H. SIMPULAN
1. Definisi
Simpulan adalah suatu pernyataan yang dibuat dari ide pokok/gagasan utama dan kata
kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri. Selain itu simpulan juga menjadi
hal yang sangat penting dalam sebuah wacana. Terkadang kesimpulan yang berperan
sebagai gagasan utama dalam sebuah paragraf atau sebuah jawaban atas pembuktian
suatu karya ilmiah.
Agar dapat mengambil sebuah kesimpulan maka harus menggunakan pola penalaran
Induktif dan deduktif. Penalaran deduktif yaitu terdiri atas Silogisme, Akibat-sebab-
sebab dan sebab-akibat-akibat. Induktif merupakan sebuah pola penalaran dari
Generalisasi, Anologi, Akibat-akibat-sebab dan Sebab-sebab-Akibat.
2. Metode Membuat Kesimpulan
a. Metode Generalisasi
Langkah pembuatan kesimpulan yang paling sering digunakan adalah dengan
menggunakan metode generalisasi. Membuat kesimpulan dengan menggunakan
metode ini dilakukan dengan mengulas terlebih dahulu masalah-masalah umum
yang menjadi fokus penelitian.
Contohnya dalam hal ini adalah permasalahan korupsi, kekurangan gizi dan lain-
lain.
b. Metode Analogi
Menggunakan metode analogi dalam membuat kalimat kesimpulan dalam
penelitian ilmiah yang baik dengan dilakukan dengan menyusun kalimat yang
dianalogikan antar materi pembahasan dan pembukaan dalam karya ilmiah.
c. Metode Korelasi
Adapun menggunakan metode korelasi dalam membuat kesimpulan dalam karya
ilmiah dilakukan dengan mencari titik fokus antara hasil penelitian dan
pembukaan. Gambaran singkat mengenai sebab akibat untuk mencari hubungan
bisa dilakukan.
Contohnya dalam kasus sosial pembahasan mengenai kemiskinan akan berdampak
pada tingginya angka kriminalitas, tingkat kesehatan dan sebagainya.
3. Jenis – Jenis Simpulan
a. Deduktif
Merupakan pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum
kemudian dilanjutkan dengan pernyataan khusus yaitu berupa rincian penjelasan
atau contoh. Baisanya tuh simpulan atau pokok kalimat dari tipe deduktif ini
terletak diawal paragraf.
Contoh 1 :
Narkoba dan zat adiktif lainnya masih menjadi masalah besar bagi setiap negara
yang ada didunia. Ini terbukti bahwa sampai saat ini belum ada satu negara pun
yang mampu menyatakan bahwa negara mereka bersih dari narkoba. Hal yang
harus kita lakukan adalah waspada dan terus menghindari untuk menjadi
pengguna ataupun pengedar dengan cara memperkuat keimanan dan ketaqwaan
kita terhadap tuhan yang maha esa.
Contoh 2 :
Finansial masih menjadi hal yang fundamental bagi Indonesia. Ini terbukti
dengan fakta yang ada dikehidupan sehari – hari. Contoh saja bagi seorang
pelajar , meskipun pemerintah sudah membebaskan biaya sekolah dengan wajib
belajar sembilan tahun, tapi tetap saja masih banyak anak – anak yang tidak bisa
sekolah karena mereka membutuhkan alat – alat penunjang mereka belajar yang
perlu dibeli dengan uang, seperti ; buku tulis, buku pembelajaran, dan seragam.
Contoh 3 :
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membuat ekonomi Indonesia
semakin sulit. Banyaknya ibu yang melahirkan , dan rata – rata ekonomi mereka
adalah ekonomi yang tergolong menengah kebawah. Ini semua mempersulit
pemerintah dalam memberikan kesejahteraan terhadap rakyat nya, karena secara
otomatis pemerintah harus membuat lapangan pekerjaan sebanyak mungkin
untuk mengurangi pengangguran dan tindak kriminalitas di Indonesia.
Mencanangkan program KB (keluarga berencana ) adalah program pemerintah
yang bertujuuan untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk yang terus
meningkat , tapi sayang nya program tersebut kurang direspon oleh masyarakat.
b. Induktif
Merupakan jenis simpulan yang dimulai dengan beberapa pernyataan khusus
kemudian diakhiri dengan pernyataan umum.
1) Induktif generalisasi
Merupakan penalaran yang dimulai dengan beberapa pernyataan khusus
kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
Contoh :
Setiap anak Indonesia sekarang bisa merasakan indahnya belajar dengan
program wajib belajar sembilan tahun. Ini merupakan suatu aksi yang
berdampak positif bagi generasi penerus bangsa ini, karena mereka bisa
merasakan pendidikan tanpa harus mengeluarkan biaya dan berkonsentrasi
untuk meraih cita – cita. Program ini membuktikan bahwa pemerintah telah
memberikan kebutuhan yang dibutuhkan kita semua anak Indonesia yaitu
pendidikan.
2) Induktif analogi
Penalaran dengan membandingkan 2 hal yang mengacu
Contoh :
Perubahan alam semesta yang mengembang dapat dijelaskan dan disimpulkan
dari apa yang terjadi pada balon karet yang dikembungkan. Sebelumnya,
balon karet itu diwarnai. Ketika dikembungkan, warna pada balon karet itu
ikut mengembang. Semakin besar balon itu mengembang, semakin pudar
warnanya. Warna itu memudar karena warna makin berkurang dan
mengembang. Cahaya bintang-bintang di angkasa juga semakin berkurang
intensitasnya. Para ahli menyimpulkan bahwa bintang-bintang itu makin
menjauh dari kita dan alam semesta pun mengembang
3) Induktif silogisme
Penalaran yang menghubungkan dua pernyataan atau premis yang berlainan
untuk kemudian diambil kesimpulannya
Contoh :
Negara demokrasi adalah negara yang dimana kekuasaan tertinggi ada
ditangan rakyat. Pemimpin yang ada pun berasal dari rakyat , dipilih oleh
rakyat, dan bekerja hanya untuk rakyat dan negaranya. Maka pemimpin yang
memimpin dinegara demokrasi adalah pemimpin yang selalu mendengarkan
aspirasi rakyatnya.
4) Induktif kausalitas
Biasanya penalaran jenis kaulitas ini memiliki dua pernyataan dimana satu
pernyataannya berisikan sebab dan satu lagi berisikan akibat
Contoh :
Bencana banjir banyak terjadi dimana-mana sekarang. Bencana banjir tidak
hanya melanda daerah dataran rendah yang memang sudah menjadi
langganan banjir, namun beberapa daerah di dataran tinggi juga dilanda
musibah banjir. Kira-kira 20 tahun yang lalu, Bandung termasuk wilayah
yang ebas banjir. Namun apa yang terjadi sekarang? setiap musim hujan tiba
dan terjadi hujan deras dalam beberapa jam, sudah bisa dipastikan banyak
wilayah di Bandung yang tergenang banjir. Begitu juga dengan beberapa
wilayah di Sulawesi yang akhir-akhir ini dilanda banjir bandang. Padahal
Sulawesi termasuk wilayah dengan jumlah hutan yang tidak bisa dibilang
sedikit. Pembalakan hutan secara liar, pembangunan wilayah yang tidak
memperhatikan sistem drainase merupakan dua penyebab utama bencana
banjir yang banyak terjadi belakangan ini .
I. PEDOMAN UMUM BAHASA INDONESIA ( PUEBI )
1. Pemakaian Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
1) Ita pergi ke sekolah.
2) Mengapa burung bisa terbang?
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh
1) Lia bertanya, “Di mana letak kota itu?”
2) “Bulan depan, Engkau ke luar kota,” katanya.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah, Yang Maha kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam,
Kristen.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
1) Mahaputra Yamin
2) Sultan Hasanudin
3) Haji Agus Salim
4) Imam Syafii
5) Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
1) Dia baru saja diangkat menjadi gubernur.
2) Tahun ini, dia pergi naik haji.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
1) Mantan Wakil Presiden Adam Malik
2) Mantan Wakil Presiden B.J. Habibie
3) Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
4) Gubernur Kalimantan Barat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Contoh:
Siapa profesor yang baru dilantik itu?
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
1) Taufik Ismail
2) Dewi Sartika
3) Wage Rudolf Supratman
4) Halim Perdanakusumah
5) Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
1) bangsa Indonesia
2) suku Jawa
3) bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Contoh:
1) bulan Desember hari Natal
2) bulan Maulid Perang Candu
3) hari Galungan tahun Hijriah
4) hari Jumat tarikh Masehi
5) hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Contoh:
1) Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
2) Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
1) Asia Tenggara Kali Brantas
2) Banyuwangi Lembah Baliem
3) Bukit Barisan Ngarai Sianok
4) Danau Toba Selat Lombok
5) Dataran Tinggi Dieng Tanjung Harapan
k. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Contoh:
1) berlayar ke teluk
2) mandi di kali
3) menyeberangi selat
4) pergi ke arah tenggara
i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Contoh:
1) garam inggris
2) kacang bogor
3) pisang ambon
j. Huruf kapital dipakai sebagai nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan
kecuali partikel di, ke, dari, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
1) Hikayat Hang Tuah
2) Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
k. Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
1) Dr. = Doktor
2) dr. = Dokter
3) Sdr. = saudara
4) S.Sos. = Sarjana Sosial
i. Huruf kapital dipakai sebagai penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan langsung.
Contoh:
1) Kapan Ibu pergi
2) Bingkisan Saudara telah saya terima.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Contoh:
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat
2) Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57 Tahun 1972
2. Pemenggalan Suku Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
2) Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
3) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu. Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
4) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
5) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
b. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya. Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
me–nu-tup
me–ma-kai
me–nya-pu
me–nge-cat
pe–mi-kir
pe–no-long
pe–nga-rang
pe–nge-tik
pe–nye-but
2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan. Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya:
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
introspeksi intro-speksi in-tro-spek-si
introspeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
kilogram kilo-gram ki-lo-gram
kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen
pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
d. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
e. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak
dipenggal. Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL-AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
J. KUTIPAN
1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutipan adalah pengambilalihan satu kalimat
atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen
dalam tulisan sendiri. Berdasarkan pengertian kutipan di atas, penulis dapat menulis
ulang terhadap bahan bacaan atau pustaka yang telah dibaca. Bahan bacaan atau
pustaka yang digunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dalam kegiatan menulis
ulang tersebut.Kegiatan menulis ulang dapat disebut juga sebagai kegiatan atau proses
reproduksi.Hasil dari kegiatan ini dapat berupa ringkasan dan ikhtisar.Setelah kegiatan
reproduksi, penulis akan mendapatkan gambaran terhadap bacaanya dan dapat
memilih bahan bacaan yang digunakan dalam karya ilmiahnya sebagai rujukan.
Pernyataan atau teori yang ditemukan dan diyakini oleh penulis dapat dikutip untuk
mendukung pendapat penulis dalam penyusunan karya ilmiah. Dengan demikian
definisi kutipan adalah suatu kegiatan menuliskan satu kalimat atau lebih dari karya
tulis lain yang dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan memberikan ilustrasi atau
memperkuat argumen penulis dalam penyusunan karya ilmiahnya.
2. Fungsi Kutipan
a. Kegiatan pengutipan dapat menghindari pengutip dari kegiatan plagiarisme;
b. Membantu pembaca yang ingin memahami lebih lanjut tentang ide pengutip;
c. Sumber pengutipan yang digunakan dapat memberikan nilai terhadap karya ilmiah
yang sedang atau telah dibuat;
d. Pengutipan yang tepat akan mengamankan penulis pada ide orang lain yang salah;
dan
e. Menguatkan tulisan pengutip melalui kutipan yang dimuat dalam karya ilmiah.
3. Jenis – Jenis Kutipan
a. Kutipan Langsung
Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya, tidak boleh
ada perubahan. Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan, kita beri tanda (sic!),
yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung
jawab atas kesalahan itu. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan, memberi
huruf kapital, garis bawah, atau huruf miring, kita perlu menjelaskan hal tersebut,
misalnya huruf miring dari pengutip, ejaan disesuaikan dengan EYD, dll. Bila
dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,
harus digunakan huruf siku […..].
Cara penulisannya sebagai berikut :
1) Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan kedalam teks,
a) Diketik seperti ketikan teks
b) Diawali dan diakhiri dengan tanda (“)
c) Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan
2) Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih,
a) Diketik satu spasi
b) Dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri
c) sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan
Cara Mengutip
Ø Yang tidak lebih dari empat baris:
o kutipan diintegrasikan dengan teks
o jarak antar baris kutipan dua spasi
o kutipan diapit dengan tanda kutip
o sesudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam
o tanda kurung ditulis sumber dari mana kutipan itu diambil, dengan
o menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor
halaman tempat kutipan itu diambil
Ø Yang lebih dari empat baris:
o kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
o jarak antar baris kutipan satu spasi
o kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau
pengutip.
o Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan
lagi 5-7 ketukan
o kutipan diapit oleh tanda kutip atau tidak diapit tanda kutip dibelakang kutipan
diberi sumber kutipan {seperti pada 1)}
Contoh Kutipan Langsung:
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3). ( Contoh
kutipan Langsung 1# )
-------------------------------------------------------
Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Argumentasi dan Narasi (1983:3), argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara. ( Contoh kutipan Langsung 2# )
--------------------------------------------------------
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara 1 ( Contoh kutipan Langsung
3# )
b. Kutipan Tak Langsung
Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita
kutip. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan
tidak usah diapit tanda petik. Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan
kaki, dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah
dicontohkan
Adapun cara penulisannya sebagai berikut :
1) Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi
rangkap sebagaimana dengan teks biasa
2) Semua kutipan harus dirujuk
3) Sumber-sumber rujukan harus ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat
yang mengandung kutipan
Cara Mengutip:
o kutipan diintegrasikan dengan teks
o jarak antar baris kutipan spasi rangkap
o kutipan tidak diapit tanda kutip
o sesudah selesai diberi sumber kutipan
Contoh Kutipan Tak Langsung:
Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan
yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis
bahkan mau melakukan apa yangdikatakan penulis. ( Contoh kutipan Tidak Langsung
1# )
-------------------------------------------------------
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca
agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis
(Keraf, 1983:3). ( Contoh kutipan Tidak Langsung 2# )
-------------------------------------------------------
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca
agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan
penulis1). ( Contoh kutipan TidakLangsung 3# )
4. Kutipan Pada Catatan kaki
Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap
lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk
memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai
pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat membuat cara penulisan catatan kaki adalah
sebagai berikut:
a. Hubungan catatan kaki dan teks ditandai dengan nomor penunjukan yang letaknya
sedikit atas setengah spasi dari teks.
b. Pemberian nomor urut yang berlaku untuk setiap bab ataupun untuk judul buku
menggunakan tanda seluruh karangan. Koma.
Teknik punulisan catatan kaki:
a. Teknik pertama cara penulisan catatan kaki, yaitu menyediakan tempat
secukupnya pada kaki halaman tersebut.
b. Teknik kedua cara penulisan catatan kaki, yaitu setelah baris terakhir dari teks
dalam jarak 3 spasi, wajib dibuat sebuah garis yang diawali dari kiri sepanjang 15
ketikan.
c. Teknik ketiga cara penulisan catatan kaki, yaitu persis setelah nomor dan setengah
kebawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
d. Teknik keempat cara penulisan catatan kaki, yaitu persis setelah nomor dan
setengah kebawah mulai diketikan baris pertama dari catatan kaki.
e. Teknik kelima cara penulisan catatan kaki, yaitu jarak antarbaris didalam catatan
kaki adalah spasi rapat. Sementara itu, jarak antarcatatan kaki dihalaman sama
adalah dua spasi.
Tujuan Catatan Kaki (Footnote)
a. Catatan kaki dicantumkan untuk memenuhi kode etik yang berlaku
b. Dapat juga sebagai penghargaan terhadap orang lain yang mungkin berjasda
dalam penulisan tersebut
c. Dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan yang dipergunakan
dalam teks
Macam-Macam Catatan Kaki (Footnote)
a. Kutipan langsung, yaitu salinan persis dari sumbernya tanpa perubahan. Kutipan
ini terdiri dari kutipan langsung kurang dari lima baris dan kutipan langsung
terdiri atas limabaris ke atas.
b. Kutipan tidak langsung – Menyadur, mengambil ide dari suatu dan
menuliskannya sendiri dengan kalimat dan bahasa sendiri. Penulisan
diintegrasikan ke dalam teks, tidak diapit tanda petik, spasi sama dengan teks,
dan tidak mengubah isi atau ide penulis aslinya. Penulisan disertai data pustaka
sumber yang dikutip, dapat berupa catatan kaki atau data pustaka dalam teks.
c. Meringkas – Penyajian suatu karangan atau bagian karangan yang panjang dalam
bentuk yang singkat. Meringkas bertujuan untuk mengembangkan ekspresi
penulisan, menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli, dan
memperkuat pembuktian.
K. MAKNA KATA
1. Definisi
Makna kata dalam Bahasa Indonesia adalah hubungan antara ujaran dengan arti dari
sebuah kata. Makna kata juga dapat diartikan sebagai maksud yang terkandung dari
sebuah kata.Pada dasarnya, suatu kata saling berkaitan dengan bendanya. Apabila
suatu kata tidak dapat dihubungkan dengan benda, peristiwa, atau keadaan tertentu,
maka kata tersebut tidak memiliki makna.
Makna kata dapat dipelajari secara khusus melalui studi linguistik, yakni penelitian
semantik. Penelitian tersebut membahas tentang arti, asal-usul, perkembangan
penggunaan, dan perubahan arti kata.
2. Jenis Makna Kata
a. Makna Leksikal
Makna leksikal disebut juga makna yang terdapat dalam kamus. Makna leksikal
ialah makna lambang kebahasaan yang bersifat dasar. Makna jenis ini merujuk
pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri
tanpa melihat konteks.
Prosedur pemaknaan atau komponen makna leksikal adalah sebagai berikut: 1
1) Penamaan (naming) atau penyebutan (labeling): menggunakan lambang yang
berwujud satu kata berdasrkan pengalaman dan pengetahuan seseorang.
2) Parafrasa: menganalisis komponen makna lebih terperinci dengan melihat
deskripsinya.
3) Mendefinisikan (definition): pengembangan dari parafrasa untuk menjelaskan
makna agar lebih rinci.
4) Mengklasifikasikan (classified): menhubungkan dengan kelas kata. Kelas
tersebut dapat berupa cirinya.
Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. Satu simbol dapat
mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat beragam.
Maka, makna leksikal dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1) Sinonim
Sinonim disebut juga persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera
dalam kamus) berbeda tetapi memiliki kedekatan atau persamaan makna.
Contohnya:
Laki-laki – pria – cowok – jantan – jaka
Perempuan – wanita – gadis – betina – dara
Rendah – pendek – bawah
Tinggi – jangkung – atas – luhur
2) Antonim
Antonim disebut juga lawan kata. Kata yang secara leksikon memiliki makna
yang berbeda atau bertolak belakang.
Contohnya:
Gelap – terang
Tebal – tipis
Kuat – lemah
Panas – dingin
3) Homonim
Homonim disebut juga persamaan bunyi. Kata yang secara leksikon memiliki
bunyi dan bentuk yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contohnya:
Kata bulan memiliki bunyi dan bentuk yang sama tetapi maknanya dapat
berbeda. Bulan dapat diartikan sebagai satelit alami yang mengitari bumi,
tampak bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari. Namun kata
bulan merujuk pada satuan penanggalan.
Kata jarak berarti ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat.
Namun jarak juga dapat merujup pada tanaman perdu dengan bahasa latin
Ricinus communis.
4) Hiponim
Hiponim merupakan kata yang secara leksikon mewakili himpunan atau
kelompok kata tertentu. Kata yang memiliki makna hiponim mewakili banyak
hal, yang mengakibatkan generalisasi.
Contohnya:
Leksikon buah dapat mewakili kata lain seperti mangga, pisang, jeruk, melon,
jambu, semangka, dan sejenisnya.
Leksikon unggas dapat mewakili kata lain seperti ayam, burung, merpati,
parkit, jalak, kalkun, itik, bebek, angsa, dan sejenisnya.
5) Meronim
Meronim ialah kata yang secara leksikon merupakan bagian yang mewakili
sesuatu secara keseluruhan. Maksudnya, jenis makna kata tersebut dapat
mewakili makna lain yang lebih menyeluruh.
Contohnya:
Leksikon halaman, merupakan meronim dari kata buku.
Leksikon jari, merupakan meronim dari kata tangan.
Leksikon pintu, merupakan meronim dari rumah.
b. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang ditimbulkan setelah dihubungkan
dengan kalimat. Fungsi kalimat sebagai satuan kebahasaan memunculkan makna
gramatikal pada sebuah kata.
Jenis makna kata ini terjadi akibat adanya afikasi (imbuhan), reduplikasi
(pengulangan kata), komposisi, pembentukan frasa, klausa, serta kalimat. Maka
makna gramatikal disebut juga hubungan intra bahasa karena berkaitan dengan
satuan bahasa lainnya dan maknanya tidak dapat berdiri sendiri. Berdasarkan
struktur kebahasaan dan hubungan antarkalimat, makna gramatikal dikelompokan
sebagai berikut:
1) Parafrasa
Disebut juga makna yang sepadan. Jenis makna kata ini mengungkapkan
tataran makna gramatikal tanpa menghilangkan makna leksikal.
Contohnya:
Saya adalah anak tunggal. Kalimat tersebut setara dengan makna “saya tidak
memiliki saudara kandung”.
Dian selalu datang tepat waktu. Kalimat tersebut setara dengan makna “Dian
tidak pernah datang terlambat”.
2) Entailmen
Makna yang terjadi akibat proses pembentukan dan hubungan dengan makna
lainnya. Suatu makna dapat menyimpulkan makna lain yang berhubungan.
Contohnya:
Roni sekarang tidak bekerja. Kalimat tersebut berkaitan dengan makna lain
seperti “Roni pengangguran”.
Dia kuliah di Yogyakarta. Kalimat tersebut berkaitan dengan makna lain
seperti “dia adalah seorang mahasiswa”.
3) Praanggapan
Disebut juga presuppotition. Makna kata yang ditimbulkan dari asumsi atau
anggapan.
Contohnya: O
rang berkacamata pasti pintar.
Semua orang kaya rupawan.
Orang Indonesia ramah.
4) Kontradiksi
Makna kata yang menimbulkan pertentangan. Makna kata yang satu bertolak
belakang dengan makna kata yang lainnya.
Contohnya:
Orang miskin yang punya banyak mobil.
Kesedihan itu membuatnya bahagia.
5) Tautologi
Makna yang memuat pernyataan sebenar-benarnya sesuai keadaan sebenarnya
tanpa diubah. Jenis makna ini berkaitan dengan fakta atau keadaan yang
nyata.
Contohnya:
Ibu saya seorang wanita.
Bola jatuh ke bawah.
6) Inkonsistensi
Makna kata yang tidak selaras antara analogi dan objek yang dianalogikan.
Ketidakselarasan tersebut terjadi akibat makna kata yang tidak sepadan atau
timpang.
Contohnya:
Kakak merasa lebih tua dari adik. Kalimat tersebut menjadi timpang karena
kakak memang diartikan saudara yang lebih tua dari adik.
Mahasiswa lebih pintar dari anak SD. Kalimat ini inkonsisten karena
membandingkan kedua hal yang tidak sepadan. Tingkat pendidikan SD dan
perguruan tinggi bedanya sangat jauh.
7) Anomali
Makna yang menimbulkan penyimpangan atau kelainan karena tidak dapat
diterima secara umum. Dari sudut pandang gramatikal, relasi makna anomali
dipandang tidak logis.
Contohnya:
Ayahku melahirkan. Kalimat di atas masuk dalam makna anomali karena ayah
merupakan sosok berjenis kelamin laki-laki.
Umumnya laki-laki tidak memiliki rahim, sehingga tidak dapat melahirkan.
Anak yatim itu tinggal bersama ayahnya di rumah. Kalimat di atas masuk
dalam makna anomali yatim merujuk pada orang yang tidak memiliki ayah
karena ditinggal mati.
8) Ambigu
Makna yang kabur atau mengandung interpretasi dan multitafsir. Makna yang
ditangkap seseorang dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Maka ambigu
disebut juga makna ganda.
Contohnya:
Saya makan dengan ikan. Kalimat di atas dapat bermakna “saya makan
menggunakan lauk ikan”, tetapi dapat juga diartikan sebagai “saya makan
bersama dengan ikan”.
Dia bawa motor. Kalimat di atas dapat bermakna “dia mengendarai motor”,
tetapi juga dapat diartikan sebagai “dia mengangkat motor”.
L. DAFTAR PUSTAKA
1. Definisi
Daftar pustaka adalah suatu susunan tulisan di akhir sebuah karya ilmiah yang isinya
berupa nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit, dan tahun terbit.
Daftar pustaka ini digunakan sebagai sumber atau rujukan seorang penulis dalam
berkarya.
Keberadaan daftar pustaka sangat penting guna menunjukkan bahwa suatu tulisan
atau karya ilmiah tidak hanya dibuat berdasarkan pemikiran orisinal seorang
penulisnya saja, tetapi juga mendapat rujukan yang banyak dari berbagai pemikiran
orang-orang lainnya. Daftar pustaka juga digunakan sebagai ucapan terima kasih
untuk penyumbang data penelitian. Selain itu, daftar pustaka juga dapat membantu
pembaca yang ingin mencari tahu lebih dalam soal topik atau permasalahan tertentu
dalam sebuah karya ilmiah.Jika menulis suatu daftar pustaka, Sobat Pintar tidak bisa
mengerjakannya secara sembarangan. Penulisannya harus berdasarkan aturan yang
sudah diterapkan dan diberlakukan secara umum. Inilah mengapa ada sebuah
panduan tentang cara membuat daftar pustaka.
2. Aturan Dalam Penulisan Daftar Pustaka
a. Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet nama pengarang
b. Nama pengarang susunannya dibalik, dimulai nama belakang atau nama keluarga
(jika ada), nama kecil (jika perlu), diikuti nama depan, dan gelar (jika perlu)
c. Jarak antarbaris dalam satu pokok pustaka 1 spasi, sedangkan jarak antarpokok
pustaka 2 spasi
d. Setiap pokok pustaka diketik dari margin sebelah kiri, sedangkan baris kedua dan
seterusnya diketik 4 ketukan dari margin sebelah kiri
e. Jika ada dua karya tulis atau lebih oleh pengarang yang sama, maka nama
pengarang pada pokok pustaka kedua, ketiga, dan seterusnya diganti dengan garis
lurus 5-7 ketukan;
f. Jika ada dua atau lebih buku/karya tulis oleh pengarang yang sama pada tahun
yang sama, maka penulisan tahun penerbitan ditam-bahkan huruf kecil di
belakangnya (1990 a, 1990 b, dst.).
g. Tahun penerbitan yang dicantumkan dalam daftar pustaka adalah tahun
penerbitan pada urutan terakhir (jika buku tersebut bukan merupakan terbitan
pertama).
h. Judul buku diketik dengan huruf tebal, atau huruf biasa yang diberi garis bawah,
atau huruf miring.
i. Jika ditulis oleh seorang pengarang, nama pengarang susunannya dibalik, dimulai
dari nama belakang.
j. Jika buku yang dipakai terdiri dari dua jilid atau lebih, maka setelah penulisan
judul dicantumkan (jilid ….) atau (edisi ….).
k. Jika ditulis oleh lembaga/komisi/organisasi/institusi, nama lemba-
ga/komisi/organisasi/institusi sebagai pengganti nama penga-rang.
