Anda di halaman 1dari 3

Fakultas : Ushuludin & Pemikiran Islam Nama : Kun Khoiro Umam A.

Materi UTS : Asbabun Nuzul NIM : 211410115


Semester :V Kelas : IAT 5 E
Dosen : Zainal Arifin Madzkur

Jawablah pertanyaan berikut ini!


1. Apa yang anda ketahui tentang asbab nuzul ayat? Bagaimana cara mengetahuinya?
2. Apakah fungsi mengetahui asbabun nuzul?
3. Apa urgensi mempelajari sabab nuzul ayat? Jelaskan pendapat Anda ketika terdapat
satu ayat yang memiliki sabab nuzul tapi tidak dikemukakan sabab nuzulnya dalam
kitab tafsir?, berikan contohnya sesuai makalah Anda!
4. Di kalangan para ulama terdapat dua pendapat dalam konteks sabab nuzul, al-Ibrah bi
khusus al-sabab dan bi umum al-Lafdz. Bagaimana pendapat jumhur ulama dalam hal
ini dan bagaimana menerapkan dua kaidah tersebut di kalangan ulama?, berikan
contohnya!
5. Berikan contoh pendapat para 3 ulama tafsir dalam memahami ayat yang memiliki
sabab nuzul dalam suatu ayat!

Jawaban:
1. Asbab an-nuzul adalah ilmu yang membahas tentang sebab diturunkannya suatu ayat
atau sekelompok ayat Al-Qur’an atas sebuah kejadian untuk mengabadikannya atau
menjelaskan hukum atas kejadian tersebut. Sehingga, setiap ayat yang diturunkan
tidak sebagai jawaban atas pertanyaan para sahabat ataupun kejadian di masa Nabi
Muhammad, maka ayat tersebut tidak memiliki sabab an-nuzul. Contohnya kisah-kisah
umat dan para nabi terdahulu yang diturunkan sebagai peringatan bagi umat Nabi
Muhammad.
Menurut Imam Jalaluddin as-Syuyuthi dalam Lubab an-Nuqul-nya, para ulama
bersepakat ada dua metode untuk mengetahui asbab an-nuzul; pertama, melalui jalur
riwayah (transmisi). Kedua, melalui jalur mendengarkan langsung dari para sahabat
yang menyaksikan peristiwa turunnya wahyu. Metode pertama menunjukkan bahwa
setiap orang dapat mengetahui peristiwa konteks turunnya Al-Qur’an, tetapi dengan
periwayatan yang panjang, dan hanya bisa didapatkan dari orang yang tsiqah, dlabith,
dan ‘adil. Sedangkan metode kedua, hanya orang tertentu yang bisa mengetahui,
karena berkaitan dengan masa sahabat. Sehingga dapat dipastikan hanya sahabat awal
yang mengetahui peristiwa wahyu, seperti turunnya QS. al-Baqarah ayat 120 yang
menjelaskan tentang jima’. Sahabat Jabir meriwayatkan bahwa orang Yahudi
mempunyai anggapan bahwa laki-laki yang mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya
dari belakang akan mendapatkan anak cacat (mata juling), sehingga turun ayat
tersebut yang memperbolehkan mendatangi istri dari mana saja.
2. Dalam memahami Al-Qur’an, seseorang harus mengetahui asbab an-nuzul, karena ia
memiliki fungsi, diantaranya untuk mengetahui konteks yang sedang dibicarakan oleh
suatu ayat atau sekelompok ayat. Dengan mengetahui asbab an-nuzul, kita dapat
mengetahui bahwa latar belakang turunnya tidak hanya merespon masalah yang
mengitari kehidupan Nabi dan masyarakat sekitar, tetapi juga mengandung pelajaran
bahwa wahyu Al-Qur’an turun melalui proses dan melatih kesabaran.
3. Begitu pentingnya asbab an-nuzul dalam memahami ayat Al-Qur’an, hal ini sampai
ditegaskan oleh Imam al-Wahidi yang dikutip oleh Imam Asy-Syuyuthi dalam lubab an-
nuqul-nya, yang mengatakan bahwa seseorang tidak akan mengetahui tafsir dari suatu
ayat tanpa berpegang pada peristiwa dan konteks turunnya ayat tersebut. Pandangan
al-Wahidi memberikan pengertian bahwa asbab an-nuzul yang melatarbelakangi
turunnya ayat adalah salah satu komponen penting yang harus diperhatikan bagi orang
yang ingin memahami maksud Al-Qur’an, dan sekaligus peringatan bahwa belajar Al-
Qur’an tidak cukup hanya dengan membaca terjemahan atau belajar sendiri dari teks-
teks terjemahan. Karena tidak semua terjemahan atau kitab tafsir memuat asbab an-
nuzul secara keseluruhan, sehingga potensi untuk salah paham akan besar.
Beberapa kitab tafsir ada yang tidak mencantumkan asbab an-nuzul dari suatu ayat,
hal ini dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu. Salah satu contohnya ialah kitab tafsir
yang berjudul Al-Qur’an; Tadabbur wa ‘Amal yang ditulis oleh Syirkah al-Khabarat adz-
Dzakiyah saat menafsirkan Q.S. al-Hujurat ayat 6-8. Menurut saya, kitab ini tidak
mencantumkan asbab an-nuzul dikarenakan ia lebih berfokus pada tadabbur ayatnya
dan cara mengamalkannya. Sehingga sah-sah saja jika mufassir tidak mencantumkan
asbab an-nuzul dari suatu ayat, asal dengan alasan yang konkrit dan tidak
menyelewengkan tafsirannya.
4. Menurut Imam as-Suyuthi dalam al-Itqan-nya menyatakan bahwa pendapat yang
paling sahih dalam pembahasan ini dan paling banyak diikuti oleh jumhur yaitu
pendapat ulama’ yang mengatakan al-ibrah bi ‘umum al-lafdz (memahami ayat Al-
Qur’an ialah berdasarkan redaksinya yang bersifat umum). Alasan ulama’ yang
menyatakan bahwa yang menjadi patokan dalam memahami ayat ialah kasus yang
melatarbelakangi turunnya ayat yaitu karena suatu lafal yang umum merupakan
petunjuk atau dalil terhadap suatu sebab yang menjadikannya khusus.
Adapun salah satu contoh penerapan kaidah yang menyatakan al-ibrah bi ‘umum al-
lafdz yaitu ayat yang menjelaskan tentang li’an, Allah Swt. berfirman:
‫اّللِ إنذ ُه لَم َن ذ‬
َ ‫الصادِق‬ ‫ذ‬ َ َ َ ُ َْ َ ْ َ َ َُ َ َ َ ْ ُ ُ َُْ ‫َ ذ َ َْ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ ََ ْ َ ُ ْ َُ ْ ُ َ َ ُ ذ‬
)6( ‫ِني‬ ِ ِ ِ ‫ات ب‬
ٍ ‫اء إَِّل أنفسهم فشهادة أح ِدهِم أربع شهاد‬ ‫واَّلِين يرمون أزواجهم ولم يكن لهم شهد‬
َ ‫ذ ذ‬ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َْ َْ َ َُ ْ َ َ َ َْ َ َ ْ ْ َ َ ‫َ َْ َ ُ َ ذ َ ْ َ َ ذ‬
‫ات بِاّللِ إِن ُه ل ِم َن‬
ٍ ‫) ويدرأ عنها العذاب أن تشهد أربع شهاد‬7( ‫واْلامِسة أن لعنت اّللِ عليهِ إِن َكن م َِن الَكذِبِني‬

َ ‫الْ ََكذِب‬
(8)‫ني‬ِ

“Dan orang-orang yang menuduh istrinya berzina, padahal mereka tidak mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah
empat kali bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia termasuk orang
yang berkata benar” (Q.S. an-Nur [34]: 6-8)
Seperti yang diterangkan dalam lubab an-nuqul, ayat ini turun karena peristiwa
tuduhan Hilal bin Umayyah kepada Rasulullah bahwa istrinya dituduh telah berzina
dengan laki-laki lain. Akan tetapi hukum yang diambil dari redaksi yang umum ini juga
bisa diterapkan terhadap kasus yang sama seperti kisah Hilal bin Umayyah tersebut.
yakni apabila seorang suami menuduh istrinya telah berzina kemudian istrinya
mendustakan tuduhan tersebut maka, suami yang menuduh dijatuhi hukuman had
(cambuk) kecuali jika si suami dapat mendatangkan saksi (bukti) atau mereka saling
melaknat (li’an) yang salah satu dampak dari li’an ini adalah antara suami dan istri
bercerai.
5. Salah satu dampak asbab an-nuzul dalam menafsirkan suatu ayat ialah mengenai
pemahaman makki madani, contohnya seperti surah Al-Kautsar. Imam Ahmad
meriwayatkan dari Anas bin Malik ra. terkait asbab an-nuzul Surat Al Kautsar. Bahwa
Rasulullah menundukkan kepalanya sejenak lalu beliau mengangkat kepalanya seraya
tersenyum. Para sahabat bertanya, “Mengapa engkau tersenyum ya Rasulullah?”
Maka Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku suatu surat.”
Lalu beliau membaca Surat Al Kautsar. “Tahukah kalian apakah Al Kautsar itu?” Mereka
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Al Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang diberikan
kepadaku oleh Tuhanku di dalam surga. Padanya terdapat kebaikan yang baik. Umatku
kelak akan mendatanginya di hari kiamat. Jumlah wadah-wadah (bejana-bejana)nya
sama dengan bilangan bintang-bintang. Diusir darinya seseorang hamba, maka aku
berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya dia dari umatku.” Maka dikatakan,
“Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya sesudahmu.”
(HR. Ahmad)
Berdasarkan asbabun nuzul ini, sebagian ulama berpendapat surat Al Kautsar adalah
madaniyah. Karena Anas bin Malik masuk Islam setelah Rasulullah hijrah ke Madinah.
Namun ada pula yang berpendapat, surat ini turun di Makkah, lalu diturunkan lagi di
Madinah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya tidak memastikan apakah Al Kautsar ini makkiyah
atau madaniyah.
Asbabun nuzul yang lain, surat ini turun berkenaan dengan Ash bin Wail. Dia menghina
Rasulullah sebagai abtar (terputus) karena putra beliau meninggal sehingga nasabnya
terputus. Lalu Allah menurunkan surat ini memberitakan bahwa Ash bin Wail yang
telah memusuhi Rasulullah itulah yang abtar. Peristiwa itu terjadi di Makkah sehingga
menjadi hujjah bahwa surat ini merupakan surat Makkiyah.

Anda mungkin juga menyukai