Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Mata Kuliah: Bahasa Indonesia

Dosen MAPEL: Pradipta Mega Ninda, S.PD

Disusun oleh :

Atsir Muhammad Fadhil (211662)

Program Study Akademi Teknik Radiogostik

Dan Radioterapi Citra Bangsa Yogyakarta

2021
SOAL

Bagaimana Perkembangan ejaan Bahasa Indonesia sejak lahir hingga saat ini?

Jelaskan berdasar kronologi tahun, latarbelakang, tokoh, ciri, berikut dengan contoh detailnya!

JAWAB:

Sejarah ejaan bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada tahun1991. Ejaan

ini dengan menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan bahasa Belanda yang rancang oleh Charles A. van

Ophuijsen. Dalam pelaksanaannya, Ch. van Ophuijsen mendapat bantuan dari Engku Nawawi dan

Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Dengan adanya perubahan pada sisem ejaan, maka ejaan bahasa Melayu

yang pada awalnya menggunakan aksara Arab Melayu (abjad Jawi) berubah menjadi aksara Latin. Aksara

atau abjad Jawi adalah salah satu dari abjad pertama yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu, dan

digunakan sejak zaman Kerajaan Pasai, sampai zaman Kesultanan Malaka, Kesultanan Johor, dan juga

Kesultanan Aceh serta Kesultanan Patani pada abad ke-17. Bukti dari penggunaan ini ditemukan di Batu

Bersurat Terengganu, bertarikh 1303 Masehi (702 H). Penggunaan alfabet Romawi pertama kali ditemukan

pada akhir abad ke-19. Abjad Jawi merupakan tulisan resmi dari negeri-negeri Melayu tidak bersekutu pada

zaman kolonialisme Britania. Sebelum kemerdekaan, ejaan yang diberlakukan adalah Ejaan van Ophuijsen

yang diresmikan pada tahun 1991. Ejaan ini berlaku sampai dengan tahun 1947. Setelah kemerdekaan, bahasa

Indonesia mengalami enam kali perubahan ejaan, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947−1956), Ejaan

Pembaharuan (1956−1961), Ejaan Melindo (1961−1967), Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan

(LBK) (1967−1972), Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972−2015), dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

(2015 sampai sekarang).

1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)

Latar belakang Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah

digunakan untuk bahasa Indonesia. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Melayu
menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang

mirip dengan tuturan Belanda. Ada tiga ciri penanda lingual dalam Ejaan van Ophuijsen, yaitu:

a) penggunaan huruf j dibaca /y/

b) penggunaan huruf oe dibaca /u/ dan

c) penggunaan tanda diakritik meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan trema (¨).

Ciri dari ejaan ini adalah penggunaan huruf ‘J’ yang dibaca ‘Y,’ misalnya ‘Jang = yang,’ huruf

‘oe’ yang dibaca ‘u’ (boelan : bulan), huruf ‘tj’ yang dibaca ‘c’ (Tjinta : cinta), huruf ‘ch’ yang dibaca

‘kh’ (chidmat : khidmat), huruf ‘dj’ yang dibaca ‘j’ (djoedjoer : jujur). Selain itu, ejaan Van Ophuijsen

ini juga menggunakan banyak tanda diakritik seperti koma ain, koma wasla, dan tanda trema misalnya

pada kata so’al, ta’ pa’ dan sebagainya. Penggunaan tanda ini biasanya digunakan ketika

mengindonesiakan kata – kata dalam bahasa Arab.

Huruf hidup yang diberi aksen trema atau dua titik diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai

bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda

sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab

yang dikenal sebagai tulisan Jawi. Ejaan ini akhirnya digantikan oleh ejaan Republik pada 19 Maret

1947.

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada 1901.

Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A.

van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.

Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof.

Charles van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil

pembakuan mereka yang dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku berjudul

Kitab Logat Melajoe. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.

Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur

sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatra Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu

di Universitas Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian
menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil

dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.

Contoh kaliamat:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.

Contoh kata:

1. Kata koe (akoe), kau, ke, se, dan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh: koepakai, kaulihat, seekor, kemasjid, diambil.

2. Kata poen- dihubungkan dengan kata sebelumnya. Contoh: Sekalipoen akoe tiada sudi

datang keroemah kau.

3. Ke- dan se- merupakan awalan. Contoh: kedua, sesungguhnja.

4. Awalan ber-, ter-, per- yang dirangkai dengan kata dasar berawalan huruf r akan luluh.

Contoh: beroending, terasa.

5. Akhiran -i diberi tanda ~ jika bertemu dengan kata berakhiran huruf a. Contoh: mewarnaĩ

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)

Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Latar belakang Pemerintah berkeinginan

untuk menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa

Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang

baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi.

Disebut ejaan Soewandi karena yang meresmikan ejaan ini sebagai pengganti ejaan Van

Ophuijsen adalah Raden Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Ejaan

ini diresmikan pada 19 Maret 1947. Pengubahan dari ejaan Van Ophuijsen ke ejaan Soewandi

dimaksudkan agar terdapat kemudahan dalam penyederhanaan bahasa yang digunakan. Beberapa

perubahan penting dalam ejaan Soewandi adalah:

 Huruf ‘oe’ diganti menjadi ‘u’. Misalnya : toetoep menjadi tutup

 Bunyi sentak diganti dengan huruf ‘k’. Misalnya : ra’yat menjadi rakyat

 Kata ulang boleh ditulis dengan angka dua, tetapi harus diperhatikan pada bagian mana

pengulangannya. Misalnya : bermain – main menjadi ber-main2.


 Tanda trema dihilangkan. Misalnya : taät menjadi taat

 Huruf ‘e’ disamakan sehingga tidak perlu ada pemberian garis di bagian atas. Misalnya dalam kata

beras, sejuk, bebas, merah.

 Kata – kata baru yang dalam bahasa asalnya tidak memakai pepet maka dalam Bahasa Indonesia

pun tidak diberi pepet. Misalnya Sastera menjadi sastra.

Ejaan ini muncul karena dilatarbelakangi adanya keinginan para cendekiawan dan budayawan

Indonesia yang hadir dalam Kongres Bahasa Indonesia I, untuk melepaskan pengaruh kolonial Belanda

terhadap bahasa Indonesia. Saat itu, Soewandi selaku Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan

Kebudayaan memutuskan untuk mengganti Ejaan van Ophuijsen. Ejaan pengganti itu disebut Ejaan

Soewandi atau Ejaan Republik. Disebut Ejaan Republik karena ejaan tersebut lahir setelah

kemerdekaan Republik Indonesia.

Ejaan ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan pada masa

menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23

Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia

yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan

mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dan mengubahnya

dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl.

Terdapat beberapa ciri penanda lingual dalam Ejaan Soewandi, yaitu:

 penggantian huruf oe menjadi u,

 bunyi sentak ditulis dengan k

 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2

 tidak dibedakan antara penulisan di sebagai awalan dan di sebagai kata depan.

 Huruf oe diganti u. Contoh: atoeran menjadi aturan

 Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti huruf k. Contoh: tidak, rakjat

 Pengulangan diberi angka 2. Contoh: ikan2, tjinta2an


 Kata dasar huruf e (e pepet dalam Bahasa Jawa) boleh dihilangkan. Contoh: menteri menjadi

mentri. Namun untuk kata berimbuhan tidak dihilangkan. Contoh: perangkap tidak boleh menjadi

prangkap.

Contoh kata:

1. Berkoerban : berkorban.

2. Jatoeh : jatuh.

3. poetra poetry : putra putri.

4. Soekarno : sukarno.

5. Indoenesia : indonesia.

6. Goeroe : guru.

7. Sempoerna : sempurna.

8. Rakjat : rakyat.

9. Ubur-ubur : ubur2.

10. Kabarat-baratan : ke-berat2-an.

11. Soempah : sumpah.

12. Poemuda : pemuda.

13. Bersama-sama : Ber-sama2.

14. Berakit-rakit : Ber-sama2.

15. Bajaj : Bajay.

3. Ejaan Pembaharuan/ Ejaan Prijono-Kattopo (1956–1961)

Latar belakang: Pada tahun 1954 di adakan kongres Bahasa Indonesia II di Medan, kongres

membicarakan peerubahan sistem ejaan. Oleh karena itu, mentri pengajarana, pendidikan, dan

kebudayaan mengeluarkan surat keputusan pada 19 juli 1956 bernomor 44876/s tentang pembentukan

panitia baru.setelah bekerja selama 1 tahun berhasil menyusun patokan patokan baru, patokan tersebut

terumus dalam Ejaan Pembaharuan.

Ejaan Pembaharuan yaitu sistem ejaan bahasa Indonesia yang dirancang oleh sebuah panitia

yang diketuai oleh Prijono dan E. Katoppo pada tahun 1957 sebagai hasil keputusan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan, namun sistem ejaan ini tidak pernah diterapkan. Ejaan sebelum ini yaitu Ejaan

Repoeblik (Ejaan Suwandi), dan ejaan setelah ini yaitu Ejaan Melindo (1959, batal diresmikan), Ejaan

Baru atau Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, sekarang Pusat Bahasa, 1967), dan Ejaan

yang Disempurnakan sejak 1972.

Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas oleh

Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan

tentang perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 48 tahun 1956. Ejaan ini membuat

standar satu fonem dengan satu huruf, mislanya kata menyanyi: menjanji menjadi meñañi. Selain

itu, untuk kata – kata yang berdiftong ‘ai,’ ‘au’ dan ‘oi’ dieja menjadi ‘ay,’ ‘aw’ dan ‘oy.’ Misalnya

kerbau menjadi kerbaw, sungai menjadi sungay dan koboi menjadi koboy. Sayangnya, ejaan ini

urung diresmikan dalam undang - undang.

Penyusunan itu diterapkan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Pemikiran

Ejaan Pembaharuan yang telah sukses disusun itu dikenal sebuah Nama yang diambil dari dua Nama

tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada tahun

1957 panitia dilanjutkan itu sukses merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja

panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.

Aib satu hal yang menarik dalam pemikiran Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf

yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal.

Ciri ciri:

 Gabungan konsonan dj diubah dijadikan j

 Gabungan konsonan tj diubah dijadikan ts

 Gabungan konsonan ng diubah dijadikan ŋ

 Gabungan konsonan nj diubah dijadikan ń

 Gabungan konsonan sj diubah dijadikan š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim dinamakan diftong ditulis berlandaskan

pelafalannya yaitu dijadikan ay, aw, dan oy.


Misalnya:

EYD Ejaan Pembaharuan

Santai Santay

Gulai Gulay

Harimau Harimaw

Kalau Kalaw

Amboi Amboy

Contoh kata:

1. Huruf oe diganti u. Contoh: atoeran menjadi aturan

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti huruf k. Contoh: tidak, rakjat

3. Pengulangan diberi angka 2. Contoh: ikan2, tjinta2an

4. Kata dasar huruf e (e pepet dalam Bahasa Jawa) boleh dihilangkan. Contoh: menteri menjadi

mentri. Namun untuk kata berimbuhan tidak dihilangkan. Contoh: perangkap tidak boleh

menjadi prangkap.

4. Ejaan Melindo (1961-1967)

Latar belakang Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan

Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang

menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal

karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.

Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia.

Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya.

Ejaan ini didasarkan pada keinginan untuk menyatukan Bahasa Melayu dan Bahasa

Indonesia. Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara yang menggunakan bahasa Melayu pun
bersama – sama ingin menyeragamkan ejaan dalam penggunaan bahasa dua negara ini. sebagian

besar perubahan pada ejaan ini sama dengan apa yang ada pada ejaan pembaharuan, hanya saja

pada fonem ‘e’ pepet dalam sebuah kata harus diberikan garis di atasnya. Akan tetapi, rencana

peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada

1962.

Ciri ciri dan contoh kata:

1) Muncul huruf baru yakni c menggantikan tj, dan nc menggantikan nj. Contoh: tjinta

menjadi cinta

2) Muncul fonem f, ś, z. Contoh: fikiran, śair, zakat.

3) Ejaan kata yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagai

fonem Melindo dianggap kata asing. Contoh: varia, universitas

5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)

Latar belakang Pada ejaan baru 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang

bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan

ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.

Ejaan ini disusun oleh Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen P dan K. Beberapa

perubahannya adalah sebagai berikut:

 Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’ ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’ menjadi ‘kh.’

 Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan

pemakaian yang sangat produktif.

 Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang berpasangan dengan

variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah pengertian.


Ejaan ini juga tidak sempat diresmikan karena menimbulkan reaksi dari publik karena

dianggap meniru ejaan Malaysia, serta keperluan untuk mengganti ejaan belum benar – benar

mendesak.

Ciri ciri:

Huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing

sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.

Contoh kalimat:

Sepatu bot astronot mendarat di bulan.

Contoh kata:

 Ada enam vokal (i, u, e, ɘ, o, a)

 Diftong tetap

 Di- dan ke- dibedakan preposisi dan imbuhan. Contoh: Di masjid dilaksanakan acara akad

nikah.

 Kata ulang ditulis secara lengkap menggunakan tanda hubung. Contoh: kupu-kupu, murid-

murid

 Beberapa istilah asing diubah. Contoh: guerilla menjadi gerilya, extra menjadi ekstra, qalb

menjadi kalbu

 "tj" menjadi "c": tjutji → cuci.

 "dj" menjadi "j": djarak → jarak.

 "j" menjadi "y": sajang → sayang.

 "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk.

 "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat.

 "ch" menjadi "kh": achir → akhir.


6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)

Latar belakang EYD

Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967

mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha

yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia

Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan

yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri

pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada tanggal 19 September 1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun

Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama

tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari

kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa

Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan

baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk

memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17

Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik

Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja

panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan daripada Ejaan

Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27

Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015 pada

masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan

2009.Mulai tanggal 16 Agustus 1972, pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru yaitu Ejaan

LBK yang telah disempurnakan. Kemudian ejaan ini dikenal sebgaia Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD). Penetapan ini disertai dengan penerbitan buku saku ETD berwarna merah putih dan buku

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Beberapa perubahan penting pada

EYD adalah :

 Perubahan cara baca abjad, dari a, ba, ca, da menjadi a, be, ce de, dan seterusnya.

 Kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya kereta api, kamar tidur.

 Akronim yang memiliki lebih dari dua huruf awal tidak memakai tanda titik. Misalnya S.M.A

menjadi SMA.

 Penulisan ejaan ‘tj’ menjadi ‘c’ dan ‘nj’ menjadi ‘ny’

 Peresmian penggunaan huruf asing yaitu ‘z,’ ‘f’ dan ‘v’

 Penghilangan bunyi ‘w’ menjadi ‘ua.’ Misalnya kwalitas menjadi kualitas

 Penjelasan akan pemenggalan kata di dalam konsonan, misalnya A-pril, Ang-gur

 Pemakaian huruf ‘x’ dan ‘q’ secara universal. Semula hanya digunakan dalam kata – kata yang

berhubungan dengan ilmu eksakta.

 Penghilangan garis pembeda dalam pengucapan ‘e’ pepet dan ‘e’ biasa.

Perbedaan dari ejaan sebelumnya:


Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

 "tj" menjadi "c": tjutji → cuci

 "dj" menjadi "j": djarak → jarak

 "j" menjadi "y": sajang → sayang

 "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk

 "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat

 "ch" menjadi "kh": achir → akhir

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

 Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.

 Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya

pada kata furqan, dan xenon.

 Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di

rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-"

pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

 Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai

penanda perulangan

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.

2. Penulisan kata.

3. Penulisan tanda baca.

4. Penulisan singkatan dan akronim.

5. Penulisan angka dan lambang bilangan.

6. Penulisan unsur serapan.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi

sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.


Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai

EYD

Ciri ciri:

unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf

kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental

dengan unsur bahasa asing resmi

Contoh kalimat:

Allah yang menciptakan alam semesta dan seisinya

Contoh kata:

 Diresmikan pemakaian huruf f, v, z, q, x. Contoh: frustasi, variabel, zakar, quran, xenofil

 Diresmikan pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Contoh: Kantor Urusan Agama (KUA)

 Diresmikan penggunaan kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata majemuk, kata ganti (ku, mu, -

nya), kata depan (di-, ke-, dan, dari), kata si dan sang, partikel dan akronim, angka, dan lambang

bilangan.

 Diresmikan penulisan unsur serapan. Contoh: editor

 Diresmikan penggunaan tanda baca (, . ; : – _ ? ! ” ” /). Contoh: Hai! Apa kabar?

 Tjepat : cepat

 Sjarat : syarat

 Djadi : jadi

 Njonja : nyonya

 Chabar : khabar
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) 2015-sekarang

Latar belakang perubahan nama dari Ejaan yang Disempurnakan menjadi Ejaan Bahasa

Indonesia dikarenakan penamaan tersebut menuai kritik dari masyarakat atas ketidakpuasan makna

dari kata sempurna itu sendiri. Kata sempurna dalam penamaan ejaan tersebut mengimplikan bahwa

ejaan tersebut sudah tidak ada kesalahan atau bisa dikatakan sempurna, padahal pada kenyataannya

dalam EYD terdapat tiga edisi untuk memperbaiki ejaan tersebut.

Adapun perbedaan dari EYD ke EBI yaitu dalam EBI sudah detail mengenai kaidah kaidah

dalam penulisan, perubahan dari EYD ke EBI berupa 20 penambahan, 10 penghilangan, 4 pengubahan

dan 2 pemindahan.

Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan

merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar.

Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo dan

Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Tidak banyak perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan. EBI

hanya menambahkan aturan untuk huruf vokal diftong dan penggunaan huruf tebal. Pada EYD, huruf

diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya

pada kata geiser dan survei). Untuk penggunaan huruf tebal, dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga,

yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau

sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.

Ciri ciri:

 Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi

 Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer

 Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan bagian-

bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.

 Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin

 Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.
Contoh :

Kata ‘Soap’ dan ‘Kampoeng’

Seharusnya diubah menjadi ‘Sup Ayam Kampung’

Contoh kata:

1. Advokat

2. Akhlak

3. Apotek

4. Atlet

5. Analisis

6. Balans

7. Cenderamata

8. Definisi

9. Kartotek

10. Komedi

Sekian hasil saya berselancar di mbah google bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan mohon kiranya di maaf
kan. SEKIAN DAN TERIMAKASIH

(Atsir Muhammad Fadhil)


DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.suara.com/news/2020/12/02/202020/sejarah-ejaan-bahasa-indonesia-dan-

perkembangannya?page=all

2. https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Van_Ophuijsen#:~:text=Pada%20tahun%201901%20diadakan%

20pembakuan,pemakai%20bahasa%20Melayu%20di%20Indonesia.

3. https://brainly.co.id/tugas/7833843#:~:text=Kami%20poetra%20dan%20poetri%20Indonesia%2C%

20mengakoe%20bertoempah%20darah%20jang%20satoe%2C%20tanah%20air%20Indonesia.

4. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/11/16/evolusi-ejaan-bahasa-indonesia-dari-masa-ke-

masa)#:~:text=Ciri%20dari%20ejaan,dalam%20bahasa%20Arab.

5. https://www.idntimes.com/life/education/aneu-rizky-yuliana/sejarah-ejaan-bahasa-indonesia-

c1c2/7#:~:text=Latar%20belakang%20perubahan,dan%202%20pemindahan.

6. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Gt8DE8R4xccJ:ocvita_ardhiani.staff.gunad

arma.ac.id/Downloads/files/71213/EYD%2BEBI.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id#:~:text=Kata%

20%E2%80%98Soap%E2%80%99%20dan,Sup%20Ayam%20Kampung%E2%80%99

7. https://www.dosenpendidikan.co.id/contoh-

ejaan/#:~:text=kata)%20ditulis%20serangkai,sini%20bukan%20disini

8. https://mamikos.com/info/contoh-kata-ejaan-tanda-baca-bahasa-indonesia-yang-

benar/#:~:text=Advokat,Komedi

9. https://bahasa.foresteract.com/kaidah-ejaan/3/#:~:text=(di-%2C%20ke-

%2C%20dan%2C%20dari)%2C%20kata%20si%20dan

10. http://p2k.unimus.ac.id/id1/3040-2937/Ejaan-Pembaharuan_255466_p2k-

unimus.html#:~:text=Ejaan%20Pembaharuan%20yaitu,Disempurnakan%20sejak%201972.

11. http://digilib.uin-

suka.ac.id/id/eprint/39829/#:~:text=Sejarah%20ejaan%20bahasa%20Indonesia%20diawali,Indonesia

%20(EBI)%20(2015%20sampai%20sekarang).
12.

Anda mungkin juga menyukai