Anda di halaman 1dari 11

TAFSIR MAUDHU’IY SURAH AL-KAUTSAR

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Tafsir Maudhu’iy 2

Oleh:
Eva Umatul Farihah ( E03217017 )
Ellya Rachma Yunita ( E03217016 )

Dosen Pengajar:
Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
A. Pengantar Umum Surah al-Kautsar
Surah al-Kautsar merupakan surah ke 108 berdasarkan urutan mushaf dan
surah ke 15 berdasarkan urutan turunnya wahyu. Turun setelah surah al-‘Adiyat
dan sebelum surah at-Takatsur.1 Dinamakan al-Kautsar karena surah ini dimulai

dengan firman Allah swt kepada Nabi saw. ‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر‬ yakni kebaikan
yang baik di dunia maupun akhirat, di antaranya yaitu nikmat sungai al-Kautsar di
surga.
Dalam Alquran ditemukan setidaknya tiga surah yang memiliki tiga ayat,
yakni al-'Ashr, al-Kautsar, dan al-Nashr. Namun di antara ketiga surah tersebut,
jika dilihat dari segi jumlah hurufnya, maka yang paling sedikit adalah surah al-
Kautsar. Al-Kautsar menempati predikat surah terpendek di antara ketiga surah
tersebut sekaligus terpendek di antara seluruh surah di dalam Alquran.
Sebagaimana dikutip dalam kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, surah
al-Kautsar merupakan surah yang terdiri dari tiga ayat, sepuluh kata, dan empat
puluh dua huruf.2
Ada perbedaan mengenai apakah surah ini termasuk golongan surah
Makkiyah atau Madaniyah. Menurut pendapat dari Ibnu Abbas, Al-Kalbi, dan
Aisyah binti Abu Bakr mengatakan bahwa surah ini termasuk dari golongan
Makkiyah. Pendapat ini didasari oleh ayat ketiga di mana Allah menyebutkan
bahwa orang-orang yang mencaci Nabi sebagai orang yang tidak mempunyai
keturunan justru mereka sendirilah yang termasuk golongan orang yang terputus,
dan cacian seperti itu terjad di masa Makkah.3
Sedangkan menurut Al-Hasan, Ikrimah, Mujahid, serta Qatadah
berpendapat mengenai surah al-Kautsar ini termasuk dari surah Madaniyah.
Pendapat ini didasari hadis riwayat Imam Muslim yang mengatakan bahwa
Rasulullah saw menceritakan dirinya baru saja menerima wahyu (al-Kautsar)
kepada Anas bin malik yang meriwayatkan hadis ini. Dan Anas pada saat itu baru

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu”,(Bandung: Pustaka Hidayah,1999), 558
2
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1992), 660.
3
Ahmad Sarwat, Tafsir Surat Al-Kautsar, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019), 10.
masuk Islam setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan dalam surah al-Kautsar
ini pada ayat kedua ada perintah dari Allah swt untuk menyembelih hewan
qurban. Pensyariatan untuk menyembelih hewan qurban baru terjadi di tahun
kedua hijriah pada saat Rasulullah hijrah.4
Ada beberapa riwayat mengenai asbabun nuzul surat al-Kautsar, salah
satunya yaitu diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad dalam sebuah
hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: “Pernah suatu
ketika Rasulullah saw. tidur ringan (seperti kantuk), kemudian beliau mengangkat
kepalanya sembari tersenyum. Lalu beliau ditanya oleh para sahabat: “Kenapa
anda tertawa, wahai baginda Rasul?” Maka Rasulullah saw. menjawab:
“Sesungguhnya barusan turun padaku wahyu yang membawa surat.” Kemudian
beliau membaca: "Bismillahirahmanirahim: "Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak" sampai akhir surat. Lalu beliau
bertanya: "Tahukah kalian apa itu al-Kautsar? Mereka menjawab: "Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Dia adalah sungai yang
telah Allah anugerahkan kepadaku di dalam surga. Di dalamnya ada kebaikan
yang sangat banyak, yang akan didatangi oleh umatku kelak pada hari kiamat.
Bejana untuk minum darinya sebanyak bintang di langit. Akan ada seseorang
yang diusir di kalangan mereka. Maka aku berkata: "Wahai Rabbku,
sesungguhnya dia pengikutku! Dikatakan padaku: "Sesungguhnya engkau tidak
mengetahui apa yang mereka perbuat dari perkara baru (dalam agama)
setelahmu".

B. Keutamaan Surah al-Kautsar


Dapat dikatakan bahwa keutamaan surat al-Kautsar sebagaimana kebanyakan
ayat Alquran yang lain tidak disebutkan dalam hadis maupun riwayat-riwayat
lainnya. Namun dengan merujuk pada kata kautsar atau telaga kautsar ini, maka
bisa difahami mengenai keutamaan surat al-Kautsar ini, di antaranya:5

4
Ibid, 11.
5
Ibid, 13.
1. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa, “Barang siapa yang membaca
surat al-Kautsar maka Allah akan memberikannya minuman dan sungai al-
Kautsar dan setiap sungai di surga, dan menuliskan baginya sepuluh kebaikan
dengan hitungan setiap hewan kurban yang setiap hamba kurbankan pada hari
Raya Idul Adha dan barang siapa yang membacanya pada malam Jum’at
sebanyak 100 kali ia akan melihat Nabi Muhammad di tidurnya dengan
penglihatan matanya. Tidak ada manusia lain yang menyerupai Nabi kecuali
sebagaimana yang ia lihat.
2. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa membaca surah al-Kautsar maka
orang tersebut di akhirat akan Allah kasih minum dari berbagai macam telaga
yang ada di surga.
3. Imam at-Tamimi berkata, “Siapa orang yang mendawamkan membaca surah
al-Kautsar, maka hati orang tersebut akan dilembutkan oleh Allah, dan dia
akan diberi ketetapan oleh Allah untuk bisa taat kepada-Nya.
4. Andaikan kita membaca surah al-Kautsar sebanyak 100 kali ketika turun
hujan lalu berdoa kepada Allah, kemudian memohon apa saja yang diinginkan
maka akan diijabah oleh Allah doa-doa tersebut dengan secepat mungkin.

C. Tema Sentral Surah al-kautsar


Surah al-Kautsar berbicara mengenai tiga hal, yakni:6
1. Karunia Allah swt. atas Nabi saw. dengan memberi beliau banyak kebaikan di
dunia maupun akhirat. Di antaranya adalah sungai Kautsar kelak di surga.
2. Nabi saw dan umat beliau diperintahkan untuk senantiasa menunaikan salat
secara ikhlas serta melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah swt.
3. Memberi kabar gembira kepada Rasulullah saw. bahwa akan datangnya
kemenangan dirinya atas musuh-musuh beliau. Para musuh Nabi akan merugi
dan terhinakan karena tidak akan pernah mendapatkan kebaikan di dunia dan
akhirat.

6
Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir: Aqidah, Syariah, dan Manhaj, terj. Abdul Hayyi Al-Kattani, jilid.15,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2013), 691-692.
D. Munasabah Surah al-Kautsar dengan Surah Lainnya
Surah al-Kautsar tersusun setelah surah al-Ma’un. Dan di antara keduanya
memiliki korelasi yang erat, di mana surah al-Ma’un yang membahas tentang
orang-orang munafik yang tidak percaya terhadap kebenaran agama Islam.
Dengan ciri-ciri mereka yaitu bersifat bakhil dan kikir, meninggalkan salat,
berperilaku riya’, dan tidak pernah memberi pertolongan. Kemudian dalam surah
al-Kautsar menjelaskan tentang perintah untuk melaksanakan salat yang ditunjuk
oleh kata fa shalli, perintah untuk ikhlas yang ditunjukkan lewat lirabbika, dan
anjuran untuk memberi santunan yang dipahami dari kata wanhar.7
Dalam Tafsir Maraghi juga dijelaskan tentang berbagai anugerah yang
dikaruniakan kepada Rasulullah saw., yakni berbagai kebaikan dan barakah.
Allah juga menganugerahkan perasaan suka salat kepada Nabi Muhammad saw.,
di samping tidak pernah meninggalkan perintah. Allah juga menganugerahkan
perasaan ikhlas kepada Nabi dalam melaksanakan salat, dan mengeluarkan
shadaqah kepada kaum fakir miskin.8
Sehingga dapat disimpulkan dalam surah al-Ma’un dikemukakan sifat-
sifat manusia yang buruk, sedangkan dalam surah al-Kautsar ditunjukkan sifat-
sifat yang mulia yang diperintahkan oleh Allah swt.

E. Tafsir Mufrodat
Al-Kautsar (‫وثر‬YY‫ )الك‬adalah kata bentukan dari katsrah, yang berarti
“banyak” dan mutlak “tak terbatas”. Lafal ini mengisyaratkan kepada makna
sesuatu yang merupakan kebalikan dari apa yang dikatakan oleh orang-orang
bodoh itu. “Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak dan melimpah ruah, yang tidak bisa dihalangi dan tidak ada putus-
putusnya”. Apabila seseorang hendak menelusuri nikmat yang banyak yang

7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu”, 565.
8
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, 440.
diberikan Allah kepada Nabi-Nya ini niscaya dia akan menemukannya kalau ia
mau memperhatikan dan merenungkannya.9
Kata shalli ( (‫صل‬adalah bentuk perintah dari kata ( ‫ )صالة‬shalah yang dari
segi bahasa berarti doa. Sementara Ulama’ mengemukakan satu riwayat dari Ibnu
Abbas bahwa kata tersebut adalah perintah melaksanakan shalat lima waktu.
Riwayat lain dari beberapa murid Ibn Abbas memahaminya dalam arti perintah
shalat tetapi shalat Idul ‘Adha.
Al-Abtar (‫ )األبتر‬itu berasal dari kata batara (‫ )بتر‬yang maknanya buntung
atau terpotong. Bila ada hewan terpotong ekornya, maka disebutlah hewan itu
abtar. Kemudian kiasannya disematkan pada laki-laki yang tidak punya keturunan
laki-laki juga. Di masa kenabian, menyebut orang dengan gelar abtar tentu
merupakan penghinaan kelas paling rendah. Di dalam hadits disebutkan kata abtar
ini, yaitu ketika Rasulullah Saw. menyebutkan perkara yang tidak diawali dengan
bismillah.

‫كل أمر ذي بال اليبدأ فيه باسم هللا فهو أبتر‬


“Segala perkara yang tidak diawali dengan bismillah maka terputus.”
Kata nahr (‫ )نحر‬dalam bahasa Arab secara umum berarti menyembelih
hewan. Di dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk fi’il amr, yang aslinya inhar (
‫ )انحر‬namun ketambahan wawu athaf (‫ )و‬menjadi wanhar (‫)ونهر‬.10

F. Tafsir Surah al-kautsar


1. Hakikat Kenikmatan yang Banyak

‫ك ْال َكوْ ثَ َر‬


َ ‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَا‬
.Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar

Ayat pertama dalam surat al-Kautsar ini menjelaskan tentang sebuah


hakikat kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia. Apabila seseorang
hendak menelusuri nikmat yang banyak yang diberikan Allah kepada Nabi-
Nya ini niscaya ia akan menemukannya kalau ia mau memperhatikan dan

9
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 360.
10
Ahmad Sarwat, Tafsir Tahlili Surat Al-Kautsar, (Jakarta:Rumah Fiqh Publishing, 2019), 24.
merenungkannya. Ia akan menjumpai nikmat itu pada nubuwwah “kenabian”
dalam berhubungan dengan kebenaran dan wujud yang besar, yakni wujud
yang tidak ada wujud selainnya di dalam hakikat. Nikmat itu akan ia jumpai
dalam Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Satu surah saja dari
Alquran sudah merupakan nikmat yang sangat banyak dan tak terhingga. Juga
merupakan sumber yang terus melimpah tanpa habis-habisnya.11
Ia akan menjumpai nikmat itu di alam tertinggi yang memberi shalawat
kepada beliau. Juga di kalangan manusia di bumi yang memberi shalawat
kepada beliau, baik di bumi maupun di langit. Nikmat yang banyak itu pun
akan dijumpainya pada sunnah Allah yang membentang selama dunia
berputar dan di seluruh penjuru dunia, pada berjuta-juta orang yang mengikuti
beliau, dan mengenang beliau hingga hari kiamat.
Mengutip dari tafsir al-Misbah, di sana dijelaskan bahwa Thabathaba’i
dalam tafsirnya menilai ayat ini sebagai salah satu keistimewaan Al-Qur’an
karena dalam ayat tersebut memberitakan tentang keturunan Nabi Muhammad
saw. yang begitu banyak. Pendapat ini sejalan dengan arti harfiah al-kautsar
yakni banyak.12

2. Mensyukuri Nikmat dengan Salat dan Berkurban

‫ك َوا ْن َحر‬ َ َ‫ف‬


َ ِّ‫صلِّ لِ َرب‬
Maka berdoalah kepada Tuhanmu; dan berkurbanlah.

Setelah diberi penegasan tentang nikmat yang besar dan melimpah


ruah, maka Rasulullah saw. diarahkan untuk mensyukuri nikmat sebagai
hak yang pertama. Yakni, hak keikhlasan dan memurnikan ibadah hanya
tertuju kepada Allah dengan menunaikan shalat dan menyembelih kurban
dengan ikhlas karena-Nya. “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkurbanlah”, tanpa menghiraukan kemusyrikan orang-orang musyrik

11
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, 360.
12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu”, 570.
tanpa menyertai mereka di dalam peribadatan atau di dalam menyebut
nama selain Allah atas kurban-kurban mereka.
Sebagaimana Allah menganugerahkan nikmat yang banyak kepada
manusia di dunia maupun akhirat, di antaranya adalah sungai al-Kautsar,
menunaikan shalat wajib dan sunnah. Tunaikanlah shalat dengan hati
ikhlas karena mengharap ridha Allah. Sembelihlah hewan kurbanmu
berupa kambing, unta, atau hewan-hewan lainnya karena Allah dan
dengan menyebut nama Allah yang tiada sekutu baginya.
Pengulangan isyarat untuk menyebut nama Allah saja di dalam
berkurban dan diharamkannya sembelihan untuk selain-Nya, serta
diharamkannya sembelihan yang tidak menyebut nama Allah atasnya,
menunjukkan betapa besarnya perhatian agama ini untuk membersihkan
seluruh kehidupan dari penyakit-penyakit syirik dan bekas-bekasnya,
bukan cuma membersihkan pandangan dan hati nurani saja. Maka, Islam
adalah agama kesatuan dengan seluruh makna bayang-bayangnya,
sebagaimana ia adalah agama tauhid yang tulus, murni dan jelas.
Karena itu, ia memberantas segala bentuk kemusyrikan dengan
segala simbolnya dan di semua tempatnya. Ia memberantasnya dengan
keras dan cermat, baik yang ada dalam hati maupun yang tampak dalam
peribadatan, ataupun yang merayap dalam tradisi kehidupan. Kehidupan
merupakan kesatuan antara yang lahir dan yang batin. Islam
memperhatikannya secara total, tidak memilah-milahnya. Ia
membersihkannya dari noda-noda syirik secara keseluruhan dan
mengarahkan kehidupan ini untuk beribadah kepada Allah dengan tulus,
jelas dan indah. Hal ini sebagaimana kita lihat dalam masalah
penyembelihan kurban serta syiar ibadah dan tradisi kehidupan lainnya.13

3. Makna Kebencian yang Mengakibatan Keterputusan


13
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, 360.
‫إِ َّن َشانِئَكَ هُ َو األ ْبتَ ُر‬
Sesungguhnya pembencimu, dialah yang terputus.
Ayat pertama menetapkan bahwa Rasulullah saw. bukanlah orang
yang terputus dari nikmat Allah. Bahkan, beliau adalah orang yang
mendapatkan nikmat yang sangat banyak. Dalam ayat ini,
dikembalikanlah tipu daya para pembuat tipu daya itu kepada diri mereka
sendiri. Allah menegaskan bahwa yang terputus itu bukan Nabi
Muhammad, melainkan mereka yang membenci dan memusuhi beliau.
Benarlah firman Allah, ancaman-Nya itu terbukti pada mereka.
Sebutan dan nama baik mereka sudah terputus dan terlipat zaman,
sedangkan nama Nabi Muhammad makin berkibar dan menjulang.
Sekarang, kita juga menyaksikan bukti dari firman Allah yang mulia ini,
dalam bentuk yang jelas dengan gaung yang luas yang tidak pernah
disaksikan oleh orang-orang yang mendengarnya tempo dulu.
Iman, kebenaran dan kebaikan tidak mungkin terputus dan terpupus. Ia
akan terus mengembangkan cabangnya dan memperdalam akarnya.
Sedangkan kekufuran, kebatilan, dan keburukan itulah yang terputus,
meskipun secara lahir tampak mengepakkan sayapnya, berkembang dan
berkuasa.
Sesungguhnya, tolok ukur Allah bukanlah tolak ukur manusia. Akan
tetapi, manusia tertipu dan terpdaya lalu mereka mengira bahwa tolak ukur
merekalah yang menetapkan hakikat semua urusan. Di depan kita terdapat
contoh yang logis dan kekal. Maka, di manakah orang-orang yang dahulu
mengata-ngatai Nabi Muhammad saw. dengan perkataan mereka yang
hina? Di manakah mereka yang hendak mendapatkan simpati di dalam
hati masyarakat dan beranggapan pada waktu itu bahwa mereka telah
menghabisi dan memutuskan jalan hidup yang diajarkan beliau? Di mana
mereka sekarang? Di mana sebutan dan reputasi mereka? Di mana bekas-
bekas mereka? Dibandingkan dengan nikmat yang sangat banyak yang
diberikan Allah kepada Rasulullah saw. di manakah letak kenikmatan
yang diberikan kepada mereka yang mengatakan bahwa beliau itu orang
yang terputus dari nikmat Allah?
Dakwah kepada agama Allah, kebenaran dan kebaikan tidak mungkin
akan terputus dan pelakunya pun tidak akan terputus. Bagaimana mungkin
akan terputus, sedangkan ia berhubungan dengan Allah yang hidup kekal
azali dan abadi? Yang akan terputus hanyalah kekufuran, kebatilan, dan
keburukan. Demikian pula dengan ahlinya, meskipun sementara waktu
kelihatannya kesempatan mereka panjang dan akar-akarnya berkembang.
Maha Besar Allah Yang Mahaagung, dan berdustalah para penipu daya
dan para pembuat makar.14
G. Hikmah yang Terkandung dalam Surah al-Kautsar
1. Ajakan untuk selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada
umatnya.
2. Perintah Allah untuk mendirikan salat dan kurban yang merupakan bentuk
taqarrub kita kepada Allah dan mengamalkannya dengan ikhlas.
3. Orang yang membenci Rasulullah saw. dan sunnah nya merupakan orang
yang terputus.

H. Kesimpulan
Surat al-Kautsar adalah salah satu surat didalam Alquran yang penuh
makna. Walaupun hanya terdiri dari tiga ayat saja, setiap ayatnya memiliki
kandungan dan maksud yang sangat luas. Dalam surat al-Kautsar juga terdapat
perintah untuk mendirikan salat dan mensyukuri nikmat.
Allah SWT senantiasa berfirman dan menunjukkan kekuasaan-Nya
melalui surat-surat yang ada dalam Alquran, itulah mengapa Alquran menjadi
pedoman bagi umat islam dalam menjalani kehidupan di dunia dan bekal untuk di
akhirat nanti. Tidak terkecuali ayat-ayat yang terdapat dalam surah al-Kautsar
dimana Allah SWT menjelaskan jaminan surga bagi mereka yang meneladani
Rasulullah.

DAFTAR PUSTAKA
14
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 30, 361.
Al-Fairuzabad, Abu Tahir Muhammad Ibn Yaqub. Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn
Abbas, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1992), 660.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu
Bakar. Semarang: TOHA PUTRA.

As-Syuyuthi, Imam. 2015. Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Quran,


terj. Yasir Maqasid dkk. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

As-Syuyuthi, Jalaluddin. 2008. Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayta Al-Quran, terj.
Tim Abdul Hayyie. Jakarta: Gema Insani.

Al-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syariah, Dan Manhaj, Terj. Abdul
Hayyie Al-Kattani, Jil. 15. Jakarta: Gema Insani Press, 2013.

Mahali, Ahmad Mudjab. 1988. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an.


Yogyakarta: Pesantren al-Mahali.

Muhammad, Abdullah. 2010. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 10, terj. Abdul Ghoffar. Pustaka
Imam Syafi’I.

Sarwat, Ahmad. 2019. Tafsir Surat Al-Kautsar. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Quran (Surah


AlMa’arij-An-Nas) Jilid 12. Jakar: Gema Insani Press, 2001.

Shihab, M. Quraish. 1999. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim “Tafsir atas Surat-surat


Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah.

Anda mungkin juga menyukai