Pengertian Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk
mencapai keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari
penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.
Ejaan yang disempurnakan ( EYD ) mengatur :
1. Pemakaian Huruf,
a. Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
b. Huruf Vokal
Huruf vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e dan o
c. Huruf Konsonan
Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
a, b, c, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y dan z.
d. Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu:
kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan cara:
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara
kedua huruf vokal itu. Contoh: aula menjadi au-la bukan a-u-l-a
Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf konsonan, pemenggalan
itu dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh: bapak menjadi ba-pak
Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
diantara kedua huruf itu. Contoh : mandi menjadi man-di
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan diantara
huruf konsonan yang pertama dan kedua. Contoh : ultra menjadi ul-tra.
2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung,
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar kehormatan, unsur nama
jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun, bulan, nama geografi, dll.
b. Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar,
yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk menegaskan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Penulisan Kata,
a. Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
b. Kata Turunan, Kata turunan (imbuhan)
c. Bentuk Ulang, Bentuk kata Ulang ditulis hanya dengan tanda hubung (-)
Pengertian EYD
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini
diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu
adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam
sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
A. Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata
Penggunaan Huruf Kapital
I. Jabatan tidak diikuti nama orang
II. Huruf pertama nama bangsa
III. Nama geografi sebagai nama jenis
IV. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
V. Penulisan kata depan dan kata sambung
Penulisan Huruf Miring
I. Penulisan nama buku
Contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
II. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Contoh: boat modeling, aeromodeling, motorsport.
III. Penulisan kata ilmiah
Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
Penulisan Kata Turunan
I. Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai
II. Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai
Penulisan Gabungan Kata
I. Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah
khusus.
II. Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus
ditulis serangkai.
B. Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.
1) PENULISAN PARTIKEL
I. Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata
yang mendahuluinya.
II. Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi,
dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
2) PENULISAN SINGKATAN
I. Penulisan singkatan umum tiga huruf
II. Penulisan singkatan mata uang
3) PENULISAN AKRONIM
I. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
II. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
4) PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka yaitu :
1. angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
2. angka digunakan untuk menyatakan :
i. ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
ii. satuan waktu,
iii. nilai uang, dan
iv. kuanitas.
3. angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar
pada alamat.
4. angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5) PENULISAN LAMBANG BILANGAN
1. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
2. Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
3. Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa
jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
4. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
5. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
ii. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
iii. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka
atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
iv. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
v. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
11. Tanda Petik ( )
i. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
ii. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.
12. Tanda Petik Tunggal ( )
i. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
ii. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
(Lihat pemakaian tanada kurung)
13. Tanda Ulang ( 2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan
kata dasar.
14. Tanda Garis Miring ( / )
i. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
ii. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( )
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
D. Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama unsur
pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle
cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan
pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan
agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
B. KALIMAT EFEKTIF
Pada kamus besar bahasa Indonesia kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok
kata yang merupakan satuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan. Sedangkan
efektif memiliki arti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya). Dapat membawa
hasil (tentang usaha, tindakan). Dilihat dari pengertian kedua kalimat tersebut jadi dapat
kita tarik kesimpulan kalimat efektif adalah suatu kata atau sekelompok kata yang dapat
mengutarakan suatu pikiran atau perasaan , memiliki efek (akibat) dan juga dalam
susunannya harus tepat dan benar. Berikut ini definisi kalimat efektif menurut para ahli :
5. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta
sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
6. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami
orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
7. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah,
ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
8. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan
informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi:
2009)
Berdasarkan definisi kalimat efektif menurut para ahli dapat kita simpulkan bahwa suatu
kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila sesuai dengan kaidah bahasa, jelas dan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca kalimat tersebut.
Ciri Ciri Kalimat Efektif
Suatu kalimat dapat dikatakan kalimat efektif apabila kalimat tersebut sesuai dengan
kaidah bahasa, jelas dan mudah dipahami. untuk mencapai keefektifan, suatu kalimat
paling tidak harus memenuhi 6 syarat berikut ini :
1. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. melihat dari definisinya kesepadanan itu sangan penting dalam membuat suatu
kalimat, misalkan kita memiliki pikiran atau gagasan yang baik tetapi struktur bahasa
yang dipakai tidak beraturan tentunya gagasan yang kita miliki tersebut tidak dapat
tersampaikan dengan baik. Berikut ini ciri ciri kesepadanan kalimat :
A. Kalimat tersebut mempunyai subjek dan predikat yang jelas.
Untuk membuat kalimat mempunyai subjek dan predikat yang jelas dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya.
Contoh :
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus mengisi krs tepat waktu. (salah)
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus mengisi krs tepat waktu. (benar)
B. Tidak terdapat subjek ganda
Contoh :
Penyusunan makalah itu saya dibantu oleh dosen.(salah)
Dalam menyusun makalah itu, saya dibantu oleh para dosen.(benar)
C. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh :
Budi semalam tidak belajar. Sehingga budi tidak dapat mengerjakan soal ujiannya.
(salah)
Budi semalam tidak belajar, sehingga budi tidak dapat mengerjakan soal ujiannya.
(benar)
D. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Contoh :
Budi yang sedang membaca buku. (salah)
Budi sedang membaca buku. (benar)
2. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat tersebut. Maksudnya, kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua
juga harus menggunakan verba.
3. Ketegasan
Ketegasan pada suatu kalimat adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Untuk membuat ide pokok kalimat tersebut lebih terlihat dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya :
A. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat.
Contoh :
Dosen mengharapkan agar mahasiswa dapat mengumpulkan tugasnya dengan tepat
waktu.
Penekanannya ialah dosen mengharapkan.
B. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh :
Bukan seribu, sepuluh, seratus tetapi sejuta tiket yang sudah laku terjual.
Jika kalimat tersebut diurutkan secara bertahap maka akan tampak seperti ini
Bukan sepuluh, seratus, seribu tetapi sejuta tiket yang sudah laku terjual.
C. Melakukan pengulangan kata(repetisi)
Contoh:
Saya suka dengan kesopanannya, saya suka dengan sifatnya itu.
D. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
E. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4. Kehematan
Kehematan pada kalimat efektif adalah hemat dalam menggunakan kata, frasa, dan
bentuk lainnya yang dianggap tidak perlu di dalam suatu kalimat. Kehematan disini
bukan berarti menghilangkan kata kata yang dapat membantu memperkuat arti suatu
kalimat. Maksud dari kehematan disini adalah penghematan terhadap suatu kata yang
tidak diperlukan sejauh tidak melanggar tata bahasa. Untuk melakukan kehematan
terhadap kalimat ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan :
A. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh :
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ketempat itu
Kehematan dari kalimat itu adalah :
Karena tidak diundang, dia tidak datang ketempat itu.
B. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata
Contoh :
Di mana kamu menabrak hewan kucing ini ?
Kata kucing pada kalimat tersebut sudah menjelaskan bahwa itu hewan, maka kehematan
kalimat tersebut adalah :
Di mana kamu menabrak kucing ini ?
C. Penghimatan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
Contoh :
Dia hanya membawa badannya saja.
Kehematan dari kalimat itu adalah
Dia hanya membawa badannya.
D. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata kata yang
berbentuk jamak.
Contoh :
Bentuk tidak baku : para tamu tamu , beberapa orang.
Kalimat efektifnya :
Bentuk jamak : para tamu, beberapa orang
5. Kecermatan
Yang dimaksud dengan kecermatan dalam kalimat adalah kalimat tersebut tidak memiliki
makna ganda.
Contoh :
Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima.
Pada kalimat ini terdapat 2 makna yaitu :
a) Satu sekolah yang telah menyumbang dua kali. Dan
b) Terdapat 2 sekolah yang menyumbang.
6. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah pecah.
A. Kalimat yang padu itu tidak bertele tele dan tidak mencermirkan cara berpikir yang
tidak simestris, oleh karena itu hindari kalimat yang bertele tele.
Contoh :
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan
rasa kemanusiaan. (efektif)
B. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh :
Buku itu saya sudah kembalikan.
Kalimat efektifnya :
Buku itu sudah saya kembalikan.
C. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh :
Buku ini akan membahas tentang kalimat efektif dan EYD.
Kalimat efektifnya :
(sarjana
(sarjana
pendidikan
(sarjana
(sarjana
(sarjana
(sarjana
(sarjana
filsafat
(sarjana
hukum
(sarjana
ilmu
(sarjana
(sarjana
(sarjana
(sarjana
kesehatan
(sarjana
(sarjana
(sarjana
(sarjana
Sosial
(sarjana
(sarjana
pertanian)
pendidikan)
Islam)
psikologi)
peternakan)
ekonomi)
agama)
filsafat)
Islam)
hukum)
Islam)
humaniora)
politik)
karawitan)
kedokteran
kesehatan)
komputer)
masyarakat)
sastra)
sains)
seni)
sosial)
Islam)
teknik)
theologi)
(magister
(magister
(magister
ekonomi
(magister
(magister
filsafat
(magister
(magister
(magister
hukum
agama)
ekonomi)
Islam)
filsafat)
Islam)
hukum)
humaniora)
Islam)
M.Kes.
M.Kom.
M.M.
M.P.
M.Pd.
M.Pd.I.
M.Psi.
M.Si.
M.Sn.
M.T. (magister teknik)
(magister
(magister
(magister
(magister
(magister
(magister
pendidikan
(magister
(magister
(magister
kesehatan)
komputer)
manajemen)
pertanian)
pendidikan)
Islam)
psikologi)
sains)
seni)
inilah yang patut dipertimbangkan oleh para pelaku akademik di Indonesia agar lebih
memahami makna gelar yang didapatkan oleh seseorang.
Masyarakat Indonesia harus lebih memahami apa yang ada di balik gelar yang didapatkan
seseorang itu, bukan justru menggadang-gadangkan gelar sebagai status yang perlu
dihormati dan dihargai. Masyarakat Indonesia harus lebih belajar lagi memahami makna
gelar yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan mitos kehormatan dan
penghargaan yang selama ini dianggap sebagai bagian dari gelar yang didapatkan
tersebut. Bahkan pada beberapa pelaku akademik sekalipun, penulisan gelar dalam judul
dan penulis sebuah buku masih saja diikutsertakan sebagai bagian dari eksistensi yang
wajib diketahui oleh pembaca umum.
Padahal, dalam daftar pustaka atau pustaka acuan suatu tulisan, gelar sepanjang apapun
yang didapatkan oleh seseorang tidak akan pernah dituliskan di situ. Itulah sebabnya,
mengapa masyarakat Indonesia masih saja menjadi Negara berkembang karena
kehidupan yang dijalani masyarakatnya masih saja berpangku tangan pada mitos yang
menyebar di lingkungan masyarakat tersebut.
Penulisan gelar yang bertumpuk, atau penulisan gelar pada konteks yang salah masih saja
menjadi satu masalah remeh yang merebak di kalangan masyarakat akdemis Indonesia.
Para pelaku akademik, terutama di bidang bahasa Indonesia, diharapkan mampu
memberikan pengaruh dan pemahaman yang baik terhadap masyarakat pelaku akdemik
lainnya agar memahami makna di balik gelar yang sudah dicapai banyak orang tersebut.
Penulisan gelar bukanlah hal utama dari apa yang harus kita dapatkan, melainkan hal apa
yang harus dilakukan untuk bisa merealisasikan ilmu dan pengetahuan yang sudah
didapatkan dari gelar yang kita capai tersebut. Dengan ilmu tersebutlah seseorang bisa
dihargai dan menghargai sesamanya tanpa memandang gelar atau tinggi rendahnya status
sosial dan pendidikan seseorang dibandingkan dengan dirinya.
Dengan pengetahuan dan wawasan yang luaslah manusia bisa menjadikan sistem
masyarakat menjadi tertata rapi, meskipun tidak ada penulisan gelar di dalamnya. Karena
sejatinya, penulisan gelar hanyalah cangkang dari apa yang telah kita capai sebelumnya.
Kebenarannya adalah segala tingkah laku dan upaya yang kita lakukanlah yang menjadi
gelar kita sebenarnya. Percuma mendapatkan gelar professor jika ia tidak bisa
memberikan kontribusi bagi kemajuan umat manusia.
Oleh karena itu, hindarilah memaknai gelar sebagai sesuatu yang tinggi secara artifisial.
Cara penulisan gelar hanyalah sebuah cara semu untuk membuktikan bahwa kita telah
mengenyam pendidikan tertentu, yang pada kenyataannya harus direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan tindakan nyata dan upaya yang juga bermanfaat bagi
kehidupa
ww.pin.or.id, Email: pin@pin.or.id
BAB I
d. Tepi kanan : 3 cm
6. Sela ketukan (ind3e nsi) selebar 1 cm. Indensi Tab dipakai pada baris
pertama alinea baru. Indensi gantung digunakan untuk daftar pustaka.
7. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:
a. Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah
halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrak,
riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar
dan daftar lampiran. Spasi yang digunakan adalah:
1) Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).
2) Riwayat Hidup dan Kata Pengantar ditulis dengan spasi ganda.
3) Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis
dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
4) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran
disusun dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
5) Lainnya, lihat Lampiran.
b. Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V, disusun
dengan menggunakan spasi ganda.
c. Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka, yang daftar
referensinya memakai spasi tunggal dan indensi gantung (jarak antar
referensi dengan spasi ganda), dan Lampiran yang ditulis dengan
spasi tunggal atau disesuaikan dengan bentuk/jenis lampiran.
6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain sebagainya:
a. Judul karya ilmiah dan bab, diketik dengan huruf besar/kapital,
dicetak tebal, tanpa singkatan (kecuali yang berlaku umum seperti
PT., CV.), posisinya di tengah halaman, dan tanpa diakhiri tanda
titik. Perkecualiannya adalah judul pada halaman Persetujuan
Seminar dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa, dicetak tebal).
b. Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas tepi (margin) sebelah
kiri dengan menggunakan huruf A, B, C, dan seterusnya. Huruf
pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case)
kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik. Judul
sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).
c. Judul sub sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan seterusnya.
Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title Case)
kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri titik.
Bagian Pertama: Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
_
3
Judul sub sub-bab dicetak dengan huruf tebal (bold).
d. Judul sub sub-sub-bab dimulai dengan huruf a, b, c dan
seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar
(Title Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa
diakhiri titik. Judul sub sub-sub-bab dicetak dengan huruf tebalmiring
(bold-italic).
e. Judul sub sub-sub-sub bab dimulai dengan angka 1), 2), 3) dst.
(tanpa titik), dan judul sub sub-sub-sub-sub bab dimulai dengan
huruf a), b), c) dst. (tanpa titik). Huruf pertama setiap kata dimulai
dengan huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata
depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-sub-bab dan sub subsubsub-sub-bab dicetak dengan huruf miring (italic).
f. Judul sub-bab, sub sub-bab, dan sub sub-sub-bab, dan seterusnya
(headings hierarchy) perlu dibedakan dengan rincian poin-poin atau
item-item (points/items hierarchy). Penulisan headings hierarchy
dimulai dari A, B, C, lalu 1, 2, 3, kemudian a, b, c, dan seterusnya
(lihat Box) dibuat sejajar dengan batas tepi kiri pengetikan (batas
margin kiri). Isi atau teksnya (alinea, kalimat) juga dibuat sejajar
dengan batas tepi kiri pengetikan dan awal kalimat dalam alinea baru
dibuat dengan indensi 1 cm). Sementara penulisan points/items
hierarchy tidak sejajar dengan batas tepi kiri pengetikan (batas
margin kiri), melainkan mengikuti poin-poin/item-item dimaksud
atau posisinya disesuaikan dengan memperhatikan estetika.
Penggunaan angka atau huruf awal untuk poin-poin atau item-item
juga disesuaikan (bisa dimulai dari 1,2,3 atau a, b, c).
Penulisan headings hierarchy (sub-judul) sejajar batas tepi kiri:
Batas tepi kiri pengetikan
A. Judul Sub-Bab (bold)
1. Judul Sub Sub-Bab (bold)
a. Judul Sub Sub-Sub-Bab (bold-italic)
1) Judul Sub Sub-Sub-Sub-Bab (italic)
2) Judul Sub Sub-Sub-Sub-Bab (italic)
b. Judul Sub Sub-Sub-Bab (bold-italic)
1) Judul Sub Sub-Sub-Sub-Bab (italic)
2) Judul Sub Sub-Sub-Sub-Bab (italic)
a) Judul Sub Sub-Sub-Sub-Sub-Bab (italic)
b) Judul Sub Sub-Sub-Sub-Sub-Bab (italic)
2. Judul Sub Sub-Bab (bold)
B. Judul Sub-Bab (bold)
1. Judul Sub Sub-Bab (bold)
2. Judul Sub Sub-Bab (bold)
Sejajar
dengan
batas
tepi kiri
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Penyusunan Skripsi, PIN, 2008.
_
4
Penulisan points/items hierarchy (rincian poin-poin/item-item) tidak
sejajar dengan batas tepi kiri (masuk ke dalam, disesuaikan):
g. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan
keduanya (headings hierarchy dan points/items hierarchy) dalam
sebuah teks/tulisan, lihat contohnya pada Lampiran.
h. Sepanjang memungkinkan, hindari penggunaan hirarkhi sub-judul
(headings hierarchy) yang terlalu banyak tingkatannya (sub sub-subsubbab dan seterusnya). Hal ini bisa dilakukan dengan
memanfaatkan penggunaan rincian poin-poin atau item-item
(points/items hierarchy).
7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan yang terletak
pada awal kalimat yang harus dieja. Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma (contoh: Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa tanda titik (kg,
cm, dan lain-lain)
Batas tepi kiri pengetikan
A. Poin/Item
1. Sub-Poin/Item
a. Sub Sub-Poin/Item
1) Sub Sub-Sub-Poin/Item
2) Sub Sub-Sub-Poin/Item
b. Sub Sub-Poin/Item
1) Sub Sub-Sub-Poin/Item
2) Sub Sub-Sub-Poin/Item
a) Sub Sub-Sub-Sub-Poin/Item
b) Sub Sub-Sub-Sub-Poin/Item
(1) Sub Sub-Sub-Sub-Sub-Poin/Item
(2) Sub Sub-Sub-Sub-Sub-Poin/Item
(a) Sub Sub-Sub-Sub-Sub-Sub-Poin/Item
(b) Sub Sub-Sub-Sub-Sub-Sub-Poin/Item
2. Sub-Poin/Item
B. Poin/Item
1. Sub-Poin/Item
2. Sub-Poin/Item
Catatan: Poin/Item dan sub-subnya ditulis dengan huruf biasa,
kecuali untuk pemberian tekanan, istilah asing, dsb.
Tidak
sejajar
dengan
batas
tepi kiri
Bagian Pertama: Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
_
5
d. Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan angka, sedangkan
pecahan yang bergabung dengan bilangan bulat harus ditulis
dengan huruf/dieja. Contoh: tiga dua pertiga.
C. Penomoran Halaman
Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti halamanhalaman
awal, halaman judul bab, halaman teks utama, dan lain sebagainya,
adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan, abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran) diberi nomor halaman
dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan ditempatkan
di tengah bagian bawah. Halaman judul tidak diberi nomor, tetapi tetap
dihitung.
2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada Daftar Pustaka
diberi nomor halaman dengan angka latin (1, 2, 3, dan seterusnya).
Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali bab baru
yang tidak diisi nomor halaman.
3. Data yang mendukung penelitian disajikan dalam lampiran yang
disajikan menurut kelompoknya tanpa diberi nomor halaman. Contoh:
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Peta Desa Mahak Baru
D. Tabel dan Gambar
Pembuatan dan penomoran Tabel dan Gambar mengikuti ketentuanketentuan
sebagai berikut:
1. Tabel
a. Tabel dalam bagian isi karya ilmiah berisi ringkasan data-data
penelitian yang penting. Data lengkapnya dapat disajikan pada
Lampiran.
b. Tabel disajikan di tengah, simetris/sejajar dengan batas tepi kiri dan
kanan pengetikan.
c. Kolom-kolom disusun dengan rapi sehingga mudah dibaca.
d. Jarak antara baris dalam tabel adalah satu spasi.
e. Garis batas tabel tidak melampaui batas tepi kertas.
f. Kolom tabel diletakkan sejajar dengan panjang kertas.
g. Tabel boleh diletakkan di tengah halaman di antara baris-baris
teks. Dalam hal ini jarak tabel dan kalimat di bawahnya adalah dua
spasi.
h. Di atas garis batas tabel dituliskan nomor dan judul tabel, dengan
ketentuan:
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Penyusunan Skripsi, PIN, 2008.
_
6
1) Jika judul tabel terdiri dari dua baris atau lebih, maka spasi
yang digunakan adalah satu spasi. Baris terakhir judul terletak
dua spasi di atas garis batas atas tabel.
2) Nomor tabel terletak dua spasi di bawah baris terakhir teks.
Nomor tabel terdiri dari dua bagian, bagian pertama menunjukkan
nomor bab tempat tabel itu dimuat, dan bagian kedua
menunjukkan nomor urut tabel pada bab itu. Contoh: Tabel 2.5
menunjukkan bahwa tabel itu ada di BAB II dan tabel
urutan kelima pada bab itu.
kalimat penjelas.
4. Istilah yang digunakan adalah istilah Indonesia atau yang sudah diIndonesia-kan.
5. Istilah (terminologi) asing boleh digunakan jika memang belum ada
padanannya dalam bahasa Indonesia atau bila dirasa perlu sekali (sebagai
penjelas/konfirmasi istilah, diletakkan dalam kurung), dan diketik dengan
menggunakan huruf miring.
6. Kutipan dalam bahasa asing diperkenankan namun harus diterjemahkan
atau dijelaskan maksudnya, dan ditulis dengan huruf miring (italic).
7. Hal-hal yang harus dihindari:
a. Penggunaan kata ganti orang pertama atau orang kedua (saya, aku,
kami, kita, kamu). Pada penyajian ucapan terima kasih di bagian Kata
Pengantar, istilah saya diganti dengan penulis.
b. Menonjolkan penulis dalam menguraikan penelitian.
c. Pemakaian tanda baca yang tidak tepat.
d. Penggunaan awalan di dan ke yang tidak tepat (harus dibedakan
dengan fungsi di dan ke sebagai kata depan).
e. Memberikan spasi antara tanda hubung atau sebelum koma, titik,
titik koma, titik dua, tanda tanya, tanda kurung, dan sejenisnya.
f. Penggunaan kata yang kurang tepat pemakaiannya dalam penulisan
karya ilmiah.
Beberapa contoh kesalahan yang sering dijumpai dalam penyusunan
skripsi beserta koreksinya adalah sebagai berikut:
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Penyusunan Skripsi, PIN, 2008.
_
8
Contoh 1: Hubungan Subyek dan Predikat
Salah:
Benar:
Benar:
Contoh 2: di dan ke sebagai kata depan dan awalan
Salah:
Benar:
Menurut Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah
Indonesia menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan
demokratisasi.
Menurut Ichlasul Amal (1994), pemerintah Indonesia menghadapi
dilema dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi.
Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia
menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan
demokratisasi.
Sistem pemerintahan ditingkat desa telah di sempurnakan. Di lihat
dari perspektif politik, Kepala Desa yang di pilih langsung memiliki
posisi tawar yang lebih di banding Kepala Desa yang di tunjuk.
Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah keatas mengalir deras.
Sistem pemerintahan di tingkat desa telah disempurnakan. Dilihat
Atau:
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung (indirect quotation) merupakan kutipan hasil
penelitian, hasil karya, atau pendapat orang lain yang penyajiannya tidak sama
dengan teks aslinya, melainkan menggunakan bahasa atau kalimat
penulis/peneliti sendiri. Dalam pengutipan ini, sumber rujukan harus
disebutkan, baik dengan nomor halaman atau tanpa nomor halaman.
Paling sedikit ada dua jenis kutipan tidak langsung atau ada dua cara
dalam mengutip secara tidak langsung. Pertama, dengan meringkas,
menyimpulkan, atau merujuk pokok-pokok pikiran orang lain. Contoh:
Penyusun skripsi yang meringkas atau merujuk pokok-pokok pikiran (pendapat)
Huntington tentang gelombang demokratisasi di dunia ini dalam bukunya The
Third Wave of Democratization:
Kedua, dengan melakukan paraphrase, yakni pengubahan struktur/susunan
kalimat aslinya menjadi kalimat lain tanpa mengubah isi atau subtansi
kalimat/alinea. Contoh:
Seorang pakar ilmu politik, yang banyak mengamati perilaku partai
politik, mengatakan bahwa [t]he hegemonic party system neither
allows for a formal nor a defacto competition for power. Other
parties are permitted to exist, but as second class, licensed parties
(Sartori, dalam Gaffar 1992:37).
Gelombang demokratisasi yang ada di dunia ini bisa dibagi menjadi
tiga periode, yakni demokratisasi gelombang pertama yang
berlangsung antara 1828-1926, demokratisasi gelombang kedua yang
terjadi antara 1943-1962, dan demokratisasi gelombang ketiga yang
dimulai dari tahun 1974 sampai tahun1990-an (Huntington 1991).
Mengingat sekarang masih banyak rejim-rejim otoriter, apakah akan
ada gelombang demokratisasi keempat?
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Penyusunan Skripsi, PIN, 2008.
_
18
Kalimat asli yang dibuat oleh Miriam Budiardjo:
Kalimat paraphrasenya:
B. Pencantuman Referensi Kutipan atau Sumber Rujukan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencantumkan referensi atau
sumber rujukan sebuah kutipan beserta contoh-contohnya adalah sebagai
berikut:
1. Ketentuan-ketentuan umum dalam pengutipan sebuah teks:
a. Cantumkan nama pengarang dan tahun terbit dengan format
sebagaimana yang telah disebutkan, yakni (Nama keluarga/belakang
Tahun) atau Nama lengkap atau keluarga/belakang (Tahun). Gelar
pengarang tidak disebutkan; Tahun ditulis dengan angka empat digit.
b. Untuk kutipan langsung, nomor halaman harus disebutkan.
c. Untuk kutipan tidak langsung, nomor halamannya bisa disebutkan
atau bisa juga tidak disebutkan (disesuaikan, bila dirasa perlu, dsb).
d. Gunakan tanda baca : (titik dua) di antara tahun dan nomor
peperangan. Kata ini berasal dari kata strategos dari Yunani yang
berarti jenderal. Jenderal yang baik memulai dengan menyusun
strategi: bukan rencana operasional, tetapi pendekatan yang mampu
mengubah keseimbangan kekuatan di lapangan (Osborne & Plastrik
2001:31).
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Penyusunan Skripsi, PIN, 2008.
_
22
saja. Penulisan referensi dalam running notes adalah singkatannya.
Contoh:
.
7. Sumber dari Majalah/Koran
a. Majalah:
b. Koran:
United Nations Economic and Social Commission for Asia and the
Pacific (UNESCAP) memakai terminologi governance dalam
beberapa konteks, seperti corporate governance, national
governance, dan local governance (UNESCAP 2005). Pemakaian
istilah governance dalam beberapa konteks oleh UNESCAP ini
kemudian dirujuk oleh banyak ahli (lihat Holtz 2002, Conyon 2008,
Lee & Yoo 2008, Bauwhede & Willekens 2008).
Peringkat universitas-universitas yang ada di Indonesia berada jauh
di bawah dibandingkan dengan beberapa universitas lain di Asia. UI,
misalnya, masuk dalam peringkat 395, sementara ITB dan
Universitas Gajah Mada masing-masing masuk peringkat 369 dan
60 (Tempo, 17 Februari 2008).
Sebagaimana terjadi di beberapa negara sedang berkembang, di
Indonesia juga ditemukan bahwa bahwa banyak kasus korupsi yang
terjadi atas nama pemberantasan korupsi (Kompas, 11 Maret 2008).
Bagian Pertama: Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
_
23
8. Sumber Online
a. Sebuah sumber online dikutip dengan cara yang sama seperti
sumber yang dicetak, yakni dengan mencantumkan nama
penulis/organisasi, nama website, atau pemilik website diikuti oleh
tahun publikasi dan tanggal akses (URL-nya dicantumkan di Daftar
Pustaka).
b. Jika hanya ada nama penulis/organisasi tanpa tahun terbit, cantumkan
tahun terbit dengan n.d. (no data) dan tanggal akses (URL-nya
dicantumkan di Daftar Pustaka). Contoh:
c. Jika tidak ada nama penulis/organisasi/pemilik website/nama website
dan tahun penerbitan atau keduanya tidak jelas:
1) Bila URLnya relatif pendek, cantumkan URL-nya dan tanggal
akses.
2) Bila URL-nya relatif panjang, cantumkan URL dan tanggal akses
Penulis
:
Dr.
Warsiman,
M.Pd.
Sumber : blog.sunan-ampel.ac.id
PHYLOPOP.com Kendati hanya persoalan kecil, tetapi kebanyakan orang tidak
memahami penulisan gelar yang benar. Penulisan gelar sejatinya tidaklah sesulit yang
dibayangkan, tetapi juga tidak segampang yang sering dilakukan oleh kebanyakan
orang.
Berdasarkan aturan kebahasaan, penulisan gelar termasuk kategori pemahaman tentang
singkatan. Singkatan adalah kependekkan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik
dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya. Selain
itu, dalam buku pedoman umum ejaan yang disempurnakan (EYD), penulisan gelar juga
secaraintens disinggung, bahkan disertai beberapa contoh penulisan yang benar. Namun
demikian, masyarakat masih saja banyak yang belum memahami dengan baik teknik
penulisan
gelar
yang
benar.
Sekarang, marilah kita analisis tentang penulisan gelar ini, agar kita tidak lagi menemui
kesulitan
di
kemudian
hari.
Jika dianalisis kata per kata, penulisan gelar dapat dinalar melalui teori singkatan.
Sebagai misal, penulisan gelar sarjana pendidikan, yang ditulis benar, Sarjana
Pendidikan (S.Pd.), dan ditulis di belakang nama penyandang gelar. Huruf S pada
kata sarjana, ditulis dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik, merupakan satu
kata. Kemudian, huruf P ditulis dengan huruf besar, tetapi huruf D ditulis dengan
huruf kecil dan diakhiri dengan tanda titik. Huruf D ditulis dengan huruf kecil karena
posisinya sebagai bagian dari rangkaian satu kata dengan huruf P yang merupakan
kepanjangan dari kata pendidikan. Demikian pula singkatan-singkatan gelar lain
yang sejenis dengan contoh tersebut, juga akan mengalami proses kebahasaan yang
sama.
Lain halnya dengan singkatan pada gelar yang tanpa menyertakan huruf peluncur
sebagai bagian dari rangkaian satu kata. Sebagai misal, penulisan gelar sarjana hukum,
sarjana ekonomi, dan sarjana pertanian. Jika disingkat, ketiga contoh gelar tersebut
hanya terdiri dari huruf awal, dan tanpa menyertakan huruf peluncur yang merupakan
bagian dari rangkaian kata, sehingga penulisannya pun terdiri atas huruf per huruf serta
masing-masing ditandai dengan tanda baca titik. Dengan demikian, penulisan gelar
sarjana hukum, ditulis di belakang nama penyandang gelar dengan singkatan: S.H.,
sarjana ekonomi ditulis S.E., dan sarjana pertanian ditulis S.P.. Penulisan-penulisan
gelar lain yang sejenis dengan contoh tersebut, dan yang hanya terdiri dari dua huruf
atau lebih tanpa disertai dengan huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian kata,
harus
mengikuti
pola
penulisan
tersebut.
Berikut
ini
contoh-contoh
penulisan
gelar
yang
benar.
Gelar
Sarjana
S.Ag.
(Sarjana
Agama)
S.Pd.
(Sarjana
Pendidikan)
S.Si.
(Sarjana
Sains)
S.Psi.
(Sarjana
Psikologi)
S.Hum.
(Sarjana
Humaniora)
S.Kom.
(Sarjana
Komputer)
S.Sn.
(Sarjana
Seni)
S.Pt.
(Sarjana
Peternakan)
S.Ked.
S.Th.I.
S.Kes.
S.Sos.
S.Kar.
S.Fhil.
S.T.
S.P.
S.S.
S.H.
S.E.
S.Th.K.
S.I.P.
S.K.M.
S.H.I.
S.Sos.I.
S.Fil.I.
S.Pd.I.
Gelar
M.Ag.
M.Pd.
M.Si.
M.Psi.
M.Hum.
M.Kom.
M.Sn.
M.T.
M.H.
M.M.
M.Kes.
M.P.
M.Fhil.
M.E.
M.H.I.
M.Fil.I.
M.E.I.
M.Pd.I.
S.Th.K.
Gelar
B.A.
B.Sc.
B.Ag.
B.E.
B.D.
B.Litt.
B.M.
(Sarjana
(Sarjana
Theologi
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
(Sarjana
Theologi
Ilmu
Kesehatan
Hukum
Sosial
Filsafat
Pendidikan
Islam),
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Magister
(Sarjana
Sarjana
(Bechelor
(Bechelor
(Bechelor
(Bechelor
(Bechleor
(Bechelor
(Bechelor
Hukum
Filsafat
Ekonomi
Pendidikan
Islam),
Theologi
Muda
Luar
of
of
of
of
of
of
of
Kedokteran)
Islam)
Kesehatan)
Sosial)
Karawitan)
Fhilsafat)
Teknik)
Pertanian)
Sastra)
Hukum)
Ekonomi)
Kristen)
Politik)
Masyarakat)
Islam)
Islam)
Islam)
dsb.
Magister
Agama)
Pendidikan)
Sains)
Psikologi)
Humaniora)
Komputer)
Seni)
Teknik)
Hukum)
Manajemen)
Kesehatan)
Pertanian)
Fhilsafat)
Ekonomi)
Islam)
Islam)
Islam)
dsb.
Kristen)
Negeri
Arts)
Science)
Agriculture)
Education)
Divinity)
Literature)
Medicine)
B.Arch.
(Bechelor
of
Architrcture),
dsb.
Gelar
Master
Luar
Negeri
M.A.
(Master
of
Arts)
M.Sc.
(Master
of
Science)
M.Ed.
(Master
of
Education)
M.Litt.
(Master
of
Literature)
M.Lib.
(Master
of
Library)
M.Arch.
(Master
of
Architecture)
M.Mus.
(Master
of
Music)
M.Nurs.
(Master
of
Nursing)
M.Th.
(Master
of
Theology)
M.Eng.
(Master
of
Engineering)
M.B.A.
(Master
of
Business
Administration)
M.F.
(Master
of
Forestry)
M.F.A.
(Master
of
Fine
Arts)
M.R.E.
(Master
of
Religious
Ediucation)
M.S.
(Mater
of
Science)
M.P.H.
(Master
of
Public
Health),
dsb.
Gelar
Doktor
Dalam
Negeri
Penulisan gelar doktor dalam negeri pun sering tidak dipahami dengan benar oleh
kebanyakan orang, padahal jika kita mampu menganalisis, tidaklah sulit untuk dapat
menemukan
jawabannya.
Penulisan gelar doktor dalam negeri sama dengan penulisan gelar-gelar yang lain.
Karena huruf D dan R merupakan rangkaian satu kata, maka penulisan gelar
doktor yang benar adalah: Dr. (Doktor), dan ditulis di depan nama penyandang gelar.
Huruf D ditulis dengan huruf besar, dan huruf R ditulis dengan huruf kecil, dan
diakhiri
dengan
tanda
titik
pula.
Selain itu, di Indonesia juga memberlakukan sebutan profesional untuk program
diploma. Aturan main penulisan sebutan profesional dalam negeri untuk program
diploma ditulis di belakang nama penyandang sebutan profesional tersebut. Perhatikan
beberapa sebutan profesional program diploma dalam negeri sebagai berikut.
Program diploma satu (D1) sebutan profesional ahli pratama, disingkat (A.P.);
Program diploma dua (D2) sebutan profesional ahli muda, disingkat (A.Ma.);
Program diploma tiga (D3) sebutan profesional ahli madya, disingkat (A.Md.); dan
Program diploma empat (D4) sebutan profesional ahli, disingkat (A.).
Akhir-akhir ini sebutan profesional untuk program diploma, sebagaimana yang tertera
itu, cenderung diikuti oleh ilmu keahlian yang dimiliki. Sebagai misal, sebutan
profesional untuk ahli muda kependidikan disingkat A.Ma.Pd., ahli madya keperawatan
disingkat A.Md.Per., ahli madya kesehatan disingkat A.Md.Kes., ahli madya kebidanan
disingkat A.Md.Bid., dan ahli madya pariwisata disingkat A.Md.Par.
Selanjutnya, banyak orang bertanya-tanya tentang beberapa gelar doktor luar negeri
yang tidak mereka pahami maksudnya, juga tidak mereka ketahui cara penulisannya,
sehingga banyak diantara mereka hanya dapat memperkirakan maksud, dan demikian
pula cara penulisannya. Karena berdasarkan perkiraan belaka, maka banyak diantara
mereka
salah
menebak
maksud
serta
cara
penulisannya.
Penulisan gelar doktor, master, dan sarjana muda dari luar negeri, ditulis di belakang
Ditulis
Benar
Ditulis
Salah
Juga
Ditulis
Salah
Hadi
Mulya,
S.Pd.
HADI
MULYA,
S.PD.
HADI
MULYA,
S.Pd.
Hadi
Mulya,
S.Ag.
HADI
MULYA,
S.AG.
HADI
MULYA,
S.Ag.
Hadi
Mulya,
S.Pt.
HADI
MULYA,
S.PT.
HADI
MULYA,
S.Pt.
Di dalam aturan kebahasaan, nama orang tidak dibenarkan ditulis dengan huruf balok
(kapital), kecuali untuk kepentingan tertentu. Jika ditulis, huruf balok (kapital) hanya
dibenarkan ditulis pada awal kata nama orang. Karena itu, penulisan gelar dengan
mengikuti nama penyandang gelar yang sama-sama ditulis menggunakan huruf balok,
tidak hanya salah, tetapi sudah salah kaprah.
Dr (doktor)
Jika di antara nama dan gelar tidak dibubuhi tanda koma, maka penulisan gelar tersebut
salah dan singkatan tersebut tidak bermakna gelar, melainkan bisa bermakna nama
keluarga, marga, dan sebagainya. Jadi, Muhamad Ilyasa SH (tanpa koma di antara nama
dan SH) bisa berarti Muhamad Ilyasa Sutan Harun atau Muhamad Ilyasa Saleh Hamid,
dan sebagainya.
Penulisan gelar harus di belakang nama orang, cara penulisan gelar di depan nama orang
adalah salah.
dari sumber lain kopertis12.or.id:
JENIS GELAR AKADEMIK
Pasal 6
Gelar akademik terdiri atas Sarjana, Magister dan Doktor.
Pasal 7
Penggunaan gelar akademik Sarjana dan Magister ditempatkan di belakang nama yang
berhak atas gelar yang bersangkutan dengan mencantumkan huruf S., untuk Sarjana dan
huruf M. untuk Magister disertai singkatan nama kelompok bidang keahlian.
Pasal 8
Penetapan jenis gelar dan sebutan serta singkatannya sesuai dengan kelompok bidang
ilmu dilakukan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi bersamaan dengan pemberian
ijin pembukaan program studi berdasarkan usul dari perguruan tinggi yang bersangkutan
sesuai dengna norma dan kepatutan akademik.
Pasal 9
Gelar akademik Doktor disingkat Dr. ditempatkan di depan nama yang berhak atas gelar
yang bersangkutan.
JENIS SEBUTAN PROFESIONAL
Pasal 10
Penggunaan sebutan profesional dalam bentuk singkatan ditempatkan di belakang nama
yang berhak atas sebutan profesional yang bersangkutan.
Pasal 11
(1) Sebutan profesional lulusan Program Diploma terdiri atas :
(2) Singkatan sebutan profesional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditempatkan di
belakang nama yang berhak atas sebutan tersebut.
sumber: