Kata koe (akoe), kau, se, ke, dan di ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: koelihat, kaudengar, seorang, keroemah,
dibawa.
Kata poen- selamanya dihubungkan dengan kata sebelumnya. Contoh:
Adapoen radja itoe hendak berangkat.
Sekalipoen tiada lagi berbunji.
Ke- dan se- merupakan awalan, bukan ka- dan sa-. Contoh: ketiga,
sebenarnya.
Ejaan van ophuijsen ini juga membahas awalan ter-, ber-, dan per- yang
jika dirangkaikan dengan kata dasar berawalan huruf r maka akan
luluh. Contoh: beroemah, terasa, peran.
Akhiran –i akan diberi tanda ¨ apabila bertemu dengan kata yang
berakhiran huruf a. Contoh: menamaï.
Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik
Ejaan ini disusun oleh Mr. Soewandi yang merupakan
nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku
sebelumnya juga untuk menyederhanakan sistem ejaan
bahasa Indonesia.
Ejaan suwandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947
berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan,
pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 264/Bhg.A.
Ejaan tersebut mengatur beberapa hal, di antaranya
sebagai berikut: