penulisan bilangan dengan huruf:
1) Bilangan utuh
2) Bilangan pecahan
Catatan:
a) Penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di
antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
b) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan
dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
j. Penulisan bilangan tingkat
k. Bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf.
Angka dan Bilangan [lanjutan]
l. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks (kecuali pada dokumen resmi—akta, kuitansi).
Angka Romawi:
1) Tidak menyatakan jumlah.
2) Menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-
undangan) dan nomor jalan.
3) Angka Romawi kecil menomori halaman sebelum Bab I
naskah/buku.
Kata Ganti ku–, kau–, –mu, dan –nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti dan yang diikutinya.
•Dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang
berupa singkatan, atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Kata si dan sang
Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
•Huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital jika diperlakukan sebagai unsur
nama diri.
Penggunaan Tanda Baca
• Tanda Titik (.) • Tanda Kurung ((...))
• Tanda Koma (,) • Tanda Kurung Siku
• Tanda Titik Koma (;) ([...])
• Tanda Titik Dua (:) • Tanda Petik (“...”)
• Tanda Hubung (-) • Tanda Petik Tunggal
• Tanda Pisah (—) (‘...’)
• Tanda Elipsis (....) • Tanda Garis Miring (/)
• Tanda Tanya (?) • Tanda Penyingkat atau
Aprostrof (‘)
• Tanda Seru (!)

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 21


Tanda Titik (.)
a. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar.
•Tanda titik tidak dipakai di belakang angka/huruf dalam suatu bagan/
ikhtisar jika merupakan yang terakhir dalam deretan angka/huruf.
c. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 jam dapat
dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 jam tidak
memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
d. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, yang
menunjukkan jumlah.
e. Tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
f. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Tanda Titik (.) [lanjutan]
g. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
h. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
i. Dipakai pada penulisan singkatan (lihat pembahasan sebelumnya
tentang singkatan).
Tanda Koma (,)
a. Dipakai di antara unsur-unsur suatu perincian/pembilangan.
b. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang menggunakan kata
penghubung tetapi, melainkan, sedangkan, kecuali.
c. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
d. Tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat,
jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Tanda Koma (,) [lanjutan]
e. Dipakai di belakang kata/ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat; termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, sehubungan dengan itu, akan tetapi.
•Ungkapan penghubung antarkalimat (karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu) tidak dipakai pada awal
paragraf.
f. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan seperti Bu, Pak, Dik dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
g. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
h. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat, jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
Tanda Koma (,) [lanjutan]
i. Dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat,
(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
j. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
k. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
l. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
m. Dipakai untuk mengapit karangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
•Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit
dengan tanda koma.
n. Tanda koma dapat dipakai, untuk menghindari salah baca, di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Tanda Titik Koma (;)
a. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
b. Digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum
perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
c. Digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Tanda Titik Dua (:)
a. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
b. Tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri suatu pernyataan.
c. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
d. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Tanda Titik Dua (:) [lanjutan]
e. Dipakai di antara (1) jilid atau nomor dan halaman, (2) bab dan ayat
dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Tanda Hubung (-)
a. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap, jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
•Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya, pada pergantian baris.
•Namun, akhiran –i tidak dipenggal, supaya jangan terdapat satu huruf saja
pada penggalan baris.
c. Menyambung unsur-unsur kata ulang.
d. Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
e. Boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian kata atau
ungkapan dan (2) penghilangan bagian kelompok kata.
Tanda Hubung (-) [lanjutan]
f. Dipakai untuk merangkai:
1) se– dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
2) ke– dengan angka
3) angka dengan –an
4) kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital
5) kata ganti yang berbentuk imbuhan
6) gabungan kata yang merupakan kesatuan
g. Dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Tanda Pisah (—)
a. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata/kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
b. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain, sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
c. Dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
.
Tanda Pisah (—) [lanjutan]
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan
keterangan tambahan pada akhir kalimat.
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Tanda Elipsis (…)
a. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
b. Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat/naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Catatan:
1) Tanda elipsis didahului dan diikuti dengan spasi.
2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1
tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Tanda Tanya (?)
a. Dipakai pada akhir kalimat tanya.
b. Dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda Seru (!)
a. Dipakai sesudah ungkapan/pernyataan yang berupa seruan atau
perintah.
Tanda Kurung ((...))
a. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
•Dalam penulisan, dahulukan bentuk lengkap, lalu bentuk singkatnya.
b. Mengapit keterangan/penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
c. Mengapit angka/kata yang kehadirannya dalam teks dapat dihilangkan.
d. Dipakai untuk mengapit angka/huruf yang memerinci urutan
keterangan.
•Dapat dipakai untuk mengiringi angka/huruf yang menyatakan perincian yang
disusun ke bawah.
Tanda Kurung Siku ([...])
a. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan, pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Menyatakan bahwa kesalahan/kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
b. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Tanda Petik (“...”)
a. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
b. Mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
c. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal, atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Tanda Petik (“...”) [lanjutan]
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
(4) Tanda petik (“) dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama
dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang
berbentuk daftar.
Tanda Petik Tunggal (‘...’)
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b. Mengapit makna kata atau ungkapan.
c. Mengapit makna, kata, atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
Tanda Garis Miring (/)
a. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penanda masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
b. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-
penggalan dalam kalimat, untuk memudahkan pembacaan naskah.
Tanda Penyingkat atau Aprostrof (`)
Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Penulisan Unsur Serapan
• Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan
terkait penulisan unsur serapan, secara umum:
– Satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda.
• Tanda itu dapat berwujud huruf tunggal (monograf) seperti a, b, d,
f g, j; dapat juga berwujud huruf kembar (digraf) seperti ng, ny, sy,
kh.
– Penulisan sebuah kata harus sesuai dengan pengucapannya.
• Misalnya: varietas, bukan varitas; pikiran, bukan fikiran; kaidah,
bukan kaedah.

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 34


• ‘a (ain Arab) menjadi a • cc di muka e dan i menjadi ks
• ‘ (ain Arab) di akhir suku kata • cch dan ch di muka a, o, dan
menjadi k konsonan menjadi k
• aa (Belanda) menjadi a • ch yang lafalnya s atau sy
• ae tetap ae jika tidak bervariasi menjadi s
dengan e • ch yang lafalnya c menjadi c
• ae, jika bervariasi dengan e, • ck menjadi k
menjadi e • ç (Sanskerta) menjadi s
• ai tetap ai • d (Arab) menjadi d
• au tetap au • e tetap e
• c di muka a, u, o, dan konsonan • ea tetap ea
menjadi k
• ee (Belanda) menjadi e
• c di muka e, i, oe, dan y menjadi
• ei tetap ei
s
• eo tetap eo
• cc di muka o, u, dan konsonan
menjadi k • eu tetap eu
• f (Arab) menjadi f • oo (vokal ganda) tetap oo
• f tetap f • ou menjadi u jika lafalnya u
• gh menjadi g • ph menjadi f
• gue menjadi ge • ps tetap ps
• h (Arab) menjadi h • pt tetap pt
• i pada awal suku kata di muka • q menjadi k
vokal tetap i • q (Arab) menjadi k
• ie (Belanda) menjadi i jika • rh menjadi r
lafalnya i
• s (Arab) menjadi s
• ie tetap ie jika lafalnya bukan i
• sc di muka a, o, u, dan
• kh (Arab) tetap kh konsonan menjadi sk
• ng tetap ng • sc di muka e, i, dan y menjadi s
• oe (oi Yunani) menjadi e • sch di muka vokal menjadi sk
• oo (Belanda) menjadi o • t di muka i menjadi s jika
• oo (Inggris) menjadi u lafalnya s
• t (Arab) menjadi t • y tetap y jika lafalnya y
• th menjadi t • y menjadi i jika lafalnya i
• u tetap u • z tetap z
• ua tetap ua • z (Arab) menjadi z
• ue tetap ue
• ui tetap ui
• uo tetap uo
• uu menjadi u
• v tetap v
• w (Arab) tetap w
• x pada awal kata tetap x
• x pada posisi lain menjadi ks
• xc di muka e dan i menjadi ks
• xc di muka a, o, u, dan
konsonan menjadi ksk
Penulisan Unsur Serapan
• Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat
membingungkan
• Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan
ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah.
– Contoh: bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak.

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 38


Penulisan Unsur Serapan
• Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan
di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran
asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.
– Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
• Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh; di samping kata standar, efek,
dan implemen.

Bab 9 - Penggunaan Ejaan dalam Bahasa Indonesia 39


• –aat (Belanda) menjadi –at
• –age menjadi –ase
• –al (Inggris), –eel (Belanda), –aal (Belanda) menjadi –al
• –ant menjadi –an
• –archy, –archie (Belanda) menjadi –arki
• –ary, –air (Belanda) menjadi –er
• –(a)tion, –(a)tie (Belanda) menjadi –asi, –si
• –eel (Belanda) menjadi –el
• –ein tetap –ein
• –i (Arab) tetap –i
• –ic, –ics, –ique, –iek, –ica (Belanda) menjadi –ik, –ika
• –ic, –isch (adjektiva Belanda) menjadi –ik
• –ical, –isch (Belanda) menjadi –is
• –ile, –iel menjadi –il
• –ism, –isme (Belanda) menjadi –isme
• –ist menjadi –is
• –ive, –ief (Belanda) menjadi –if
• –iyyah, –iyyat (Arab) menjadi –iah
• –logue menjadi –log
• –logy, –logie (Belanda) menjadi –logi
• –loog (Belanda) menjadi –log
• –oid, –oide (Belanda) menjadi –oid
• –oir(e) menjadi –oar
• –or, –eur (Belanda) menjadi –ur, –ir
• –or tetap –or
• –ty, –teit (Belanda) menjadi –tas
• –ure, –uur (Belanda) menjadi –ur
Istilah Penting
•akronim
•ejaan
•gabungan kata
•kata berimbuhan
•kata dasar
•kata majemuk
•kata ulang
•singkatan

Anda mungkin juga menyukai