Anda di halaman 1dari 5

Turunnya Ayat Al-Qur’an dan Usulan Umar

Imam al-Bukhari dan yang lain meriwayatkan dari Anas ibn Malik yang berkata, “Umar
pernah berkata: “Aku sependapat dengan Tuhanku dalam tiga hal, yaitu: Pertama, aku
berkata, ‘Wahai Rasulullah! Bagaimana seandainya kita jadikan maqam Nabi Ibrahim sebagai
musalla?’ Lalu turun ayat, (Q.S Al-Baqarah :125)

Kedua, aku berkata, “Wahai Rasulullah banyak orang , baik yang taat maupun tidak, keluar
masuk rumah istri-istrimu, mengaoa tidak kamu perintahkan saja istri-istrimu itu menutup
aurat dengan hijab? Kemudian turun ayat hijab (Tentang kewajiban menutup aurat). Ketiga,
ketika istri-istri Nabi menamakkan rasa cemburu kepadanya, aku berkata kepada mereka,
‘seandainya Muhammad menceraikan kamu semua, Allah akan memberi ganti dengan istri-
istri yang lebih baik daripada kamu semua.” Kemudian Allah SWT menurunkan ayat Al-
Qur’an yang berkenaan dengan hal itu.

Berbilang Sebab Untuk Satu Ayat dan Berbilang Ayat Untuk Satu Sebab ( Kaidah Penarjihan
Asbabun Nuzul)

Dalam pembahasan di atas bisa jadi terkesan setiap satu ayat yang turun karena satu sebab,
atau sebaliknya setiap satu sebab menurunkan satu ayat. Asumsi ini tentu saja tidak benar
karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak jarang berbilang sebab lalu turun hanya satu ayat
al-Qu’an atau sebaliknya, dengan satu sebab justru diturunkan dua atau bahkan beberapa
ayat.

Contoh karena satu sebab lalu turun beberapa atau sejumlah ayat al-Qur’an ialah kasus
berikut yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan At Turmudzy dari Ummu Salamah, ujarnya:

، ‫ فأنزل ا‬.‫يارسول ا إني ل أسمع ذكر النساء فى الهجرة بشيئ‬

“Ya Rasulullah, saya tidak mendengar tentang sebutan wanita walaupun sedikit mengenai
hijrah. Maka Allah menurunkan

(Q.S. Ali Imran: 195)


Dan Al Hakim meriwayatkan pula dari Ummu Salamah, bahwasanya Ummu Salamah
berkata:

، ‫يا رسول ا تذكر الرجال ول تذكر النساء فأنزل ا‬

“Ya Rasulullah, engkau menyebut para pria dan tidak pernah engkau menyebut para
wanita, amaka Allah menurunkan:

(Q.S. An-Nisa:32)

Dan Allah menurunkan:

(Q.S. Al Ahzab:35)

Bila beberapa ayat di atas merupakan contoh satu sebab dengan beberapa ayat yang
diturunkan, maka di bawah ini merupakan contoh dari terbilang sebab untuk satu ayat yang
diturunkan. Kalau dua atau lebib penyebab turun ayat itu satu sama lain tidak berlawanana
apalagi saling mendukung, maka tidak ada masalah karena satu sama lain akan dapat
dikompromikan dan bahkan saling menguatkan. Tetapi persoalan akan terjadi manakala ada
du riwayat atau lebih yang sam-sama menyebutkan sebab yang jelas, tetapi satu sama lain
saling berbeda. Terhadap hal ini ada beberapa kemungkinan pemecahannya menurut Al-
Zarqani, yaitu:

1. Satu di antaranya sahih

Dalam hal ini yang dijadikan pedoman adalah yang sahih. Misalnya perbedaan
riwayat antara Bukhari, Muslim dengan riwayat Thabrani tentang surat Ad-Dhuha
( sakit dan anak anjing). Atau contoh dari peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya surah An-Nuur ayat 6-7. Yaitu perbedaan riwayat antara Bukhari,
Muslim dengan yang lain. Tentu yang dipilih dalam hal ini adalah yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

2. Keduanya Shahih tetapi yang satu punya dalil penguat sementara yang satu lagi ro

Dalan hal ini yang dijadikan pedoman adalah yang pertama. Misalnya riwayat
Bukhari dari Ibnu mas’ud dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas tentang sebab turunnya
suray Al Israa ayat 85:
(Lewat sekelompok Yahudi dan bertanya tentang ruh. Kemudian orang Quraisy
bertanya setelah minta bahan pada orang Yahudi). Maka yang dijadikan pedoman
adalah yang pertama, karena Abdullah bin Mas’ud menyaksikan langsung
peristiwa itu.

3. Keduanya Shahih dan sama-sama tidak dikuatkan oleh dalili lain, tetapi keduanya
mungkin dikompromikan dengan mengatakan bahwa ayat itu mempunyai dua
asbabun nuzul.

Misalnya Asbabun Nuzul dari ayat 6 surah An-Nuur:

Bukhari dari Ikrimah dan Ibnu ‘Abbas, dan Bukhari dari Ibnu Sahal tentang kasul
Hilal menuduh istrinya berlaku curang dengan Syuraik, dan pertanyaan Uaimir
Kepada Ashim Ibnu ‘Adi tentang istrinya yang serong, dan ‘Ashim bertanya
kepada Rasul.

4. Keduanya Shahih, tetapi tidak ditemukan dalil yang menguatkan, dan juga tidak
dapat dikompromikan.

Jika didapati hal seperti itu, maka jalan keluarnya harus dianggap bahwa ayat itu
turun dua kali dengan latar belakang yang berbeda. Misalnya asbabun nuzul dari
ayat:

“Jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu”. (Q.S. 16: 126)

Suatu riwayat mengatakan bahwa ayat tersebut turun waktu perang uhud, sedang
riwayat yang kedua mengatakan bahwa turunnya yat tersebut pada waktu Fathu
Makkah (Baihaqi dan Tirmidzi). Maka penyelesaiannya adalah ayat itu turun dua
kali.

Kalau benar ada ayat dan surat al-Qur’an yang diturunkan dua kali, maka
penetapannya (tulisan maupun bacaan) sebagai ayat dan atau surat al-Qur’an
sudah tentu akan dilakukan secara berulang-ulang pula. Perhatikan misalnya dari
sekian banyak ayat al-Qur’an yang diulang penurunannya, toh dibaca dan ditulis
secara berulang-ulang pula, baik dalam surat yang sama dan lebih-lebi dalam surat
yang berbeda. Tetapi dalam kenyataannya tidak ada satu surat pun dalam al-
Qur’an yang ditulis dua kali apalagi lebih banyak lagi dari itu. Ini menandakan
bahwa memang tidak ada surat al-Qur’an yang diturunkan dua kali.1

Kalaupun Nabi Muhammad Saw menyampaikan bacaan surat dan atau ayat al-
Qur’an kepada para sahabatnya ada yang dua kali atau mungkin lebih karena ada
pertanyaan atau peristiwa yang sama, maka dapat diduga kuat (Zhann) bahwa itu
disampaikan Rasulullah semata-mata untuk mengingatkan atau menegaskan hal
yang sama kepada sahabatnya yang boleh jadi lupa akan keberadaan ayat atau
surat yang pernah diturunkan dan telah disampaikan Nabi kepada mereks. Sebab,
berlainan dengan Nabi Muhammad Saw yang hafalannya tentang al-Qur’an
dijamin Allah Swt dan selalu dicheck and recheck oleh Malaikat Jibril as.
Karenanya, sangat mungkin sewaktu-waktu terjadi kelupaan hafalan (ayat atau
surat tertentu) pada sebagian sahabat.

DAFTAR PUSTAKA
1
Muhammad Amin Suma, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Firdaus:2004) Cet. I. Hlm. 132.
Anwar, Abu. 2002. Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Jakarta:Penerbit Amzah

Chirzin, Muhammad. 2003. Al Qur’an Dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Prima Yasa

Muhammad Amin Suma, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. 2004. Jakarta: Pustaka Firdaus

Muhammad Ibn ‘Alawi Al-Maliki. Samudra Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. 2003. Bandung: PT Mizan
Bandung

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. 2002. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.

Anda mungkin juga menyukai