DISUSUN OLEH :
NAMA : FADHLAN FATHUR RAHMAN
NIM : 211669
DOSEN PENGAMPU : IWAN SETIAWAN,S.Si
1
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Tekhnik
Pemeriksaan Radiografi Thorax PA pada kasus tuberkolosis (TBC) ini dengan baik dan tepat
waktu.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui hasil belajar praktek Tekhnik
pemeriksaan radiografi thorax PA pada kasus tuberkolosis (TBC) di laboratorium ATRO
Citra Bangsa Yogyakarta,serta agar mengetahui seberapa jauh kemampuan penulis dalam
menyerap dan memahami pelajaran praktek tersebut
Dengan selesainya laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………..i
Daftar isi…………………………………………………………....ii
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………..1
A.Latar Belakang…………………………………………………1
B.Rumusan Masalah……………………………………………...1
C.Tujuan Penulisan……………………………………………….1
D.Manfaat Penulisan……………………………………………...2
A.Ilustrasi Kasus…………………………………………………...15
B.Riwayat Klinis…………………………………………………...15
C.Tata Laksana Pemeriksaan……………………………………….15
D.Persiapan Pasien…………………………………………………15
E.Prosedur Pemeriksaan……………………………………………15
F.Hasil Radiograf…………………………………………………...17
ii
G.Hasil Pembacaan Radiograf……………………………………..17
H.Pembahasan……………………………………………………...17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thorax adalah rongga yang berbentuk kerucut dengan bagian belakang
lebih panjang dari bagian depan.Pemeriksaan radiologi thorax sangat penting
karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa
pemeriksaan radiologi thorax terlebih dahulu.Kelainan-kelainan dini pada paru
juga dapat diketahui dalam pemeriksaan rontgen thorax sebelum gejala klinis
muncul.Sehinnga pemeriksaan rutin radiologi thorax pada orang yang sehat sudah
menjadi prosedur yang lazim pada pemeriksaan Kesehatan secara
masal,contohnya seperti yang dilakukan pada pegawai negeri,calon
tantara,mahasiswa dll.Pada pemeriksaan radiologi thorax proyeksi yang biasa
digunakan ialah Postero Anterior (PA) jika pasien non kooperatif serta proyeksi
lateral jika dibutuhkan.Ada pula proyeksi khusus yang digunakan untuk melihat
kelainan-kelainan yang tampak pada proyeksi (PA) ataupun (AP),proyeksi
tersebut adalah proyeksi (AP) Lordolik.Proyeksi ini digunakan untuk melihat
kelaianan-kelainan pada apeks paru terutama tuberkolosis,karena tuberkolosis
cenderung terjadi di apaeks paru
Untuk pemeriksaan radiologi thorax dengan kasus tuberkolosis paru
proyeksi yang biasa digunakan proyeksi PA atau Ap saja tergantung kondisi
pasien tanpa ada proyeksi tambahan yaitu AP Lordotik
B. Rumusan Masalah
Agar dalam penyusunan laporan ini,penulis dapat lebih terarah
Serta karena keterbatasan waktu dan terbatasnya kemampun penulis
Maka penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tekhnik pemeriksaan radiologi thorax pada kasus tuberkolosis ?
2. Apakah pemeriksaan radiologi thorax dengan menggunakan proyeksi PA saja
atau AP saja,telah cukup efektif dalam menegakkan diagnose pada kasus
tuberkolosis paru ?
C Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui tekhnik pemeriksaan radiologi thorax pada kasus
Tuberkolosis
2.Untuk mengetahui apakah tekhnik pemeriksaan radiologi thorax
Dengan proyeksi PA atau AP saja telah cukup efektif dalam
Menegakkan diagnose pada kasus tuberkolosis (TBC) paru
1
D. Manfaat Penulisan.
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
Tekhnik pemeriksaan radiologi thorax pada kasus tuberkolosis
(TBC) paru
.Sebagai bekal bagi penulis dalam penerapan dalam dunia kerja nanti.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Sternum
Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang terbagi
Atas tiga bagian yaitu :
a.Manubrium Sterni,yaitu bagian tulang dada sebelah atas yang mem
bentuk persendian dengan tulanh klavikula dan tulang iga
b.Korpus Sterni,yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada dan mem-
bentuk persendian dengan tulang iga
3
c.Procesus Xypoideus,yaitu bagian ujung dari tulang dada dan pada masih
bayi berbentuk tulang rawan
C. Tulang iga (costae)
Tulang iga banyaknya 12 pasdang (24 buah),kiri dan kanan,bagian
Depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan
Bagian belakang berhubungan dengan columna vertebrae thorakalis.
Perhubungan ini memungkinkan costae bergerak kembang kempis sesuai
Dengan irama pernafasan.Tulang-tulang iga dapat dibedakan menjadi 3 :
1. Tulang iga sejati (Os.Costavera).Jumlahnya 7 pasang,berhubungan
dengan tulang dada melalui persendian
2. Tulang iga tak sejati (Os.Costaspuria).Jumlahnya 3 pasang,badan dengan tulang
dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga ke 7
3. .Tulang iga melayang (Os.Costae fluitantes).Jumlahnya 2 pasang,tidak
mempunyai hubunga dengan tulang dada
F. Diagfragma
Diagframa adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang memisahkan
rongga thorax dengan abdomen,serta membentuk lantai dasar dari rongga thorax
dan atap dari rongga abdomen.Pada saat inspirasi otot diagframa berkontraksi
4
sehingga menyebabkab kubah diagframa turun sehingga ukuran thorax menjadi
lebih besar.Turunnya diagframa menyebabbkan udara ditarik masuk oleh paru-paru
dan meluas untuk mengisi rongga thorax yang membesar.Pada saat ekspirasi otot
diagframa mengendor,diagframa naik sehingga ukuran thorax menjadi lebih kecil
dan udara didorong keluar.Tinggi diagframa berubah sesuai dengan sikap seperti
bila duduk tegak atau atau beriri.Pada diagframa terdapat tiga hiatus yaitu : hiatus
aorta,hiatus esophageal,dsn histus kava
I. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring,dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari
tulang rawan yang membentuk huruf C.Berjalan dari laring sampai ketinggian
vertebrae thorakalis ke 5 dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronkus.Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan dilapisi oleh selaput lendir
5
Gambar 2.2 Trakea, bronkus, bronkiolus
K. .Paru-paru
Merupakan alat pernafasan utama,berbentuk kerucut dengan apeks di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula.Sebagian besar paru terdiri dari alveoli yang
terbentuk dari sel endotel dan epitel,dibagian inilah terjadi pertukaran udara,O2 masuk
kedalam darah dan CO2 keluar dari darah.Paru dibagi menjadi dua bagian yaitu paru
kanan dan kiri dibagi menjadi tiga.Lobus dan paru-paru kiri menjadi dua lobus.Antara
lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh suatu fisura.Paru-paru dilapisi oleh suatu selaput
yang disebut pleura,dimana pleura dibagi menjadi dua bagian :
b.Pleura Parietalis : selaput paru yang melapisi organ dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura.Kavum
pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit cairan yang meminyaki permukaan untuk
menghindari gesekan antara paru-paru dengan dinding dada pada saat bernafas.
6
Gambar 2.3 Paru-paru
L. Fisiologi Pernafasan
Fisiologi pernafasan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pernafasan paru-paru
(pernafasan eksterna) dan pernafasan jaringan (pernafasan interna)
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-
paru.Oksigen diambil melalui mulut dan hidung waktu bernafas,oksigen masuk melalui
trakea dan sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonary.Alveoli memisahkan oksigen dari darah,oksigen menembus
membran,diambil oleh sel darah merah,dibawa kejantung dan dipompakan ke seluruh
tubuh.4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :
7
N. Pernafasan jaringan (pernafasan interna)
Darah merah yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk
kejaringan akhirnya mencapai kapiler darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru terjadi pernafasan
internal.
O. .Patologi Tuberkolosis
Tuberkolosis adalah suatu kondisi patologis dari paru-paru yang disebabkan oleh
infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium tuberkolosis.Tuberkolosis paru-paru
dapat dibedakan menjadi dua bagian :
Yaitu tuberkolosis yang terjadi akibat infeksi melalui jalan nafas oleh mycobacterium
tuberkolosis yang biasa menyerang anak-anak.Kelaianan yang timbul dapat berlokasi
dimana saja pada bagian paru.Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah
pleuritis dan atelektatis
Tuberkolosis yang sifatnya kronis dan sering terjadi pada orang dewasa.Tuberkolosis
ini dianggap sebagai re-infeksi pada seseorang yang sewaktu kecil pernah menderita
tuberkolosis primer,tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri.Sarang-sarang
yang terlihat pada apical lobus bawah,walaupun kadang-kadang terletak di lapangan
bawah paru yang biasanya disertai plueritis.
Yaitu luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh
garis median,apeks dan iga-iga depan.Sarang soliter bisa berada dimanapun tak
terbatas pada daerah-daerah di atas
Yaitu sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru dan
jika terdapat lubang,diameternya tak lebih dari 4 cm
8
Tuberkolosis Lanjut (Far Advance Tubercolosis)
Yaitu luas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari pada kedua kalsifikasi di
atas atau jika da lobang,diameter keseluruhan lebih dari 4 cm
Ada beberapa cara dalam pembagian kelainan tuberkolosis dilihat dari foto rontgen,salah
satunya menurut bentuk kelainan yaitu :
Sarang aksudif, berbentuk bercak dengan batas tidak tegas dan densitas rendah
Sarang produktif,berbentuk butir-butir bulat kecilyang batasnya tegas dan densitasnya
sedang
Sarang Induratif atau fibrotic,berbentuk garis-garis atau pita tebal berbatas tegas
dengan densitas tinggi
Kavitas (lubang)
Sarang kapur (kalsifikasi)
Pembuluh darah besar dikedua hili ke ataskeadaan ini dikenal dengan Tuberkolosis
Fibrodensa yang memiliki gambaran khas seakan-akan menyerupai kantong celana
(Broekzak Fenomean).Secara rontgenologis sarang baru dinilai sembuh bila setelah
jangka waktu 3 bulan bentuknya sama (stationary),sifat bayangan harus berupa garis-
garis atau bitnik-bintik,harus didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium yang baik.
9
1. Pleuritis: terjadi karena meluasnya infiltrate primer langsung ke pleure sering terjadi
pada remaja belasan tahun tapi jarang balita
2. Penyebaran miliar : akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang kecil 2 –
2mm,tersebar dikedua belah paru secara merata.Pada foto thorax tuberkolosis miliar
menyerupai gambaran badai kabut,penyebarannya dapat terjadi ke
ginjal,tulang,sendi,selaput otak dsb.
3. Stenosis bronkus : dengan akibat atelectasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan,sering menduduki lobus kanan.
4. Timbulnya lubang (kavitas) : akibat melunaknya sarang keju.Lubang kecil dikelilingi
oleh jaringan fibrotic dan bersifat tetap.
10
Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi thorax adalah proyeksi
Posterio Anterior (PA),proyeksi lateral,dan proyeksi tambahan yaitu : proyeksi Antero
Posterior (AP) Lordotik yang khusus digunakan untuk melihat kelaianan tuberkolosis
paru.
2.Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) tepat di tengah kaset.Pastikan tidak
ada rotasi pada thorax.Batas atas kaset 4 – 5 cm di ataas Pundak.
3.Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
horizontal.Central Point pada vertebrae thoracal ke 7 atau diantara kedua angulus
inferior scapula.Fokus film Distance (FFD) adalah 150 cm
5.Ekspose : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan tujuan untuk
memperluas lapangan baru.
6.Kriteria Radiograf : Tampak kedua lapangan paru dari apeks sampai sinus
costoprenicus,tampak bayangan udara pada trakea,tampak hilus jantung,tampak
costae klavikula,vertebrae thorakalis 1 – 12.Pada saat inspirasi penuh tampak
gambaran costae belakang 9 - 10
11
b.Proyeksi Lateral
1.Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kiri tubuh menempel
kaset.Atur kedua tangan fleksi dan diletakkan di atas kepala.
2.Posisi Obyek : Atur Mid Coronal Plane (MCP) pasien tegak
lurus/tepat di tengah kaset dan Mid Sagital Plane (MSP) pasien
sejajar kaset.
3.Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal.Central point setinggi vertebrae thoracal ke 7.Focus
Film (FFD) 150 cm.
4.Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas
sinar pada vertebrae prominens.
5.Ekspose : Pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas
6.Kriteria Radiograf : Tampak apeks pulmo dan sinus costoprenicus.
Tampak sternum di bagian antyerior.Batas jantung dan diagframa
tampak dengan jelas
12
Gambar 2.5 Proyeksi Lateral
c. Proyeksi AP Lordotik
1.Posisi pasien : Pasien berdiri di depan standar kaset dengan jarak
kurang lebih 1 langkah,kemudian pasien menyandar pada standar kaset
sehingga Pundak,leher,dan kepala menempel pada standar kaset.Kedua
telapak tangan endorotasi maksimum dan diletakkan di atas crista
illiaka,kemudian siku didorong ke depan
2.Posisi Obyek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) lurus di tengah kaset.
