Npm :2103120051
Ejaan Bahasa Indonesia atau yang biasa disebut EBI merupakan pedoman untuk pengejaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
1. Penulisan Huruf
2. Penulisan Kata
3. Penulisan Unsur Serapan
4. Pemakaian Tanda Baca
Huruf Kapital
Awal Kalimat
Awal Kalimat Langsung
Hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (nama agama, nama Tuhan/kata ganti
untuk Tuhan)
Gelar dan jabatan yang diikuti nama diri
Istilah geografi yang diikuti nama diri dan bukan menyebut nama jenis
Nama hari, bulan, dan tahun
Nama suku, bangsa, dan bahasa
istilah kekerabatan yang digunakan sebagai bentuk sapaan
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, suku kata,
kata, atau kelompok kata.
Dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaanya.
1. kerja sama
bekerja sama
2. tanda tangan
tanda tangani
menandatangani
3. antarkota
Antikorupsi
pascasarjana
nonblok
anti-Amerika
pasca-5 Juli 1997
4. saputangan
olahraga
matahari
kacamata
Kata Depan
Penulisan kata depan dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Di mana dia tinggal?
Partikel
1. Partikel -lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
2. Partikel pun harus dipisah dengan kata yang mengikutinya. Akan tetapi, ketika
berfungsi sebagai kata hubung pun harus digabung.
3. Partikel per harus dipisah ketika bermakna tiap-tiap/setiap
Untuk menyebutkan bilangan dan jumlahnya kurang dari tiga kata maka harus
menggunakan huruf. Contoh: Ada seratus orang.
Penyebutan bilangan dan jumlah kata nya kurang dari dan sama dengan tiga kata
menggunakan angka. Contoh Ada 25 orang.
Tidak bisa mengawali kalimat
Meskipun terdiri kurang dari tiga kata tetap ditulis dengan angka kalau menunjukkan
rincian. Contoh: Ia membeli 2 sapi, 6 kerbau, dan 12 kambing.
Singkatan dan Akronim
b. Koma (,) adalah perincian yang lebih dari dua hal, pemisah nama dengan gelar, mengapit
keterangan aposisi. Contoh: Teman saya, Ahmad, pandai sekali
c. Titik Koma (;) Menandakan bentuk kalimat yang sejajar, dapat mengganti kata hubung
KMS. Contoh: Malam tambah larut; pekerjaan belum selesai juga.
d. Titik Dua (:) Untuk perincian pada kalimat yang telah selesai. Misalnya : Adik membeli
alat tulis: pensil, pulpen, dan buku
e. Pisah (–) Dapat berarti sampai, sampai dengan, atau dapat juga mengapit keterangan di
tengah. Contoh: Jakarta — Merak, 08:00 — 12:00
f. Hubung(-) Untuk bentuk ulang atau bentuk terikat ketika bertemu dengan angka atau huruf
kapital. Contoh: mem-PHK, pasca- 7 Juli.
g. Petik (“…”) Untuk bentuk kalimat langsung, mengapit judul tulisan, mengapit julukan.
Contoh: Karena warna kulitnya, ia dipanggil “Si Item”
h. Petik tunggal (‘…’) Menunjukkan makna kata atau untuk mengapit petikan di dalam
petikan langsung. Contoh: Politik devide et imprera
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah
ejaan yang berlaku bagi PENULISAN UNSUR SERAPAN BAHASA INDONESIA itu
sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
actaaf oktaf
au tetap au
audiogram audiogram
autrotoph autrotof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda sabda
çastra sastra
e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f tetap f
fanatic fanatik
factor factor
fossil fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistic
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychic psikis
psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptyalin
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekator
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scoptopia skoptopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
Th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode (Belanda) metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nucleolus
structure struktur
institute institute
ua tetap ua
dualism dualism
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalery kavaleri
z tetap z
zenith zenith
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu
lagi diubah.
Misalnya:
Kabar, sirsak, iklan, erlu, bengkel, hadir
2. Sekalipun dalam ejaan yang dismpurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah
yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti
dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk PENULISAN UNSUR SERAPAN BAHASA
INDONESIA tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta
penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar, efek, dan implemen.
Tanda baca adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan ketika menulis. Tanda ini
memiliki fungsi yang menyatakan tujuan-tujuan tertentu dalam ragam tulis.
Tanda baca mampu membantu untuk menunjukkan dengan lebih jelas mengenai maksud
sebuah teks kalimat. Ketiadaan tanda baca bisa menimbulkan kerancuan dalam
menerjemahkan makna.
Jadi fungsi tanda baca tidak kalah dengan fungsi huruf kapital dalam kepenulisan.
Berikut adalah beberapa pedoman penggunaan tanda baca berdasarkan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia.
Penggunaan Spasi
Tanda spasi ini unik. Dia tidak terihat seperti namanya, jarak.
Karena saking seringnya dipakai, kadang kita juga salah menggunakannya. Ada beberapa hal
yang bisa saya sampaikan, spasi tidak perlu dipakai sebelum tanda tanya, tanda seru, titik
koma, dan juga titik.
Namun sebaliknya, spasi harus digunakan setelah tanda baca yang tadi. Spasi harus
digunakan setelah tanda tanya, tanda seru, titik koma, dan juga titik.
Mungkin ada juga yang lainnya, tetapi itu yang saya ingat sekarang. Anda bisa menambahkan
lainnya melalui komentar bila menemukan.
1. Tanda titik harus digunakan untuk mengakhiri kalimat bukan pertanyaan dan/atau seruan.
Ini adalah hal yang paling sederhana.
Setelah menggunakan tanda titik, untuk memulai kalimat baru, berikan dulu satu spasi
sebelum menuliskan huruf kapital pertama pada kalimat itu.
2. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama seseorang. Contoh: George W. Bush
Apabila nama seseorang ditulis lengkap, tanda titik tidak perlu dipergunakan. Contoh: Indah
Permata
3. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:
Dr. (dokter), S.E. (sarjana ekonomi), Kol. (kolonel), Bpk. (bapak)
4. Tanda baca titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat lazim.
Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih, tanda titik hanya dipakai satu kali.
5. Tanda titik dipakai dalam penunjukkan waktu dan jangka waktu yaitu pemisahkan angka
jam, menit, dan detik.
Contoh:
6. Titik bisa dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan serta kelipatannya. Contoh: Kota
kecil itu berpenduduk 51.156 orang. Luas wilayahnya kurang lebih 10.721 meter persegi.
7. Tanda titik tidak perlu dipakai dengan tujuan memisahkan bilangan ribuan dan
kelipatannya apabila tidak bermaksud menunjukkan jumlah.
Contoh:
8. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah yang
berkaitan dengan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi ataupun pada
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat luas.
Contoh: Adikku lupa membawa penggaris 30cm sehingga ia terpaksa membeli penggaris
plastik seharga Rp500,00 di sekolah.
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir kalimat judul yang merupakan kepala karangan,
kepala ilustrasi, tabel, dan lain sebagainya.
Contoh:
1. Latar Belakang
2. Sistem Acara
3. Rumusan Masalah
4. Lihat Pula
11. Titik tidak perlu digunakan di pertengahan kalimat tanya. Apabila memakai titik, maka
kalimat sebelum tanda titik harus kalimat pernyataan. Kita bisa menggunakan tanda koma
apabila diperlukan.
Contoh:
Berikut penggunaan tanda baca koma dalam ragam tulis bahasa Indonesia:
1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum kata “dan”]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa
koma sebelum kata “dan”]
2. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara satu dengan kalimat setara
berikutnya, biasanya didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Contoh: Saya
membuat blog, tetapi tidak memiliki iklan.
3a. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut ada setelah induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
4. Tanda koma bisa digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
5. Tanda koma digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
1. O, begitu.
2. Wah, kaya sekali.
Penggunaan Lain
6. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Contoh: Kata temanku, “Aku sangat terlihat sedih”.
7. Tanda koma digunakan di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
9. Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: I. Firman,
Informasi dalam Facebook. (Sumedang: PT Mencari Cinta Sejati, 2010), hlm. 12.
10. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Sebagai contoh: Rinto
Jiang, S.E.
11. Tanda koma digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh:
1. 43,5ha
2. Rp20,5
12. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Contoh: Penulis favorit saya di sini adalah seorang pria tampan, Dimas, yang
sangat pintar.
13. Tanda koma digunakan untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam permasalahan kali ini, kita memerlukan sikap yang serius.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang serius dalam permasalahan kali ini.
14. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru. Contoh: “Di mana Tejo tinggal?” tanya Yanto.
1. Tanda titik koma dapat kita gunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan
setara. Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga mengerjakan ini.
2. Tanda titik koma bisa kita pakai untuk memisahkan kalimat setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus ternaknya di belakang; ibu sibuk memasak di dapur; adik menghafalkan
nama-nama provinsi Indonesia; saya sendiri sedang asyik mendengarkan musik di kamar.
1. Tanda titik dua digunakan di akhir suatu pernyataan lengkap apabila diikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh:
1. Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, lampu, meja makan, dan
lemari.
2. Fakultas itu memiliki dua jurusan: Manajemen dan Akuntansi.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
1. Ketua: Andre
2. Wakil Ketua: Nadya
3. Sekretaris: Hermawan
4. Wakil Sekretaris: Indra
5. Bendahara: Paijo
6. Wakil bendahara: Rendra
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh:
Rendra: “Jangan lupa selesaikan tugas hari ini! Saya butuh itu besok.”
Kinna: “Siap, Boss!”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul sebuah karangan.
Misal:
5. Tanda titik dua digunakan untuk menandakan nisbah (angka banding). Contoh:
Perbandingan jumlah penduduk pria terhadap wanita di Kota X adalah 3:1.
6. Tanda titik dua tidak dipakai apabila sebuah rangkaian atau pemerian merupakan
pelengkap yang mengakhiri sebuah pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, lampu, meja
makan, dan juga lemari.
1. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak,
berulang-ulang, dan kemerah-merahan.
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2 dan 2x) hanya digunakan untuk menulis cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan dan resmi.
2. Tanda hubung digunakan untuk menyambung huruf kata yang dieja satu per satu dan
bagian-bagian tanggal.
Contoh:
1. b-a-p-a-k-k-u
2. 18-9-1953
Contoh:
1. Se-Korea
2. Hadiah ke-3
3. Tahun 90-an
4. Ber-SMA
5. KTP-nya bernomor 12101
6. Sinar-X
7. Menteri-Sekretaris Negara
5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:
1. Peng-improve-an
2. Di-hack
6. Tanda hubung digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris. Contoh: Ayahku bekerja di rumah sakit. Setiap harinya dia selalu bertemu dokter ber-
pakaian putih lalu lalang.
1a. Tanda pisah em (—) digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
merupakan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan lain sehingga kalimat
menjadi lebih tegas dan jelas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah
mengubah konsepsi kita mengenai alam semesta.
2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai
dengan, dan bisa juga dipakai di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
Contoh:
1. 1914–1918
2. Medan–Padang
3. 10–13 Desember 1999
2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama kata “dari” dan “antara”, atau bersama tanda
kurang (−).
Contoh:
1. Penjelasannya bisa dilihat dari halaman 45 hingga 65. Bukan, penjelasannya bisa
dilihat dari halaman 45–65.
2. Kejadian itu berlangsung antara tahun 1492 dan 1499. Bukan, kejadian itu
berlangsung antara tahun 1492–1499
3. Suhu Surakarta hari ini antara −4 dan −6 °C. Bukan, suhu Surakarta hari ini −4–−6 °C
Penggunaan Tanda Baca Elipsis (…)
1. Tanda elipsis digunakan pad kalimat yang terputus, misalnya untuk menuliskan naskah
drama, sebagai contoh: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa pada sebuah kalimat atau naskah ada bagian
menghilang atau sengaja dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Contoh: Sebab-
sebab kemerosotan ini adalah … akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan dugunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat, empat buah titik
diperlukan; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir
kalimat.
Contohnya: Dalam sebuah karangan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
2. Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat berita
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Penggunaan tanda baca seru ini dipakai setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang
kuat.
Contoh:
Oleh karena maksud penggunaannya, tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
karangan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaan tanda seru kecuali dalam kutipan
atau transkripsi drama.
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian
Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) sesuai ketentuan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan, kegunaannya sama seperti tanda pisah.
Contoh:
1. Satelit Palapa (sebuah sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem
satelit domestik di Indonesia.
2. Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan
baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Contoh:
4. Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c)
tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung berturut-turut. Ganti tanda kurung
dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
1. Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (yang juga dikenal sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan salah satu pemimpin Ukraina.
2. Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv,
merupakan salah satu pemimpin Ukraina.
3. Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan salah satu pemimpin Ukraina.
Dia dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv.
Penggunaan Tanda Baca Kurung Siku ([…])
1. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
sebuah koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Bahasa mudahnya, memperbaiki saltik. Agar jelas kesalahannya yang mana, digunakanlah
tanda kurung siku. Contoh: Si Permai men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang berada dalam tanda
kurung. Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan lagi di sini.
1. Tanda petik digunakan untuk mengapit sebuah petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
2. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku dalam sebuah
kalimat.
Contoh:
1. Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
2. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
terbitan Tempo.
3. Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku tersebut.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh:
Kata Tono, “Aku juga mau.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata maupun ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.
Contoh:
1. Penggunaan tanda baca petik tunggal adalah untuk mengapit petikan yang berada di dalam
sebuah petikan.
Contoh:
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata/ungkapan asing.
Contoh: feed-back ‘balikan’
1. Tanda garis miring digunakan di dalam penulisan nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
1. No. 7/PK/1973
2. Jalan Kebakkramat III/10, Karanganyar
3. Dia adalah pengurus BEM 2005/2006
2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi
dalam pecahan dan juga rumus matematika.
Contoh:
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam
prosa. Gunakan tanda bagi ÷ . Contoh: 12 ÷ 2 = 6.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat
dipakai. Contoh: {\displaystyle \textstyle {\frac {x^{n}}{n!}}} \textstyle\frac{x^n}{n!}
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak digunakan untuk mengganti kata atau.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat digunakan untuk menujukkan penghilangan bagian kata atau angka tahun
tertentu.
Contoh:
Penggunaan tanda baca ini sebaiknya tidak digunakan dalam teks prosa biasa.