Contoh: Departemen Pertambangan RI. 2001 (judul) ……. dst.
j. Jika ditulis oleh dua atau tiga orang pengarang:
* Nama pengarang pertama susunannya dibalik;
* Nama pengarang kedua (dan ketiga) susunannya tidak dibalik;
* Urutan penulisan nama pengarang sesuai dengan urutan dalam buku/sumbe
referensi, nama penulis utama diletakkan paling depan. Contoh:
Rahman, Andi; Rahmad Hidayat; dan Saiful Bahri. 1989. Termodinamika.
Jakarta: Erlangga.243 halaman.
k. Jika satu buku/sumber referensi ditulis oleh lebih dari tiga orang: yang ditulis
hanya nama pengarang pertama dengan susunan penulisan nama pengarang
dibalik, diikuti (et.al.) atau (dkk.) di belakangnya.
Contoh: Hidayat, Rahmad (dkk.). 1990. Perpindahan Panas. .……dst.
l. Jika tanpa nama pengarang (anonim), maka langsung ditulis judul buku/referensi,
diikuti data-data publikasi lain. Akan tetapi jika buku/sumber referensi tersebut
tidak ada data publikasi sebagai data pendukung, sebaiknya tidak dipakai sebagai
referensi dalam karya ilmiah kita.
m. Jika pada buku/sumber referensi tersebut sudah ada perubah-an/ralat/revisi, maka
setelah judul buku dituliskan (edisi revisi) atau (ed.rev.), atau (rev.ed.).
n. Judul artikel atau karya ilmiah lain yang disejajarkan dengan artikel (misalnya
makalah, skripsi, tesis, disertasi yang tidak dipublikasikan) penulisannya diapit
tanda petik ganda (“).
o. Buku yang ada nama pengarang dan nama editor, maka:
* Yang ditulis dalam daftar pustaka adalah nama editor, diikuti (ed.) atau (eds.)
di belakangnya;
* Jika editornya lebih dari seorang, cara penulisan nama editor sama dengan
penulisan nama pengarang.
Contoh: Syamsuri, dkk. (eds.). 2004. Motor Bakar. Surabaya: Bina Ilmu.
p. Sumber referensi berupa artikel dalam buku kumpulan karangan (antologi) yang
ada editornya:
* Nama penulis artikel, diikuti tahun penerbitan;
* Judul artikel, ditulis di antara tanda petik ganda (“);
* Nama editor, ditulis tanpa dibalik, diikuti (ed.) atau (eds.);
* Judul buku/antologi, ditulis dengan huruf tebal/bergaris bawah/huruf miring;
* Nomor halaman (jika perlu); diikuti data publikasi lain.
Contoh:
Hasan, M.Z. 1990. “Karakteristik Penelitian Kualitatif”, dalam Aminuddin
(ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif, (hal. 216-217). Malang: HISKI dan
YA3.
q. Jika buku referensi kita merupakan terjemahan/saduran:
a) Cara pertama:
nama pengarang asli, tahun penerbitan, judul (setelah diterje-mahkan),
nama penerjemah, kata (terj.), data publikasi. Contoh:
Bacon, Edmun N. 2000. Perancangan Kota. S. Gunadi, (terj.). Jakarta: Bina
Pustaka. 413 hal.
b) Cara kedua:
nama pengarang asli, tahun penerbitan, judul (setelah diterje-mahkan), kata
diterjemahkan oleh …/terjemahan oleh …, nama penerjemah, data publikasi.
Contoh:
Bacon, Edmun N. 2000. Perancangan Kota. diterjemahkan oleh S. Gunadi.
Jakarta: Bina Pustaka. 413 hal.
r. Skripsi, tesis, dan disertasi yang belum dipublikasikan untuk umum, diperlakukan
sama dengan artikel, kemudian dituliskan jenis karya ilmiah
(skripsi/tesis/disertasi), diikuti nama jurusan, fakultas, perguruan tinggi, kota dan
tahun penerbitan. Contoh:
Kristanti, Ni Luh Putu M. 2000. “Sistem Informasi Pegawai Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya”. Skripsi: Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
s. Sumber referensi/rujukan dari artikel/makalah dalam jurnal: Nama penulis artikel,
tahun penerbitan, judul penerbitan, judul artikel (ditulis di antara tanda kurung),
nama jurnal/majalah (ditulis dengan huruf tebal/bergaris bawah/huruf miring),
data publikasi lain. Contoh:
Suprijono, Agus dan M. Yusuf. 2002. “lodisasi Garam Rakyat dengan Cara
Lapis Spray Kabut”, dalam Jurnal IPTEK Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya, Volume 5 nomor 3 September 2002, hal. 47-54.
t. Rujukan berupa artikel/makalah dalam jurnal, dari CD-ROM, cara penulisannya
sama dengan rujukan dari artikel dalam jurnal, ditambah keterangan CD-ROM
dalam tanda kurung. Contoh:
Khrasen, S. 1980. “Age, Rate, and Eventual Attainment in Second Language
Acquisition” TESOL Quarterly, 12 (2): 26-28 (CD-ROM: TESOL Quarterly
Digital, 2000).
u. Rujukan dari internet, yang merupakan karya individual, nama pengarang, tahun
penerbitan, judul (dicetak miring/huruf tebal/bergaris bawah), selanjutnya diberi
keterangan (online), diikuti alamat sumber rujukan serta keterangan kapan
diakses, ditulis dalam tanda kurung. Contoh:
Hitchcock, S. & W. Hall. 1996. A Survey of STM Online Journals: The Calm
before the Storm, (online). (http://Journal.ecs. ac.uk/ survey/html, diakses 12 Juni
2005).
v. Rujukan dari internet berupa artikel dalam jurnal:
Nama penulis, tahun penerbitan, judul artikel, judul jurnal, diikuti keterangan
(online), volume dan nomor jurnal, alamat sumber rujukan, disertai keterangan
kapan diakses ditulis dalam tanda kurung. Contoh:
Kumaidi, N. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengem-bangan
Tesnya”. Jurnal Ilmu Pendidikan. (online) jilid 5 nomor 4
(http:/www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).
w. Rujukan dari internet berupa bahan diskusi:
Nama penulis, diikuti tanggal, bulan, dan tahun, topik bahan diskusi, nama
bahan diskusi (dicetak miring) dan diberi keterangan (online), diakhiri alamat e-
mail sumber rujukan, disertai keterangan kapan diakses dalam tanda kurung.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. “Summary of Citing Internet Sites”.
NETTRAIN Discussion List. (online), (NETTRAIN @ ubvm. cc.buffalo.edu,
diakses 20 November 2000).
x. Rujukan dari internet berupa E-mail pribadi:
Nama pengirim (jika ada), disertai keterangan dalam tanda kurung (alamat e-
mail pengirim), diikuti tanggal, bulan, tahun, diikuti topik isi bahan rujukan
(dicetak miring/bergaris bawah), nama orang yang dikirimi dan alamat e-mail
orang yang dikirimi ditulis dalam tanda kurung. Contoh:
Davis, A. (a.davis @ uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web
Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter (huntera @ usq.edu.au).
y. Rujukan berupa makalah yang disajikan dalam seminar/ pertemu-an ilmiah:
Nama penulis, tahun, judul makalah, diikuti pernyataan “Makalah disajikan
dalam……..”, nama pertemuan ilmiah, lembaga penye-lenggara, tempat
penyelenggaraan, tanggal dan bulan. Contoh:
Winardi, Slamet dan Kunto Eko S. 2003. “Perancangan Alat Pengontrol Pintu
Otomatis Menggunakan Bahasa Pemro-graman VHDL”, Makalah disajikan dalam
Seminar Nasio-nal, ITATS, Surabaya, 3 Juli 2003.
z. Rujukan dari koran, tanpa nama penulis
Jawa Pos 22 April 2000. “Penggunaan internet yang Efektif”, halaman 8.,
aa. Rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh penerbit, tanpa
penulis atau tanpa lembaga:
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional). 2005. Bandung: Fokusmedia.
bb. Rujukan dari artikel/makalah dalam koran atau majalah:
Huda, Muh. 1998. “Mengantisipasi Bahaya Internet”. Surya. 13 November
1998. Halaman 4. (Gorys Keraf, 1980 dan Universitas Negeri Malang, 2000)
M. PENGETAHUAN DASAR SURAT – MENYURAT
1. Definisi
Secara umum surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan informasi atau
pernyataan secara tertulis kepada pihak lain baik atas nama pribadi (sendiri) ataupun
karena kedinasan.
Surat juga merupakan wakil resmi dari yang mengirim untuk membicarakan masalah
yang dihadapi. Secara singkat dapat diketemukan bahwa surat adalah alat
komunikasi penting dalam tata kerja tata usaha. Apabila terjadi hubungan surat
menyurat secara terus menerus dan berkesinambungan, maka kegiatan ini disebut
surat menyurat atau lazimnya korespondensi.
Surat-menyurat adalah kegiatan penanganan surat masuk dan keluar yang meliputi
penerimaan, penggolongan, pengarahan, pencatatan, pendistribusian dan pengiriman
surat keluar.
Fungsi dan jenis surat
Kelebihan lain dari surat adalah karena fungsinya sebagai berikut :
a. Wakil pribadi, kelompok, atau suatu organisasi untuk berhadapan dengan pribadi,
kelompok atau organisasi lain.
b. Dasar atau pedoman untuk bekerja, misalnya surat keputusan dan surat tugas.
c. Buku tertulis yang otentik hitam di atas putih yang memiliki kekuatan hukum
atau yuridis, misalnya surat jual beli surat wakaf, atau pembagian warisan.
d. Alat pengingat atau arsip jika sewaktu- waktu diperlukan serta
e. Dokumen historis yang memiliki nilai kesejarahan, misalnya untuk menelusuri
peristiwa penting masa lalu.
2. Jenis – Jenis Surat
a. Surat pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat dapat
berupa korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat pribadi
yaitu:
1) Tidak menggunakan kop surat
2) Tidak ada nomor surat
3) Salam pembuka dan penutup bervariasi
4) Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
5) Format surat bebas
b. Surat resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik
perseorangan, instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan
surat pemberitahuan. Ciri-ciri surat resmi:
1) Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
2) Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
3) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
4) Penggunaan ragam bahasa resmi
5) Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
6) Ada aturan format baku
Bagian-bagian surat resmi:
1) Kepala/kop surat,
2) Kop surat terdiri dari:
Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar.
Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil
Logo instansi/lembaga
3) Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
4) Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
5) Hal, berupa garis besar isi surat
6) Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)
7) Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
8) Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)
9) Isi surat
Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya
ditulis dengan huruf kecil, terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang
disempurnakan (EYD) haruslah menyesuaikan.
10) Penutup surat, Penutup surat, berisi
salam penutup
jabatan
tanda tangan
nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)
11) Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang
adanya suatu kegiatan
c. Surat niaga
Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga
seperti industri dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam membangun
hubungan dengan pihak luar sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga
terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan dapat dibagi atas surat
niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu contoh dari surat niaga adalan
surat penawaran dan surat penagihan.
d. Surat dinas
Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas
dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu
instansi.Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat
pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan
instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat
instruksi.Ciri-ciri surat dinas:
1) Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan
2) Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal
3) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku
4) Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi
5) Menggunakan cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
6) Format surat tertentu
e. Surat lamaran kerja
Surat lamaran kerja adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh seseorang yang
ingin bekerja di sebuah kantor, perusahaan ataupun instansi tertentu. Surat
lamaran pekerjaan termasuk surat dinas atau resmi. Oleh karena itu, terdapat
aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan dalam penulisannya. Secara umum
surat memiliki bagian-bagian seperti berikut ini.
1) Tempat dan tanggal pembuatan surat
2) Nomor surat
3) Lampiran
4) Hal atau perihal
5) Alamat tujuan
6) Salam pembuka
7) Isi surat yang terbagi lagi menjadi tiga bagian pokok yaitu :
paragraf pembuka
isi surat
paragraf penutup
8) Salam penutup
9) Tanda tangan dan nama terang
N. TATA BAHASA
1. Tata Bahasa Indonesia
Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kaidah - kaidah yang
mengatur penggunaan bahasa. Tata bahasa merupakan ilmu linguistik (ilmu yang
mempelajari bahasa). Tata Bahasa dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Secara umum tata bahasa bersifat normatif (umum) yaitu tata bahasa tersebut disusun
berdasarkan gejala-gejala bahasa yang umum dipakai dalam suatu masyarakat. Suatu
Tatabahasa Normatif memberikan uraian atas struktur umum dari suatu bahasa.
Tetapi mengingat bahwa bahasa selalu berkembang setiap saat, maka selalu ada
perubahan yang terjadi atas struktur Bahasa, oleh karena itu tata bahasa normatif
harus tetap mengikuti perkembangan itu. Dengan kata lain Tatabahasa Normatif harus
tetap bersifat deskriptif.
Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi sehari-
hari, tata bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu
menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti secermat-cermatnya, dan
tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari bahasa-bahasa Latin, Yunani,
Sansekerta yang bersifat preskiptif.
Berdasarkan cara penyusunnya, tata bahasa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Tata bahasa Deskriptif (sinkronis) adalah tata bahasa yang disusun berdasarkan
pencatatan (deskripsi) yang nyata atas struktur suatu bahasa. Tata bahasa ini
biasanya meliputi suatu lingkungan masa yang tertentu (sinkronis).
b. Tata bahasa Historis-komparatif (diakronis) adalah tata bahasa yang
membicarakan perkembangan struktur bahasa dari satu jaman ke jaman lain
(historis atau diakronis), serta mengadakan perbandingan antara struktur-struktur
bahasa dari bermacam-macam jaman itu atau memperbandingkannya denngan
bahasa-bahasa lainnya (komparatif).
Dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 bidang tata bahasa modern dalam bahasa
indonesia yaitu meliputi bidang bidang sebagai berikut :
a. Fonologi
Isilah Fonologi berasal dari kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos
berarti ilmu, fonologi disebut juga sebagai tata bunyi. Fonologi merupakan
bagian dari tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa
secara umum. Fonologi merupakan ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah
bahasa serta distribusinya. Fonologi meliputi dua bagian yaitu:
1) Fonetik Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang
diproduksi oleh manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana sekumpulan bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu
fonetik juga berguna untuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,
terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, terdiri dari huruf vokal,
konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster (konsonan yang
ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga cabang utama yaitu:
a) Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya
bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
b) Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana
mereka didengarkan oleh telinga kita.
c) Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah
serta organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi
bahasa.
Ilmu fonetika pertama kali telah ditemukan dan dipelajari sekitar abad ke5
SM di India kuno oleh Panini. Semua aksara yang berdasarkan aksara India
sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini. Internasional
Phonetic Asociation (IPA) telah mengamati > 100 bunyi manusia yang
berbeda serta menstranskripsikannya melalui Internasional Phonetic Alphabet
mereka.
2) Fonemik
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti. Fona merupakan satuan bunyi ujaran yang
bersifat netral dan masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan
fonem merupakan satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon
adalah variasi fonem disebabkan pengaruh lingkungan yang dimasuki.
Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem berbeda dengan huruf. Ada tiga
unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi (bagian alat ucap yang
menjadi titik sentuh articulator), dan artikulator (bagian alat ucap yang
bergerak).
b. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik
atau tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem
dalam suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata bentuk. Morfem
merupakan satuan ujaran yang memiliki makna gramatikal atau leksikal yang
turut serta pada pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata.
Berdasarkan potensinya morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1) Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga
harus selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis, atau
proses pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an, ke--an, di-
, swa-, trans-, -logi, -isme
2) Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut
juga sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu seperti buku,
kantor, pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata
dasar.
Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan.
Misalnya, morfem terikat me- bisa berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-
, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu variasi
morfem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki
c. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis
berarti pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan untuk
membuat sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk langsung
pada sebuah peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa
apapun. Pakar sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan
pada setiap bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk merujuk pada
aturan yang mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman
komputer dan bahasa formal buatan.
d. Sematik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan
tanda. Semantik yaitu cabang linguistik yang mempelajari makna yang
terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik
biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis,
pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta
pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu
kondisi atau konteks tertentu.
2. Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk kata yang diperoleh melalui proses reduplikasi atau
pengulangan, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun perubahan. Kata berulang
atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Pengulangan dapat dilakukan
terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung.
Kata ulang adalah kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk
membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata
ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti memiliki kata dasar.
Kata ulang mempunyai banyak macam jenis nya. seperti yang ada dibawah berikut in
a. Kata Ulang Berdasarkan Bentuk
1) Dwipurwa (Sebagian)
Dwipurwa ialah kata ulang sebagian. Kata – kata jenis ini mengalami suatu
perulangan pada sebagian katanya saja, misalnya yaitu leluasa, sesaji,
dedaunan, leluhur, pepohonan dan lain sebagainya
Contoh:
Dedaunan itu gugur setiap musim semi.
Mereka menaruh sesaji di depan patung untuk acara adat
Pepohonan diskitar bandar lampung tumbang akibat angin topan
2) Dwilingga
Dwilingga ialah kata ulang menyeluruh. Kata ulang jenis yang satu ini ialah
kata yang mengalami suatu pengulangan secara keseluruhan. misalnya yaitu
bapak – bapak, anak – anak, laki-laki, buku – buku, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Semua anak-anak kelas 1 SD senang ketika berenang
Pasangan suami istri itu mempunyai anak laki-lak
b. Kata ulang berubah bunyi
Jenis kata ulang yang satu ini mengalami suatu perulangan disertai dengan suatu
perubahan bunyi pada sebagian kata. Misalnya yaitu teka – teki, mondar –
mandir, gotong – royong, sayur – mayur, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat
Desa bangun rejo melakukan gotong royong untuk membersihkan desanya.
Ibu ke pasar membeli sayur mayur dan lauk pauk.
c. Kata ulang berimbuhan
Jenis kata ulang yang satu ini terjadi akibat suatu penambahan imbuhan pada
sebagian kata. Misalnya pada Tarik – menarik, maaf – memaafkan, pukul –
memukul, putar – memutar, dan lain sebagainya
Contoh Kalimat :
Antar sesama manusia wajib untuk saling tolong menolong.
Dihari yang suci ini kita wajib saling maaf-memaafkan.
d. Kata ulang semu
Jenis kata ulang yang satu ini ialah kata yang mengalami suatu proses
pengulangan seluruhnya tetapi tidak bisa dipisahkan, misalnya pada kupu – kupu,
laba – laba, umang – umang, pura – pura, lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
Andi pura-pura pingsan ketika upacara bendera
Pada hari libur Ani berlibur ke taman kupu-kupu
e. Kata Ulang Merubah Makna Kata
1) Menyatakan kesamaan
Jenis kata ulang yang satu ini ialah Kata ulang yang mengalami suatu
pembentukan makna . misalnya : keibu – ibuan, kemuda – mudaan, kebiru –
biruan, kemerah – merahan, dan lain sebagainya
Contoh :
Ani mempunyai sifat yang ke ibu-ibuan
wajah Andi kebiru-biruan akibat terkena bol
2) Menyatakan saling
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya pukul – memukul, salam – salaman, rangkul – merangkul, maaf –
memaafkan, tolong – menolong, tukar – menukar dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
Saling maaf-memaafkan adalah perbuatan terpuji
Antar sesama manusia wajib saling tolong-menolong
3) Menyatakan jamak dan beragam
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya sayur – mayur, buah – buahan, – tumbuh – tumbuhan, mobil –
mobil, bapak – bapak, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Ibu membeli buah-buahan di supermarket
Ibu membeli sayur mayur dipasar tradisional
4) Menyatakan intensitas
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna misalnya
: bolak – balik, mondar-mandir, jalan-jalan, makan-makan, berjam-jam,
bertahun – tahun dan lainsebagainya.
Contoh Kalimat:
Andi berulang tahun pada hari ini dan membuat acara makan-makan
dirumahnya.
Saya dan keluarga jalan-jalan ke pantai kute
5) Menyatakan bilangan
Kata ulang jenis yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Dika membagikan sembako satu persatu kepada orang yang
membutuhkannya.
6) Menyatakan keadaan atau situasi
Jenis akata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
misalnya: mentah – mentah, hidup-hidup, merah-merah, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
Singa itu memakan mangsa nya hidup-hidup
Buah mangga itu dipanen masih pada mentah-mentah.
7) Menyatakan suatu bentuk kegiatan
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya : masak – memasak, jahit – menjahit, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Ibu diundang untuk masak memasak di acara pernikahan tetangga.
Warga disekitar rumah saya ahli dalam jahit menjahit pakaian
3. Imbuhan
Imbuhan atau biasa juga disebut dengan afiks adalah suatu bentuk penambahan pada
suatu kata. Imbuhan bisa terdapat di awal (awalan), di akhir (akhiran), di tengah
(sisipan), atau bahkan gabungan dari awalan, akhiran, dan sisipan pada suatu kata.
Dalam prosesnya imbuhan ini bisa merubah arti atau makna dari suatu kata dasar.
Jenis-Jenis Imbuhan
Ada beberapa jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia yang biasa kita gunakan,
diantaranya :
a. Imbuhan berdasarkan letaknya
Berdasarkan letak atau penempatan posisi terhadap kata dasar, imbuhan dibagi
menjadi 4, yaitu :
1) Awalan
Awalan atau disebut juga prefiks adalah imbuhan yang penggunaannya
terletak di depan atau di awal sebuah kata dasar. Contohnya ter-, pe-, se-, ke-,
ber, dan lainnya.
2) Sisipan
Sisipan atau biasa disebut juga dengan infiks merupakan imbuhan yang
digunakan di tengah atau disisipkan pada kata dasar. Contohnya: -el-, -er-, -
em-, -in- dan lainnya.
3) Akhiran
Akhiran atau biasa juga disebut dengan sufiks merupakan sebuah penggunaan
imbuhan yang digunakan di akhir sebuah kata dasar. Contohnya: -I, -kan, -nya
dan lainnya.
4) Konfiks (awalan-akhiran)
Konfiks atau disebut juga dengan simulfiks adalah penggunaan imbuhan pada
kata dasar di mana letaknya ada di awal dan di akhir sekaligus. Contohnya :
ke-an, ber-an, se-nya, peng-an dan lainnya.
b. Imbuhan serapan
Imbuhan serapan adalah imbuhan yang awalnya diserap dari bahasa asing.
Beberapa imbuhan serapan ini berasal dari :
1) Serapan dari bahasa Arab. Contohnya: -I, -wi, -at dan lainnya
2) Serapan dari bahasa Sansakerta. Contohnya: -man, -wan, -wati
3) Serapan dari bahasa Inggris. Contohnya: -al, -if, -is
4. Kata Sandang
Artikel atau kata sandang adalah kata yang tidak memiliki arti tapi menjelaskan
nomina (kata benda), contohnya adalah si, sang, dan kaum. Kata sandang bisa
digunakan untuk mendampingi kata benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba,
pronomina, atau verba pasif.
Dalam bahasa Indonesia, artikel memiliki 3 kegunaan.
a. Partikel dapat digunakan sebagai gelar, misalnya sang Raja, sri Sultan;
b. mengacu pada kelompok, misalnya para pendeta, umat manusia; dan
c. untuk menominalkan, misal si Ali, si terdakwa, dan yang mulia.
Kegunaan ketiga juga dapat terjadi sebagai bagian dari satu verba, misalnya
bersitegang yang artinya "menjadi bersifat tegang".
Dalam beberapa bahasa lain, terutama bahasa-bahasa dari kelompok Bahasa Indo-
Eropa (seperti Bahasa Inggris, Prancis, dan Belanda) dan Bahasa Semitik (seperti
Bahasa Arab dan Ibrani), artikel sangat umum digunakan. Dalam bahasa-bahasa ini,
artikel digunakan untuk menunjukkan kepastian (bahasa Inggris: definiteness) dari
sebuah nomina (kata benda). Dua tipe artikel yang paling umum adalah artikel pasti
(definite article) dan artikel tak pasti (indefinite article).
a. Artikel pasti
Artikel pasti (disebut juga artikel tentu dan artikel takrif) dipakai dalam keadaan
dimana nomina yang dimaksud sudah diketahui oleh pendengar dari konteksnya.
Nomina tersebut sudah diketahui misalnya karena telah disebutkan sebelumnya,
atau karena dijelaskan secara khusus. Contoh artikel khusus adalah the dalam
bahasa Inggris, le, la, l dan les dalam bahasa Prancis, serta al- dalam bahasa Arab.
b. Artikel tak pasti
c. Artikel tak pasti (disebut juga artikel tak tentu dan artikel tak takrif) dipakai ketika
nomina yang dimaksud bukanlah sesuatu yg sudah diketahui oleh pendengar.
Contohnya adalah ketika nomina tersebut baru disebutkan untuk pertama kali,
atau hanya sebuah objek dalam hipotesis, atau ketika si pembicara hanya
membicarakan hal umum tentang benda tersebut. Contohnya adalah a dan an
dalam bahasa Inggris, serta un, une dan des dalam bahasa Prancis. Bahasa Arab
tidak memiliki artikel tak pasti, namun ketidakpastian (indefiniteness) suatu
nomina biasanya diindikasikan dengan tanwin di akhir kata benda. Nomina plural
dalam bahasa Inggris juga tidak memiliki artikel tak pasti.
5. Pemahaman Bacaan
Di dalam memahami bahan bacaan, ada 4 langkah yang perlu dilakukan oleh
pembaca. Adapun 4 langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu :
a. Menentukan tujuan membaca
b. Membaca secara menyeluruh isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat
menemukan ide pokok yang terkandung dalam setiap paragrafnya
c. Preview artinya membaca selayang pandang
d. Mengemukakan kembali isi bacaan dengan memakai kalimat dan kata-kata
sendiri.
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam.
Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu kritis, inferensial, literal
dan kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam Hairuddin, dkk, 2008).
Pembahasan mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Pemahaman kritis adalah kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman
kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini,
pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-
norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk
menilai teks.
b. Pemahaman inferansial merupakan kemampuan memahami informasi yang
dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara
inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi
yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca
menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar
belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat
hipotesis atau dugaan.
c. Pemahaman literal merupakan kemampuan memahami informasi yang
dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal adalah pemahaman
tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal
tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara
keseluruhan. Pemahaman literal adalah prasyarat bagi pemahaman yang lebih
tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2008).
d. Pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon estetis dan
emosional terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar
profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca
karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca.
Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut memakai daya imajinasinya untuk
memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis (Hafni
dalam Hairuddin, dkk, 2008).