Anda di halaman 1dari 6

RESUME

SEJARAH INDONESIA

Dosen Pengampu : Mahmud Syah, S.Pd.M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. M. ADITYA AL FARISI
2. NOVITA HERLENI
3. LARAS RIDWAN

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
MA’ARIF SAROLANGUN
TAHUN AKADEMIK 2023 / 2024
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Sepanjang Masa
Kemerdekaan

Sumber: unsplash.com
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Indonesia yang digunakan
dalam berinteraksi sehari-hari dengan sesama masyarakat Indonesia. Meski
berinteraksi dengan berbagai suku, Bahasa Indonesia tetap menjadi alat pemersatu
bangsa yang digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai Bahasa Nasional bertepatan
dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Selain itu, pada tanggal
18 Agustus 1945 Bahasa Negara dikukuhkan melalui Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945 Bab XV Pasal 36 dengan menyebutkan bahwa Bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia.
Penasaran bagaimana Bahasa Indonesia mencapai puncak perkembangan
sampai disahkan secara resmi melalui sejarah yang panjang? Berikut
penjelasannya akan dipaparkan di bawah ini lengkap dengan penjelasan mengenai
perkembangan ejaan Bahasa Indonesia hingga sekarang!

Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan.


Sumber: unsplash.com
Bahasa Indonesia mulanya berkembang dari Bahasa Melayu, yaitu bahasa
Melayu Tinggi (Melaka/Riau). Alasan yang mendasari hal tersebut adalah Bahasa
Melayu sebagai Lingua Franca (bahasa pengantar/bahasa pergaulan) yang telah
ada di Nusantara sejak lama.
Bermula dari zaman kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu telah digunakan untuk
urusan perdagangan. Oleh sebab itu, Bahasa Melayu telah dipahami oleh
masyarakat Indonesia walaupun digunakan oleh suku bangsa yang berbeda.
Selain itu, sistem Bahasa Melayu dianggap praktis dan sederhana
dibandingkan dengan bahasa lain di Indonesia. Dalam penggunaannya, Bahasa
Melayu tidak memiliki tingkatan atau tidak berdasarkan status sosial. Misalnya,
dalam Bahasa Jawa atau Bahasa Sunda kita mengenal adanya penyesuaian dalam
penggunaan kata berdasarkan aspek tertentu seperti umur, gender, maupun situasi
kepada siapa kita berbicara.
Alasan terakhir adalah Bahasa Melayu digunakan untuk kebutuhan politik
sebab adanya berbagai macam bahasa yang hadir di Indonesia tidak
memungkinkan bila memilih salah satu dari ratusan Bahasa Ibu. Akibatnya,
Bahasa Melayu dipilih sebab telah digunakan dalam perdagangan dan banyak
dipahami oleh masyarakat daerah di Nusantara.
Penemuan beberapa prasasti juga menjadi sebuah bukti penggunaan Bahasa
Melayu telah digunakan di berbagai daerah di antaranya prasasti gandasuli di
Jawa Tengah (632 M), prasasti kedukuan bukit di Palembang (683 M), prasasti
talang tuo di Palembang (684 M), prasasti kota kapur di Palembang (686 M),
prasasti karang brahi di Jambi (688 M), prasasti bogor di Jawa Barat (942 M), dan
prasasti pagaruyung (1356 M). Semua bukti penggunaan Bahasa Melayu tertulis
dalam batu nisan di Minye Tujoh, Aceh (1380 M).

Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Sejarah Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan.
Sumber: unsplash.com
Bahasa Indonesia lahir bertepatan dengan sumpah pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 dalam perjumpaan para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
yang berkumpul pada sebuah rapat dan berikrar.
(1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
air Indonesia,
(2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia,
(3) Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, Bahasa Indonesia.
Pernyataan yang menggambarkan Bahasa Indonesia telah diakui sebagaimana
unsur dalam ikrar ketiga dengan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Hal tersebut merupakan bentuk resmi
penetapan Bahasa Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Bahasa Indonesia juga diresmikan sebagai
Bahasa Negara tepat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Perkembangan
tidak berhenti sampai situ, berbagai perkembangan ejaan dalam Bahasa Indonesia
pada tahun 1947 ditandai dengan penetapan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
yang telah menggantikan Ejaan Van Ophuijsen (1901).
Setelah mengalami perubahan, muncul perbaikan ejaan kata pada tahun 1972
yang dinamakan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) yang
diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972. Peresmian ini dikuatkan dengan
Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
Hingga saat ini, Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang diterbitkan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2016 yang ditetapkan dengan Permendikbud No. 50 tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI hingga saat ini
membantu seseorang dalam melahirkan karya tulis ilmiah agar ejaan dan
penulisan kata sesuai yang berlaku hingga sekarang.

Perkembangan Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.
Sumber: unsplash.com
Badan Bahasa Kemendikbud pada tahun 2017 mencatat sedikitnya hingga
saat ini terdapat 652 bahasa daerah di Indonesia. Hal tersebut membuktikan
bahwa Indonesia yang memiliki keberagaman budaya dan bahwa terbentuk dari
kemajemukan masyarakatnya.
Lahirnya kemajemukan hingga saat ini juga dibuktikan melalui perubahan
dan perkembangan yang terjadi di Indonesia, salah satunya dalam ejaan Bahasa
Indonesia yang dipaparkan di bawah ini.
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
Ejaan Van Ophuijsen adalah ejaan pertama yang digunakan pada tahun 1901
dan pada saat itu masih disebut sebagai Bahasa Melayu. Ejaan ini disusun
oleh salah seorang yang berasal dari Belanda bernama Charles A. Van
Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Selar Soetan Mamur dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dikenal dengan gaya penulisan
yang masih menggunakan /dj/, /tj/, dan /oe/, contoh kata-kata yang digunakan
seperti goeroe, itoe, oemoer.
2. Ejaan Soewandi atau Republik (1947)
Ejaan yang disahkan pada tahun 1947 tepatnya pada tanggal 19 Maret 1947
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Nama ejaan ini diambil
dari Mr. Raden Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Ejaan ini masih sangat terpengaruh
dengan ejaan sebelumnya seperti penggunaan /oe/ yang diganti dengan /u/.
Selain itu, gaya penulisan dalam ejaan sering kali menggunakan tanda baca
kutip satu („), misalnya /ra‟yat/, dan /Jum‟at/.
3. Ejaan Pembaharuan (1954)
Ejaan ini disahkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II yang diadakan di
Medan yang dipimpin oleh Mohammad Yamin untuk menyempurnakan ejaan
sebelumnya. Walaupun tidak diresmikan secara undang-undang, tetapi ejaan
ini berhasil mengubah Ejaan Soewandi menjadi Ejaan Pembaharuan.
4. Ejaan Melindo (1959)
Ejaan Melindo diwacanakan menurut Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia sekitar akhir tahun 1959. Kehadiran Ejaan Melindo diharapkan
menjadi penyempurna ejaan sebelumnya yang dianggap penulisannya sangat
menyulitkan. Nama ejaan ini didapatkan dari akronim Melayu-Indonesia dan
sama seperti ejaan sebelumnya yaitu tidak diresmikan dalam undang-undang
akibat terjadinya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia tahun 1962
5. Ejaan Baru atau Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967)
Pergantian Ejaan Melindo yang gagal disahkan, akhirnya Lembaga Bahasa
dan Kesusastraan tahun 1967 mengeluarkan ejaan bahasa baru. Pada ejaan
LBK, pelafalan asing mulai diserap seperti penggunaan /x/ dalam Bahasa
Inggris menjadi /ks/ dalam Bahasa Indonesia.
6. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972)
Ejaan ini disahkan semasa menteri Mashuri Saleh dan mengalami dua kali
penyempurnaan atau perbaikan. Perbaikan pertama tahun 1987 dan perbaikan
kedua tahun 2009. Ejaan ini cukup lama digunakan dan dijadikan sebagai
pedoman berbahasa dan kepenulisan sampai tahun 2015. Pedoman ejaan ini
meresmikan huruf-huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” sebagai bagian dari
Bahasa Indonesia.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015)
Pada tahun 2015, pemerintah berupaya dalam menyempurnakan ejaan bahasa
hingga menemukan titik terang pembaruan. Pada tahun 2015, adanya
peresmian ejaan baru oleh Anies Baswedan yang saat itu menjadi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan ini masih dijadikan pedoman berbahasa
Indonesia dalam kepenulisan hingga saat ini.

Itu dia penjelasan mengenai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia beserta


perubahan ejaan Bahasa Indonesia yang terjadi semasa kemerdekaan baik sebelum
maupun setelah kemerdekaan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai