Anda di halaman 1dari 4

Nama: Evana Elirica Aliyah

Kelas: A
NIM: 205060500111030
Esai Tentang Perkembangan Bahasa Indonesia

Perkembangan Bahasa Indonesia dari Segi Ejaan

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa diciptakan
dan digunakan oleh manusia. Adanya keberagaman manusia di dunia, menyebabkan bahasa yang
tercipta juga beragam. Dikutip dari Republika, sebuah penelitian terbaru membeberkan bahwa
setidaknya ada 7.000 bahasa berbeda yang digunakan oleh hampir tujuh miliar orang di dunia. Di
antara ragam bahasa tersebut, 718 bahasa tercatat sebagai bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Dengan banyaknya jumlah bahasa, tentu akan sulit bagi orang dari daerah yang berbeda untuk
saling berkomunikasi. Maka dari itu, ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, tepat saat diikrarkannya Sumpah
Pemuda oleh para pemuda dari berbagai daerah. Poin ketiga dari Sumpah Pemuda memuat
pernyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Kemudian,
pada tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia resmi dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara. Pernyataan ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36.
Sebagaimana tertulis dalam sejarah, bahasa Melayu merupakan akar dari bahasa
Indonesia. Sebelum bangsa Belanda datang ke Indonesia, bahasa Melayu digunakan sebagai
bahasa komunikasi dan bahasa perdagangan antar daerah. Bahasa Melayu dinilai sebagai bahasa
yang sedehana dan fleksibel, serta bisa diterima masyarakat sekitar, yaitu suku Jawa dan Sunda.
Maka dari itu, bahasa Melayu akhirnya diadaptasi dan dikembangkan menjadi bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia pada masa awal masih sangat sederhana. Ejaan-ejaan yang digunakan
belum disempurnakan dan perbendaharaan kata-katanya juga masih sedikit. Namun, seiring
dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia senantiasa mengalami perubahan. Dengan
istilah lain, perkembangan bahasa Indonesia seirama dengan perkembangan masyarakat
Indonesia dari masa ke masa
Saat diikrarkan melalui peristiwa Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia masih
menggunakan ejaan van Ophuijsen. Ejaan ini dikembangkan oleh Charles Adrian van Ophuijsen
dan banyak dipengaruhi oleh ejaan Belanda. Dalam ejaan van Ophuijsen, penggunaan huruf j
dibaca y, huruf oe dibaca u, huruf tj dibaca c, huruf ch dibaca kh, dan huruf dj dibaca j. Selain
itu, penggunaan tanda diakritik banyak digunakan dalam ejaan ini.
Dua tahun setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, tepatnya pada tahun 1947, ejaan van
Ophuijsen digantikan oleh ejaan Soewandi atau dikenal juga dengan sebutan ejaan Republik.
Dalam ejaan ini, beberapa penyederhanaan dilakukan terhadap ejaan van Ophuijsen, seperti
huruf oe diganti u, bunyi sentak diganti dengan huruf k, kata ulang boleh ditulis dengan angka
dua,
tanda trema dihilangkan, huruf e disamakan sehingga tidak perlu ada pemberian garis di bagian
atas, dan kata-kata baru yang dalam bahasa asalnya tidak memakai pepet maka dalam Bahasa
Indonesia pun tidak diberi pepet.
Pada tahun 1956, ejaan Soewandi disempurnakan dan diganti dengan ejaan Pembaharuan.
Ejaan ini dimaksudkan untuk membuat standar satu fonem dengan satu huruf, misalnya kata
menjanji menjadi meñañi. Selain itu, kata-kata yang berdiftong ai, au dan oi dieja menjadi ay,
aw dan oy. Misalnya, kerbau menjadi kerbaw, sungai menjadi sungay, dan koboi menjadi
koboy.
Kemudian, ejaan bahasa Indonesia kembali mengalami perubahan pada tahun 1961.
Perubahan ini didasarkan pada keinginan untuk menyatukan bahasa Indonesia dan bahasa
Melayu sehingga dinamakan ejaan Melindo. Beberapa perubahan di ejaan ini, seperti kata
menyapu ditulis meɳapu, syair ditulis Ŝyair, ngopi menjadi ɳopi, dan koboi ditulis koboy,
akhirnya gagal diterapkan karena adanya konfrontasi politik antara kedua negara.
Tahun 1967, Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen P dan K menyusun ejaan
baru yang diberi nama ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan). Dalam ejaan ini,
huruf tj diganti c, j diganti y, nj diganti ny, sj menjadi sy, dan ch menjadi kh. Selain itu, huruf
asing z, y, dan f disahkan menjadi ejaan Bahasa Indonesia serta tidak ada perbedaan antara
huruf e pepet atau tidak.
Perubahan terakhir yang dialami oleh bahasa Indonesia dilakukan pada tahun 1972 dan
dinamai Ejaan Yang Disempurnakan atau disingkat EYD. Beberapa perubahan, seperti cara
baca abjad, pemisahan kata majemuk, penghilangan bunyi w menjadi ua, penghilangan titik
pada akronim, dan pemakain huruf x dan q, masih digunakan sampai saat ini.
Perkembangan ejaan bahasa Indonesia dari masa ke masa merupakan salah satu upaya
bangsa Indonesia untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan. Ejaan bahasa Indonesia yang sebelumnya kurang efektif dan lengkap, kini telah
diperbaharui sedemikian rupa sehingga menjadi lebih ringkas dan sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi tetap mempertahankan esensi dari bahasa tersebut.
Dalam era globalisasi ini, bahasa Indonesia banyak mendapat perubahan-perubahan
tidak resmi dari luar. Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kata sampai menjadi nyampe, merasa
menjadi ngerasa, ingin menjadi pengen, mencatat menjadi nyatet, dan lain sebagainya.
Perubahan-perubahan ini disebut juga dengan bahasa tidak formal atau bahasa percakapan.
Hal ini tidaklah buruk apabila hanya digunakan sebagai bahasa percakapan gaul sehari-hari.
Namun, jangan sampai bahasa Indonesia yang baik dan benar dilupakan karena telah terbiasa
menggunakan bahasa tidak formal.
Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus selalu berupaya untuk tetap menjaga
kelestarian bahasa Indonesia. Salah satu upayanya yaitu dengan mempelajari bahasa Indonesia
yang baik dan benar serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai upaya
pelestarian, pembiasaan penerapan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga dapat
membawa dampak positif. Jika kita terbiasa menggunakannya, tentu kita akan mendapat
kemudahan ketika akan mengerjakan tugas seperti makalah, esai, skripsi, dan lain sebagainya
karena dalam pengerjaan tugas-tugas tersebut, diperlukan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Selain itu, kita juga akan lebih percaya diri untuk berbicara di depan umum
karena kita sudah paham dan terbiasa dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Welianto, Ari. 2019. “Bahasa Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya”.


https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/25/150000269/bahasa-indonesia-sejarah-dan-
perkembangannya?page=all , diakses pada 24 September 2020 pukul 18.21.

Sudaryanto. 2018. Tiga Fase Perkembangan Bahasa Indonesia (1928—2009): Kajian


Linguistik Historis. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (2)1: 4-16.

Repelita, Tridays. 2018. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia (Ditinjau dari Prespektif
Sejarah Bangsa Indonesia). Jurnal Artefak: History and Education. (5)1: 46-48.

Oemar, Priyantono. 2019. “Masa Awal Bahasa Indonesia; Tanda Pengenal Keindonesiaan”.
https://republika.co.id/berita/pv34xy282/masa-awal-bahasa-indonesia-tanda-pengenal-
keindonesiaan , diakses 24 September 2020 pukul 21.09.

Erikha, Fajar. 2015. “Edjaan Tempo Doeloe hingga Ejaan yang Disempurnakan”.
https://www.zenius.net/blog/9959/sejarah-eyd-ejaan-bahasa-indonesia , diakses 25 September
2020 pukul 20.57.

Benmetan, Thomas. 2016. “Evolusi Ejaan Bahasa Indonesia dari Masa ke Masa”.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/11/16/evolusi-ejaan-bahasa-indonesia-dari-
masa-ke-masa, diakses 25 September 2020 pukul 21.01.

Anda mungkin juga menyukai