Batas atas kaset 7-8 cm di atas Pundak.
3.Pengaturan Sinar : Central Ray tegak lurus terhadap kaset dengan arah
sinar horizontal.Central point pada pertengahan sternum atau 9 cm di
bawah jugular notch.Focus Film Distance (FFD) 150 cm
4.Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek (thorax)
13
5.Kriteria Radiograf : Tampak paru-paru,Os. Klavikula,jantung,dan
corpus vertebrae.Klavikula terletak dibagian superior dari apeks paru.
Gambaran apeks paru bebas dari superposisi dengan klavikula dan
tampak jelas.Kedua sternoklavikular joint berjarak sama.Klavikula pada
posisi horizontal.Costae depan dan belakang saling superposisi
14
BAB III
HASIL DAN PEMBASAN
A. lustrasi Kasus
Pada saat itu pasien mengalami sesak nafas dan dari keterangan pasien pernah mengalami
sakit paru-paru.
B. Riwayat Klinis
Sesak nafas,diagnose pneumoni,TB kambuh
D. .Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan 5oto thorax tidak ada persiapan khusus pada pasien hanya saja
pasien harus dibebaskan dari benda-benda disekitar dada seperti : kalung , jalinan rambut
pada wanita , kancing baju yang dapat mengganggu gambaran radiograf.
E. Prosedur Pemeriksaan
Untuk kepentingan pemeriksaan Radiologi pada kasus tuberkolosis paru hanya
dilakukan pembuatan foto thorak dengan proyeksi AP , namun karena pasien kooperatif
maka dibuat dengan dengan proyeksi PA, tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan
AP Lordotik
15
c.Pengaturan Sinar : Central Ray (CR) tegak lurus terhadap kaset dengan arah sinar
horizontal,central point (CP) pada pertengahan kedua angulus inferior scapula atau
setinggi vertebrae thoracal ke 7,dengan Focus Film Distance (FFD) sejauh 180/150
cm.
e.Eksposisi : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas,dengan tujuan agar
lapangan paru tampak lebih mengembang.
• Processing Film
16
F. Hasil Radiograf
17
radiasi yang diterima pasien menjadi lebih sedikit , dan biaya yang ditanggung pasien
menjadi lebih murah.
Pada proyeksi PA, MSP pasien tepat ditengah - tengah kaset, Central Point
(CP) pada vertebrae thorakal ke 7 atau diantara kedua
angulusinferior scapula dengan arah sianar horizontal. Batas - batas lapangan
penyinaran, pada bagian atas setinggi vertebrae prominens ( cervical ke 7) pada bagian
bawah sepanjang batas bawah kaset, dan batas kanan dan kiri pada bagian kanan dan
kiri sisi lateral tubuh. Dengan batas - batas seperti diatas maka apeks paru akan tampak
pada radiograf dan sinus sinuscostoprenicus akan masuk radiograf
Dorsum manus endorotasi maksimum dan
diletakan diatas crista illiaka. kemudian siku didorong kedepan hingga
menempel kaset dengan tujuan agar scapula tidak menutupi lapangan paru.Eksposi
pada saat inspirasi kedua dan tahan nafas dengan maksud
agar lapangan paru tampak lebih mengembang / lebih luas, karena diafragma menjadi
turun serta kapasitas udara yang masuk lebih banyak.Dengan syarat diatas maka
radiograf yang dihasilkan dapat dibaca dengan baik oleh dokter.Proteksi radiasi yang
diberikan kepada pasien dapat dapat dilakukan dengan cara mengatur luas lapangan
penyinaran seluas obyek thorak saja, serta diusahakan agar tidak terjadi pengulangan
pembuatan foto.
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A, Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
4.1.1.Dalam pemeriksaan radiologi thorax pada kasus tuberkolosis paru ini
Digunakan proyeksi PA tanpa dilengkapi dengan proyeksi tambahan
AP lordotic
4.1.2.Keuntungan dari penggunaan proyeksi PA tanpa dilengkapai proyeksi
Tambahan AP Lordotik pada kasus Tuberkolosis adalah telah dsapat
Menegakkan diagnose dari kasus tuberkolosis paru
B. Saran
Saran saya sebagai penulis adalah memang proyeksi PA sudah dapat me-
Memenuhi permintaan.Tetapi alangkah baiknya ditambahkan proyeksi AP
Lordotik supaya daerah apek paru tidak superposisi dengan clavicul
19
DAFTAR PUSTAKA
20