Anda di halaman 1dari 30

PENGAMPU: LUSIANA PUJIASTUTI., M.Pd.

08562825884
Assalamualaikum Wr.Wb
Secara Sosiologis , Bahasa Indonesia lahir tanggal 28 Oktober
1928.
Secara yuridis (hukum) tanggal 18 Agustus 1945.
BI adalah Bahasa Melayu, dari bahasa Austronesia, digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan, perdagangan).
Bahasa yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari adalah
bahasa Melayu Pasar. Bentuk resminya adalah Melayu Tinggi
(untuk kalangan kerajaan atau bangsawan saja).

Periode Bahasa Melayu dibagi menjadi 2:


Melayu kuno (Kerajaan Sriwijaya, abad ke-7 dan ke-8)
Bukti-bukti dalam prasasti:
1. Prasasti Kedukan bukit di Palembang (thn 683)
2. Prasasti Talang Tuo di Palembang (th 684)
3. Prasasti kota kapur di bangka barat (th 686)
4. Prasasti karang Brahi, antara jambi dan Sungai Musi (th 688)
Melayu Klasik (abad ke 9 hingga ke-13)
Catatan bahasa melayu klasik berasal dari prasasti Terengganu
(thn 1303).
Abad ke-14 perkembangan Islam di Aceh menyebabkan
ekspresi masuk Melayu berarti masuk agama Islam.
1. Jika bahasa Jawa dipilih , suku lain
akan merasa dijajah. Karena suku
Jawa mayoritas di Indonesia.
2. Bahasa Jawa sulit dipelajari (ada
tingkat bahasa)
3. Bahasa Melayu sebagai lingua franca.
4. Bahasa Melayu befungsi sebagai
kebudayaan.
Sebelum kemedekaan
a. 1901 disusun ejaan Ch. A. Van Ophuijsen
b. 1908 berdirinya Taman bacaan rakyat (thn 1917 menjadi Balai Pustaka)
c. 1928 Sumpah Pemuda (kam putra dan putri Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia)
d. 1933 Berdirinya Angkatan sastaan Pujangga Baru (S.T.A)
e. 25-28 Juni 1938 Kongres Bahasa Indonesia I di Solo.
Sesudah kemerdekaan
a. 18 Agustus 1945-Tandatangan UUD45 (pasal 36) tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara
b. 19 Maret 1947-Diresmikan Ejaan Soeandi/ Ejaan Republik
c. 28 Okt 2 Nov 1954-Kongres Bahasa Indonesia II di Medan
d. 16 Agustus 1972-Soeharto meresmikan ejaan yang disempurnakan (EYD)
e. 31 Agustus 1972-Pemberlakuan EYD dan pembentukan istilah
f. 28 Okt 2 Nov 1978-PeringatanSP ke-50 & menetapkan kedudukan BI & fungsi BI (Kongres III)
g. 21-26 Nov 1983-Kongres IV, peringatan SP ke-55
h. 28 Okt 3 Nov 1988-Kongres V, banyak tamu dari mancanegara. Diserahkanya KBBI & tata
bahasa Baku BI
i. 28 Okt-2 Nov 1993-Kongres VI di Jakarta, usul tentang lembaga bahasa & UU bahasa
j. 26-30 okt 1998-Kongres VII di Jakarta, dibentuknya badan pertimbangan bahasa.
Pertimbangan:
Keanggotaan terdiri dari tokoh masyarakat & pakar yang mempunyai kepedulian bahasa &
sastra
Tugasnya memberikan nasehat kepada pusat Pembina & pengembang bahasa serta
peninkatan status kelembagaan.
1. Fungsi Instrumental
Bahasa berfungsi menghasilkan kondisi-kondisi tetentu/
meenyebabkan peristiwa tertentu. Biasa dikenal dengan kalimat
Imperatif/ perintah.
2. Fungsi Regulasi
Bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali, atau pengatur
peristiwa atau mengatur orang lain.
3. Fungsi pemerian/ fungsi Representasi
Bahasa berfungsi untuk membuat pernyataan , menyampaikan fakta,
menjelaskan, melaporkan realitas yang sebenarnya.
4. Fungsi Interaksi
Bahasa berfungsi menjamin & memantapkan ketahanan &
keberlangsungan komunikasi serta menjalin interaksi social
5. Fungsi Perorangan
Bahasa berfungsi untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi,
serta reaksi mendalam.
6. Fungsi Heuristik
Bahasa berfungsi untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-
banyaknya dan mempelejari seluk-beluk lingkungannya.
7. Fungsi Imajinatif
Berfungsi sebagai pencipta system, gagasan, atau kisah imajinatif.

Kedudukan Bahasa Indonesia dibagi menjadi 2;
Sebagai bahasa Nasional
Sebagai bahasa Negara

Peranan BI sebagai bahasa Nasional


Dicetuskan dalam Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928.
Fungsi sebagai bahasa Nasional:
1. Lambang kebanggan bangsa
2. Lambang identitas bangsa
3. Alat pemersatu
4. Alat penghubung antar daerah

Peranan BI sebagai bahasa Negara


BI dikukuhkan sebaga bahasa Negara tanggal 18 Agustus 1945 pada UUD45,
bab 15 pasal 36 (Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia).
Fungsi BI sebagai bahasa Negara:
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
3. Alat penghubung tingkat nasional
4. Alat pengembang IPTEK
1. Ragam Bahasa berdasarkan MEDIA
A. RB. LISAN
Adalah: bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagi unsur dasarnya. (tatabahasa-kosakata-
lafal)
Ciri:
Memerlukan kehadiran orang lain
Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
Terikat ruang dan waktu
Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
B. RB. TULIS
Adalah: bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. (ejaan-tatabahasa-
kosakata)
Ciri:
Tidak memerlukan kehadiran orang lain
Unsure gramatikan dinyatakan secara lengkap
Tidak terikat ruang dan waktu
Dipengaruhi oleh ejaan & tanda baca.
A. RB. Resmi/ Formal B. RB. Tidak Resmi/ Non Formal
Ciri: Ciri:
Menggunakan unsur gramatikal Unsur gramatikal tidak konsisten
secara eksplisit & konsisten Imbuhan tidak lengkap
Menggunakan unsur imbuhan Kata ganti tidak resmi
secara lengkap Kata tak baku
Menggunakan kata ganti resmi Tidak sesuai EYD
Menggunakan kata baku Menggunakan unsur kedaerahan
Menggunakan EYD
Menghindari unsur kedaerahan

C. RB. Akrab
Ciri:
Menggunakan kalimat pendek
Didukung dengan bahasa non verbal
D. RB. Konsultasi
Ragam bahasa konsultasi dapat menggunakan bahasa santai
dan suasana santai.
Gramatikal (sesuai dengan tata bahasa)
Leksikal (berkatan dengan kata)
RB. Ilmiah
Ciri:
Penggunaan kalimat efektif
Menghindari ambigu
Menggunakan istilah lugas, menghindari makna kias
Menghindari penonjolan persona
Keselarasan/ kelunturan antaralenia
RB. Sastra
Ciri:
Kalimat tidak efektif
Penggambaran sejelas-jelasnya, bermakna konotatif
Tercipta pencitraan dalam imajinasi pembaca
RB. Iklan
Ciri:
Gaya bahasa hiperbola
Persusif
Kalimat menarik
Bernada sugestif & propagandis
a. RB. Berdasarkan daerah penutur (logat/ dialek)
Pelafalan berdasarkan wilayah, misalnya:
Jateng pada pelafalan /b/ pada awal kata, Bali pada pelafalan huruf /t/

Dialek dibagi menjadi 4, yaitu:


Dialek regional: Rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu
(mis: melayu Pontianak, Melayu Ambon, Jakarta/ Betawi, melayu
Medan, dll)
Dialek sosial: Digunakan dalam kelompok masyarakat tertentu. (mis:
kelompok wanita memiliki bahasa sendiri, lain dengan kelompok
dialek remaja, dsb.)
Dialek temporal: Dialek yang digunakan dalam kurun waktu tertentu.
Idiolek: keseluruhan ciri bahasa seseorang, mis: bahasa yang digunakan
presiden Soeharto, Roma Irama, Benyamin S, dll.
b. RB. Berdasarkan pendidikan penutur
Seorang terpelajar akan perbeda pelafalanya dengan orang jalanan
yang kurang terpelajar dalam pelafalan huruf /f/, /v/ dalam vitamin,
film menjadi pitamin atau pilem. Membawa menjadi mbawa, mencari
menjadi nyari, dll.
c. RB berdasarkan sikap penutur
Dipengaruhi oleh status sosial, usia, dan suasana lawan bicara.
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb), bentuk tulisan (huruf) serta penggunaan tanda baca.
Tahapan ejaan di Indonesia:
1. Ejaan van Opuijsen (1901)
Adalah sistem ejaan latin Melayu di Indonesia yang dimuat di Kitab
Logat Melajoe tahun 1901 oleh Ch. A. van Ophuisjen yang merupakan
ejaan latin resmi pertama di Indonesia (disusun dengan Engku
Nawawi gelar Sutan Makmur & M, Taib Sutan Ibrahim)
Ciri:
Huruf j dalam kata jang, sajang, pajah, dll.
Hurf oe dalam kata goo, oemur, oesia, itoe, dll.
Tanda diatrik, seperti koma ain () atau tanda trema dalam kata
mamoer, akal, pa, dsb.

2. Ejaan Soewandi/ Ejaan Republik (1947)


Adalah sistem ejaan latin untuk BI sesudah proklamasi kemerdekaan
yang dimuat dalam surat keputusan Menteri P dan K Mr. Soewandi No
264/ Bhg. A tanggal 19 Maret 1947 yang merupakan penyerdehanaan
atas ejaan van ophuijsen. Sistem ini menjadi ejaan resmi sampai
tahun 1972.
Huruf oe diganti huruf u
Bunyi hamzah dan sentak ditulis dengan /k/, pada kata, pak, rakjat, tak, dll.
Kata ulang ditulis dengan angka 2, missal: anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
3.Ejaan Melindo (1959)
Ejaan latin yang termuat dalam pengumuman bersamaEjaan Bahasa
Melayu-Indonesia (Melindo) sebagai hasil usaha penyatuan sistem
ejaan dengan huruf latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah melayu.
Kongres II di Medan, Prof. Prijono mengusulkan untuk penyempurnaan
kembali ejaan republik yang sudah dipakai saat itu, namun gagal.
Karena terbentur biaya besar untuk perombakan mesin tik di seluruh
Indonesia. Bekerjasama dengan Malaysia dalam rumpun melayunya
terbentuklah Ejaan Melindo. Diharapkan ejaan ini dapat diberlakukan
paling lambat Januari 1962. Namun perkembangan politik dua Negara
kurang baik, akhirnya ejaan melindo gagal diberlakukan.

Ejaan Baru Bahasa Indonsia


Ejaan ini berlaku sejak tahun 1967 yang dipelopori oleh Anton Moeliono.

4. Ejaan yang disempurnakan (EYD) tahun 1972


Adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang sebagian besar sama
dengan sitem ejaan Malaysia, yang termuat dalam Surat keputusan
Presiden tanggal 16 Agustus 1972 dan sekarang menjadi ejaan resmi
BI,
Soewandi EYD
j Y
dj J
nj Ny
ch Kh
tj C
sj Sy
Kalimat adalah kesatuan ujar yang
mengungkakan satu konsep pikiran dan
peasaan.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan
pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga
dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya
antara pikiran pendengar atau pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu
unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di
dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam
pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan
(tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat
yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan
hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu
mendapatkan hadiah (efektif).
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan,
penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat
melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku.
(tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku.
(efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-
unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat,
yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen +
verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang
sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif) Makalah ini
membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk
kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.
Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan
kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir
jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke
pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir
jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes.
(tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
(efektif)
7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok
dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara,
yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar) c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel lah, -pun, dan
kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Paragraf
adalah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok yang
berbentuk dalam
rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk (kohesi) dan makna
(koherensi).

Bentuk Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya


1. Deduktif: inti paragraf di awal paragraf.
2. Induktif: inti paragraf di kalimat terakhir.
3. Campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir.
4. Ineratif: inti paragraf di tengahtengah paragraf.

Jenis paragraf berdasarkan Isi/ makna/ tujuannya.


1. Narasi: menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologi.
2. Deskripsi: menggambarkan suatu kejadian dengan katakata yang
merangsang indra agar realistis.
3.Eksposisi: menguraikan sesuatu sejelasjelasnya agar pembaca mudah
mengerti dan jelas.
4. Argumentasi: berisi fakta yang tidak untuk persuasif melainkan hanya
menegaskan pendapat penulis.
5. Persuasi: berisi ajakan untuk merubah pendapat pembaca agar sama
dengan penulis.
1. deduktif: letak kalimat utama di awal
paragraf.
2. Induktif: letak kalimat utama di akhir
paragraf.
3. Campuran: letak kalimat utama di
awal dan di akhir paragraf
1. Umum-Khusus
2. Khusus-Umum
3. Sebab-Akibat
4. Akibat-Sebab
5. Definisi: menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan
konjungsi (adalah, ialah, yaitu)yang tepat agar gampang
dimengerti.
6. Contoh: memberikan contoh agar mudah dipahami.
7. Fungsional: mempunyai kegunaan tertentu untuk sang
penulis
8. Kausal: menunjukkan hubungan sebabakibat dalam suatu
kejadian.
9. Spasial: menulis yang berhubungan dengan tempat
tertentu dan menggambarkannya.
10. Perbandingan: membandingkan sesuatu untuk
menemukan perbedaan atau persamaan.
11. Kronologi: mempunyai catatan waktu yang jelas.
Daftar pustaka merupakan catatan secara
runtut buku sumber yang digunakan
penulis dalam tulisan ilmiahnya.
Keseluruhan sumber kutipan yang
digunakan penulis, identitas buku harus
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Urutan penulisan daftar pustaka tersebut
meliputi nama pengarang, tahun terbit
buku, judul buku, penerbit dan kota
penerbit.
1. Disusun secara alfabetis.
2. Nama penulis dibalik (Surename di awal).
3. Tidak menggunakan nomor urut.
4. Diantara surename dan nama digunakan tanda koma.
5. Gelar tidak dicantumkan.
6. Urutan penulisan buku: namapenulis, tahun
penerbitan, judul, kota penerbitan, dan nama
penerbit.
7. Setiap komponen dibatasi dengan titik.
8. Pada Artikel: nama penulis, judul artikel, nama jurnal,
identitas jurnal.
9. Judul buku dicetak miring.
10. Di antara kota penerbit dan nama penerbit
menggunakan titik dua.
11. Judul artikel ditulis di antar dua tanda kutip.
12. Nama jurnal dicetak miring.
13. Penulis dua sampai 3 orang di tulis semua.
14. Penulis lebih dari tiga orang ditulis penulis
utamanya, dengan ditambahkan dkk.
15. Seseorang yang menulis lebih dari satu buku hanya
dicantumkan sekali saja. Pada buku yang lain, nama
penulis diganti dengan tanda garis.
16. Penulisan daftar pustaka dari internet ditulis dengan
urutan: nama penulis tahun penulisan, judul artikel,
dan identitas homepage-nya
Anggarani, A, Hapsari S, dan Eka Endang. 2006. Mengasah
Keterampilan Menulis Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia Sekolah Menengah Atas. Artikel. Jakarta:
Depdiknas.

Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan


Sastra Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Kota Kembang.

______ 2002. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta:


CV. Radhita Buana.

Kayla, Susan. 2012. Jangan bedakan kami. Artikel Online.


http://geocities.com. Diakses tanggal 21 Agustus 2013, pukul
14.35 wib.
PRINSIP HIDUP MANUSIA HEBAT

Beramallah untuk duniamu


seakan-akan engkau akan hidup
selama-lamanya, dan beramallah
untuk akhiratmu seakan-akan
engkau akan mati besok pagi
(HR. Ibnu Asakir).

KALAU ORANG LAIN BISA,


SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai