Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKHNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PA


PADA KASUS TUBERKOLOSIS (TBC)

DISUSUN OLEH :
NAMA : FADHLAN FATHUR RAHMAN
NIM : 211669
DOSEN PENGAMPU : IWAN SETIAWAN,S.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI (ATRO)
CITRA BANGSA YOGYAKARTA
2021

1
  Kata Pengantar

       Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Tekhnik
Pemeriksaan Radiografi Thorax PA pada kasus tuberkolosis (TBC) ini dengan baik dan tepat
waktu. 
      Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui hasil belajar praktek Tekhnik
pemeriksaan radiografi thorax PA pada kasus tuberkolosis (TBC) di laboratorium ATRO
Citra Bangsa Yogyakarta,serta agar mengetahui seberapa jauh kemampuan penulis dalam
menyerap dan memahami pelajaran praktek tersebut
      Dengan selesainya laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :

1. Dosen Mata kuliah Praktikum Radiologi , Iwan Setiawan,S.Si


2. Orangtua kami yang selalu mendoakan serta mendukung kelancaran pembuatan
laporan ini.
3. Rekan-rekan yang sudah membantu memberi masukan penyusunan laporan ini.

Kami  menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

                                                                   Yogyakarta,17 Desember 2021


Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………..i
Daftar isi…………………………………………………………....ii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………..1
A.Latar Belakang…………………………………………………1
B.Rumusan Masalah……………………………………………...1
C.Tujuan Penulisan……………………………………………….1
D.Manfaat Penulisan……………………………………………...2

BAB II : LANDASAN TEORI……………………………………..3


A.Anatomi Rangka Dada…………………………………………3
B.Sternum…………………………………………………………3
C.Tulang Iga (Costae)…………………………………………….4
D.Columna Vertebrae Thorakalis………………………………...4
E.Os Klavikula……………………………………………………4
F.Diagframa………………………………………………………4
G.Anatomi Saluran Pernafasan…………………………………...5
H.Laring…………………………………………………………..5
I.Trakea…………………………………………………………..5
J.Bronkus Kanan dan Kiri………………………………………..5
K.Paru-Paru……………………………………………………….6
L.Fisiologi Pernafasan……………………………………………7
M.Pernafasan Paru-Paru…………………………………………..7
N.Pernafasan Jaringan (Pernafasan Interna)………………………8
O.Patologi Tuber Kolosis………………………………………….8
P.Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax………………………...10

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………...15

A.Ilustrasi Kasus…………………………………………………...15
B.Riwayat Klinis…………………………………………………...15
C.Tata Laksana Pemeriksaan……………………………………….15
D.Persiapan Pasien…………………………………………………15
E.Prosedur Pemeriksaan……………………………………………15
F.Hasil Radiograf…………………………………………………...17

ii
G.Hasil Pembacaan Radiograf……………………………………..17
H.Pembahasan……………………………………………………...17

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN……………………………19


A.Kesimpulan……………………………………………………….19
B.Saran………………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thorax adalah rongga yang berbentuk kerucut dengan bagian belakang
lebih panjang dari bagian depan.Pemeriksaan radiologi thorax sangat penting
karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa
pemeriksaan radiologi thorax terlebih dahulu.Kelainan-kelainan dini pada paru
juga dapat diketahui dalam pemeriksaan rontgen thorax sebelum gejala klinis
muncul.Sehinnga pemeriksaan rutin radiologi thorax pada orang yang sehat sudah
menjadi prosedur yang lazim pada pemeriksaan Kesehatan secara
masal,contohnya seperti yang dilakukan pada pegawai negeri,calon
tantara,mahasiswa dll.Pada pemeriksaan radiologi thorax proyeksi yang biasa
digunakan ialah Postero Anterior (PA) jika pasien non kooperatif serta proyeksi
lateral jika dibutuhkan.Ada pula proyeksi khusus yang digunakan untuk melihat
kelainan-kelainan yang tampak pada proyeksi (PA) ataupun (AP),proyeksi
tersebut adalah proyeksi (AP) Lordolik.Proyeksi ini digunakan untuk melihat
kelaianan-kelainan pada apeks paru terutama tuberkolosis,karena tuberkolosis
cenderung terjadi di apaeks paru
Untuk pemeriksaan radiologi thorax dengan kasus tuberkolosis paru
proyeksi yang biasa digunakan proyeksi PA atau Ap saja tergantung kondisi
pasien tanpa ada proyeksi tambahan yaitu AP Lordotik

B. Rumusan Masalah
Agar dalam penyusunan laporan ini,penulis dapat lebih terarah
Serta karena keterbatasan waktu dan terbatasnya kemampun penulis
Maka penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tekhnik pemeriksaan radiologi thorax pada kasus tuberkolosis ?
2. Apakah pemeriksaan radiologi thorax dengan menggunakan proyeksi PA saja
atau AP saja,telah cukup efektif dalam menegakkan diagnose pada kasus
tuberkolosis paru ?

C Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui tekhnik pemeriksaan radiologi thorax pada kasus
Tuberkolosis
2.Untuk mengetahui apakah tekhnik pemeriksaan radiologi thorax
Dengan proyeksi PA atau AP saja telah cukup efektif dalam
Menegakkan diagnose pada kasus tuberkolosis (TBC) paru

1
D. Manfaat Penulisan.
 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
Tekhnik pemeriksaan radiologi thorax pada kasus tuberkolosis
(TBC) paru
 .Sebagai bekal bagi penulis dalam penerapan dalam dunia kerja nanti.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Rangka Dada


Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan.Thorax berupa
sebuah rongga berbentuk kerucut,di bawah lebih besar dari pada di atas dan di
belakang lebih Panjang dari pada bagian depan.Di bagian belakang,thorax di bentuk
oleh keduabelas vertebrae thorakalis,di depan dibentuk oleh sternum,di bagian atas
oleh klavikula,dibagian bawah oleh diagframa,dan di samping kiri dan kanan dibentuk
oleh kedua belas pasang iga yang melingkari badan mulai dari belakang dari tulang
belakang ke sternum di depan (Pearche,1999)

Gambar 2.1 Rangka Dada

B. Sternum
Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi
Atas tiga bagian yaitu :
a.Manubrium Sterni,yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang mem
bentuk persendian dengan tulanh klavikula dan tulang iga
b.Korpus Sterni,yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan mem-
bentuk persendian dengan tulang iga

3
c.Procesus Xypoideus,yaitu bagian ujung dari tulang dada dan pada masih
bayi berbentuk tulang rawan
C. Tulang iga (costae)
Tulang iga banyaknya 12 pasdang (24 buah),kiri dan kanan,bagian
Depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan
Bagian belakang berhubungan dengan columna vertebrae thorakalis.
Perhubungan ini memungkinkan costae bergerak kembang kempis sesuai
Dengan irama pernafasan.Tulang-tulang iga dapat dibedakan menjadi 3 :
1. Tulang iga sejati (Os.Costavera).Jumlahnya 7 pasang,berhubungan
dengan tulang dada melalui persendian
2. Tulang iga tak sejati (Os.Costaspuria).Jumlahnya 3 pasang,badan dengan tulang
dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga ke 7
3. .Tulang iga melayang (Os.Costae fluitantes).Jumlahnya 2 pasang,tidak
mempunyai hubunga dengan tulang dada

D. Columna Vertebrae Thorakalis


Dinding posterior rongga thorax terbentuk dari columna vertebrae
Thorakalis dengan bagian posterior costae.Columna vertebrae thorakolis
Membentuk dinding posterior thorax melalui persendian dengan bagian
Posterior costae.Masing-masing costae membentuk persendian dengan
Collumna vertebraethorakalis dari 1 sampai 12
E. Os Klavikula
Klavikula adalah tulang yang melengkung yang membentuk
Bagian anterior dari shoulder joint.Untuk keperluan pemeriksaan Os klavikula
dibagi menjadi dua ujung : ujung medial disebut stemoklavikular joint membentuk
persendian dengan sternum dan ujung lateral disebut acromioclavicular joint yang
membentuk persendian dengan acromion dari scapula.

F. Diagfragma
Diagframa adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang memisahkan
rongga thorax dengan abdomen,serta membentuk lantai dasar dari rongga thorax
dan atap dari rongga abdomen.Pada saat inspirasi otot diagframa berkontraksi

4
sehingga menyebabkab kubah diagframa turun sehingga ukuran thorax menjadi
lebih besar.Turunnya diagframa menyebabbkan udara ditarik masuk oleh paru-paru
dan meluas untuk mengisi rongga thorax yang membesar.Pada saat ekspirasi otot
diagframa mengendor,diagframa naik sehingga ukuran thorax menjadi lebih kecil
dan udara didorong keluar.Tinggi diagframa berubah sesuai dengan sikap seperti
bila duduk tegak atau atau beriri.Pada diagframa terdapat tiga hiatus yaitu : hiatus
aorta,hiatus esophageal,dsn histus kava

G. Anatomi Saluran Pernafasan


Empat bagian penting saluran pernafasan dalam radiologi thorak adalah sebagai
berikut :
H. Laring
Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya
dari columna vertebrae,berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae sevikalis dan
masuk kedalam di bawahnya.Laring terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat
oleh ligament membrane.Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan
dibagian depannya terdapat benjolan yang dikenal sebgai jakun.Laring terdiri dari
liama tulang rawan antara lain: 1 buah kartilago tiroid,dan 2 buah kartilago
arytenoid,1 buah kartilago krikoid,dan 1 buah kartilago epiglottis.Pada puncak tulang
rawan tiroid terdapat epligotis yang berfungsi menutup laring sewaktu orang
menelan.Laring dilapisi oleh selaput lendir kecuali pita suara dan bagian epiglotis
dilapisi oleh epitelium berlapis.

I. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring,dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari
tulang rawan yang membentuk huruf C.Berjalan dari laring sampai ketinggian
vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus.Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput lendir

J. Bronkus kanan dan kiri


Merupakan lanjutan dari trakea,terdiri dari 2 bagian : bronkus kanan dan kiri.Bronkus
tersebut berjalan kebawah dan kesamping menuju ke paru-paru.Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri,sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis
serta memiliki 2 cabang.Bronkus memiliki cabang yang disebut bronkiolus dan pada
ujungnya terdapat gelembung paru atau alveoli.

5
Gambar 2.2 Trakea, bronkus, bronkiolus
K. .Paru-paru
Merupakan alat pernafasan utama,berbentuk kerucut dengan apeks di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula.Sebagian besar paru terdiri dari alveoli yang
terbentuk dari sel endotel dan epitel,dibagian inilah terjadi pertukaran udara,O2 masuk
kedalam darah dan CO2 keluar dari darah.Paru dibagi menjadi dua bagian yaitu paru
kanan dan kiri dibagi menjadi tiga.Lobus dan paru-paru kiri menjadi dua lobus.Antara
lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu fisura.Paru-paru dilapisi oleh suatu selaput
yang disebut pleura,dimana pleura dibagi menjadi dua bagian :

a.Pleura Viselaris : selaput paru-paru yang langsung membungkus paru

b.Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi organ dada sebelah luar.

Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura.Kavum
pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit cairan yang meminyaki permukaan untuk
menghindari gesekan antara paru-paru dengan dinding dada pada saat bernafas.

6
Gambar 2.3 Paru-paru
L. Fisiologi Pernafasan
Fisiologi pernafasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pernafasan paru-paru
(pernafasan eksterna) dan pernafasan jaringan (pernafasan interna)

M. Pernafasan Paru-paru (Pernafasan Eksterna)

Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-
paru.Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu bernafas,oksigen masuk melalui
trakea dan sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonary.Alveoli memisahkan oksigen dari darah,oksigen menembus
membran,diambil oleh sel darah merah,dibawa kejantung dan dipompakan ke seluruh
tubuh.4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :

1. Ventilasi Pulmoner,Gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan


udara luar
2. Arus darah melalui paru mengandung O2,masuk ke seluruh tubuh dan CO2 dari
tubuh masuk ke paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat bisa
mencapai seluruh bagian
4. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen

7
N. Pernafasan jaringan (pernafasan interna)
Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk
kejaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru terjadi pernafasan
internal.

O. .Patologi Tuberkolosis

Tuberkolosis adalah suatu kondisi patologis dari paru-paru yang disebabkan oleh
infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium tuberkolosis.Tuberkolosis paru-paru
dapat dibedakan menjadi dua bagian :

 .Tuberkolosis primer (tuberkolosis anak)

Yaitu tuberkolosis yang terjadi akibat infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium
tuberkolosis yang biasa menyerang anak-anak.Kelaianan yang timbul dapat berlokasi
dimana saja pada bagian paru.Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah
pleuritis dan atelektatis

 .Tuberkolosis Sekunder (Tuberkolosis Re-infeksi)

Tuberkolosis yang sifatnya kronis dan sering terjadi pada orang dewasa.Tuberkolosis
ini dianggap sebagai re-infeksi pada seseorang yang sewaktu kecil pernah menderita
tuberkolosis primer,tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri.Sarang-sarang
yang terlihat pada apical lobus bawah,walaupun kadang-kadang terletak di lapangan
bawah paru yang biasanya disertai plueritis.

Menurut Asosiasi Tuberkolosis Amerika,tuberkolosis sekunfer dapat dikelompokkan


menjadi beberapa bagian :

 Tuberkolosis minimal (minimal tuberkolosis)

Yaitu luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh
garis median,apeks dan iga-iga depan.Sarang soliter bisa berada dimanapun tak
terbatas pada daerah-daerah di atas

 Tuberkolosis Lanjut Sedang (Moderatly Advance Tubercolosis)

Yaitu sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru dan
jika terdapat lubang,diameternya tak lebih dari 4 cm

8
 Tuberkolosis Lanjut (Far Advance Tubercolosis)

Yaitu luas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari pada kedua kalsifikasi di
atas atau jika da lobang,diameter keseluruhan lebih dari 4 cm

Ada beberapa cara dalam pembagian kelainan tuberkolosis dilihat dari foto rontgen,salah
satunya menurut bentuk kelainan yaitu :

 Sarang aksudif, berbentuk bercak dengan batas tidak tegas dan densitas rendah
 Sarang produktif,berbentuk butir-butir bulat kecilyang batasnya tegas dan densitasnya
sedang
 Sarang Induratif atau fibrotic,berbentuk garis-garis atau pita tebal berbatas tegas
dengan densitas tinggi
 Kavitas (lubang)
 Sarang kapur (kalsifikasi)

Adapun kemungkinan-kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkolosis adalah :


 Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Penyembuhan tanpa bekas sering terjadi pada anak-anak (tuberkolosis
Primer),dimana penderita tidak pernah menyadari dirinya terserang penya-
Kit tuberkolosis.Pada orang dewasa (tuberkolosis sekunder) penyembuhan
Ini mungkin terjadi jika diberikan pengobatan secara baik.
2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat
Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/sarang fibrokalsiferus

Fibrokalsiferus dilapangan atas paru mengakibatkan penarikan pembuluh-

Pembuluh darah besar dikedua hili ke ataskeadaan ini dikenal dengan Tuberkolosis
Fibrodensa yang memiliki gambaran khas seakan-akan menyerupai kantong celana
(Broekzak Fenomean).Secara rontgenologis sarang baru dinilai sembuh bila setelah
jangka waktu 3 bulan bentuknya sama (stationary),sifat bayangan harus berupa garis-
garis atau bitnik-bintik,harus didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang baik.

 Perburukan (perluasan) penyakit


Adapun perburukan dan perluasan penyakit akibat tuberkolosis :

9
1. Pleuritis: terjadi karena meluasnya infiltrate primer langsung ke pleure sering terjadi
pada remaja belasan tahun tapi jarang balita
2. Penyebaran miliar : akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang kecil 2 –
2mm,tersebar dikedua belah paru secara merata.Pada foto thorax tuberkolosis miliar
menyerupai gambaran badai kabut,penyebarannya dapat terjadi ke
ginjal,tulang,sendi,selaput otak dsb.
3. Stenosis bronkus : dengan akibat atelectasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan,sering menduduki lobus kanan.
4. Timbulnya lubang (kavitas) : akibat melunaknya sarang keju.Lubang kecil dikelilingi
oleh jaringan fibrotic dan bersifat tetap.

