NIM : 201910330311106
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambing-lambang bunyi ujar suatu bahasa dan
hubungan lambing satu dengan yang lain, baik dala penggabungan atau pemisahnya.
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, dll.
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris. Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun.
Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya :
kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan.
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah
tenggara, kacang bogor, salak bali, dll.
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa
Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan
Ayam Centil dll
2. Penulisan Huruf Miring
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik
Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.Contoh, boat modeling,
aeromodeling, motorsport.
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan
kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple
amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
1. Penulisan artikel
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama menyatakan
partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah,
apakah, siapakah, apatah.
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
2. Penulisan singkatan
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
3. Penulisan akronim
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa
gabungan huruf.
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus
diperhatikan dua syarat
ü Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
ü Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan
yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4. Penulisan angka
ü Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
2. satuan waktu,
ü Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada
alamat.
ü Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya perlu dibahas
disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam
bahsa jurnalistik.
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga
bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa
menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi
seperti akta dan kuitansi.
TANDA BACA
Tanda Baca
Tanda baca seperti tanda titik (.), koma (,), tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pastinya sudah tidak asing
bagi teman-teman. Di dalam sebuah kalimat, sangat mudah sekali teman-teman menemukan tanda-tanda
baca tersebut. Namun selain empat tanda baca itu, ternyata masih ada beberapa tanda baca yang penting
kamu ketahui penulisan dan penggunaannya dalam sebuah kalimat.
Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat. Menjadi penanda akhir dari
rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah kalimat. Namun, ada juga beberapa penulisan
dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya yang harus kamu pahami.Dipakai untuk mengakhiri singkatan
yang belum resmi. Sebagai contoh, tanda ini ditaruh setelah yang merupakan singkatan yang terhormat,
hlm. yang merupakan singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan singkatan dari atas nama.
Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun tabel.
Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu dengan yang lain.
Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing House.
Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya dan dipakai pada
pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.
Contoh: Saat ini, jumlah penduduk Jakarta hampir menembus 11.000.000 jiwa.
Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam kalimat. Berfungsi sebagai
penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat. Hanya
saja, jika (.) lebih mengarah pada kalimat pernyataan, tanda tanya (?) cenderung mengarah pada kalimat
yang bersifat pertanyaan.
Satu lagi tanda baca yang sering menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat adalah tanda seru (!).
Tanda baca yang satu ini membentuk sebuah kalimat menjadi bersifat perintah atau seruan. Akan tetapi,
penggunaan tanda seru (1) juga biasa berfungsi untuk menegaskan, mengajak, atau memengaruhi
seseorang.
Ada beberapa fungsi dari tanda koma (,) yang cenderung ditemukan dalam percakapan ataupun kalimat
sehari-hari. Berikut ini adalah pemakaian dan penulisan tanda koma (,) yang tepat dalam bahasa
Indonesia..
a. Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang memiliki subjek, objek, maupun keterangan yang lebih
dari dua. Pemakaiannya selalu berada di akhir kata yang dirincikan. Khusus pada kata terakhir, pastikan
(,) berada sebelum dan maupun atau yang menjadi kata hubung.
Contoh: Ibu membeli ayam, telur, sayuran, dan bumbu dapur di pasar.
b. Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk kalimat.
Contoh: Karena hujan lebat dan tidak membawa payung, Rina menjadi telat pulang ke rumah.
c. Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika petikannya berada
belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan langsung. Namun, jika petikan kalimat
langsungnya mendahului pengujar, tanda koma (,) diletakkan di akhir petikan, sebelum tanda kutip (“).
Contoh: Akhirnya, ia berhasil menjadi sarjana dan kini ia bergelar Ayuningtias, S.E.
e. Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.
Contoh: Christian, Diego. 2016. Kepada Gema. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
f. Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di catatan kaki.
Contoh: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 150),
hlm. 20.
Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang satu ini masih penting
digunakan dlam sebah penulisan
Dipakai dalam dialog pada naskah drama yang membatasi antara pengujar dan kalimat yang diucapkan.
Dipakai sebagai batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
Nama :
Pada dasarnya, tanda baca yang satu ini bersifat hampir sama dengan tanda koma (,) di dalam kalimat.
Namun, titik koma (;) baru digunakan jika ada dua penempatan tanda koma (,) yang salah satunya bersifat
lebih tinggi daripada yang lain.
Tanda baca yang satu ini juga termasuk yang sering dijumpai penggunaannya dalam kalimat sehari-hari.
Sepintas tanda baca yang satu ini mirip dengan tanda hubung (-), hanya saja bentuknya lebih panjang.
Membatasi kata atau kelompok kata yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat dan
menegaskan adanya aposisi atau keterangan dalam kalimat. Bisa berada di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti ‘sampai dengan’.
Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak sebenarnya.
Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam kalimat.
Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik. Hanya saja, fungsinya
jauh berbeda dari tanda petik.