Anda di halaman 1dari 26

Nama :Renal Delviandy T

Npm :2103120051

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan Penyempurnaan dari EYD

Ejaan Bahasa Indonesia atau yang biasa disebut EBI merupakan pedoman untuk pengejaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang  berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Adapun berikut adalah aturan-aturan yang dicakup oleh EBI:

1. Penulisan Huruf
2. Penulisan Kata
3. Penulisan Unsur Serapan
4. Pemakaian Tanda Baca

1. Penulisan Huruf di Ejaan Bahasa Indonesia


Di dalam penulisan huruf, penerapannya  terbagi dalam dua bagian yaitu penulisan huruf
kapital dan huruf (cetak) miring yang akan didetailkan sebagai berikut:

Huruf Kapital

 Awal Kalimat
 Awal Kalimat Langsung
 Hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (nama agama, nama Tuhan/kata ganti
untuk Tuhan)
 Gelar dan jabatan yang diikuti nama diri
 Istilah geografi yang diikuti nama diri dan bukan menyebut nama jenis
 Nama hari, bulan, dan tahun
 Nama suku, bangsa, dan bahasa
 istilah kekerabatan yang digunakan sebagai bentuk sapaan

Huruf (cetak) miring

 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
 Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, suku kata,
kata, atau kelompok kata.
 Dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaanya.

2. Penulisan Kata di Ejaan Bahasa Indonesia


Di dalam penulisan kata terdapat 5 bagian yaitu kata turunan & gabungan kata, kata depan,
partikel, angka dan lambangan bilangan, serta singkatan dan akronim yang akan didetailkan
sebagai berikut:

Kata Turunan & Gabungan Kata

1. kerja sama
bekerja sama
2. tanda tangan
tanda tangani
menandatangani
3. antarkota
Antikorupsi
pascasarjana
nonblok
anti-Amerika
pasca-5 Juli 1997
4. saputangan
olahraga
matahari
kacamata

Kata Depan
Penulisan kata depan dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Di mana dia tinggal?

Partikel

1. Partikel -lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
2. Partikel pun harus dipisah dengan kata yang mengikutinya. Akan tetapi, ketika
berfungsi sebagai kata hubung pun harus digabung.
3. Partikel per harus dipisah ketika bermakna tiap-tiap/setiap

Angka dan Lambang Bilangan

 Untuk menyebutkan bilangan dan jumlahnya kurang dari tiga kata maka harus
menggunakan huruf. Contoh: Ada seratus orang.
 Penyebutan bilangan dan jumlah kata nya kurang dari dan sama dengan tiga kata
menggunakan angka. Contoh Ada 25 orang.
 Tidak bisa mengawali kalimat
 Meskipun terdiri kurang dari tiga kata tetap ditulis dengan angka kalau menunjukkan
rincian. Contoh: Ia membeli 2 sapi, 6 kerbau, dan 12 kambing.
Singkatan dan Akronim

 Singkatan umumnya dieja. Contoh: MPR ; S.H ; Yth ; a.n ; cm


 Akronim dibaca dan tidak ada tanda baca. COntoh ABRI, Depkes, Pemilu.

Tanda Baca di Ejaan Bahasa Indonesia


a. Titik (.), digunakan pada akhir kalimat penyataan; pemisah jam, menit, dan detik; dalam
daftar pustaka; pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah

b. Koma (,) adalah perincian yang lebih dari dua hal, pemisah nama dengan gelar, mengapit
keterangan aposisi. Contoh: Teman saya, Ahmad, pandai sekali

c. Titik Koma (;) Menandakan bentuk kalimat yang sejajar, dapat mengganti kata hubung
KMS. Contoh: Malam tambah larut; pekerjaan belum selesai juga.

d. Titik Dua (:) Untuk perincian pada kalimat yang telah selesai. Misalnya : Adik membeli
alat tulis: pensil, pulpen, dan buku

e. Pisah (–) Dapat berarti sampai, sampai dengan, atau dapat juga mengapit keterangan di
tengah. Contoh: Jakarta — Merak, 08:00 — 12:00

f. Hubung(-) Untuk bentuk ulang atau bentuk terikat ketika bertemu dengan angka atau huruf
kapital. Contoh: mem-PHK, pasca- 7 Juli.

g. Petik (“…”) Untuk bentuk kalimat langsung, mengapit judul tulisan, mengapit julukan.
Contoh: Karena warna kulitnya, ia dipanggil “Si Item”

h. Petik tunggal (‘…’) Menunjukkan makna kata atau untuk mengapit petikan di dalam
petikan langsung. Contoh: Politik devide et imprera

3.Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda,
atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de
l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya
masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah
ejaan yang berlaku bagi PENULISAN UNSUR SERAPAN BAHASA INDONESIA itu
sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
actaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerob aerob
aerodimanics aerodonamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


haemoglobin hemoglobin
haematite hematite
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison

au tetap au
audiogram audiogram
autrotoph autrotof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik

c di muka a, u, o dan konsonan mejadi k


calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal Kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s


central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
ceolom selom

cc di muka o, u dan konsonan menjadi k


accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks


accent aksen
accessory aksesori
vaccine vaksin

cch dan ch di muka a, o dan konsonan menjadi k


saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


echelon eselon
machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


check cek
\ China Cina

ç (Sanskerta) menjadi s
çabda sabda
çastra sastra

e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis

ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem

ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium

eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit

eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium

f tetap f
fanatic fanatik
factor factor
fossil fosil

gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i


iambus iambus
ion ion
iota iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


politiek politik
riem rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


variety varietas
patient pasien
afficient efisien

kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir

ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistic

oe (oi Yunani) menjadi e


oestrogen estrogen
oenology enology
foetus fetus

oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos

oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul

oo (vokal ganda) tetap oo


zoology zoology
coordination koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u


gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur

ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf

ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychic psikis
psychosomatic psikosomatik

pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptyalin

q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekator

rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scoptopia skoptopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s


scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk


schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s


ratio rasio
actie aksi
patient pasien

Th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode (Belanda) metode

u tetap u
unit unit
nucleolus nucleolus
structure struktur
institute institute

ua tetap ua
dualism dualism
aquarium akuarium

ue tetap ue
suede sued
duet duet

ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite

uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota

uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum

v tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalery kavaleri

x pada awal kata tetap x


xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon

xc di muka e dan i menjadi ks


exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk


excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif

y tetap y jika lafalnya y


yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan

y manjadi y jika lafalnya i


yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psyschology psikologi

z tetap z
zenith zenith
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot

konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.


Misalnya:
gabbro gabro commission komisi
accu aki ferrum ferum
effect efek salfeggio salfegio
Tetapi:
mass massa

Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu
lagi diubah.
Misalnya:
Kabar, sirsak, iklan, erlu, bengkel, hadir
2. Sekalipun dalam ejaan yang dismpurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah
yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti
dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk PENULISAN UNSUR SERAPAN BAHASA
INDONESIA tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta
penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar, efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -at


advocaat advokat
-age menjadi -ase
percentage persentase
etalage etalase

-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al


structural, structureel structural
formal, formeel formal
normal, normaal normal

-ant menjadi -an


accountant akuntan
informant informan

-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki


anarchy, anarchie anarki
oligarchy, oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary, komplementer
complementair
primary, primair primer
secondary, secondair sekunder

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -as


action, actie aksi
publication, publicatie publikasi

-eel (Belanda) menjadi -el


ideëel ideel
materieel materiel
moreel morel

-ein tetap -ein


casein kasein
protein protein

-ic, -ics, ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika


logic, logica logika
phonetics, phonetiek fonetik
physics, physica fisika
dialectics, dialektica dialektika
technique, techniek teknik

-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik


electronic, elektronisch elektronik
mechanic, mechanisch mekanik
ballistic, ballistisch balistik

-ical, isch (Belanda) menjadi -is


economical, economisch ekonomis
practical, practisch praktis
logical, logisch logis

-ile, -iel menjadi -il


percentile, percentiel persenril
mobile, mobiel mobil

-ism, isme (Belanda) menjadi -isme


modernism, modernisme modernisme
communism, communisme komunisme

-ist menjadi -is


publicist publisis
egoist egois

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if


descriptive, descriptief deskriptif
demonstrative, demonstratief demonstratif

-logue menjadi -log


catalogue catalog
dialogue dialog

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi


technology, technologie teknologi
physiology, physiologie fisiologi
analogy, analogie analogi

-loog (Belanda) menjadi -log


analoog analog
epiloog epilog

-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid


hominoid, hominoide hominoid
anthropoid, anthropoide anthropoid

-oir(e) menjadi -oar


trotoir trotoar
repertoire repertoar

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir


director, directuer direktur
inspector, inspectuer inspektur
amateur amatir
formateur formatur

-or tetap -or


dictator diktator
corrector korektor

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas


university, universiteit universitas
quality, kwaliteit kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur


structure, struktuur struktur
premature, prematuur premature
4.Pemakaian Tanda Baca

Tanda baca adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan ketika menulis. Tanda ini
memiliki fungsi yang menyatakan tujuan-tujuan tertentu dalam ragam tulis.

Tanda baca mampu membantu untuk menunjukkan dengan lebih jelas mengenai maksud
sebuah teks kalimat. Ketiadaan tanda baca bisa menimbulkan kerancuan dalam
menerjemahkan makna.

Jadi fungsi tanda baca tidak kalah dengan fungsi huruf kapital dalam kepenulisan.

Berikut adalah beberapa pedoman penggunaan tanda baca berdasarkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia.

Mari kita mulai.

Penggunaan Spasi

Tanda spasi ini unik. Dia tidak terihat seperti namanya, jarak.

Karena saking seringnya dipakai, kadang kita juga salah menggunakannya. Ada beberapa hal
yang bisa saya sampaikan, spasi tidak perlu dipakai sebelum tanda tanya, tanda seru, titik
koma, dan juga titik.

Namun sebaliknya, spasi harus digunakan setelah tanda baca yang tadi. Spasi harus
digunakan setelah tanda tanya, tanda seru, titik koma, dan juga titik.

Mungkin ada juga yang lainnya, tetapi itu yang saya ingat sekarang. Anda bisa menambahkan
lainnya melalui komentar bila menemukan.

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik harus digunakan untuk mengakhiri kalimat bukan pertanyaan dan/atau seruan.
Ini adalah hal yang paling sederhana.

Contoh: Ibuku senang memasak sayur sop.

Setelah menggunakan tanda titik, untuk memulai kalimat baru, berikan dulu satu spasi
sebelum menuliskan huruf kapital pertama pada kalimat itu.
2. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama seseorang. Contoh: George W. Bush

Apabila nama seseorang ditulis lengkap, tanda titik tidak perlu dipergunakan. Contoh: Indah
Permata

3. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:
Dr. (dokter), S.E. (sarjana ekonomi), Kol. (kolonel), Bpk. (bapak)

4. Tanda baca titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat lazim.
Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih, tanda titik hanya dipakai satu kali.

Contoh: dsb. yang merupakan singkatan dari dan lain sebagainya.

5. Tanda titik dipakai dalam penunjukkan waktu dan jangka waktu yaitu pemisahkan angka
jam, menit, dan detik.

Contoh:

1. Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)


2. 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

6. Titik bisa dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan serta kelipatannya. Contoh: Kota
kecil itu berpenduduk 51.156 orang. Luas wilayahnya kurang lebih 10.721 meter persegi.

Tidak Perlu Tanda Titik

7. Tanda titik tidak perlu dipakai dengan tujuan memisahkan bilangan ribuan dan
kelipatannya apabila tidak bermaksud menunjukkan jumlah.

Contoh:

1. Nama Alan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.


2. Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Hendra.

8. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah yang
berkaitan dengan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi ataupun pada
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat luas.

Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


9. Tanda titik tidak boleh dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.

Contoh: Adikku lupa membawa penggaris 30cm sehingga ia terpaksa membeli penggaris
plastik seharga Rp500,00 di sekolah.

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir kalimat judul yang merupakan kepala karangan,
kepala ilustrasi, tabel, dan lain sebagainya.

Contoh:

1. Latar Belakang
2. Sistem Acara
3. Rumusan Masalah
4. Lihat Pula

11. Titik tidak perlu digunakan di pertengahan kalimat tanya. Apabila memakai titik, maka
kalimat sebelum tanda titik harus kalimat pernyataan. Kita bisa menggunakan tanda koma
apabila diperlukan.

Contoh:

1. Kalau saya tidak membantu, bagaimana Anda dapat menyelesaikannya?


2. Menurut Anda, apakah Indonesia sudah maju?
3. Apa yang dimaksud dengan kemerdekaan? Aku merasa, kita belum merdeka
seutuhnya.
Penggunaan Tanda Baca Koma (,)

Berikut penggunaan tanda baca koma dalam ragam tulis bahasa Indonesia:

1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum kata “dan”]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa
koma sebelum kata “dan”]

2. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara satu dengan kalimat setara
berikutnya, biasanya didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Contoh: Saya
membuat blog, tetapi tidak memiliki iklan.
3a. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

1. Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.


2. Karena sibuk, ia sampai lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut ada setelah induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.

4. Tanda koma bisa digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.

Contoh:

1. Oleh karena itu, kamu harus datang besok.


2. Jadi, saya tidak jadi suka itu.

5. Tanda koma digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

1. O, begitu.
2. Wah, kaya sekali.
Penggunaan Lain

6. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Contoh: Kata temanku, “Aku sangat terlihat sedih”.

7. Tanda koma digunakan di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

1. Madiun, 18 Juni 2000


2. Madiun, Indonesia.
8. Tanda koma digunakan untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka. Contoh: Ferdianto, Erfan, 2019. Meningkatkan Pendapatan Toko Daring. Jilid
7 dan 8. Tegal: PT Mencari Cinta Sejati

9. Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: I. Firman,
Informasi dalam Facebook. (Sumedang: PT Mencari Cinta Sejati, 2010), hlm. 12.

10. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Sebagai contoh: Rinto
Jiang, S.E.

11. Tanda koma digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.

Contoh:

1. 43,5ha
2. Rp20,5

12. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Contoh: Penulis favorit saya di sini adalah seorang pria tampan, Dimas, yang
sangat pintar.

13. Tanda koma digunakan untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.

Contoh: Dalam permasalahan kali ini, kita memerlukan sikap yang serius.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang serius dalam permasalahan kali ini.

14. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru. Contoh: “Di mana Tejo tinggal?” tanya Yanto.

Penggunaan Tanda Baca Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat kita gunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan
setara. Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga mengerjakan ini.
2. Tanda titik koma bisa kita pakai untuk memisahkan kalimat setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh:

Ayah mengurus ternaknya di belakang; ibu sibuk memasak di dapur; adik menghafalkan
nama-nama provinsi Indonesia; saya sendiri sedang asyik mendengarkan musik di kamar.

Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:)

Berikut beberapa aturan penggunaan tanda baca titik dua:

1. Tanda titik dua digunakan di akhir suatu pernyataan lengkap apabila diikuti rangkaian atau
pemerian.

Contoh:

1. Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, lampu, meja makan, dan
lemari.
2. Fakultas itu memiliki dua jurusan: Manajemen dan Akuntansi.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

1. Ketua: Andre
2. Wakil Ketua: Nadya
3. Sekretaris: Hermawan
4. Wakil Sekretaris: Indra
5. Bendahara: Paijo
6. Wakil bendahara: Rendra

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.

Contoh:

Rendra: “Jangan lupa selesaikan tugas hari ini! Saya butuh itu besok.”
Kinna: “Siap, Boss!”

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul sebuah karangan.
Misal:

(i) Tempo, I (1971), 34:7


(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

5. Tanda titik dua digunakan untuk menandakan nisbah (angka banding). Contoh:
Perbandingan jumlah penduduk pria terhadap wanita di Kota X adalah 3:1.

6. Tanda titik dua tidak dipakai apabila sebuah rangkaian atau pemerian merupakan
pelengkap yang mengakhiri sebuah pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, lampu, meja
makan, dan juga lemari.

Tanda Hubung (-)

Berikut aturan penggunaan tanda hubung:

1. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak,
berulang-ulang, dan kemerah-merahan.

Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2 dan 2x) hanya digunakan untuk menulis cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan dan resmi.

2. Tanda hubung digunakan untuk menyambung huruf kata yang dieja satu per satu dan
bagian-bagian tanggal.

Contoh:

1. b-a-p-a-k-k-u
2. 18-9-1953

3. Tanda hubung bisa dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.

Mari bandingkan agar jelas:

1. ber-evolusi dengan be-revolusi


2. tiga puluh dua-ribuan (30×2000) dengan tiga-puluh-dua-ribuan (32000).
3. Istri-pamanku yang ramah dengan istri pamanku-yang ramah
4. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.

Contoh:

1. Se-Korea
2. Hadiah ke-3
3. Tahun 90-an
4. Ber-SMA
5. KTP-nya bernomor 12101
6. Sinar-X
7. Menteri-Sekretaris Negara

5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.

Contoh:

1. Peng-improve-an
2. Di-hack

6. Tanda hubung digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris. Contoh: Ayahku bekerja di rumah sakit. Setiap harinya dia selalu bertemu dokter ber-
pakaian putih lalu lalang.

Tanda Pisah (–, —)

Berikut penggunaan tanda baca ini dalam bahasa Indonesia:

1a. Tanda pisah em (—) digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
merupakan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.

Contoh: Pedomane—blog kebanggaan saya—akan menjadi blog terbesar.

1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan lain sehingga kalimat
menjadi lebih tegas dan jelas.

Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah
mengubah konsepsi kita mengenai alam semesta.

2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai
dengan, dan bisa juga dipakai di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.

Contoh:

1. 1914–1918
2. Medan–Padang
3. 10–13 Desember 1999

2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama kata “dari” dan “antara”, atau bersama tanda
kurang (−).

Contoh:

1. Penjelasannya bisa dilihat dari halaman 45 hingga 65. Bukan, penjelasannya bisa
dilihat dari halaman 45–65.
2. Kejadian itu berlangsung antara tahun 1492 dan 1499. Bukan, kejadian itu
berlangsung antara tahun 1492–1499
3. Suhu Surakarta hari ini antara −4 dan −6 °C. Bukan, suhu Surakarta hari ini −4–−6 °C
Penggunaan Tanda Baca Elipsis (…)

1. Tanda elipsis digunakan pad kalimat yang terputus, misalnya untuk menuliskan naskah
drama, sebagai contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa pada sebuah kalimat atau naskah ada bagian
menghilang atau sengaja dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Contoh: Sebab-
sebab kemerosotan ini adalah … akan diteliti lebih lanjut.

Jika bagian yang dihilangkan dugunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat, empat buah titik
diperlukan; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir
kalimat.

Contohnya: Dalam sebuah karangan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….

Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya hanya dipakai untuk mengakhiri kalimat tanya.


Contoh:

1. Kapan ia akan berangkat?


2. Kita sama-sama tahu, bukan?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim digunakan dalam tulisan ilmiah.

2. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat berita
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

1. Ia dilahirkan pada tahun 1963 (?).


2. Uangnya sebanyak 20 juta rupiah (?) hilang.
Tanda Seru (!)

Penggunaan tanda baca seru ini dipakai setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang
kuat.

Contoh:

1. Alangkah mengerikannya peristiwa itu!


2. Bersihkan meja itu sekarang juga!
3. Sampai hati ia membuang anaknya!
4. Merdeka!

Oleh karena maksud penggunaannya, tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
karangan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaan tanda seru kecuali dalam kutipan
atau transkripsi drama.

Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian
Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) sesuai ketentuan.

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan, kegunaannya sama seperti tanda pisah.

Contoh:
1. Satelit Palapa (sebuah sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem
satelit domestik di Indonesia.
2. Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan
baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.

Contoh:

1. Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).


2. Pembalap itu berasal dari (kota) Semarang.

4. Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c)
tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung berturut-turut. Ganti tanda kurung
dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.

Contoh:

1. Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (yang juga dikenal sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan salah satu pemimpin Ukraina.
2. Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv,
merupakan salah satu pemimpin Ukraina.
3. Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan salah satu pemimpin Ukraina.
Dia dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv.
Penggunaan Tanda Baca Kurung Siku ([…])

Berikut adalah penggunaan tanda baca kurung siku:

1. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
sebuah koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.

Bahasa mudahnya, memperbaiki saltik. Agar jelas kesalahannya yang mana, digunakanlah
tanda kurung siku. Contoh: Si Permai men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang berada dalam tanda
kurung. Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan lagi di sini.

Tanda Petik (“…”)

1. Tanda petik digunakan untuk mengapit sebuah petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

1. “Saya belum menjadi pekerja,” kata Mira, “jangan menggodaku!”


2. Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

2. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku dalam sebuah
kalimat.

Contoh:

1. Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
2. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
terbitan Tempo.
3. Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku tersebut.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

Contoh:

1. Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “trial error” saja.


2. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh:
Kata Tono, “Aku juga mau.”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata maupun ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.

Contoh:

1. Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.


2. Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Penggunaan Tanda Baca Petik Tunggal (‘…’)

1. Penggunaan tanda baca petik tunggal adalah untuk mengapit petikan yang berada di dalam
sebuah petikan.

Contoh:

1. “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”, tanya Anto.


2. “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriakan anakku, ‘Ibu, Ayah pulang’, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hermawan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata/ungkapan asing.
Contoh: feed-back ‘balikan’

Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring digunakan di dalam penulisan nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

1. No. 7/PK/1973
2. Jalan Kebakkramat III/10, Karanganyar
3. Dia adalah pengurus BEM 2005/2006

2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi
dalam pecahan dan juga rumus matematika.

Contoh:

1. Harganya Rp135,00/lembar (harganya Rp135,00 tiap lembar)


2. Kecepatannya 20 km/j (kecepatannya 20 kilometer per jam)
3. 7/8 atau 7⁄8
4. xn/n!

Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam
prosa. Gunakan tanda bagi ÷ . Contoh: 12 ÷ 2 = 6.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat
dipakai. Contoh: {\displaystyle \textstyle {\frac {x^{n}}{n!}}} \textstyle\frac{x^n}{n!}

3. Tanda garis miring sebaiknya tidak digunakan untuk mengganti kata atau.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat digunakan untuk menujukkan penghilangan bagian kata atau angka tahun
tertentu.

Contoh:

Alvi ‘kan kusurati hari ini. (‘kan = akan)


Malam ‘lah tiba, aku masih sendiri. (‘lah = telah)
Suasana pagi 1 Januari ’88 (’88 = 1988)

Penggunaan tanda baca ini sebaiknya tidak digunakan dalam teks prosa biasa.

Anda mungkin juga menyukai