 Keadaan yang disalah artikan sebagai sarang tuberkolosis :


1.Infitrat pneumo lobaris di lobus atas paru dalam massa resolusi yang terletak di lapangan
atas paru
2.Superposisi jalin (kepang) rambut Wanita yang tidak diikat di atas kepala, melainkan lepas
tergantung di bahu menutupi bagian atas paru
3.Kelainan bawaan (anomaly) iga
4.Superposisi bagian lateral muskulus sternokleidomastoideus dengan bagian medial costae
pertama
P. Tekhnik Pemeriksaan Radiografi Thorax
1.Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan radiografi thorax tidak ada persiapan khusus bagi pasien.Hanya
saja,semua benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas terlebih dahulu seperti
kalung,pakain dalam (BH),kancing baju,peniti,dll. Selain itu komunikasi dengan pasien
merupakan hal penting yang harus diperhatikan.Penting untuk menjelaskan mengenai
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta alasan melepas pakaian bagian atas
dan benda-benda yang dapat mengganggu radiograf serta diganti dengan pakaian yang
bebas dari benda asing.
2 .Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan pada pemeriksaan radiograf thorax adalah :
- Pesawat sinar -X
- Kaset dan film
- Apron (jika diperlukan)
- Baju Pasien
3.Tekhnik Pemotretan

10
Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi thorax adalah proyeksi
Posterio Anterior (PA),proyeksi lateral,dan proyeksi tambahan yaitu : proyeksi Antero
Posterior (AP) Lordotik yang khusus digunakan untuk melihat kelaianan tuberkolosis
paru.

a.Proyeksi Posterio Anterior (PA)

1.Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke standar kaset.Dagu diletakkan pada


penopang dagu yang terletak di tengah batas atas kaset.Kedua telapak tangan
endorotasi maksimum dan diletakkan diatas crista illiaka.Siku didorong ke depan
hingga menempel kaset agar scapula tidak menutupi lapangan paru.Pundak agak
diturunkan agar klavikula terletak di bawah paru.

2.Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) tepat di tengah kaset.Pastikan tidak
ada rotasi pada thorax.Batas atas kaset 4 – 5 cm di ataas Pundak.

3.Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
horizontal.Central Point pada vertebrae thoracal ke 7 atau diantara kedua angulus
inferior scapula.Fokus film Distance (FFD) adalah 150 cm

4.Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan obyek (thorax).

5.Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan tujuan untuk
memperluas lapangan baru.

6.Kriteria Radiograf : Tampak kedua lapangan paru dari apeks sampai sinus
costoprenicus,tampak bayangan udara pada trakea,tampak hilus jantung,tampak
costae klavikula,vertebrae thorakalis 1 – 12.Pada saat inspirasi penuh tampak
gambaran costae belakang 9 - 10

Gambar 2.4 Proyeksi PA

11
b.Proyeksi Lateral
1.Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel
kaset.Atur kedua tangan fleksi dan diletakkan di atas kepala.
2.Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane (MCP) pasien tegak
lurus/tepat di tengah kaset dan Mid Sagital Plane (MSP) pasien
sejajar kaset.
3.Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal.Central point setinggi vertebrae thoracal ke 7.Focus
Film (FFD) 150 cm.
4.Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
sinar pada vertebrae prominens.
5.Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
6.Kriteria Radiograf : Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus.
Tampak sternum di bagian antyerior.Batas jantung dan diagframa
tampak dengan jelas

12
Gambar 2.5 Proyeksi Lateral
c. Proyeksi AP Lordotik
1.Posisi pasien : Pasien berdiri di depan standar kaset dengan jarak
kurang lebih 1 langkah,kemudian pasien menyandar pada standar kaset
sehingga Pundak,leher,dan kepala menempel pada standar kaset.Kedua
telapak tangan endorotasi maksimum dan diletakkan di atas crista
illiaka,kemudian siku didorong ke depan
2.Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) lurus di tengah kaset.
Batas atas kaset 7-8 cm di atas Pundak.
3.Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal.Central point pada pertengahan sternum atau 9 cm di
bawah jugular notch.Focus Film Distance (FFD) 150 cm
4.Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek (thorax)

13
5.Kriteria Radiograf : Tampak paru-paru,Os. Klavikula,jantung,dan
corpus vertebrae.Klavikula terletak dibagian superior dari apeks paru.
Gambaran apeks paru bebas dari superposisi dengan klavikula dan
tampak jelas.Kedua sternoklavikular joint berjarak sama.Klavikula pada
posisi horizontal.Costae depan dan belakang saling superposisi

Gambar 2.6 Proyeksi AP Lordotik

14
BAB III
HASIL DAN PEMBASAN

A. lustrasi Kasus
Pada saat itu pasien mengalami sesak nafas dan dari keterangan pasien pernah mengalami
sakit paru-paru.

B. Riwayat Klinis
Sesak nafas,diagnose pneumoni,TB kambuh

C. Tata Lakasana Pemeriksaan

 .Persiapan pesawat,alat dan bahan.


a. Pesawat sinar-X yang digunakan pada pemeriksaan thorax:
-Tegangan maksimum : 125 KV
-Arus Maksimum : 250 mAs
b.Kaset dan film ukuran 35 X 35 cm
c.Marker R atau L (jika dibutuhkan)
d.Plester (jika dibutuhkan)

D. .Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan 5oto thorax tidak ada persiapan khusus pada pasien hanya saja
pasien harus dibebaskan dari benda-benda disekitar dada seperti : kalung , jalinan rambut
pada wanita , kancing baju yang dapat mengganggu gambaran radiograf.

E. Prosedur Pemeriksaan
Untuk kepentingan pemeriksaan Radiologi pada kasus tuberkolosis paru hanya
dilakukan pembuatan foto thorak dengan proyeksi AP , namun karena pasien kooperatif
maka dibuat dengan dengan proyeksi PA, tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan
AP Lordotik

a.Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke standar kaset,dagu


diletakkan pada penopang dagu (chin Rest) yang terletak ditengah batas

atas kaset.Kedua telapak tangan endorotasi maksimum dan diletakkan

di atas crista illiaka.Siku didorong kedepan hingga menempel kaset.


b.Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) pasien tepat dipertengahan kaset.Atur
kedua Pundak agar sama tinggi.Usahakan vertebrae prominens (cervical 7) masuk
dalam lapangan penyinaran.Kedua sisi tubuh diatur agar mempunyai jarak yang sama
dari sisi lateral kaset.

15
c.Pengaturan Sinar : Central Ray (CR) tegak lurus terhadap kaset dengan arah sinar
horizontal,central point (CP) pada pertengahan kedua angulus inferior scapula atau
setinggi vertebrae thoracal ke 7,dengan Focus Film Distance (FFD) sejauh 180/150
cm.

d.Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek,dengan batas atas vertebrae


prominens bawah pada batas bawah kaset,dan batas kanan dan kiri

e.Eksposisi : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas,dengan tujuan agar
lapangan paru tampak lebih mengembang.

f.Kriteria radiograf : Tampak kedua paru,tampak jantung,tampak hilus dan


bronkus,tampak kedua sinus costoprenicus,tampak diagframa.

Tampak tulang thorax yaitu : klavukula,vertebrae thoracal,dan costae 10,kecuali


sternum yang superposisi dengan vertebrae thoracal

• Processing Film

Pada processing film ada beberapa Langkah yaitu :

» Sebelum imaging Plate/kaset dimasukkan ke reader/scanner,pada aplikasi image


Console dalam computer CR harus memilih jenis pemeriksaan yang dilakukan

» Langkah selanjutnya adalah data pasien dimasukkan dalam umage Console

» Setelah gambar hasil pemeriksaan terbaca oleh image Console selanjutnya


dilakukan pengeditan gambar sesuai dengan kriteria radiograf,seperti pemotongan
gambar sesuai dengan syarat batas atas,batas bawah,kanan dan kiri,pemberian
marker,pengaturan tingkat ketajaman dan kehitaman (kontras) pada foto dan
pemilihan film.

» Langkah terakhir dilakukan pencetakan gambar pada imaging Recorde/printer.

16
F. Hasil Radiograf

G. Hasil Pembacaan Radiograf


Adapun hasil pembacaan radiograf oleh Dr.Radiologi adalah sebagai
Berikut :
• COR : CTR tidak dinilai,kontur jantung tak tampak dengan jelas.
• Pulmo : Corakan vaskuler kasar,tampak bercak kesuraman di lapangan
Atas paru.
• Diagframa tenting,kedua sinuscostoprenicus lancip.
H. Pembahasan
Pada pemeriksaan Radiologi thorak dengan kasus tuberkolosis
hanna diperlukan proyeksi PA tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan
AP Lordotik/ karena proyeksi PA
dianggap telah mampu untuk menilai kelainan1kelainan pada apeks paru
seperti tuberkolosis paru. Pada proyeksi PA apeks paru akan tampak
superposisi dengan os.klavikula sehingga mungkin dapat mengganggu dalam menilai
kelainan pada apeks paru. Namun pada proyeksi AP Lordotik
apeks paru .klavikula, karena
klavikula akan terlempar ke atas dan terletak diatas apeks paru akibat
penyudutan sinar. Keuntungan pemeriksaan radiologi thorak dengan proyeksi PA tanpa
dilengkapi proyeksi tambahan AP Lordotik pada kasus tuberkolosis paru adalah dosis

17
radiasi yang diterima pasien menjadi lebih sedikit , dan biaya yang ditanggung pasien
menjadi lebih murah.
Pada proyeksi PA, MSP pasien tepat ditengah - tengah kaset, Central Point
(CP) pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua
angulusinferior scapula dengan arah sianar horizontal. Batas - batas lapangan
penyinaran, pada bagian atas setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7) pada bagian
bawah sepanjang batas bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian kanan dan
kiri sisi lateral tubuh. Dengan batas - batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak
pada radiograf dan sinus sinuscostoprenicus akan masuk radiograf
Dorsum manus endorotasi maksimum dan
diletakan diatas crista illiaka. kemudian siku didorong kedepan hingga
menempel kaset dengan tujuan agar scapula tidak menutupi lapangan paru.Eksposi
pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud
agar lapangan paru tampak lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma menjadi
turun serta kapasitas udara yang masuk lebih banyak.Dengan syarat diatas maka
radiograf yang dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter.Proteksi radiasi yang
diberikan kepada pasien dapat dapat dilakukan dengan cara mengatur luas lapangan
penyinaran seluas obyek thorak saja, serta diusahakan agar tidak terjadi pengulangan
pembuatan foto.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A, Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
4.1.1.Dalam pemeriksaan radiologi thorax pada kasus tuberkolosis paru ini
Digunakan proyeksi PA tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan
AP lordotic
4.1.2.Keuntungan dari penggunaan proyeksi PA tanpa dilengkapai proyeksi
Tambahan AP Lordotik pada kasus Tuberkolosis adalah telah dsapat
Menegakkan diagnose dari kasus tuberkolosis paru
B. Saran
Saran saya sebagai penulis adalah memang proyeksi PA sudah dapat me-
Memenuhi permintaan.Tetapi alangkah baiknya ditambahkan proyeksi AP
Lordotik supaya daerah apek paru tidak superposisi dengan clavicul

19
DAFTAR PUSTAKA

Pearce,Evelyn C.Anotomi dan Fisiologi untuk paramedis.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1999


Rosad Sjahrir,Sukanto Kertoleksosno,Iwan Ekayuda,Radiologi Diagnostik.Jakarta :
Balai Penerbit FKUI,1992
Syariffudin,H.B.Ac.Drs.Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat.Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.1997
Bontrager,Kenneth L. Textbook of Radiographic Postioning and Related anathomy.United States
of America : Mosby,2001
Ballinger,P.W.1995, Atlas of Radiographic Postioning and Radiologic Prosedures,Volume
One,Ninth Edition,The VC Mosby co London.
Snell,R, 1975,Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran,alih Bahasa Drs.Adji
Dharma,penerbit buku kedoteran EGC,Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai