Anda di halaman 1dari 8

IV

EJAAN BAHASA INDONESIA


A. Pengertian

Yang dimaksud ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan


bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu dalam hal
pemisahan dan penggabungannya. Jadi dalam ejaan dibicarakan penulisan huruf, kata,
dan tanda baca.
Ejaan yang digunakan untuk menuliskan bahasa Indonesia telah mengalami
tiga kali perubahan:
1. Ejaan Ch.A. Van Ophuyzen berlaku mulai tahun 1900.
Misalnya:
a. Moelai tjoeti
b. Ilmu adjaib
c. Rajat djelata
d. Lelang oemoem
2. Ejaan Suwandi (ejaan republik) berlaku mulai tahun 1947.
Misalnya:
a. Mulai tjuti
b. Ilmu adjaib
c. Rakjat djelata
d. Lelang umum
3. Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) berlaku mulai tahun
1972.
Untuk selanjutnya dalam kuliah ini hanya akan dibicarakan mengenai EYD
saja, sedangkan ejaan yang lain tidak dibicarakan.
B. Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
1. Pemakaian Huruf Besar

Penggunaa huruf besar atau huruf kapital yang perlu digarisbawahi (karena
menurut hemat saya, mahasiswa banyak melakukan kesalahan menuliskan huruf besar
ini) adalah sebagai berikut:
a. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama Tuhan beserta kata ganti
Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Perhatikan contoh
berikut:
Allah
Alquran
Alkitab
Weda
1

Islam
Kristen
Hindu
Tuhan Yang Mahakuasa (Maha dan kuasa ditulis serangkai karena
kuasa merupakan bentuk dasar)
Tuhan Yang Maha Pengasih (Maha dan Pengasih ditulis terpisah
karena kata Pengasih adalah bentuk berafiks)
Ampunilah hamba-Mu ini, ya Tuhan, karena Engkau Maha Pengasih
lagi Maha Penyanyang kepada setiap hamba-Mu
b. Huruf besar juga dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Perhatikan
contoh berikut:
Ibu bertanya,Kapan kau lulus?
Kapan kita ujian bahasa Indonesiatanya Ani.
c. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang. Perhatikan contoh berikut:


Haji Agus Sali
Imam Hambali
Mahaputra Yamin
Nabi Isa
Sultan Hasanuddin
d. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang. Perhatikan contoh sebagai berikut.
Gubernur Ismail
Laksamana Muda Udara Satranegara
Menteri Adam Malik
Professor Sumitro
e. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama orang, bangsa, suku, dan
bahasa, nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah, dan naa khas
dalam geografi. Perhatikan contoh berikut:
Amir Hamzah
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Sunda
tarikh Masehi
bulan Januari
hari Sabtu
hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan
Kali Progo, Gunung Galunggung, Selat malaka, dan Teluk Persia
f. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam judul buku,
majalah, surta kabar, dan judul karangan kecuali partikel seperti:di, ke, dari,
untuk, dan yang yang tidak pada posisi awal. Perhatikan contoh berikut:
Mencari Pencuri Anak Perawan
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
g. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk kekerabatan yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Perhatikan contoh berikut;
Surat Saudara sudah diterima saudara saya.
Selamat siang. Pak!
Para ibu membantu Ibu Amin.
2. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan (dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau
kata yang akan dicetak miring diberi garis di bawahnya) dipakai untuk:
a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan. Perhatikan contoh berikut:
Salah Asuhan
Suara Muhammadiyah
Suara Merdeka
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Perhatikan contoh berikut:
Dalam buku ini tidak dibicarakan mengenai kalimat majemuk.
Buatlah kalimat dengan judul cita-citaku.
Huruf pertama kata abad ialah a
c. Menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Perhatikan contoh berikut:
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mangostana
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri kita.
3. Penulisan Gabungan Kata dan Kata Ulang
a. Gabungan kata umunya ditulis terpisah. Perhatikan contoh berikut:
anak tiri
mata kuliah
tepuk tangan
tanggung jawab
b. Gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran saja tetap dituliskan
terpisah. Perhatikan contoh berikut:
menganak sungai

c.

d.

e.

f.

g.

bertanggung jawab
sebarluaskan
membabi buta
Gabungan kata yang serentak mendapat awalan dan akhiran ditulis serangkai.
perhatikan contoh berikut:
Dipertanggungjawabkan
mempertanggungjawabkan
menyebarluaskan
mengambilalihkan
memorakporandakan
menganaktirikan
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai kata dituliskan serangkai.
Perhatikan contoh berikut:
barangkali
apabila
daripada
bumiputra
matahari
Gabungan kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai dalam kombinasi
dituliskan serangkai. Perhatikan contoh berikut:
antarkota
antikomunis
tunanetra
tunawisma
subseksi
Gabungan kata yang termasuk istilah khusus, yang mungkin manimbulkan
salah baca atau salah tafsir, diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian
antara yang bersangkutan. Perhatikan contoh berikut:
buku sejarah-baru (sejarah yang baru)
buku-sejarah baru (bukunya yang baru)
nilai ujian-akhir (ujiannya yang akhir)
nilai-ujian akhir (nilainya yang akhir)
Kata ulang dituliskan dengan tanda hubung. Perhatikan contoh berikut:
rumah-rumahan
ditabur-taburkan
compang-camping
mondar-mandir
laba-laba

kura-kura
biri-biri
4. Penulisan Kata Depan, Kata Sandang, dan partikel
a. Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya. Perhatikan
contoh berikut:
di rumah
di luar
di atas
di samping
ke sana
ke luar (negeri)
dari luar
dari sana
Tetapi, awalan dituliskan serangkai. Perhatikan contoh berikut:
diambil
diberi
kehendak
keinginan
kehujanan
ketua
ketujuh
b. Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Perhatikan contoh berikut:


Si pengirim surat tidak memberi alamatnya secara jelas.
Sang pencuri membobol pintu belakang
c. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali apabila
sudah padu benar. Perhatikan contoh berikut:
Seratus pun aku tidak mempunyai uang apalagi seribu.
Sekalipun ia menangis aku tak akan mengabulkan permintaanya.
d. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagianbagian kalimat yang mendampinginnya. Perhatikan contoh berikut:
Saya diangkat menjadi pegawai per 1 April 1990.
Mahasiswa memasuki ruangan satu per satu.
Para pegawai mendapat kenaikan berkala per Maret.
5. Penulisan Angka dan Bilangan
Penulisan angka dan bilangan yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:

a. Bilangan utuh

15 lima belas
33 tiga puluh tiga
222 dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
1/2 setengah
2/3 dua pertiga
1/200 seperdua ratus
1o/oo satu permil
1,3 satu tiga persepuluh
c. Bilangan bertingkat ditulis sebagai berikut
Abad XIX
Abad kesembilan belas
Abad ke-19
d. Lambang bilangan yang terdiri atas satu dan dua kata ditulis denga huruf
kecuali apabila ada beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan dalam
pemerinsian atau pemaparan. Perhatikan contoh berikut:
Saya mempunya lima ekor merpati.
Ibu menanam 5 mawar, 3 melati, dan 9 anggrek bulan.
Ayah mempunyai 450 karyawan wanita dan pria.
e. Apabila lambang bilangan berada pada awal kalimat, maka ditulis dengan
huruf. Lambang bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata yang terdapat pada awal kata, jika perlu diubah kalimatnya sehingga tidak
di awal kalimat. Perhatikan contoh berikut:
Lima puluh orang terjebak awan panas yang berasal dari gunung itu.
Dia mengundang 340 orang dalam acara itu.
6. Penulisan Singkatan
a. Singkatan huruf
a.n.
s.d.
u.b.
dll.
yll.
hlm.
b. Akronim
IKIP
ABRI

Deppen
Jateng
jokteng
golput
c. Singkatan Gelar
Dra.
dr.
S.E.
M.Pd.
d. Singkatan Satuan Ukuran dan Lambang Kimia
l
kg
Rp
cm
Cu
Fe
7. Penggunaan Tanda Baca
Penggunaan tanda baca yang perlu digarisbawahi, karena sering salah
penulisannya adalah:
a. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
A.S. Karamwijaya
Muh. Yamin
2. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim, tanggal surat, atau
alamat pengirim surat. Perhatikan contoh berikut:
Yogyakarta, 21 September 1992
Kepada
Yth. Bpk. Muh. Hasan
Jalan Mangga 87
Jakarta Utara

Dari
Marina
Jalan P. Diponegoro 11
Yogyakarta

b. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan klausa setara dalam kalimat

luas, yang didahului kata sepert: tetapi, melainkan. Perhatikan contoh


berikut:
Ia akan melanjutkan kuliah, tetapi orang tuanya tidak mampu.
Ia bukan pengemis, melainkan pengamen.
2. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Saya akan membeli sepatu, baju, dan tas.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Ketika ibu datang, saya sedang menulis surat.
Tetapi:
Saya sedang menulis surat ketika ibu datang (tanpa koma)
4. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, wah, aduh, dan
sebagianya.
O, dia bukan pencurinya.
Wah, hebat sekali.
c. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
di-charter
pen-tackle-an
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal.
p-a-n-i-t-i-a
21-9-1992
3. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) huruf kecil dengan huruf
kapital, huruf kapial denga huruf kecil, huruf dengan angka, dan angka
denga huruf.
se-Indonesia
ber-KB
KTP-nya
hadiah ke-2
tahun 90-an

Anda mungkin juga menyukai