Anda di halaman 1dari 5

Rangkuman Ejaan dan Tanda Baca

Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dan penggunaan tanda baca, dengan kaidah tulis
menulis yang distandarisasikan. Aspek-aspek ejaan adalah fonologis (fonem/huruf),
morfologis (morfemis), dan sintaksis. Fonem bermakna satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukkan perbedaan kontras makna, contoh sapu, usap, puas. Morfem yaitu satuan
bahasa terkecil yang bermakna secara relative stabil dan tidak terdapat bagian bermakna
yang lebih kecil. Morfem dapat dibubuhi afiks. Sintaksis adalah pengaturan hubungan kata
dengan kata, atau tata kalimat.

Pemakaian Huruf dan Penulisan Huruf


Pemakaian huruf dan penulisan huruf, sangat berperan penting bagi setiap bahasa. Bahasa
Inggris memiliki kaidah sendiri, bahasa Arab mempunyai ketentuan-ketentuan sendiri,
semua bahasa di dunia memiliki kaidah-kaidah tersendiri. Dalam hal ini, bahasa Indonesia
mempunyai kaidah tersendiri pula, yakni Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Buku ini sering disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan untuk huruf pertama pada:
1. Awal kalimat.
2. Petikan langsung.
3. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama tuhan,
termasuk kata gantinya.
4. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti dengan nama orang.
5. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
6. Nama orang.
7. Nama bangsa, suku, dan bahasa.
8. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9. Nama khas dalam geografi.
10. Nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi.
11. Semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali
kata partikel, seperti; di, ke, dari, untuk, dan, yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
12. Dalam singkatan nama, gelar, dan sapaan.
13. Menunjukkan hubungan kekerabatan, seperti; bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman, yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.

Huruf miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk;
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.

Penulisan Kata
Penulisan kata berperan sangat penting dalam bahasa Indonesia. Kata dasar sering
mengalami perubahan, karena pengimbuhan, pengulangan, atau penggabungan dengan
kata. Perubahan ini sesuai dengan ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan, halaman 22 - 31.

Ketentuan-ketentuan penulisan kata, adalah sebagai berikut :


1. Kata dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kata dasar dan kata turunan.
2. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
3. Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar.
4. Kalau bentuk dasarnya gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikutinya.
5. Kalau bentuk dasar gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan, maka kata-kata itu
ditulis serangkai.
6. Kalau salah satu kata unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
7. Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
8. Gabungan kata yang lazim disebut kata majmuk, termasuk istilah khusus, bagian-
bagiannya ditulis terpisah.
9. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat
diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang berangkutan.
10. Gabungan kata yang dianggap sudah satu, ditulis serangkai.
11. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
atau yang mengikutinya.
12. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
13. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
14. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
15. Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap, ditulis terpisah dari bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya.
16. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
17. Angka digunakan untuk menyatakan; ukurn panjang, berat dan isi, satuan waktu
dan nilai uang, nomor jalan jalan, dan menomori karangan.

Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangan bahasa Indonesia, banyak menyerap unsur bahasa-bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan ini,
ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun
penulisannya, dan ada yang belum sepenuhnya disesuaikan.
Kaidah yang berlaku bagi unsur serapan, sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan, halaman 32 – 42. Dalam penulisan ini, kita harus benar-
benar memperhatikan kaidah yang berlaku, unsur serapan tersebut, terutama asal
bahasanya, dan pedoman perubahannya.

Tanda Baca
Hal yang sering diabaikan pengguna bahasa, penulisan tanda baca. Kadang kala pemakai
bahasa, kurang mengindahkan tanda baca. Pada hal tanda baca ini, dapat membantu
pembaca dalam memahami suatu bacaan dengan tepat. Andaikan tiada tand baca, akan
menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan dapat mengubah pengertian dari
suatu kalimat.

Betapa penting tanda baca, semoga digunakan dengan tepat. Hal ini, diperhatikan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, halaman 42 – 55.

Pemakaian tanda baca, adalah sebagai berikut ;


1. Tanda titik dipakai pada:
a. Akhir kalimat.
b. Singkatan nama orang.
c. Singkatan gelar, pangkat, jabatan, dan sapaan.
d. Kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
e. Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
f. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
g. Memisahkan angka jam, dtik, menit yang menunjukkan jangka waktu.

2. Tanda titik tidak dipakai:


a. Untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya, yang tidak menunjukkan
jumlah.
b. Dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata, atau suku kata, atau
gabungan keduanya, atau yang tedapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh
masyarakat.
c. Dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran takaran, timbangan, dan mata uang.
d. Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan
sebangainya.
e. Di belakang alamat pengirim.

3. Tanda koma dipakai:


a. Di antara unsur dalam suatu pemerian.
b. Memisahkan kalimat setara.
c. Memisahkan anak kalimat dan induk kalimat.
d. Di belakang kata atau ungkapan kata penghubung antarkalimat, yang terdapat pada
posisi awal.
e. Di belakang kata-kata seruan.
f. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain.
g. Di antara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan.
h. Menceraikan bagiannama yang dibalik susunannya
i. Di antara tempat penerbitan, nama penerbitan, dan tahun penerbitan.
j. Di antara nama orang dan gelar akademik.
k. Di muka angka persepuluhan.
l. Untuk mengapit keterangan tambahan.
m. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain.

4. Tanda titik koma dipakai;


a. Memisahkan kalimat yang sejenis dan setara.
b. Memisahkan kalimat yang setera di dalam kalimat majmuk.

5. Tanda titik dua dipakai:


a. Pada akhir suatu pernyataan lengkap, bila diikuti rangkaian atau pemerian.
b. Sesuatu kata atau rangkaian yang memerlukan pemerian.
c. Dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.
d. Kalau rangkaian atau pemerian merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
e. Di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, atau
di antara judul dan anak judul dalam suatu karangan.

6. Tanda Hubung dipakai untuk :


a. Untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris.
b. Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya.
c. Menyambung unsur-unsur kata ulang.
d. Menyambung huruf kata yang dieja.
e. Untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
f. Merangkai se- dengan kata berikutnya yang mulai dengan huruf capital, ke- dengan
angka, angka dengan –an, singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau angka.
g. Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

7. Tanda Pisah dipakai :


a. Membatasi penyisipankata atau kalimatyang memberi penjelasan.
b. Menegaskan adanya aposisi.
c. Di antara dua bilangan atau tanggal, yang berarti sampai dengan.
8. Tanda Elipsis (…) digunakan :
a. Untuk menggambarkan kalimat yang putus-putus.
b. Menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

9. Tanda Tanya, tanda seru, tanda kurung, dan tanda kurung siku, anda perhatikan
pemakaiannya dalam EYD.

10. Tanda Petik dipakai :


a. Mengapit petikan langsung.
b. Mengapit judul apabila dipakai dalam kalimat.
c. Mengapit istilah ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai