SEJARAH
PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
Sejarah awal perkembangan
Tokoh-tokoh kebangsaan seperti, Ki Hajar
Dewan Tara, Mohamad Tabrani,
Soemanang, Soewarjo Tjokrosisworo, STA,
Poerbatjaraka, Sanusi Pane, Arjmin Pane,
dan para perintis kemerdekaan lainya.
Pemerintahan Belanda pada era Gubernur
Jenderal Rochusen yang menjadikan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar
di sekolah-sekolah melayu.
Badan penerbitan Belanda mendirikn taman
bacaan rakyat yang disebut Volkslectuur pada
1908. dan pada 1917 berubah nama menjadi Balai
Pustaka.
Pada tanggal 25 juni 1918, memalui desakan para
angota Volkstraad (Dewan Rakyat). Ratu Kerajaan
Belanda menyetujui untuk penggunaan bahasa
Melayu disamping penggunaan bahasa Belanda.
Puncaknya lahirlah sebuah peristiwa sumpah
pemuda 28 Oktober 1928 dan di tahun 1933
lahirlah perkumpulan Pujangga Baru, lalu pada 17
Agustus 1945 secara otomatis Penggunaan
bahasa Indonesia Sebagai bahasa persatuan.
Pendirian perkumpulan dengan nama
Pujangga Baru menambah eksistensi bahasa
Indonesia. Mereka juga menamakan Majalah
dengan nama yang serupa. Tujuan pendirian
perkumpulan ini untuk menyampaikan
pernyataan Ide, Pikiran, serta perasaan. Sultan
Takdir Alisyahbana (layar terkembang ) virus
gaya bahasa Indonesia yang baru juga
merebak sampai ke Sumatra Medan dan
Padang (Hamka, Matu Mona, Jusuyf Sjuib)
dengan Majalah Pedoman Masyarakat.
Peresmian Bahasa Indonseia
28 Oktober 1928 yang diusulkan oleh Muhammad
Yamin yang merupakan seorang politikus,
sastrawan dan ahli sejarah. Opsi pilihan untuk
menjadi bahasa Indonesia Jawa dan Melayu.
Alasan mengapa bahasa melayu ditetapkan
sebagai bahasa perastuan bahasa melayu
kurang berarti sebab bahasa tersebut hanya
digunakan di kepulauan Riau Lingau dan pantai
seberang Sumatera. Bahasa Jawa yang memiliki
ribuan Morfem leksikal.
Peristiwa yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Indonesia
1.Budi Otomo.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang
merupakan organisasi yang bersifat
kenasionalan yang pertama berdiri dan
tempat terhidupnya kaum terpelajar
bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut
agar syarat-syarat untuk masuk ke
sekolah Belanda diperingan.
2. Balai Pustaka.