Anda di halaman 1dari 16

KATA DAN PEMILIHAN KATA

(DIKSI)
Kelompok 1
Anggota :
 Agus Mawarni
 Dayana Azhari
 Rizka Amelia
 Vriska Purnama
 Yolla Amanda
DIKSI

 Diksi = Ketepatan kata

 Dipengaruhi oleh kemampuan mengetahui, memahami, menguasai & menggunakan sejumlah kosa
kata secara aktif dan tepat agar komunikasi bisa efektif. Pemilihan kata yang tepat untuk
menyampaikan maksud yang diinginkan. Dengan begitu, lawan bicara akan lebih mudah mengerti
apa yang kamu sampaikan. Diksi sangat berguna dalam penulisan karya tulis seperti puisi, novel,
laporan dan lain-lain.
Syarat-syarat ketepatan Kata

 Membedakan makna denotasi & konotasi dengan cermat.

 Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim. Misalnya : adalah, ialah dsb

 Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya. Misalnya : sarat (penuh) dan syarat
(ketentuan)

 Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya : koordinir
seharusnya koordinasi

 Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan yang benar, misalnya : sesuai bagi seharusnya
sesuai dengan
 Menggunakan kata umum & kata khusus secara cermat, misalnya : mobil (kata umum) avanza (kata
khusus, buatan Toyota)

 Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : isu (dari B. Inggris : publikasi,
perkara, kesudahan) isu (dalam B. Indonesia : kabar angin, desas-desus)

 Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya : pria dan laki-laki); berhomofoni (misalnya :
bang dan bank); berhomografi (misalnya : apel buah, apel upacara)

 Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak (misalnya : meja, rumah) dan
kata konkret atau kata khusus (misalnya : perdamaian, demokrasi)
Kesesuaian Kata

 Diperlukan agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau
suasana yang sedang berlangsung.

Syarat kesesuaian kata :

 Menggunakan ragam baku dengan cermat, misalnya : hakikat (baku), hakekat (tidak baku)

 Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya : kencing
(kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan)

 Menggunakan kata idiomatik dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya : sesuai bagi
(salah), sesuai dengan (benar)
 Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya : berjalan lambat, mengesot, dan
merangkak

 Menggunakan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan kata populer untuk komunikasi
nonilmiah, misalnya : argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer)

 Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis, misalnya : tulis, baca (bahasa
lisan), menulis, membaca (bahasa tulis)
Fungsi Diksi

1) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal

2) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar / pembaca

3) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar

4) Menciptakan suasana yang tepat

5) Mencegah perbedaan penafsiran

6) Mencegah salah pemahaman

7) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi


Denotasi dan Konotasi
 Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa kias.

Makna denotasi lazim disebut :

1. Makna konseptual : makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi faktual & objektif.

2. Makna sebenarnya

3. Makna lugas : makna apa adanya, lugu, polos

 Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Makna kata konotatatif cenderung bersifat subjektif,
dan lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal.
Sinonim

 Sinonim : persamaan makna kata, artinya dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan,
dan pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya : wanita sinonim perempuan laki-laki
sinonim pria

Ketidakmungkinan menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersinonim atau hampir
bersinonim disebabkan oleh berbegai alasan : waktu, tempat, kesopanan, suasana batin, dan
nuansa makna.

Dua kata bersinonim atau hampir bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frasa, misalnya :
agar supaya, bagi untuk, adalah yaitu.
Antonim

 Antonim adalah ungkapan (berupa kata frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap
kebalikan dari makna/ ungkapan lain.

Contoh : kata bagus = buruk

Kata besar = kecil

Kata jelek = cantik


Idiomatik

 Idiomatik adalah penggunaan kedua kata yang berpasangan. Misalnya : berharap akan,
sesuai dengan, disebabkan oleh, dll.

Contoh : Bangsa Indonesia tampilnya seorang presiden yang mampu mengatasi berbagai
kesulitan bangberharap akan sa.

Kata berharap akan tidak dapat digantikan oleh mengharapkan akan atau berharap dengan
Homonim, Homofon
 Homonim  homo berarti sama dan nym berarti nama.

Homonim dapat diartikan sama nama, sama bunyi tetapi berbeda makna.

Contoh : buku = ruas

buku = kitab

 Homofon  homo berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi atau suara.

Homofon mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.

Contoh : bank = tempat menyimpan / meminjam uang

bang = kakak laki-laki


Homograf

 Homograf  homo berarti sama, dan graf (graph) berarti tulisan.

Homograf ditandai oleh kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.

Contoh : apel = nama buah

apel = upacara di lapangan


Kata Abstrak dan Kata Konkret

 Kata konkret adalah kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindera.

Contoh : meja, rumah, air, nasi, kelapa, dan sebagainya.

 kata abstrak adalah kata yang acuannya tidak mudah dicerap pancaindera.

Contoh : ide, kesibukan, gagasan, keinginan, angan-angan, kehendak, perdamaian, demokrasi,


kejujuran, dan sebagainya.
Kata Umum dan Kata Khusus

 Kata umum adalah kata yang cakupannya luas dan dinamakan pula dengan istilah
hipernim.

Contoh : ikan, kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau lele.

 Kata khusus adalah kata yang cakupannya sempit dan dinamakan dengan hiponim.

Contoh : seperti gurame, tuna, lele, dll,

Anda mungkin juga menyukai