Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada
keimanan kepada Allag dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-
kejadian yang sekarang serta berira-berita yang akan datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Al-Qur’an turun untuk peristiwa
khusus tadi atau pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun
Nuzul.
Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-hati untuk mengatakan
sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. Muhammad bin sirin
mengatakan: “ Ketika kutanyakan kepada ‘Ubaidah mengenai satu ayat Al-Qur’an,
dijawabnya: “Bertakwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar. Orang-orang yang
mengetahui mengenai apa Al-Qur’an itu diturunkan telah meningal.” Maksudnya, pra
sahabat. Apabila seorang tokok ulama semacam Ibn Sirin, yang termasuk tokoh tabi’in
terkemuka sudah demikian hati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang
menentukan, maka hal itu menunjukkan orang harus mengetahui benar-benar asbabun nuzul.
Oleh karena itu, yang dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayar ucapan-
ucapan sahabat yang bentuknya musnad, yang secara pasrti menunjukkan asbabun nuzul.
Setelah diselidiki, sebab turunnya sesuatu ayat itu berkisar pada dua hal:
1. Bila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur’an mengenai peristiwa itu. Hal
itu seperti diriwayatkan dari Ibn Abbas, yang mengatakan:
“Ketika turun: Dan peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat, Nabi pergi dan
naik ke bukit Safa, lalu berseru : “Wahai kaumku! Maka mereka berkumpul ke dekat
Nabi. Ia berkata lagi: “Bagaimana pendapatmu bila aku beritahukan kepadamu bahwa
di balik gunung ini ada sepasukan berkuda yang hendak menyerangmu; percayakah
kamu apa yang kukatakan?” Mereka menjawab: “kami belum pernah melihat engkau
berdusta.” Dan Nabi melanjutkan: ‘Aku memperingatkan kamu tentang siksa yang
pedih.’ Ketika itu Abu Lahab lalu berkata: ‘Celakalah engkau; apakah engkau
mengumpulkan kami hanya untuk urusan ini?’ Lalu ia berdiri. Maka turunlah surah
ini Celakalah kedua tangga Abu Lahab.”
URGENSI DAN KEGUNAAN ASBAB AL-NUZUL
Mengetahui latar belakang suatu masalah sangat penting dalam memahami sesuatu.
Seringkali orang terjebak pada suatu kesalahan fatal hanya karena tidak mengetahui apa latar
belakang yang mendasari suatu kejadian. Terlebih lagi bagi seorang mufasir yang ingin
memamahmi suatu ayat dari Al-Qur’an. Karenannya, mengetahui asbab al-nuzul adalah suatu
keharusan bagi siapa saja yang henadak mengerti isi kandungan suatu ayat. Ada beberapa
hikmah dan kegunaan mengetahui asbab al-nuzul suatu ayat, Qathan, misalnya,
merangkumkan pentingnya mengetahui asbab al-nuzul di antaranya:
2. Dapat membatasi hukum yang diturunkan dengan sebab terjadi, apabila hukum itu
dinyatakan dalam bentuk pernyataan umum. Ini bagi mereka yang berpedoman
bahwa yang mrnjadi pegangan adalah sebab yang khusus dan bukannya lafaz umum.
3. Apabila lafaz yang dirurunkan berbentuk umum dan terdapat dalil atas
pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbab al-nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya terrrhhhaaadap yang selain bentuk sebab.
4. Mengetahui asbab al-nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Al-Qur’an
dan menyingkap makna yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa mengetahu asbab al-nuzul-nya.
5. Sebab nuzul menerangkan kepada siapa ayat itu ditujukan sehingga tidak serta merta
dapat ditujukan kepada orang lain.1
Sementara itu ulama lainnya menjelaskan adanya 10 manfaat dan urgensi keberadaan
asbabun nuzul dengan redaksi yang lebih singkat yaitu:
NOTE
Jika kita perhatikan definisi dari asbabun nuzul yang telah dijelaskan sebelumnya,
dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa kejadian-kejadian yang terjadi pada umat-umat
terdahulu (sebelum ‘ashrul wahyi) yang disebutkan dalam Al-Qur’an bukan termasuk
asbabun nuzul. jal itu disebabkan karena peristiwa-peristiwa tersebut adalah peristiwa-
peristiwa sejarah yang terjadi sebelum datngny periode penurunan wahyu Allah. Kita tidak
bisa mengatakan bahwa sejarah tentang Nabi Yusuf yang berisikan makar yang dilakukan
oelh suadara-saudaranya dan keberhasilannya dalam menghadapi cobaan-cobaan itu termasuk
ke dalam kategori asbabun nuzul. Begitu pula dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an lainnya
yang menceritakan tentang kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu, yang kisah-kisah
tersebut termasuk dalam kategori pertama (ayat-ayat berupa hodayah) yang tidak ada
kaitannya dengan asbabun nuzul.
2
Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran, (Medan: Perdana Publishing, 2015), Cet. 1, Hlm. 60.