Anda di halaman 1dari 53

BAHASA INDONESIA

A. SEJARAH BAHASA INDONESIA


1. Perkembangan Bahasa Indonesia
Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), awal mula
sejarah bahasa Indonesia yakni bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada
saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu rapat
dan berikrar:
1. Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia,
2. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
3. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari
Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia.
a. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Nah, Bahasa Indonesia lalu dinyatakan kedudukannya sebagai
bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Karena pada saat itu Undang-
Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36 disebutkan bahwa bahasa
negara ialah bahasa Indonesia.
b. Lalu dari mana Bahasa Indonesia berasal? Berdasarkan keputusan Kongres
Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa
berdasarkan sejarah, bahasa Indonesia mempunyai akar dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sudah
dipergunakan sebagai bahasa penghubung bukan hanya di Kepulauan Nusantara,
melainkan hampir di seluruh Asia Tenggara.
c. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal itu
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683
M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur
berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi).
d. Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu
Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya. Di Jawa Tengah (Gandasuli)
juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti
berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha.
e. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di Nusantara
dan sebagai bahasa perdagangan baik pedagang antar suku di Nusantara maupun
para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli
sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain,
menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen. Yang
dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara, yaitu
bahasa Melayu.
f. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra
pada abad ke-16 dan abad ke-17 seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja
Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
g. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah
Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya
h. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu
menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa
Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
i. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia sesuai isi Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928.
j. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional
sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia pun dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Meskipun bahasa dari
daerah masing-masing masih dipakai, namun untuk mempersatukan bangsa,
masyarakat Indonesia antar suku menggunakan bahasa Indonesia untuk
percakapan sehari-hari.
2. Sejarah Perkambangan Ejaan
a. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van
Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan
Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van
Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
b. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan
untuk menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan
dalam Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa
Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan
Republik/Ejaan Soewandi.
c. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini
digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II
ini, peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk
menyempurnakan ejaan Soewandi.
d. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut
gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
e. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan
Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada
saat itu.
f. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga
2015 pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi
yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini
mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.
g. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia
melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya,
pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam
pemakaian Bahasa Indonesia yang benar.
Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko
Widodo dan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
B. KATA SERAPAN
1. Definisi
Kata serapan merupakan kata yang berasal dari bahasa asing yang telah
diintegrasikan ke bentuk bahasa dan telah diterima pemakaiannya secara umum.
Adapun cara mengucapkannya serta penulisannya dapat disesuaikan dengan kaidah
yang berlaku. Selain itu, proses penyerapannya bisa dilakukan dengan adanya suatu
perubahan, namun juga dapat berupa penyesuaian yang diberikan berupa lafal atau
ejaan.
Secara umum, fungsi kata serapan ialah memperkaya kosa kata dan memberikan
pengetahuan lebih tentang bahasa asing kepada pemakai Bahasa Indonesia.
Sementara itu, ciri-ciri kata serapan di antaranya mempunyai makna tunggal, tidak
memiliki kata sinonim maupun antonim di dalam kalimat, dan maknanya tidak
berubah.
2. Jenis Kata Serapan
a. Adopsi
Ketika kata asing diadopsi dalam bahasa Indonesia. Adopsi pertama,
konsepnya diadopsi, tetapi tetap memakai kata bahasa Indonesia.Misalnya kata
sholat (bahasa Arab) dalam bahasa Indonesia menjadi sembahyang.
Proses adopsi merupakan proses terserapnya bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dengan mengambil keseluruhan kata. Bahasa asing yang diambiladalah
kata yang mempunyai makna sama. Kata serapandengan proses adopsi tidak
mengubah lafal dan ejaan dari bahasa asing kebahasa Indonesia.
Contoh kata serapandengan proses adopsi antara lain :
1) Supermarket (dari kata supermarket),
2) Formal (dari kata formal),
3) Editor (dari kata yang sama yaitu editor).
b. Adaptasi
Kata serapan melalui proses adaptasi disesuaikan dengan lafal dan ejaanbahasa
Indonesia. Makna kata serapan ini mempunyai makna yang sama dengan kata
sebelumnya. Contohnya adalah maksimal (dari kata maximal), organisasi (dari
kata organization), intelektual (intelectual).Dalam proses adaptasi terdapat
beberapa kaidah yang digunakan, antara lain:
1) Aa → a, contohnya octaaf → oktaf
2) Ae → ae, contohnya aerodynamics → aerodinamika
3) Ae → e jika bervariasi dengan e, contohnya haemoglobin → hemoglobi
4) Ai → ai, contohnya trailer → trailer
5) Au → au, contohnya audiogram → audiogram
6) C → k jika di muka a, u, o, dan konsonan, contohnya cubic → kubik
7) C → s jika di muka e, i, y, contohnya central → sentral
8) Cc → k jika di muka u, o, dankonsonan, contohnyaaccomodation →
akomodasi
9) Cc → ks jika di muka e dan i, contohnya accent → aksen
10) ea → ea , contohnya idealist → idealis
c. Terjemahan
Proses ini terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung
dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam bahasa
Indonesia. Contoh kata serapaniniantara lain :
1) Sukucadang (dari kata spare part),
2) Uji coba (dari kata try out),
3) Siksaan (dari kata azab).
d. Kreasi
Cara kreasi hampir sama dengan cara terjemahan. Perbedaanya terletak pada
bentukfisik yang tidak dituntut sama. Misal pada kata asing ditulis dalam 2 kata
ataulebih, makapada kata serapan diperbolehkan jika hanya ditulis dalamsatu kata
saja.Contoh kata serapan dengan proses Kreasi antara lain :
1) effective (kata serapannya menjadi berhasil guna).
2) Shuttle à Ulang alik,
3) Spare part à Suku cadang,
C. FRASA ( KELOMPOK KATA )
1. Karakteristik Frasa
Frasa adalah satuan linguistik yang lebih besar dari kata namun lebih kecil dari
klausa, yang mana merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang mengandung
satu makna gramatikal.
Berbeda dengan kalimat, frasa tidak memiliki predikat. Oleh sebab itu, frasa tidak
dapat membentuk kalimat sempurna. Meski begitu, gabungan dari beberapa frasa
dapat membentuk kalimat yang sempurna.
Dalam sebuah kalimat, frasa berkedudukan sebagai fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis
lebih dikenal dengan subjek, predikat, objek, komplemen (pelengkap), dan
keterangan.
Misalnya, dalam sebuah kalimat yang terdiri dari S-P-O, frasa dapat mengisi kalimat
tersebut dengan berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek.
Adapun ciri-ciri dari frasa adalah sebagai berikut:
a. Terdiri dari dua kata atau lebih;
b. Memiliki satu makna gramatikal;
c. Memiliki makna yang dapat berubah-ubah sesuai konteks;
d. Frasa tidak memiliki predikat.
2. Jenis – Jenis Frasa
a. Frasa Berdasarkan Unsur Inti
Frasa berdasarkan unsur intinya
Berdasarkan unsur intinya, frasa terbagi menjadi 7 kategori yaitu
1) Frasa Verba
Frasa verba adalah frasa yang mengandung unsur inti kata kerja dan dapat
digunakan sebagai substitusi kata kerja dalam suatu kalimat.
Umumnya, frasa verba menggunakan kata sedang, akan, baru, dan atau sudah.
Kata-kata ini menjelaskan mengenai aktivitas yang dikerjakan seseorang.
Tetapi, karena frasa verba menjelaskan kata kerja, maka tidak boleh
menggunakan kata sangat, susah payah atau apapun itu yang menjelaskan
effort atau perasaan saat mengerjakan.
Berikut adalah contoh-contoh penggunaan frasa verba
a) Adik sedang bermai
b) Kakak sudah belajar matematika
c) Mereka akan berlibur
d) Ayah baru pulang
2) Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang mengandung unsur inti kata benda dan
dapat digunakan sebagai pengganti kata benda dalam suatu kalimat. Adapun
contoh fasa nomina adalah sebagai berikut:
a) Rumah kaca
b) Ayam putih
c) Kado ulang tahun
d) Pintu kayu
3) Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang mengandung unsur inti kata sifat dan dapat
berfungsi sebagai kata sifat dalam suatu kalimat. Umumnya, frasa adjektiva
berfungsi menyatakan kualitas yang diberi penekanan dengan penambahan
kata sangat, agak, terlalu, cukup, paling, dan harus.
Selain itu, frasa adjektiva juga dapat menggabungkan 2 kata yang saling
berkaitan. Berikut contoh dari frasa adjektiva:
a) Sangat cantik
b) Agak busuk
c) Paling pandai
d) Tampan rupawan
e) Baik hati
f) Damai sejahtera
4) Frasa Adverbia
Frasa adverbia adalah frasa yang mengandung unsur inti kata keterangan dan
dapat sebagai substitusi kata keterangan dalam suatu kalimat. Contoh frasa
adverbia adalah sebagai berikut:
a) Tadi sore
b) Minggu depan
c) Hampir selesai
d) Begitu indah
5) Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah frasa yang terbentuk dari kata bilangan. Frasa ini
mengungkapkan jumlah, kuantitas, dan urutan dalam suatu deret. Terdapat 2
jenis frasa numeralia, yakni:
a) Frasa numeralia modifikatif, yaitu frasa yang menyebutkan satuannya
secara jelas, seperti satu grosir, tujuh hari, lima kilogram, empat ekor, dan
lain sebagainya.
b) Frasa numeralia koordinatif, yaitu frasa yang tidak menyebutkan satuan,
seperti tiga, empat sampai enam, dua atau tiga, puluhan hingga ratusan,
dan lain sebagainya.
6) Frasa Preposisional
Frasa preposisional merupakan frasa yang mengandung preposisi dan objek
preposisional yang dapat berperan sebagai kata keterangan dalam suatu
kalimat.Pada frasa preposisional terdapat penekanan pada kata depan, yaitu
pada kata di, ke, untuk, kepada, dari, dan sebagainya.
Berikut adalah contoh-contoh dari penggunaan frasa preposisional
a) Untuk itu, saya sampaikan bahwa protokol kesehatan arus tetap dijalankan
b) Kepada para tamu undangan, mami persilahkan untuk menikmati
hidangan yang telah disiapkan
c) Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih
d) Dari pengalaman tersebut, saya tegaskan bahwa mengenakan masker
adalah wajib hukumnya.
e) Anak-anak sedang bermain peran di ruang kelas
7) Frasa Konjungsi
Frasa konjungsi adalah frasa yang mengandung konjungsi atau kata sambung.
Berikut ini adalah contoh frasa konjungsi:
a) Ketika hujan jalanan menjadi licin
b) Nanti malam ada pertandingan bola disiarkan di televisi
c) Masa depan anak-anak sangatlah berharga
b. Frasa Berdasarkan Distribusi Unsur
1) Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki konstituen inti yang memiliki
hubungan ataupun kesetaraan dengan konstituen lainnya yang ada pada
rangkaian kalimat tersebut. Secara umum terdapat 3 jenis frasa endosentrik
yaitu frasa endosentrik atributif, apositif, dan koordinatif.
a) Frasa endosentrik atributif terdapat 2 kata atau lebih, yang memiliki fungsi
Menerangkan-Diterangkan (MD) atau Diterangkan-Menerangkan (DM).
Contoh dari penggunaan frasa endosentrik atributif adalah
Baju biru (DM)
Empat botol (MD)
Anak ayam (DM)
b) Frasa endosentrik apositif adalah kata-kata endosentrik yang dapat
dipisahkan antara D dengan M nya. Contoh penggunaan frasa endosentrik
apositif antara lain adalah
Bandung, Kota Kembang
Malang, Kota Apel
c) Frasa endosentrik koordinatif adalah frasa yang memiliki dua unsur D
(diterangkan). Contohnya adalah
Ayah Ibu
Kakek nenek
Kakak Adik
2) Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki unsur inti. Karena tidak
memiliki unsur inti, maka kalimat ini tidak dapat dipenggal-penggal ataupun
dibeda-bedakan. Secara umum, terdapat 3 bentuk frasa eksosentrik yang
umumnya digunakan dalam suatu kata-kata. 3 bentuk frasa tersebut antara lain
adalah frasa eksosentris direktif, non-direktif, dan konektif.
a) Frasa eksosentrik direktif adalah frasa eksosentrik yang menggabungkan
kata depan dengan kata benda. Disini, konjungsi berada di awal kata
benda. Contohnya adalah pada kata ke bandung.
b) Frasa eksosentrik non direktif adalah fraksa eksosentrik yang terdiri atas
dari benda yang digabung dengan kata-kata tertentu seperti si, sang, para,
dan sejenisnya. Contohnya adalah para pejuang, sang pahlawan, si hitam.
c) Frasa eksosentrik konektif adalah frasa eksosentrik yang merupakan hasil
gabungan kata benda dengan kata lekas, segera, saat, akan, dan sejenisnya.
Intinya, disini berupaya untuk mengkoneksikan kata benda tersebut.
Contohnya adalah lekas sembuh, segera berangkat, dan akan datang.
c. Frasa Berdasarkan Kedudukannya
1) Frasa Setara
Frasa setara adalah frasa yang antar katanya memiliki unsur yang setara.
Contoh dari frasa setara antara lain adalah
a) Muda mudi
b) Asal usul
c) Suka cita
d) Riang gembira
2) Frasa setara Bertingkat
Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang antar katanya memiliki unsur
yang tidak setara atau memiliki tingkatan-tingkatan tertentu.
Berikut adalah contoh dari frasa setara bertingkat
a) Cincin emas
b) Berjalan kaki
c) Rambut keriting
d) Cinta lokasi
d. Frasa Berdasarkan Satuan Makna Unsur Pembentuk
1) Frasa Biasa
Frasa biasa merupakan frasa yang terbentuk dari makna denotasi (makna
sebenarnya). Berikut ini adalah contoh penggunaan frasa biasa :
a) Susu cokelat
b) Baju hijau
c) Celana panjang
2) Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik adalah frasa yang bermakna tidak sebenarnya atau memiliki
konotasi tertentu. Berikut ini adalah contoh dari penggunaan frasa idiomatik
a) Ayah membawa buah tangan sepulangnya dari kantor
b) Paman kebakaran jenggot karena kehilangan dompetnya
c) Anak ini memiliki sifat rendah hati
3) Frasa Ambigu
Frasa ambigu merupakan frasa yang memiliki makna ganda, hingga dapat
menimbulkan keraguan. Oleh karena itu, frasa-frasa ambigu umumnya
memerlukan penjelasan yang lebih. Berikut ini adalah contoh penggunaan
frasa ambigu yang mungkin kalian sering dengar dalam kehidupan sehari-hari
a) Memberi tahu (menyampaikan informasi atau memberi makanan tahu)
b) Gigit jari (menggigit jari atau putus asa)
c) Kambing hitam (kambing berwarna hitam atau orang yang selalu
disalahkan)
D. KLAUSA
1. Definisi
Klausa dalam tata bahasa adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan
predikat, walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa subjek dari klausa
mungkin tidak tampak secara eksplisit. Hal ini umum dalam bahasa bersubjek nol.
Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat yang
lebih rumit terdiri dari beberapa klausa.
Klausa sering kali dikontraskan dengan frasa. Sebuah kumpulan kata dikatakan
sebagai klausa apabila ia mempunyai predikat dan sebuah subjek, sementara sebuah
frasa berisi kata kerja tanpa subjek atau berisi subjek tanpa predikat. Sebagai contoh,
kalimat “Aku tidak tahu kalau kamu membuat lukisan itu,” adalah klausa dan sebuah
kalimat penuh, sedangkan lukisan itu dan membuat lukisan itu adalah frasa. Ahli
bahasa masa kini tidak membuat perbedaan seperti itu; mereka menerima ide akan
klausa nonfinitif, klausa yang diatur di sekitar kata kerja infinitif.
Untuk membedakannya dari frasa dan kalimat, klausa dapat dikenali dari beberapa
ciri berikut:
a) Memiliki satu predikat
b) Tidak memiliki intonasi akhir
c) Jika ditambah intonasi akhir maka akan menjadi sebuah kalimat
d) Klausa merupakan bagian dari kalimat plura
Klausa terdiri dari dua bagian, yaitu klausa utama dan klausa bawahan. Masing –
masing dari kedua klausa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Klausa bawahan merupakan suatu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri dan isi
dalam klausa tersebut belum lengkap.
b) Klausa utama merupakan suatu klausa yang dapat berdiri sendiri dan isi dari
klausa tersebut dapat dipahami.
Contoh dari klausa utama dan klausa bawahan, yaitu sebagai berikut:
Ketika hujan turun, para siswa memakai jas hujan dengan baik.
Ketika hujan turun (merupakan klausa bawahan)
Para siswa memakai jas hujan dengan baik (merupakan klausa utama)
2. Jenis Klausa
a. Klausa Berdasarkan Struktur
Berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa
terikat. Kategori ini berkaitan dengan kemungkinan klausa untuk menjadi sebuah
kalimat.
1) Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang berpotensi menjadi sebuah kalimat karena
memiliki subjek dan predikat. Jenis klausa ini disebut juga sebagai klausa
utama atau induk kalimat. Ciri khusus dalam klausa bebas adalah tidak adanya
pemakaian konjungsi. Contoh:
a) Alia sangat cantik
b) Adik menangis
c) Ibu memasak
2) Klausa Terikat
Klausa terikat tidak memiliki susunan yang lengkap seperti klausa bebas,
sehingga klausa jenis ini tidak berpotensi untuk menjadi kalimat. Jenis klausa
ini disebut juga sebagai klausa bawahan atau anak kalimat. Berbeda dengan
klausa bebas yang tidak menggunakan konjungsi, klausa terikat dapat
diidentifikasi dari adanya penggunaan konjungsi di depannya. Contoh:
a) Supaya Tina sembuh
b) Klausa terikat “ketika kami bermain” dalam kalimat “Hujan turun ketika
kami bermain”
c) maka mereka pun beramai-ramai ke kantor kelurahan
b. Klausa Berdasarkan Unsur yang Menjadi Predikat
Pengelompokan yang kedua adalah berdasarkan unsur yang berperan menjadi
predikat. Berdasarkan unsur ini, klausa dibagi menjadi klausa verbal, klausa
nominal, klausa adjektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional.
1) Klausa Verbal
Sesuai dengan namanya, klausa verbal merupakan klausa yang memuat
predikat berupa kata kerja (verba). Lebih lanjut, klausa verba terbagi menjadi
klausa transitif dan klausa intransitif. Klausa transitif adalah klausa yang
predikatnya merupakan kata kerja transitif atau kata kerja yang memerlukan
objek. Klausa intransitif adalah klausa dengan predikat berupa kata kerja
intransitif. Contoh:
a) Harimau berlari
b) Ikan berenang
c) Adik membuka pintu
d) Ayah memotong kayu
e) Lisa menyapu
2) Klausa Nominal
Jenis klausa yang kedua berdasarkan unsur yang menjadi predikat adalah
klausa nominal. Klausa nominal merupakan klausa dimana predikatnya
merupakan kata benda atau frasa nomina. Contoh klausa nominal:
a) Ayahnya seorang guru
b) Pak Ratan dulu seorang kepala desa
c) Mereka siswa SMA
3) Klausa Adjektival
Unsur wajib dalam klausa adjektival adalah subjek dan predikat. Dalam jenis
klausa ini, predikat berkedudukan sebagai kata keadaan. Penyusunan klausa
adjektival secara umum terdiri dari subjek yang berkategorikan nomina dan
predikat yang berkategorikan adjektif. Contoh:
a) Harga baju itu sangat mahal
b) Anak itu cerdas sekali
c) Hawa pagi ini dingin sekali
4) Klausa Preposisiona
Klausa preposisional adalah klausa dimana predikatnya merupakan suatu frasa
preposisional. Predikat dalam jenis klausa yang satu ini berkategori sebagai
kata depan. Contoh:
a) Ibu ke pasar setiap hari Minggu
b) Kakek dan nenek dari kampung
c) Perginya menuju ke bandara
d) Barang-barang lama disimpan di museum
c. Klausa Berdasarkan Fungsi
Jenis-jenis klausa berdasarkan fungsi dibedakan menjadi 4 jenis. Keempat jenis
klausa tersebut adalah klausa yang menduduki fungsi subjek, objek, keterangan
dan pelengkap.
1) Klausa Subjek
Dalam sebuah klausa, subjek berkedudukan sebagai sebuah frasa nominal.
Secara umum, kedudukan subjek mendahului predikat. Contoh jenis klausa ini
adalah:
a) Ayah membaca
Pada klausa tersebut, “ayah” berkedudukan sebagai subjek, dan
“membaca” sebagai predikat. Klausa ini disebut juga klausa inti. Klausa
inti dapat dikembangkan menjadi inti dari suatu kalimat dengan tetap
memperhatikan bagian-bagian yang menduduki subjek dan predikat. Salah
satu kalimat tersebut adalah: Ayah ternyata sedang membaca koran
dengan santai.
2) Klausa Objek
Pada klausa, objek berwujud frasa nominal dan melengkapi verba transitif.
Terdapat dua macam objek, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.
Objek langsung adalah objek yang dikenai perbuatan secara langsung dalam
predikat verbal. Sedangkan objek tak langsung adalah objek yang menjadi
penerima perbuatan dalam predikat verbal. Contoh:
a) Rani sedang membuat laporan keuangan (memuat objek langsung
“laporan keuangan” dari verba “membuat”)
b) Rani sedang membuat laporan keuangan untuk perusahaan (memuat objek
tak langsung “untuk perusahaan” dari verba “membuat”)
3) Klausa Keterangan
Keterangan berfungsi membatasi atau memperluas makna subjek ataupun
predikat. Terdapat beberapa jenis keterangan, misalnya keterangan sebab,
keterangan alat, keterangan cara, keterangan tempat, keterangan subjek,
keterangan waktu, dll. Contoh:
a) Karena sakit, ayah tidak bekerja (keterangan sebab)
b) Montir pengangkat mobil dengan traktor (keterangan alat)
c) Ibu mendidikku dengan baik (keterangan cara)
4) Klausa Pelengkap
Klausa pelengkap berbentuk nomina, frasa nominal, adjektiva, atau frasa
adjektiva dari predikat verbal. Terkadang pelengkap sering disalahsartikan
sebagai objek. Contoh:
a) Aku dianggap sudah mati
b) Adikku menjadi seorang tentara
E. KALIMAT
1. Karakteristik Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.)
untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk
menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus
memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Bila tidak memiliki kedua unsur
tersebut, pernyataan itu bukan kalimat, melainkan hanya sebuah frasa. Di sini,
kalimat dibagi menjadi dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Unsur kalimat:
a. Subjek (S)
b. Predikat (P)
c. Objek (O)
d. Pelengkap (Pl)
e. Keterangan (K)
Adapun ciri-ciri kalimat adalah sebagai berikut:
a. Kalimat memiliki satuan ide dan makna yang utuh;
b. Kalimat setidaknya terdiri atas subjek dan predikat;
c. Secara tertulis, kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda baca
seperti titik (.), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!);
d. Sebuah kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa menggunakan kata hubungan
2. Pola Kalimat
a. S-P
Pola ini terhitung pola kalimat yang paling dasar dan sederhana. Sebab, pola ini
hanya berupa subjek (S) dan predikat (P) saja. Adapun beberapa contoh kalimat
yang menggunakan pola ini adalah sebagai berikut.
1) Ayah Bekerja. (S= Ayah, P= bekerja)
2) Petani bercocok tanam. (S= Petani, P= bercocok tanam )
3) Ibu Guru sedang mengajar. (S= Ibu Guru (subjek berbentuk frasa nomina), P=
sedang mengajar)
b. S-P-O
Pola yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), dan objek (O) ini biasanya dipakai
pada contoh kalimat deklaratif aktif transitif dan kalimat aktif transitif. Adapun
bebrapa contoh kalimat dengan pola ini adalah sebagai berikut:
1) Ibu menanak nasi. (S= Ibu, P= menanak, O= nasi)
2) Adik sedang memainkan piano. (S= adik, P= sedang memainkan, O= piano)
3) Anak-anak sedang mengerjakan soal-soal ujian. (S= anak-anak, P= sedang
mengerjakan, O= soal=soal ujian)
c. S-P-Pel
Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan pelengkap (Pel). Biasanya, pola
ini digunakan dalam contoh kalimat deklaratif aktif intransitif, contoh kalimat
deklaratif semitransitif, kalimat aktif intransitif, dan contoh kalimat aktif
semitransitif. Contoh:
1) Tubuhnya berlumuran keringat. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel= keringat)
2) Langit malam ini bertaburan bintang-bintang. (S= langit malam ini, P=
bertaburan, Pel= bintang-bintang)
3) Anak-anak sedang bermain layang-layang. (S= anak-anak, P= sedang
bermain, Pel= layang-layang)
d. S-P-K
Merupakan pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan Keterangan (K).
Pola ini biasanya dapat dijumpai pada kalimat deklaratif aktiif intransitif dan
kalimat aktif intransitif. Adapun contoh pola ini adalah sebagai berikut:
1) Anak-anak bermain di lapangan. (S= anak-anak, P= bermain, K= di lapangan)
2) Burung-burung bersahutan di pagi hari. (S= burung-burung, P= bersahutan,
K= di pagi hari)
3) Paman sedang bercukur dengan menggunakan pisau cukur. (S= Paman, P=
sedang bercukur, K= dengan menggunakan pisau cukur)
e. S-P-O-K
Pola ini merupakan pola yang paling umum dan paling dikenal di masyarakat.
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa pola ini terdiri atas subjek (S), predikat
(P), objek (O), dan keterangan (K). Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
1) Ibu membeli sayur-sayuran di pasar tradisional. (S= Ibu, P= membeli, O=
sayur-sayuran, K= di pasar tradisional)
2) Dimas mengerjakan tugas sekolah dengan sungguh-sungguh. (S= Dimas, P=
mengerjakan, O= tugas, K= dengan sungguh-sungguh)
3) Para petani menanam padi di pagi hari. (S= para petani, P= menanam, O=
padi, K= di pagi hari)
f. S-P-O-Pel
Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan pelengkap (Pel).
Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
1) Ibu membelikan adik pakaian baru. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik, Pel=
pakaian baru)
2) Adik membelikan kucingnya makanan kucing. (S= Adik, P= membelikan, O=
kucingnya, Pel= makanan kucing)
g. S-P-Pel-K
Adalah pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), pelengkap (Pel), dan
keterangan (K). Contoh:
1) Tubuhnya berlumuran keringat karena bekerja keras seharian. (S= tubuhnya,
P= berlumuran, Pel= keringat, K= karena bekerja keras seharian)
2) Anak-anak bermain bola di tanah lapang. (S= anak-anak, P= bermain, Pel=
bola, K= di tanah lapang)
h. S-P-O-Pel-K
Merupakan pola kalimat yang paling kompleks dan lengkap karena semua unsur
kalimat terkandung di dalamnya. Contoh:
1) Ibu membelikan adik sepatu baru pada hari Minggu kemarin. (S= Ibu, P=
membelikan, O= adik, Pel= sepatu baru, K= pada hari Minggu kemarin)
2) Adik membelikan kucingnya makanan kucing dengan uang sakunya sendiri.
(S= adik, P= membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan kucing, K= dengan
uang sakunya sendiri)
3. Klasifikasi Kalimat
a. Berdasarkan Pengucapannya
1) Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari
pembicaraan seseorang. Isi dari kalimat ini sama persis dengan yang dikatakan
orang tersebut. Isi dari kalimat langsung diiringi oleh tanda petik. Sedangkan
pengiringnya tidak diiringi oleh tanda petik, isi kalimat dengan pengiring
dipisahkan oleh tanda koma. Tanda baca pengakhir kalimat ditulis sebelum
penulisan tanda petik. Contohnya : “Tolong ambilkan sepatu saya,” pinta Andi
Struktur dari kalimat langsung beserta pengiringnya dapat ditulis sebagai
berikut :
a) Pengiring, “Kutipan.”
b) “Kutipan,” pengiring.
c) “Kutipan,” Pengiring, “kutipan.”
2) Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung merupakan kalimat yang dibentuk dengan cara
melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk berita.
Kalimat tidak langsung tidak perlu menggunakan tanda petik dalam
penulisannya. Contohnya ; Ibu saya berkata bahwa kita harus lebih banyak
belajar agar bisa lulus ujian nasional.
b. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur)
1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya memiliki satu subjek, satu
predikat dan dilengkapi dengan satu objek dan keterangan. Contohnya Ibu
memasak di dapur.
2) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan sebuah kalimat yang memiliki lebih dari satu
subjek, dan lebih dari satu predikat sehingga bisa dipisahkan menjadi kalimat
yang berbeda-beda. Masing-masing penyusun kalimat majemuk dapat berdiri
sendiri karena mempunyai Subjek (S) dan Objek (O)nya tersendiri. Kalimat
majemuk dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
a) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antar
unsurnya setara atau sederajat. Nah berdasarkan kata penghubungnya,
kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi :
 Kalimat majemuk penjumlahan, menggunakan kata penghubung “dan”,
“lalu”, dan “lagi”.
 Kalimat majemuk pemilihan, menggunakan kata penghubung “atau”.
 Kalimat majemuk pertentangan, menggunakan kata penghubung
“tetapi” atau “melainkan”.
b) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang hubungan antar
unsur – unsur penyusun kalimatnya tidak setara. Berdasarkan kata
penghubungnya, kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi lagi menjadi
 Kalimat majemuk pengandaian, menggunakan kata penghubung “jika”,
“apabila”, “seandainya” dan “andaikan”.
 Kalimat majemuk hubungan perbandingan, kata penghubung yang
digunakan adalah “ibarat”, “seperti”, “bagaikan”, “laksana”.
 Kalimat Majemuk Penyebab, kata penghubung yang digunakan adalah
“sebab, “karena”, “oleh karena”.
 Kalimat Majemuk Akibat, kata penghubung yang digunakan adalah
“sehingga”, “sampai”, “maka”, “akibat”.
 Kalimat Majemuk Cara, kata penghubungan yang digunakan adalah
“dengan”.
 Kalimat Majemuk pencelasan, kata penghubung yang digunakan adalah
“bahwa” dan “yaitu”.
 Kalimat majemuk waktu, kata penghubung yang digunakan adalah
“ketika”, “semasa”, “sewaktu”.
c) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat gabungan antara kalimat
majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk
campuran baru dapat terbentuk dengan minimal tiga kalimat tunggal.
Contohnya, Hujan turun dengan sangat deras sehingga kami tidak bisa
pulang dan harus menunggu di sekolah.
c. Berdasarkan Subjeknya
1) Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya secara aktif melakukan
sesuatu melalui predikat terhadap objeknya. Biasanya kata kerja pada kalimat
aktif memiliki awalan me-. Contoh kalimat aktif : Ani memasak nasi di
dapur.
2) Kalimat Pasif
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya dikenai suatu tindakan
melalui predikat, oleh objeknya. Biasanya kata kerja pada kalimat pasif
memiliki awal di- atau ter-. Contoh kalimat pasif : Nasi dimasak Ani di dapur.
d. Berdasarkan Isinya
1) Kalimat Berita
Kalimat berita merupakan kalimat yang bertujuan untuk menginformasikan
sesuatu. Kalimat berita dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.). Contoh kalimat berita : Kelas kita sangat bersih hari ini.
2) Kalimat Tanya
Kalimat tanya merupakan kalimat yang bertujuan untuk menanyakan tentang
suatu hal. Kalimat tanya dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri oleh tanda
tanya (?). Contoh Kalimat tanya : Apakah kamu sudah menyelesaikan
tugasmu ?
3) Kalimat Perintah
Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memerintahkan
tentang suatu hal. Kalimat perintah dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
oleh tanda seru (!). Contoh kalimat perintah : Ambilkan sepatu saya!
4) Kalimat Ajakan
Kalimat ajakan merupakan kalimat yang bertujuan untuk mengajak atau
memancing minat lawan bicara atau pembaca. Kalimat ajakan biasanya
diawalai dengan kata ajakan seperti “ayo” atau “mari”. Contoh kalimat ajakan
: ayo pergi ke bioskop bersama.
5) Kalimat Pengandaian
Kalimat pengandaian merupakan kalimat yang menggambarkan tujuan atau
keinginan dari penulis atau pembicara yang belum menjadi kenyataan.
Kalimat pengandaian biasanya dimulai dengan kata “seandainya” atau
“andaikan”. Contoh kalimat pengandaian : Andaikan saya bisa jadi seorang
dokter, pasti ibu saya akan sangat senang.
F. MAJAS
1. Definisi
Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk mendapatkan suasana dalam
sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya bisa kita pahami bahwa majas itu bisa
menjadi ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat. Majas melakukan
penyimpangan dari makna dari suatu kata yang biasa digunakan.
Contohnya seperti di awal artikel tadi, “tangan kanan”. Tangan kanan jika dilihat dari
makna sebenarnya ialah anggota tubuh manusia. Namun, dalam kalimat “Dia
termasuk tangan kanan Pak Budi”, maka makna anggota tubuh pun hilang. Makna
“tangan kanan” berubah menjadi orang kepercayaan.
2. Macam – Macam Majas
a. Majas Sindiran
Macam-macam majas yang pertama adalah majas sindiran. Majas sindiran
biasanya berisi ungkapan kata-kata kiasan yang bertujuan untuk menyentil
seseorang atau keadaan tertentu. Berikut beberapa jenis majas sindiran beserta
contohnya yang perlu diketahui:
1) Ironi
Ironi merupakan majas sindiran yang umumnya menggunakan kata kiasan
dengan makna yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya.
Contoh: Ruang bekerja kamu sangat rapi, sampai-sampai aku kesusahan
duduk di sini.
2) Sinisme
Sinisme juga termasuk majas sindiran yang digunakan untuk memberi
sindiran secara langsung kepada orang lain.
Contoh: Badanmu bau sekali, tetapi kalau disuruh mandi tidak mau.
3) Sarkasme
Terakhir adalah majas sarkasme. Majas sindiran yang satu ini menggunakan
kata-kata berkonotasi kasar untuk memberikan sindiran kepada orang lain.
Contoh: Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kamu hanya akan jadi
sampah masyarakat.
b. Majas: Perbandingan
Majas perbandingan merupakan gaya bahasa berisi ungkapan dengan cara
menyandingkan atau membandingkan suatu objek yang lainnya, melalui proses
penyamaan, melebih-lebihkan, atau penggantian. Di dalam majas perbandingan
ini masih dapat dibagi ke dalam beberapa sub jenis, yakni:
1) Hiperbola
Majas hiperbola juga termasuk sebagai satu di antara majas perbandingan.
Majas hiperbola digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara yang
berlebihan, bahkan sering tidak masuk akal.
Contoh: Pria itu memiliki semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan
menjadi orang sukses.
2) Eufimisme
Majas perbandingan eufimisme merupakan gaya bahasa yang digunakan
untuk menggantikan kata-kata yang kurang baik dengan kata-kata yang lebih
halus.
Contoh: Kata kencing diganti dengan buang air kecil.
3) Metanomia
Majas perbandingan metanomia berupa gaya bahasa yang menyandingkan
istilah sesuatu untuk mengacu pada benda umum.
Contoh: Bila haus, minumlah Aqua. Kata Aqua di sini dikenal sebagai sebuah
merek dagang air mineral yang sudah cukup terkenal.
4) Simile
Selanjutnya adalah majas simile. Majas perbandingan yang satu ini umumnya
menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu ungkapan.
Contoh: Anak kecil itu menangis bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
5) Alegori
Majas alegori digunakan untuk menyandingkan suatu objek dengan kata
kiasan.
Contoh: Mencari wanita yang sempurna seperti mencari jarum dalam
tumpukan jerami.
c. Majas Pertentangan
Macam-macam majas selanjutnya adalah majas pertentangan. Majas pertentangan
biasanya digunakan untuk menunjukkan maksud tertentu melalui kata-kata kiasan
yang berlawanan arti. Berikut macam-macam majas pertentangan beserta
contohnya yang perlu dipahami :
1) Litotes
Litotes termasuk majas pertentangan yang umumnya menggunakan ungkapan
merendahkan diri, padahal fakta kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.
Contoh: Silakan mampir ke gubuk kami yang sederhana ini. Kata gubuk di
sini mewakili arti dari rumah.
2) Paradoks
Paradoks merupakan majas pertentangan yang biasanya membandingkan
situasi sebenarnya dengan situasi sebaliknya yang saling bertentangan
Contoh: Di tengah keramaian itu aku merasa kesepian.
3) Antitesis
Antitesis termasuk satu di antara majas pertentangan. Majas antitesis biasanya
memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan
Contoh: semua orang sama di mata hukum, tak peduli tua-muda atau kaya-
miskin. Tua-muda dan kaya-miskin merupakan dua paduan kata yang
mempunyai arti berlawanan.
4) Kontradiksi Interminus
Majas kontradiksi interminus digunakan untuk menyangkal pernyataan yang
disebutkan sebelumnya. Biasanya penggunaan majas ini disertai dengan
konjungsi, seperti hanya saja atau kecuali.
d. Majas Penegasan
Macam-macam majas yang terakhir adalah majas penegasan. Majas ini
merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu secara tegas
guna meningkatkan pemahaman serta kesan kepada pembaca atau pendengar.
Beberapa yang termasuk jenis majas penegasan, antara lain:
1) Pleonasme
Pleonasme merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan
makna sama, terkesan tidak efektif tetapi disengaja untuk menegaskan
sesuatu.
Contoh: Ayo cepat naik ke atas, sebelum makananmu menjadi dingin.
2) Repetisi
Repetisi merupakan gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu
kalimat.
Contoh: Pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet
saya.
3) Retorik
Retorik merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi
sebenarnya tidak perlu dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan
sekaligus sindiran
Contoh: Kalau kamu salat subuh setiap kapan saja?
4) Klimaks
Klimaks merupakan gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara
berurutan, di mana tingkatannya makin lama semakin tinggi
Contoh: Pada saat itu semua orang, mulai bayi, anak-anak, remaja, orang
dewasa, hingga lansia pergi mengungsi akibat gempa.
5) Antiklimaks
Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan
tertinggi ke tingkatan terendah.
Contoh: Setiap hari senin, mulai staf dan karyawan rutin melaksanakan
upacara bendera.
6) Pararelisme
Pararelisme merupakan gaya bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata
untuk menegaskan makna kata tersebut dalam beberapa definisi yang
berbeda. Biasanya jenis majas ini digunakan pasa sebuah puisi.
Contoh: Kasih pasti murah hati, kasih pasti lemah lembut, kasih pasti
memaafkan.
7) Tautologi
Tautologi merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim
untuk menegaskan suatu kondisi atau maksud tertentu.
Contoh: Sejarah masa lalu pria itu sangat kelam.
G. PARAGRAF
1. Definisi
Paragraf adalah suatu gagasan yang berbentuk serangkaian kalimat yang saling
berkaitan satu sama lain. Nama lain dari paragraf ialah wacana mini. Kegunaan dari
paragraf adalah untuk menjadi penanda dimulainya topik baru dan memisahkan
gagasan-gagasan utama yang berbeda. Penggunaan paragraf memudahkan pembaca
untuk memahami bacaan secara menyeluruh. Panjang dari satu paragraf adalah
beberapa kalimat. Jumlah kalimat dalam paragraf ditentukan oleh cara pengembangan
dan ketuntasan uraian gagasan yang disampaikan.
Jumlah kalimat di dalam paragraf dapat menentukan kualitas dari bacaan. Paragraf
tersusun dari gagasan utama yang terletak dalam kalimat topik. Selain itu, terdapat
kalimat penjelas yang memperjelas kalimat topik. Paragraf juga berfungsi untuk
mengungkapkan pemikiran penulis secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami
oleh pembaca.Kriteria sekumpulan kalimat yang dapat menjadi paragraf yaitu adanya
kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan sudut pandang yang tidak berubah-
ubah.
2. Unsur Paragraf
a. Gagasan utama
Inti permasalahan di dalam paragraf terletak pada topik utama atau gagasan
utama. Pembicaraan utama di dalam paragraf terpusat pada gagasan utama.
Penyampaian gagasan utama berbentuk sebuah kalimat topik.
b. Kalimat topik
Kalimat topik merupakan kalimat yang mengandung permasalahan yang dapat
dirinci dan diuraikan lebih lanjut. Informasi di dalam kalimat topik bersifat
lengkap dan dapat dipahami tanpa adanya kalimat penjelas. Pesan yang
disampaikan di dalam kalimat topik cukup jelas dan dapat dibentuk.Letak kalimat
topik umumnya di awal atau akhir paragraf. Fungsi dari kalimat topik adalah
mengendalikan gagasan utama.
c. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang tidak dapat dipahami artinya tanpa
adanya kalimat lain. Kejelasan arti dari kalimat penjelas dapat diketahui setelah
dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. Pembentukan kalimat
penjelas umumnya memerlukan pembentukan kata sambung dan kata peralihan,
Kalimat penjelas berfungsi mendukung kalimat topik sehingga berisi keterangan
rinci, contoh, dan informasi tambahan lainnya.
3. Syarat Untuk Paragraf
a. Kesatuan (Kohesi)
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa sebuah
paragraf yang baik, hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika kalimat-kalimat
yang ada dalam sebuah paragraf saling berhubungan dan saling mendukung dalam
menjelaskan gagasan pokok paragraf, maka paragraf tersebut dapat dikatakan
memiliki kesatuan gagasan. Sebuah paragraf yang memiliki lebih dari satu
gagasan akan menimbulkan ketidakjelasan sehingga paragraf tersebut tidak bisa
menyatu.
b. Kelengkapan
Kelengkapan sebuah paragraf diwujudkan dengan terpenuhinya semua unsur
pembentuk paragraf, yaitu :
1) Gagasan utama
Tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan paragraf
2) Kalimat utama
Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya adalah
menuangkan gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat utama. Jadi
dalam kalimat utama tersirat gagasan utama. Kita bisa meletakkan kalimat
utama di awal, di akhir ataupun di awal dan di akhir sebuah paragraf
3) Kalimat Penjelas
Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa dikatakan
sebuah paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat penjelas. Kalimat
penjelas ini berfungsi menjelaskan ide dari kalimat utama sehingga menjadi
jelas, rinci dan lengkap. Yang harus diperhatikan dalam membuat kalimat
penjelas adalah, jangan sampai kalimat penjelas tersebut menyimpang dari ide
pokok. Semua kalimat penjelas harus saling mendukung gagasan utama.
Dengan terpenuhinya semua unsur ini maka sebuah paragraf akan menjadi
paragraf yang baik.
c. Kepaduan (Koherensi)
Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf yang terangkai secara logis dan saling
mendukung gagasan utama disebut dengan kepaduan atau koherensi. Kepaduan
ini bisa kita dapatkan dengan penggunaan konjungsi baik intra kalimat maupun
antar kalimat.
4. Fungsi Paragraf
a. Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi
kalimat dan kalimat penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.
b. Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau
kalimat dalam bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh
pembaca.
c. Paragraf dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi
dan topik dalam sebuah tulisan.
d. Memudahkan penulis untuk menyusun ide-ide tentang tulisan yang akan
dibuatnya.
e. Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari
segala sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis menjadi sebuah
karya tulis.
5. Jenis Paragraf
Paragraf dibedakan menjadi dua bagian yaitu paragraf yang berdasarkan letak
gagasan utama dan paragraf yang berdasarkan bentuk penyampaiannya. Paragraf
yang berdasarkan letak gagasan utama dibagi menjadi tiga yaitu, paragraf deduktif,
induktif, dan campuran. Paragraf yang berdasarkan bentuk penyampaiannya dibagi
menjadi lima yaitu, paragraf argumentasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan narasi.
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang meletakkan gagasan utamanya pada
kalimat utama atau di awal paragraf, paragraf deduktif diawali dengan pernyataan
yang bersifat umum dan kemudian dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan
khusus, pola kalimatnya adalah dari umum kekhusus.
Ciri-ciri kalimat deduktif adalah:
1) Kalimat utamanya berada diawal kalimat
2) Kalimat disusun dari pernyataan umum yang kemudian dijelaskan dengan
penjelasan khusus.
Contoh paragraf deduktif :
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan. Sehari-hari
kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh
asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita
hirup, kemudian masuk kedalam tubuh.
b. Paragraf Induktif
Paragraf induktif merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Paragraf induktif
adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada bagian akhir paragraf.
Paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas yang berupa fakta, contoh-
contoh, bukti-bukti ataupun rincian khusus lalu disimpulkan dalam satu kalimat
pada akhir paragraf, pola kalimatnya adalah dari khusus keumum.
Ciri-ciri paragraf induktif adalah :
1) Diawali dengan penjelasan-penjelasan khusus
2) Lalu, digeneralisasikan menjadi sebuah kesimpulan berdasarkan penjelasan-
penjelasan khusus
3) Kesimpulan yang merupakan kalimat utama terdapat di akhir Paragraf
Contoh paragraf induktif
Formalin digunakan untuk anti bakteri atau pembunuh kuman, formalin juga
bisa digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan
pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetik, pengeras kuku, dan
bahan untuk insulasi busa. Itulah manfaat-manfaat formalin dibidang industri.
c. Paragraf Campuran
Paragraf campuran merupakan jenis paragraf yang terbentuk dari gabungan pola
paragraf induktif dan deduktif, dengan kata lain paragraf campuran memiliki
kalimat utama di awal dan akhir paragraf. Paragraf ini diawali dengan pernyataan
umum kemudian diikuti pernyataan khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum
kembali sebagai kalimat penegas.
Ciri-ciri paragraf campuran adalah :
1) Terdapat kalimat utama di awal paragraf dan kemudian ditekankan kembali
diakhir paragraf
2) Adanya pengulangan atau variasi pada beberapa kata di awal dan di akhir
paragraf.
Contoh paragraf campuran :
Instagram adalah salah satu media sosial yang menjadi tempat
memperlihatkan foto-foto dan video secara online. Hampir setiap detik selalu
ada saja yang mengunggah foto-foto atau video disitus online ini. Foto-foto
dan video yang diunggah para pengguna instagram adalah foto-foto dan video
diri mereka sendiri, foto-foto dan video bersama teman-teman, keluarga,
ataupun foto-foto dan video disaat mereka jalan-jalan. Melalui situs ini, para
teman atau kerabat bisa berkomentar atau hanya sekedar menyukai foto dan
video tersebut. Kecepatan dan kemudahan inilah yang membuat instagram
dirasa sebagai tempat memperlihatkan foto-foto dan video yang paling tepat.
d. Paragraf Argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah paragraf yang menjelaskan berkenaan dengan suatu
permasalahan tertentu dengan menyajikan data-data yang otentik untuk
mempertahankan pendapat penulis. Jenis paragraf argumentasi sering ditemukan
dalam artikel ilmiah seperti penemuan ataupun inovasi. Jenis paragraf ini juga
sering ditemukan diproposal perencanaan dan sejenisnya.
Ciri ciri paragraf argumentasi meliputi :
1) Untuk penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah
2) Memberikan asumsi yang bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada
orang lain, bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran
3) Menyertakan bukti-bukti yang mendasari argumen tersebut berupa data,
tabel, gambar dan sebagainya
4) Terdapat kesimpulan di akhir paragraf
Contoh paragraf argumentasi :
Saat ini formalin banyak ditemukan di sejumlah produk pangan. Produk
pangan yang memakai formalin sebagai pengawat diantaranya tahu, ikan asin
dan mie basah. Investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dijakarta, produk-produk
pangan yang berformalin tersebut ditemukan dijual disejumlah pasar dan
supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor dan Bekasi.
e. Paragraf Deskripsi
Paragraf Deskripsi adalah jenis paragraf yang di dalamnya menggambarkan
tentang keadaan suatu objek sedetai-detailnya. sehingga para pembaca seakan bisa
melihat, mendengar, atau merasa objek tersebut. Objek tersebut dapat berupa
orang, benda, atau tempat.
Ciri ciri paragraf deskriptif yaitu :
1) Paragraf yang melukiskan objek tertentu seperti, orang, benda, tempat,
keindahan alam dan sebagainya
2) Pembaca bisa terbawa ke dalam alur cerita karya tulis, seakan bisa melihat,
mendengar, atau merasa objek tersebut.
Contoh paragraf deskripsi :
Echa memiliki wajah yang dihiasi mata bulat yang bersinar dengan bulu mata
lentik dan tebal, alis yang hitam dan tebal, hidung yang mancung, serta pipi
yang merah merona dengan bibir tipis. Ditambah lagi dengan tubuh yang
semampai, dengan tinggi kira-kira 165cm, berat badab 50kg, dia juga
memiliki rambut yang hitam, lurus dan panjang sepinggang, dengan kulit
badan kuning langsat yang membuat tampilannya semakin menarik.
f. Paragraf Eksposisi
Merupakan jenis paragraf yang tulisannya memberikan informasi mengenai
sebuah teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan
bertambah wawasan. Paragraf Eksposisi biasanya ditemukan diresep obat,
diberita-berita, Koran-koran, dan hal-hal lain yang bisa memberikan informasi
dan menambah wawasan pembaca ketika membaca paragraf tersebut.
Ciri-ciri paragraf eksposisi meliputi :
1) Paragraf yang mengandung informasi untuk menambah wawasan pembaca
2) Karya tulis yang bersifat nonfiksi atau ilmiah
3) Bertujuan menjelaskan dan memaparkan sesuatu yang berdasarkan fakta
4) Tidak bermaksud mempengaruhi pembaca
Contoh paragraf eksposisi
Program pertukaran guru BIPA IALF Bali dengan Departemen Pendidikan
NSW ( New South Wales ) dan Westralian Indonesian Language Teacher
Association ( WILTA ) Australia Barat, telah memberikan kesempatan kepada
guru-guru untuk pergi dalam program tersebut salah satunya yaitu Ni Komang
Wartini, guru BIPA pertama di IALF Bali. Beliau berkeliling selama satu
bulan di Australia Barat ( 24 Mei – 26 Juni 2000 ). Di sana beliau tidak hanya
bertugas mengajar dan menjadi konsultasi bahasa, tapi beliau juga
memberikan lokakarya tentang pengajaran Bahasa dan Budaya Indonesia
dengan kartun dan komik yang beliau kembangkan sendiri.
g. Paragraf Persuasi
Persuasi artinya mengajak, Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan
meyakinkan dan membujuk juga bersifat mempengaruhi pembaca agar
mempercayai, menerima dan melaksanakan gagasan penulis terhadap suatu hal.
Ciri-ciri paragraf persuasi :
1) Bahasa yang digunakan dibuat menarik untuk memberikan kesan kepada
pembaca
2) Paragraf yang bertujuan untuk meyakinkan, membujuk, dan mempengaruhi,
pembaca
3) Terdapat bukti dan fakta yang mempengaruhi pembaca agar mempercayai,
menerima dan melaksanakan suatu hal yang menjadi gagasan penulis
Contoh paragraf persuasi
Untuk memilki tubuh yang ideal tidak cukup hanya dengan menjaga pola
makan sehat. Olahraga juga sangat penting untuk dilakukan secara rutin, olah
raga yang cocok untuk menjaga tubuh agar tetap ideal adalah dengan latihan
kardio. Latihan kardio membantu jantung untuk berdetak lebih kencang dan
memompa darah lebih ekstra. Latihan kardio sangat ampuh untuk membakar
lemak di tubuh dengan cepat. Lakukan Latihan kardio saat pagi hari setelah
bangun tidur dan sebelum makan. Anda bisa melakukan latihan kardio yang
berbeda-beda di tiap harinya untuk mencegah kebosanan, seperti lari,
bersepeda, senam, dan yang lainnya. Dengan menjaga pola makan sehat dan
rajin berolahraga Anda akan mendapatkan tubuh yang ideal.
h. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah jenis paragraf yang menceritakan serangkaian peristiwa
atau kejadian secara kronologis, berdasarkan keterangan waktu yang jelas, dalam
paragraf narasi umumnya terdapat alur cerita, tokoh dan latar. Paragraf narasi
dapat ditemukan dalam banyak cerita fiksi dan non fiksi.
Ciri ciri paragraf narasi :
1) Paragraf yang banyak ditemukan dicertita fiksi dan non fiksi
2) Terdapat tokoh, tempat, waktu, dan suasana dalam cerita
3) Mementingkan urutan waktu maupun urutan peristiwa
Contoh paragraf narasi :
Liburan kali ini aku dan keluarga berlibur ke kampung bapak, yaitu Kapuas.
Pagi hari tanggal 16 Juni, saya sudah berbenah dan menyiapkan seluruh bekal
yang dibutuhkan. Saya juga membantu adik saya menyiapkan pakaian dan
bekal-bekal yang dia butuhkan. Sepanjang perjalanan, aku dan keluarga
sangat menikmati perjalan dan pemandangan yang disuguhkan oleh alam
dengan sangat indah dan mempesona. Aku dan adikku pun tak berhenti
bercanda, sekali-kali ibu dan bapak ikut tertawa mendengar candaan kami.
Tak terasa perjalanan selama 7 jam sudah kami lewati, kamipun sampai.
Sesampainya si kampusng, kami disambut nenek dan kakek. Suasana di
rumah nenek sangat ramai, ternyata ada saudara sepupu juga yang sedang
berlibur, liburan kali ini pasti akan sangat menyenangkan dan berkesan.

H. SIMPULAN
1. Definisi
Simpulan adalah suatu pernyataan yang dibuat dari ide pokok/gagasan utama dan kata
kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri. Selain itu simpulan juga menjadi
hal yang sangat penting dalam sebuah wacana. Terkadang kesimpulan yang berperan
sebagai gagasan utama dalam sebuah paragraf atau sebuah jawaban atas pembuktian
suatu karya ilmiah.
Agar dapat mengambil sebuah kesimpulan maka harus menggunakan pola penalaran
Induktif dan deduktif. Penalaran deduktif yaitu terdiri atas Silogisme, Akibat-sebab-
sebab dan sebab-akibat-akibat. Induktif merupakan sebuah pola penalaran dari
Generalisasi, Anologi, Akibat-akibat-sebab dan Sebab-sebab-Akibat.
2. Metode Membuat Kesimpulan
a. Metode Generalisasi
Langkah pembuatan kesimpulan yang paling sering digunakan adalah dengan
menggunakan metode generalisasi. Membuat kesimpulan dengan menggunakan
metode ini dilakukan dengan mengulas terlebih dahulu masalah-masalah umum
yang menjadi fokus penelitian.
Contohnya dalam hal ini adalah permasalahan korupsi, kekurangan gizi dan lain-
lain.
b. Metode Analogi
Menggunakan metode analogi dalam membuat kalimat kesimpulan dalam
penelitian ilmiah yang baik dengan dilakukan dengan menyusun kalimat yang
dianalogikan antar materi pembahasan dan pembukaan dalam karya ilmiah.
c. Metode Korelasi
Adapun menggunakan metode korelasi dalam membuat kesimpulan dalam karya
ilmiah dilakukan dengan mencari titik fokus antara hasil penelitian dan
pembukaan. Gambaran singkat mengenai sebab akibat untuk mencari hubungan
bisa dilakukan.
Contohnya dalam kasus sosial pembahasan mengenai kemiskinan akan berdampak
pada tingginya angka kriminalitas, tingkat kesehatan dan sebagainya.
3. Jenis – Jenis Simpulan
a. Deduktif
Merupakan pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum
kemudian dilanjutkan dengan pernyataan khusus yaitu berupa rincian penjelasan
atau contoh. Baisanya tuh simpulan atau pokok kalimat dari tipe deduktif ini
terletak diawal paragraf.
Contoh 1 :
Narkoba dan zat adiktif lainnya masih menjadi masalah besar bagi setiap negara
yang ada didunia. Ini terbukti bahwa sampai saat ini belum ada satu negara pun
yang mampu menyatakan bahwa negara mereka bersih dari narkoba. Hal yang
harus kita lakukan adalah waspada dan terus menghindari untuk menjadi
pengguna ataupun pengedar dengan cara memperkuat keimanan dan ketaqwaan
kita terhadap tuhan yang maha esa.
Contoh 2 :
Finansial masih menjadi hal yang fundamental bagi Indonesia. Ini terbukti
dengan fakta yang ada dikehidupan sehari – hari. Contoh saja bagi seorang
pelajar , meskipun pemerintah sudah membebaskan biaya sekolah dengan wajib
belajar sembilan tahun, tapi tetap saja masih banyak anak – anak yang tidak bisa
sekolah karena mereka membutuhkan alat – alat penunjang mereka belajar yang
perlu dibeli dengan uang, seperti ; buku tulis, buku pembelajaran, dan seragam.
Contoh 3 :
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membuat ekonomi Indonesia
semakin sulit. Banyaknya ibu yang melahirkan , dan rata – rata ekonomi mereka
adalah ekonomi yang tergolong menengah kebawah. Ini semua mempersulit
pemerintah dalam memberikan kesejahteraan terhadap rakyat nya, karena secara
otomatis pemerintah harus membuat lapangan pekerjaan sebanyak mungkin
untuk mengurangi pengangguran dan tindak kriminalitas di Indonesia.
Mencanangkan program KB (keluarga berencana ) adalah program pemerintah
yang bertujuuan untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk yang terus
meningkat , tapi sayang nya program tersebut kurang direspon oleh masyarakat.
b. Induktif
Merupakan jenis simpulan yang dimulai dengan beberapa pernyataan khusus
kemudian diakhiri dengan pernyataan umum.
1) Induktif generalisasi
Merupakan penalaran yang dimulai dengan beberapa pernyataan khusus
kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
Contoh :
Setiap anak Indonesia sekarang bisa merasakan indahnya belajar dengan
program wajib belajar sembilan tahun. Ini merupakan suatu aksi yang
berdampak positif bagi generasi penerus bangsa ini, karena mereka bisa
merasakan pendidikan tanpa harus mengeluarkan biaya dan berkonsentrasi
untuk meraih cita – cita. Program ini membuktikan bahwa pemerintah telah
memberikan kebutuhan yang dibutuhkan kita semua anak Indonesia yaitu
pendidikan.
2) Induktif analogi
Penalaran dengan membandingkan 2 hal yang mengacu
Contoh :
Perubahan alam semesta yang mengembang dapat dijelaskan dan disimpulkan
dari apa yang terjadi pada balon karet yang dikembungkan. Sebelumnya,
balon karet itu diwarnai. Ketika dikembungkan, warna pada balon karet itu
ikut mengembang. Semakin besar balon itu mengembang, semakin pudar
warnanya. Warna itu memudar karena warna makin berkurang dan
mengembang. Cahaya bintang-bintang di angkasa juga semakin berkurang
intensitasnya. Para ahli menyimpulkan bahwa bintang-bintang itu makin
menjauh dari kita dan alam semesta pun mengembang
3) Induktif silogisme
Penalaran yang menghubungkan dua pernyataan atau premis yang berlainan
untuk kemudian diambil kesimpulannya
Contoh :
Negara demokrasi adalah negara yang dimana kekuasaan tertinggi ada
ditangan rakyat. Pemimpin yang ada pun berasal dari rakyat , dipilih oleh
rakyat, dan bekerja hanya untuk rakyat dan negaranya. Maka pemimpin yang
memimpin dinegara demokrasi adalah pemimpin yang selalu mendengarkan
aspirasi rakyatnya.
4) Induktif kausalitas
Biasanya penalaran jenis kaulitas ini memiliki dua pernyataan dimana satu
pernyataannya berisikan sebab dan satu lagi berisikan akibat
Contoh :
Bencana banjir banyak terjadi dimana-mana sekarang. Bencana banjir tidak
hanya melanda daerah dataran rendah yang memang sudah menjadi
langganan banjir, namun beberapa daerah di dataran tinggi juga dilanda
musibah banjir. Kira-kira 20 tahun yang lalu, Bandung termasuk wilayah
yang ebas banjir. Namun apa yang terjadi sekarang? setiap musim hujan tiba
dan terjadi hujan deras dalam beberapa jam, sudah bisa dipastikan banyak
wilayah di Bandung yang tergenang banjir. Begitu juga dengan beberapa
wilayah di Sulawesi yang akhir-akhir ini dilanda banjir bandang. Padahal
Sulawesi termasuk wilayah dengan jumlah hutan yang tidak bisa dibilang
sedikit. Pembalakan hutan secara liar, pembangunan wilayah yang tidak
memperhatikan sistem drainase merupakan dua penyebab utama bencana
banjir yang banyak terjadi belakangan ini .
I. PEDOMAN UMUM BAHASA INDONESIA ( PUEBI )
1. Pemakaian Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
1) Ita pergi ke sekolah.
2) Mengapa burung bisa terbang?
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh
1) Lia bertanya, “Di mana letak kota itu?”
2) “Bulan depan, Engkau ke luar kota,” katanya.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah, Yang Maha kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam,
Kristen.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
1) Mahaputra Yamin
2) Sultan Hasanudin
3) Haji Agus Salim
4) Imam Syafii
5) Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh:
1) Dia baru saja diangkat menjadi gubernur.
2) Tahun ini, dia pergi naik haji.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
1) Mantan Wakil Presiden Adam Malik
2) Mantan Wakil Presiden B.J. Habibie
3) Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
4) Gubernur Kalimantan Barat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Contoh:
Siapa profesor yang baru dilantik itu?
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
1) Taufik Ismail
2) Dewi Sartika
3) Wage Rudolf Supratman
4) Halim Perdanakusumah
5) Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
1) bangsa Indonesia
2) suku Jawa
3) bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Contoh:
1) bulan Desember hari Natal
2) bulan Maulid Perang Candu
3) hari Galungan tahun Hijriah
4) hari Jumat tarikh Masehi
5) hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Contoh:
1) Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
2) Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
1) Asia Tenggara Kali Brantas
2) Banyuwangi Lembah Baliem
3) Bukit Barisan Ngarai Sianok
4) Danau Toba Selat Lombok
5) Dataran Tinggi Dieng Tanjung Harapan
k. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Contoh:
1) berlayar ke teluk
2) mandi di kali
3) menyeberangi selat
4) pergi ke arah tenggara
i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Contoh:
1) garam inggris
2) kacang bogor
3) pisang ambon
j. Huruf kapital dipakai sebagai nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan
kecuali partikel di, ke, dari, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
1) Hikayat Hang Tuah
2) Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
k. Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
1) Dr. = Doktor
2) dr. = Dokter
3) Sdr. = saudara
4) S.Sos. = Sarjana Sosial
i. Huruf kapital dipakai sebagai penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan langsung.
Contoh:
1) Kapan Ibu pergi
2) Bingkisan Saudara telah saya terima.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Contoh:
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat
2) Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57 Tahun 1972
2. Pemenggalan Suku Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
2) Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
3) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu. Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
4) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
5) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
b. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya. Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an
Catatan:
1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
me–nu-tup
me–ma-kai
me–nya-pu
me–nge-cat
pe–mi-kir
pe–no-long
pe–nga-rang
pe–nge-tik
pe–nye-but
2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan. Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ….
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya:
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
biodata bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi foto-grafi fo-to-gra-fi
fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
introspeksi intro-speksi in-tro-spek-si
introspeksi intro-jeksi in-tro-jek-si
kilogram kilo-gram ki-lo-gram
kilometer kilo-meter ki-lo-me-ter
pascapanen pasca-panen pas-ca-pa-nen
pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
d. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
e. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak
dipenggal. Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
Ia bekerja di DLL-AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
J. KUTIPAN
1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutipan adalah pengambilalihan satu kalimat
atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen
dalam tulisan sendiri. Berdasarkan pengertian kutipan di atas, penulis dapat menulis
ulang terhadap bahan bacaan atau pustaka yang telah dibaca. Bahan bacaan atau
pustaka yang digunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dalam kegiatan menulis
ulang tersebut.Kegiatan menulis ulang dapat disebut juga sebagai kegiatan atau proses
reproduksi.Hasil dari kegiatan ini dapat berupa ringkasan dan ikhtisar.Setelah kegiatan
reproduksi, penulis akan mendapatkan gambaran terhadap bacaanya dan dapat
memilih bahan bacaan yang digunakan dalam karya ilmiahnya sebagai rujukan.
Pernyataan atau teori yang ditemukan dan diyakini oleh penulis dapat dikutip untuk
mendukung pendapat penulis dalam penyusunan karya ilmiah. Dengan demikian
definisi kutipan adalah suatu kegiatan menuliskan satu kalimat atau lebih dari karya
tulis lain yang dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan memberikan ilustrasi atau
memperkuat argumen penulis dalam penyusunan karya ilmiahnya.
2. Fungsi Kutipan
a. Kegiatan pengutipan dapat menghindari pengutip dari kegiatan plagiarisme;
b. Membantu pembaca yang ingin memahami lebih lanjut tentang ide pengutip;
c. Sumber pengutipan yang digunakan dapat memberikan nilai terhadap karya ilmiah
yang sedang atau telah dibuat;
d. Pengutipan yang tepat akan mengamankan penulis pada ide orang lain yang salah;
dan
e. Menguatkan tulisan pengutip melalui kutipan yang dimuat dalam karya ilmiah.
3. Jenis – Jenis Kutipan
a. Kutipan Langsung
Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya, tidak boleh
ada perubahan. Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan, kita beri tanda (sic!),
yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung
jawab atas kesalahan itu. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan, memberi
huruf kapital, garis bawah, atau huruf miring, kita perlu menjelaskan hal tersebut,
misalnya huruf miring dari pengutip, ejaan disesuaikan dengan EYD, dll. Bila
dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,
harus digunakan huruf siku […..].
Cara penulisannya sebagai berikut :
1) Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan kedalam teks,
a) Diketik seperti ketikan teks
b) Diawali dan diakhiri dengan tanda (“)
c) Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan
2) Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih,
a) Diketik satu spasi
b) Dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri
c) sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan
Cara Mengutip
Ø Yang tidak lebih dari empat baris:
o kutipan diintegrasikan dengan teks
o jarak antar baris kutipan dua spasi
o kutipan diapit dengan tanda kutip
o sesudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam
o tanda kurung ditulis sumber dari mana kutipan itu diambil, dengan
o menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor
halaman tempat kutipan itu diambil
Ø Yang lebih dari empat baris:
o kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
o jarak antar baris kutipan satu spasi
o kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau
pengutip.
o Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan
lagi 5-7 ketukan
o kutipan diapit oleh tanda kutip atau tidak diapit tanda kutip dibelakang kutipan
diberi sumber kutipan {seperti pada 1)}
Contoh Kutipan Langsung:
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1983: 3). ( Contoh
kutipan Langsung 1# )
-------------------------------------------------------
Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Argumentasi dan Narasi (1983:3), argumentasi
adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis atau pembicara. ( Contoh kutipan Langsung 2# )
--------------------------------------------------------
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara 1 ( Contoh kutipan Langsung
3# )
b. Kutipan Tak Langsung
Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita
kutip. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan
tidak usah diapit tanda petik. Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan
kaki, dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah
dicontohkan
Adapun cara penulisannya sebagai berikut :
1) Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi
rangkap sebagaimana dengan teks biasa
2) Semua kutipan harus dirujuk
3) Sumber-sumber rujukan harus ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat
yang mengandung kutipan
Cara Mengutip:
o kutipan diintegrasikan dengan teks
o jarak antar baris kutipan spasi rangkap
o kutipan tidak diapit tanda kutip
o sesudah selesai diberi sumber kutipan
Contoh Kutipan Tak Langsung:
Seperti dikatakan oleh Gorys Keraf (1983:3) bahwa argumentasi pada dasarnya tulisan
yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis
bahkan mau melakukan apa yangdikatakan penulis. ( Contoh kutipan Tidak Langsung
1# )
-------------------------------------------------------
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca
agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis
(Keraf, 1983:3). ( Contoh kutipan Tidak Langsung 2# )
-------------------------------------------------------
Argumentasi pada dasarnya tulisan yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca
agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan
penulis1). ( Contoh kutipan TidakLangsung 3# )
4. Kutipan Pada Catatan kaki
Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap
lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk
memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai
pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat membuat cara penulisan catatan kaki adalah
sebagai berikut:
a. Hubungan catatan kaki dan teks ditandai dengan nomor penunjukan yang letaknya
sedikit atas setengah spasi dari teks.
b. Pemberian nomor urut yang berlaku untuk setiap bab ataupun untuk judul buku
menggunakan tanda seluruh karangan. Koma.
Teknik punulisan catatan kaki:
a. Teknik pertama cara penulisan catatan kaki, yaitu menyediakan tempat
secukupnya pada kaki halaman tersebut.
b. Teknik kedua cara penulisan catatan kaki, yaitu setelah baris terakhir dari teks
dalam jarak 3 spasi, wajib dibuat sebuah garis yang diawali dari kiri sepanjang 15
ketikan.
c. Teknik ketiga cara penulisan catatan kaki, yaitu persis setelah nomor dan setengah
kebawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
d. Teknik keempat cara penulisan catatan kaki, yaitu persis setelah nomor dan
setengah kebawah mulai diketikan baris pertama dari catatan kaki.
e. Teknik kelima cara penulisan catatan kaki, yaitu jarak antarbaris didalam catatan
kaki adalah spasi rapat. Sementara itu, jarak antarcatatan kaki dihalaman sama
adalah dua spasi.
Tujuan Catatan Kaki (Footnote)
a. Catatan kaki dicantumkan untuk memenuhi kode etik yang berlaku
b. Dapat juga sebagai penghargaan terhadap orang lain yang mungkin berjasda
dalam penulisan tersebut
c. Dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan yang dipergunakan
dalam teks
Macam-Macam Catatan Kaki (Footnote)
a. Kutipan langsung, yaitu salinan persis dari sumbernya tanpa perubahan. Kutipan
ini terdiri dari kutipan langsung kurang dari lima baris dan kutipan langsung
terdiri atas limabaris ke atas.
b. Kutipan tidak langsung – Menyadur, mengambil ide dari suatu dan
menuliskannya sendiri dengan kalimat dan bahasa sendiri. Penulisan
diintegrasikan ke dalam teks, tidak diapit tanda petik, spasi sama dengan teks,
dan tidak mengubah isi atau ide penulis aslinya. Penulisan disertai data pustaka
sumber yang dikutip, dapat berupa catatan kaki atau data pustaka dalam teks.
c. Meringkas – Penyajian suatu karangan atau bagian karangan yang panjang dalam
bentuk yang singkat. Meringkas bertujuan untuk mengembangkan ekspresi
penulisan, menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli, dan
memperkuat pembuktian.
K. MAKNA KATA
1. Definisi
Makna kata dalam Bahasa Indonesia adalah hubungan antara ujaran dengan arti dari
sebuah kata. Makna kata juga dapat diartikan sebagai maksud yang terkandung dari
sebuah kata.Pada dasarnya, suatu kata saling berkaitan dengan bendanya. Apabila
suatu kata tidak dapat dihubungkan dengan benda, peristiwa, atau keadaan tertentu,
maka kata tersebut tidak memiliki makna.
Makna kata dapat dipelajari secara khusus melalui studi linguistik, yakni penelitian
semantik. Penelitian tersebut membahas tentang arti, asal-usul, perkembangan
penggunaan, dan perubahan arti kata.
2. Jenis Makna Kata
a. Makna Leksikal
Makna leksikal disebut juga makna yang terdapat dalam kamus. Makna leksikal
ialah makna lambang kebahasaan yang bersifat dasar. Makna jenis ini merujuk
pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri
tanpa melihat konteks.
Prosedur pemaknaan atau komponen makna leksikal adalah sebagai berikut: 1
1) Penamaan (naming) atau penyebutan (labeling): menggunakan lambang yang
berwujud satu kata berdasrkan pengalaman dan pengetahuan seseorang.
2) Parafrasa: menganalisis komponen makna lebih terperinci dengan melihat
deskripsinya.
3) Mendefinisikan (definition): pengembangan dari parafrasa untuk menjelaskan
makna agar lebih rinci.
4) Mengklasifikasikan (classified): menhubungkan dengan kelas kata. Kelas
tersebut dapat berupa cirinya.
Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. Satu simbol dapat
mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat beragam.
Maka, makna leksikal dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1) Sinonim
Sinonim disebut juga persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera
dalam kamus) berbeda tetapi memiliki kedekatan atau persamaan makna.
Contohnya:
Laki-laki – pria – cowok – jantan – jaka
Perempuan – wanita – gadis – betina – dara
Rendah – pendek – bawah
Tinggi – jangkung – atas – luhur
2) Antonim
Antonim disebut juga lawan kata. Kata yang secara leksikon memiliki makna
yang berbeda atau bertolak belakang.
Contohnya:
Gelap – terang
Tebal – tipis
Kuat – lemah
Panas – dingin
3) Homonim
Homonim disebut juga persamaan bunyi. Kata yang secara leksikon memiliki
bunyi dan bentuk yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contohnya:
Kata bulan memiliki bunyi dan bentuk yang sama tetapi maknanya dapat
berbeda. Bulan dapat diartikan sebagai satelit alami yang mengitari bumi,
tampak bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari. Namun kata
bulan merujuk pada satuan penanggalan.
Kata jarak berarti ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat.
Namun jarak juga dapat merujup pada tanaman perdu dengan bahasa latin
Ricinus communis.
4) Hiponim
Hiponim merupakan kata yang secara leksikon mewakili himpunan atau
kelompok kata tertentu. Kata yang memiliki makna hiponim mewakili banyak
hal, yang mengakibatkan generalisasi.
Contohnya:
Leksikon buah dapat mewakili kata lain seperti mangga, pisang, jeruk, melon,
jambu, semangka, dan sejenisnya.
Leksikon unggas dapat mewakili kata lain seperti ayam, burung, merpati,
parkit, jalak, kalkun, itik, bebek, angsa, dan sejenisnya.
5) Meronim
Meronim ialah kata yang secara leksikon merupakan bagian yang mewakili
sesuatu secara keseluruhan. Maksudnya, jenis makna kata tersebut dapat
mewakili makna lain yang lebih menyeluruh.
Contohnya:
Leksikon halaman, merupakan meronim dari kata buku.
Leksikon jari, merupakan meronim dari kata tangan.
Leksikon pintu, merupakan meronim dari rumah.
b. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna kata yang ditimbulkan setelah dihubungkan
dengan kalimat. Fungsi kalimat sebagai satuan kebahasaan memunculkan makna
gramatikal pada sebuah kata.
Jenis makna kata ini terjadi akibat adanya afikasi (imbuhan), reduplikasi
(pengulangan kata), komposisi, pembentukan frasa, klausa, serta kalimat. Maka
makna gramatikal disebut juga hubungan intra bahasa karena berkaitan dengan
satuan bahasa lainnya dan maknanya tidak dapat berdiri sendiri. Berdasarkan
struktur kebahasaan dan hubungan antarkalimat, makna gramatikal dikelompokan
sebagai berikut:
1) Parafrasa
Disebut juga makna yang sepadan. Jenis makna kata ini mengungkapkan
tataran makna gramatikal tanpa menghilangkan makna leksikal.
Contohnya:
Saya adalah anak tunggal. Kalimat tersebut setara dengan makna “saya tidak
memiliki saudara kandung”.
Dian selalu datang tepat waktu. Kalimat tersebut setara dengan makna “Dian
tidak pernah datang terlambat”.
2) Entailmen
Makna yang terjadi akibat proses pembentukan dan hubungan dengan makna
lainnya. Suatu makna dapat menyimpulkan makna lain yang berhubungan.
Contohnya:
Roni sekarang tidak bekerja. Kalimat tersebut berkaitan dengan makna lain
seperti “Roni pengangguran”.
Dia kuliah di Yogyakarta. Kalimat tersebut berkaitan dengan makna lain
seperti “dia adalah seorang mahasiswa”.
3) Praanggapan
Disebut juga presuppotition. Makna kata yang ditimbulkan dari asumsi atau
anggapan.
Contohnya: O
rang berkacamata pasti pintar.
Semua orang kaya rupawan.
Orang Indonesia ramah.
4) Kontradiksi
Makna kata yang menimbulkan pertentangan. Makna kata yang satu bertolak
belakang dengan makna kata yang lainnya.
Contohnya:
Orang miskin yang punya banyak mobil.
Kesedihan itu membuatnya bahagia.
5) Tautologi
Makna yang memuat pernyataan sebenar-benarnya sesuai keadaan sebenarnya
tanpa diubah. Jenis makna ini berkaitan dengan fakta atau keadaan yang
nyata.
Contohnya:
Ibu saya seorang wanita.
Bola jatuh ke bawah.
6) Inkonsistensi
Makna kata yang tidak selaras antara analogi dan objek yang dianalogikan.
Ketidakselarasan tersebut terjadi akibat makna kata yang tidak sepadan atau
timpang.
Contohnya:
Kakak merasa lebih tua dari adik. Kalimat tersebut menjadi timpang karena
kakak memang diartikan saudara yang lebih tua dari adik.
Mahasiswa lebih pintar dari anak SD. Kalimat ini inkonsisten karena
membandingkan kedua hal yang tidak sepadan. Tingkat pendidikan SD dan
perguruan tinggi bedanya sangat jauh.
7) Anomali
Makna yang menimbulkan penyimpangan atau kelainan karena tidak dapat
diterima secara umum. Dari sudut pandang gramatikal, relasi makna anomali
dipandang tidak logis.
Contohnya:
Ayahku melahirkan. Kalimat di atas masuk dalam makna anomali karena ayah
merupakan sosok berjenis kelamin laki-laki.
Umumnya laki-laki tidak memiliki rahim, sehingga tidak dapat melahirkan.
Anak yatim itu tinggal bersama ayahnya di rumah. Kalimat di atas masuk
dalam makna anomali yatim merujuk pada orang yang tidak memiliki ayah
karena ditinggal mati.
8) Ambigu
Makna yang kabur atau mengandung interpretasi dan multitafsir. Makna yang
ditangkap seseorang dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Maka ambigu
disebut juga makna ganda.
Contohnya:
Saya makan dengan ikan. Kalimat di atas dapat bermakna “saya makan
menggunakan lauk ikan”, tetapi dapat juga diartikan sebagai “saya makan
bersama dengan ikan”.
Dia bawa motor. Kalimat di atas dapat bermakna “dia mengendarai motor”,
tetapi juga dapat diartikan sebagai “dia mengangkat motor”.
L. DAFTAR PUSTAKA
1. Definisi
Daftar pustaka adalah suatu susunan tulisan di akhir sebuah karya ilmiah yang isinya
berupa nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit, dan tahun terbit.
Daftar pustaka ini digunakan sebagai sumber atau rujukan seorang penulis dalam
berkarya.
Keberadaan daftar pustaka sangat penting guna menunjukkan bahwa suatu tulisan
atau karya ilmiah tidak hanya dibuat berdasarkan pemikiran orisinal seorang
penulisnya saja, tetapi juga mendapat rujukan yang banyak dari berbagai pemikiran
orang-orang lainnya. Daftar pustaka juga digunakan sebagai ucapan terima kasih
untuk penyumbang data penelitian. Selain itu, daftar pustaka juga dapat membantu
pembaca yang ingin mencari tahu lebih dalam soal topik atau permasalahan tertentu
dalam sebuah karya ilmiah.Jika menulis suatu daftar pustaka, Sobat Pintar tidak bisa
mengerjakannya secara sembarangan. Penulisannya harus berdasarkan aturan yang
sudah diterapkan dan diberlakukan secara umum. Inilah mengapa ada sebuah
panduan tentang cara membuat daftar pustaka.
2. Aturan Dalam Penulisan Daftar Pustaka
a. Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet nama pengarang
b. Nama pengarang susunannya dibalik, dimulai nama belakang atau nama keluarga
(jika ada), nama kecil (jika perlu), diikuti nama depan, dan gelar (jika perlu)
c. Jarak antarbaris dalam satu pokok pustaka 1 spasi, sedangkan jarak antarpokok
pustaka 2 spasi
d. Setiap pokok pustaka diketik dari margin sebelah kiri, sedangkan baris kedua dan
seterusnya diketik 4 ketukan dari margin sebelah kiri
e. Jika ada dua karya tulis atau lebih oleh pengarang yang sama, maka nama
pengarang pada pokok pustaka kedua, ketiga, dan seterusnya diganti dengan garis
lurus 5-7 ketukan;
f. Jika ada dua atau lebih buku/karya tulis oleh pengarang yang sama pada tahun
yang sama, maka penulisan tahun penerbitan ditam-bahkan huruf kecil di
belakangnya (1990 a, 1990 b, dst.).
g. Tahun penerbitan yang dicantumkan dalam daftar pustaka adalah tahun
penerbitan pada urutan terakhir (jika buku tersebut bukan merupakan terbitan
pertama).
h. Judul buku diketik dengan huruf tebal, atau huruf biasa yang diberi garis bawah,
atau huruf miring.
i. Jika ditulis oleh seorang pengarang, nama pengarang susunannya dibalik, dimulai
dari nama belakang.
j. Jika buku yang dipakai terdiri dari dua jilid atau lebih, maka setelah penulisan
judul dicantumkan (jilid ….) atau (edisi ….).
k. Jika ditulis oleh lembaga/komisi/organisasi/institusi, nama lemba-
ga/komisi/organisasi/institusi sebagai pengganti nama penga-rang.
Contoh: Departemen Pertambangan RI. 2001 (judul) ……. dst.
j. Jika ditulis oleh dua atau tiga orang pengarang:
* Nama pengarang pertama susunannya dibalik;
* Nama pengarang kedua (dan ketiga) susunannya tidak dibalik;
* Urutan penulisan nama pengarang sesuai dengan urutan dalam buku/sumbe
referensi, nama penulis utama diletakkan paling depan. Contoh:
Rahman, Andi; Rahmad Hidayat; dan Saiful Bahri. 1989. Termodinamika.
Jakarta: Erlangga.243 halaman.
k. Jika satu buku/sumber referensi ditulis oleh lebih dari tiga orang: yang ditulis
hanya nama pengarang pertama dengan susunan penulisan nama pengarang
dibalik, diikuti (et.al.) atau (dkk.) di belakangnya.
Contoh: Hidayat, Rahmad (dkk.). 1990. Perpindahan Panas. .……dst.
l. Jika tanpa nama pengarang (anonim), maka langsung ditulis judul buku/referensi,
diikuti data-data publikasi lain. Akan tetapi jika buku/sumber referensi tersebut
tidak ada data publikasi sebagai data pendukung, sebaiknya tidak dipakai sebagai
referensi dalam karya ilmiah kita.
m. Jika pada buku/sumber referensi tersebut sudah ada perubah-an/ralat/revisi, maka
setelah judul buku dituliskan (edisi revisi) atau (ed.rev.), atau (rev.ed.).
n. Judul artikel atau karya ilmiah lain yang disejajarkan dengan artikel (misalnya
makalah, skripsi, tesis, disertasi yang tidak dipublikasikan) penulisannya diapit
tanda petik ganda (“).
o. Buku yang ada nama pengarang dan nama editor, maka:
* Yang ditulis dalam daftar pustaka adalah nama editor, diikuti (ed.) atau (eds.)
di belakangnya;
* Jika editornya lebih dari seorang, cara penulisan nama editor sama dengan
penulisan nama pengarang.
Contoh: Syamsuri, dkk. (eds.). 2004. Motor Bakar. Surabaya: Bina Ilmu.
p. Sumber referensi berupa artikel dalam buku kumpulan karangan (antologi) yang
ada editornya:
* Nama penulis artikel, diikuti tahun penerbitan;
* Judul artikel, ditulis di antara tanda petik ganda (“);
* Nama editor, ditulis tanpa dibalik, diikuti (ed.) atau (eds.);
* Judul buku/antologi, ditulis dengan huruf tebal/bergaris bawah/huruf miring;
* Nomor halaman (jika perlu); diikuti data publikasi lain.
Contoh:
Hasan, M.Z. 1990. “Karakteristik Penelitian Kualitatif”, dalam Aminuddin
(ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif, (hal. 216-217). Malang: HISKI dan
YA3.
q. Jika buku referensi kita merupakan terjemahan/saduran:
a) Cara pertama:
nama pengarang asli, tahun penerbitan, judul (setelah diterje-mahkan),
nama penerjemah, kata (terj.), data publikasi. Contoh:
Bacon, Edmun N. 2000. Perancangan Kota. S. Gunadi, (terj.). Jakarta: Bina
Pustaka. 413 hal.
b) Cara kedua:
nama pengarang asli, tahun penerbitan, judul (setelah diterje-mahkan), kata
diterjemahkan oleh …/terjemahan oleh …, nama penerjemah, data publikasi.
Contoh:
Bacon, Edmun N. 2000. Perancangan Kota. diterjemahkan oleh S. Gunadi.
Jakarta: Bina Pustaka. 413 hal.
r. Skripsi, tesis, dan disertasi yang belum dipublikasikan untuk umum, diperlakukan
sama dengan artikel, kemudian dituliskan jenis karya ilmiah
(skripsi/tesis/disertasi), diikuti nama jurusan, fakultas, perguruan tinggi, kota dan
tahun penerbitan. Contoh:
Kristanti, Ni Luh Putu M. 2000. “Sistem Informasi Pegawai Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya”. Skripsi: Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
s. Sumber referensi/rujukan dari artikel/makalah dalam jurnal: Nama penulis artikel,
tahun penerbitan, judul penerbitan, judul artikel (ditulis di antara tanda kurung),
nama jurnal/majalah (ditulis dengan huruf tebal/bergaris bawah/huruf miring),
data publikasi lain. Contoh:
Suprijono, Agus dan M. Yusuf. 2002. “lodisasi Garam Rakyat dengan Cara
Lapis Spray Kabut”, dalam Jurnal IPTEK Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya, Volume 5 nomor 3 September 2002, hal. 47-54.
t. Rujukan berupa artikel/makalah dalam jurnal, dari CD-ROM, cara penulisannya
sama dengan rujukan dari artikel dalam jurnal, ditambah keterangan CD-ROM
dalam tanda kurung. Contoh:
Khrasen, S. 1980. “Age, Rate, and Eventual Attainment in Second Language
Acquisition” TESOL Quarterly, 12 (2): 26-28 (CD-ROM: TESOL Quarterly
Digital, 2000).
u. Rujukan dari internet, yang merupakan karya individual, nama pengarang, tahun
penerbitan, judul (dicetak miring/huruf tebal/bergaris bawah), selanjutnya diberi
keterangan (online), diikuti alamat sumber rujukan serta keterangan kapan
diakses, ditulis dalam tanda kurung. Contoh:
Hitchcock, S. & W. Hall. 1996. A Survey of STM Online Journals: The Calm
before the Storm, (online). (http://Journal.ecs. ac.uk/ survey/html, diakses 12 Juni
2005).
v. Rujukan dari internet berupa artikel dalam jurnal:
Nama penulis, tahun penerbitan, judul artikel, judul jurnal, diikuti keterangan
(online), volume dan nomor jurnal, alamat sumber rujukan, disertai keterangan
kapan diakses ditulis dalam tanda kurung. Contoh:
Kumaidi, N. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengem-bangan
Tesnya”. Jurnal Ilmu Pendidikan. (online) jilid 5 nomor 4
(http:/www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).
w. Rujukan dari internet berupa bahan diskusi:
Nama penulis, diikuti tanggal, bulan, dan tahun, topik bahan diskusi, nama
bahan diskusi (dicetak miring) dan diberi keterangan (online), diakhiri alamat e-
mail sumber rujukan, disertai keterangan kapan diakses dalam tanda kurung.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. “Summary of Citing Internet Sites”.
NETTRAIN Discussion List. (online), (NETTRAIN @ ubvm. cc.buffalo.edu,
diakses 20 November 2000).
x. Rujukan dari internet berupa E-mail pribadi:
Nama pengirim (jika ada), disertai keterangan dalam tanda kurung (alamat e-
mail pengirim), diikuti tanggal, bulan, tahun, diikuti topik isi bahan rujukan
(dicetak miring/bergaris bawah), nama orang yang dikirimi dan alamat e-mail
orang yang dikirimi ditulis dalam tanda kurung. Contoh:
Davis, A. (a.davis @ uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web
Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter (huntera @ usq.edu.au).
y. Rujukan berupa makalah yang disajikan dalam seminar/ pertemu-an ilmiah:
Nama penulis, tahun, judul makalah, diikuti pernyataan “Makalah disajikan
dalam……..”, nama pertemuan ilmiah, lembaga penye-lenggara, tempat
penyelenggaraan, tanggal dan bulan. Contoh:
Winardi, Slamet dan Kunto Eko S. 2003. “Perancangan Alat Pengontrol Pintu
Otomatis Menggunakan Bahasa Pemro-graman VHDL”, Makalah disajikan dalam
Seminar Nasio-nal, ITATS, Surabaya, 3 Juli 2003.
z. Rujukan dari koran, tanpa nama penulis
Jawa Pos 22 April 2000. “Penggunaan internet yang Efektif”, halaman 8.,
aa. Rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan oleh penerbit, tanpa
penulis atau tanpa lembaga:
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional). 2005. Bandung: Fokusmedia.
bb. Rujukan dari artikel/makalah dalam koran atau majalah:
Huda, Muh. 1998. “Mengantisipasi Bahaya Internet”. Surya. 13 November
1998. Halaman 4. (Gorys Keraf, 1980 dan Universitas Negeri Malang, 2000)
M. PENGETAHUAN DASAR SURAT – MENYURAT
1. Definisi
Secara umum surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan informasi atau
pernyataan secara tertulis kepada pihak lain baik atas nama pribadi (sendiri) ataupun
karena kedinasan.

Surat juga merupakan wakil resmi dari yang mengirim untuk membicarakan masalah
yang dihadapi. Secara singkat dapat diketemukan bahwa surat adalah alat
komunikasi penting dalam tata kerja tata usaha. Apabila terjadi hubungan surat
menyurat secara terus menerus dan berkesinambungan, maka kegiatan ini disebut
surat menyurat atau lazimnya korespondensi.
Surat-menyurat adalah kegiatan penanganan surat masuk dan keluar yang meliputi
penerimaan, penggolongan, pengarahan, pencatatan, pendistribusian dan pengiriman
surat keluar.
Fungsi dan jenis surat
Kelebihan lain dari surat adalah karena fungsinya sebagai berikut :
a. Wakil pribadi, kelompok, atau suatu organisasi untuk berhadapan dengan pribadi,
kelompok atau organisasi lain.
b. Dasar atau pedoman untuk bekerja, misalnya surat keputusan dan surat tugas.
c. Buku tertulis yang otentik hitam di atas putih yang memiliki kekuatan hukum
atau yuridis, misalnya surat jual beli surat wakaf, atau pembagian warisan.
d. Alat pengingat atau arsip jika sewaktu- waktu diperlukan serta
e. Dokumen historis yang memiliki nilai kesejarahan, misalnya untuk menelusuri
peristiwa penting masa lalu.
2. Jenis – Jenis Surat
a. Surat pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat dapat
berupa korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat pribadi
yaitu:
1) Tidak menggunakan kop surat
2) Tidak ada nomor surat
3) Salam pembuka dan penutup bervariasi
4) Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
5) Format surat bebas
b. Surat resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik
perseorangan, instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan
surat pemberitahuan. Ciri-ciri surat resmi:
1) Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
2) Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
3) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
4) Penggunaan ragam bahasa resmi
5) Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
6) Ada aturan format baku
Bagian-bagian surat resmi:
1) Kepala/kop surat,
2) Kop surat terdiri dari:
Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar.
Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil
Logo instansi/lembaga
3) Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
4) Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
5) Hal, berupa garis besar isi surat
6) Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)
7) Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
8) Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)
9) Isi surat
Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya
ditulis dengan huruf kecil, terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang
disempurnakan (EYD) haruslah menyesuaikan.
10) Penutup surat, Penutup surat, berisi
salam penutup
jabatan
tanda tangan
nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)
11) Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang
adanya suatu kegiatan
c. Surat niaga
Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga
seperti industri dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam membangun
hubungan dengan pihak luar sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga
terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan dapat dibagi atas surat
niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu contoh dari surat niaga adalan
surat penawaran dan surat penagihan.
d. Surat dinas
Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas
dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu
instansi.Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat
pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan
instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat
instruksi.Ciri-ciri surat dinas:
1) Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan
2) Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal
3) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku
4) Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi
5) Menggunakan cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
6) Format surat tertentu
e. Surat lamaran kerja
Surat lamaran kerja adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh seseorang yang
ingin bekerja di sebuah kantor, perusahaan ataupun instansi tertentu. Surat
lamaran pekerjaan termasuk surat dinas atau resmi. Oleh karena itu, terdapat
aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan dalam penulisannya. Secara umum
surat memiliki bagian-bagian seperti berikut ini.
1) Tempat dan tanggal pembuatan surat
2) Nomor surat
3) Lampiran
4) Hal atau perihal
5) Alamat tujuan
6) Salam pembuka
7) Isi surat yang terbagi lagi menjadi tiga bagian pokok yaitu :
paragraf pembuka
isi surat
paragraf penutup
8) Salam penutup
9) Tanda tangan dan nama terang
N. TATA BAHASA
1. Tata Bahasa Indonesia
Tata bahasa adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kaidah - kaidah yang
mengatur penggunaan bahasa. Tata bahasa merupakan ilmu linguistik (ilmu yang
mempelajari bahasa). Tata Bahasa dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Secara umum tata bahasa bersifat normatif (umum) yaitu tata bahasa tersebut disusun
berdasarkan gejala-gejala bahasa yang umum dipakai dalam suatu masyarakat. Suatu
Tatabahasa Normatif memberikan uraian atas struktur umum dari suatu bahasa.
Tetapi mengingat bahwa bahasa selalu berkembang setiap saat, maka selalu ada
perubahan yang terjadi atas struktur Bahasa, oleh karena itu tata bahasa normatif
harus tetap mengikuti perkembangan itu. Dengan kata lain Tatabahasa Normatif harus
tetap bersifat deskriptif.
Pada bahasa yang sudah tidak dipakai lagi (sudah mati) dalam komunikasi sehari-
hari, tata bahasa Normatif dari bahasa-bahasa tersebut selalu bersifat preskiptif yaitu
menentukan atau mengatur kaidah-kaidah itu harus diikuti secermat-cermatnya, dan
tidak boleh dirubah lagi. Misalnya tata bahasa dari bahasa-bahasa Latin, Yunani,
Sansekerta yang bersifat preskiptif.
Berdasarkan cara penyusunnya, tata bahasa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Tata bahasa Deskriptif (sinkronis) adalah tata bahasa yang disusun berdasarkan
pencatatan (deskripsi) yang nyata atas struktur suatu bahasa. Tata bahasa ini
biasanya meliputi suatu lingkungan masa yang tertentu (sinkronis).
b. Tata bahasa Historis-komparatif (diakronis) adalah tata bahasa yang
membicarakan perkembangan struktur bahasa dari satu jaman ke jaman lain
(historis atau diakronis), serta mengadakan perbandingan antara struktur-struktur
bahasa dari bermacam-macam jaman itu atau memperbandingkannya denngan
bahasa-bahasa lainnya (komparatif).
Dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 bidang tata bahasa modern dalam bahasa
indonesia yaitu meliputi bidang bidang sebagai berikut :
a. Fonologi
Isilah Fonologi berasal dari kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos
berarti ilmu, fonologi disebut juga sebagai tata bunyi. Fonologi merupakan
bagian dari tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa
secara umum. Fonologi merupakan ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah
bahasa serta distribusinya. Fonologi meliputi dua bagian yaitu:
1) Fonetik Fonetik yaitu bagian ilmu linguistik yang mempelajari bunyi yang
diproduksi oleh manusia. Fonetik merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana sekumpulan bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan. Selain itu
fonetik juga berguna untuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,
terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, terdiri dari huruf vokal,
konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster (konsonan yang
ditulis rangkap. Fonetik memiliki tiga cabang utama yaitu:
a) Fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan utamanya
bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
b) Fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana
mereka didengarkan oleh telinga kita.
c) Fonetik artikulatoris yang mempelajari gerakan dan posisi bibir, lidah
serta organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi
bahasa.
Ilmu fonetika pertama kali telah ditemukan dan dipelajari sekitar abad ke5
SM di India kuno oleh Panini. Semua aksara yang berdasarkan aksara India
sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini. Internasional
Phonetic Asociation (IPA) telah mengamati > 100 bunyi manusia yang
berbeda serta menstranskripsikannya melalui Internasional Phonetic Alphabet
mereka.
2) Fonemik
Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti. Fona merupakan satuan bunyi ujaran yang
bersifat netral dan masih belum terbukti (tidak membedakan arti). Sedangkan
fonem merupakan satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Alofon
adalah variasi fonem disebabkan pengaruh lingkungan yang dimasuki.
Lambang fonem dinamakan hirif. Fonem berbeda dengan huruf. Ada tiga
unsur fonem yang penting yaitu udara, titik artikulasi (bagian alat ucap yang
menjadi titik sentuh articulator), dan artikulator (bagian alat ucap yang
bergerak).
b. Morfologi
Morfologi berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik
atau tata bahasa yang mengkaji tentang pembentukan kata atau morfem-morfem
dalam suatu bahasa. Morfologi disebut juga sebagai tata bentuk. Morfem
merupakan satuan ujaran yang memiliki makna gramatikal atau leksikal yang
turut serta pada pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata.
Berdasarkan potensinya morfem dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1) Morfem terikat yaitu morfem yang tidak mampu berdiri sendiri, sehingga
harus selalu berikatan dengan morfem bebas melalui proses morfologis, atau
proses pembentukan kata. Contoh morfe terikat yaitu me-, pe-, -an, ke--an, di-
, swa-, trans-, -logi, -isme
2) Morfem bebas yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata serta
secara gramatikal menduduki satu fungsi pada kalimat. Morfem bebas disebut
juga sebagai kata dasar. Contoh morfem bebas (kata dasar) yaitu seperti buku,
kantor, pantau, uji, ajar, kali, arsip, dan liput adalah morfem bebas atau kata
dasar.
Morfem yang bergabung dengan morfem lain sering mengalami perubahan.
Misalnya, morfem terikat me- bisa berubah menjadi mem-, men-, meny-, menge-
, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Alomorf yaitu variasi
morfem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki
c. Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis
berarti pengaturan. Sintaks yaitu ilmu mengenai prinsip serta peraturan untuk
membuat sebuah kalimat. Selain itu sintaks juga berguna untuk merujuk langsung
pada sebuah peraturan atau prinsip yang mencakup struktur kalimat pada bahasa
apapun. Pakar sintaksis pun berusaha mendapatkan aturan umum yang diterapkan
pada setiap bahasa. Kata sintaksis juga sering digunakan untuk merujuk pada
aturan yang mengatur sistem matematika seperti logika, bahasa pemrograman
komputer dan bahasa formal buatan.
d. Sematik
Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantikos yang berarti memberikan
tanda. Semantik yaitu cabang linguistik yang mempelajari makna yang
terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik
biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna : sintaksis,
pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta
pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu
kondisi atau konteks tertentu.
2. Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk kata yang diperoleh melalui proses reduplikasi atau
pengulangan, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun perubahan. Kata berulang
atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Pengulangan dapat dilakukan
terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung.
Kata ulang adalah kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk
membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata
ulang sebagai ciri utamanya adalah pasti memiliki kata dasar.
Kata ulang mempunyai banyak macam jenis nya. seperti yang ada dibawah berikut in
a. Kata Ulang Berdasarkan Bentuk
1) Dwipurwa (Sebagian)
Dwipurwa ialah kata ulang sebagian. Kata – kata jenis ini mengalami suatu
perulangan pada sebagian katanya saja, misalnya yaitu leluasa, sesaji,
dedaunan, leluhur, pepohonan dan lain sebagainya
Contoh:
Dedaunan itu gugur setiap musim semi.
Mereka menaruh sesaji di depan patung untuk acara adat
Pepohonan diskitar bandar lampung tumbang akibat angin topan
2) Dwilingga
Dwilingga ialah kata ulang menyeluruh. Kata ulang jenis yang satu ini ialah
kata yang mengalami suatu pengulangan secara keseluruhan. misalnya yaitu
bapak – bapak, anak – anak, laki-laki, buku – buku, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Semua anak-anak kelas 1 SD senang ketika berenang
Pasangan suami istri itu mempunyai anak laki-lak
b. Kata ulang berubah bunyi
Jenis kata ulang yang satu ini mengalami suatu perulangan disertai dengan suatu
perubahan bunyi pada sebagian kata. Misalnya yaitu teka – teki, mondar –
mandir, gotong – royong, sayur – mayur, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat
Desa bangun rejo melakukan gotong royong untuk membersihkan desanya.
Ibu ke pasar membeli sayur mayur dan lauk pauk.
c. Kata ulang berimbuhan
Jenis kata ulang yang satu ini terjadi akibat suatu penambahan imbuhan pada
sebagian kata. Misalnya pada Tarik – menarik, maaf – memaafkan, pukul –
memukul, putar – memutar, dan lain sebagainya
Contoh Kalimat :
Antar sesama manusia wajib untuk saling tolong menolong.
Dihari yang suci ini kita wajib saling maaf-memaafkan.
d. Kata ulang semu
Jenis kata ulang yang satu ini ialah kata yang mengalami suatu proses
pengulangan seluruhnya tetapi tidak bisa dipisahkan, misalnya pada kupu – kupu,
laba – laba, umang – umang, pura – pura, lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
Andi pura-pura pingsan ketika upacara bendera
Pada hari libur Ani berlibur ke taman kupu-kupu
e. Kata Ulang Merubah Makna Kata
1) Menyatakan kesamaan
Jenis kata ulang yang satu ini ialah Kata ulang yang mengalami suatu
pembentukan makna . misalnya : keibu – ibuan, kemuda – mudaan, kebiru –
biruan, kemerah – merahan, dan lain sebagainya
Contoh :
Ani mempunyai sifat yang ke ibu-ibuan
wajah Andi kebiru-biruan akibat terkena bol
2) Menyatakan saling
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya pukul – memukul, salam – salaman, rangkul – merangkul, maaf –
memaafkan, tolong – menolong, tukar – menukar dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
Saling maaf-memaafkan adalah perbuatan terpuji
Antar sesama manusia wajib saling tolong-menolong
3) Menyatakan jamak dan beragam
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya sayur – mayur, buah – buahan, – tumbuh – tumbuhan, mobil –
mobil, bapak – bapak, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Ibu membeli buah-buahan di supermarket
Ibu membeli sayur mayur dipasar tradisional
4) Menyatakan intensitas
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna misalnya
: bolak – balik, mondar-mandir, jalan-jalan, makan-makan, berjam-jam,
bertahun – tahun dan lainsebagainya.
Contoh Kalimat:
Andi berulang tahun pada hari ini dan membuat acara makan-makan
dirumahnya.
Saya dan keluarga jalan-jalan ke pantai kute
5) Menyatakan bilangan
Kata ulang jenis yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, empat-empat, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Dika membagikan sembako satu persatu kepada orang yang
membutuhkannya.
6) Menyatakan keadaan atau situasi
Jenis akata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
misalnya: mentah – mentah, hidup-hidup, merah-merah, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat :
Singa itu memakan mangsa nya hidup-hidup
Buah mangga itu dipanen masih pada mentah-mentah.
7) Menyatakan suatu bentuk kegiatan
Jenis Kata ulang yang satu ini mengalami suatu pembentukan makna.
Misalnya : masak – memasak, jahit – menjahit, dan lain sebagainya.
Contoh Kalimat:
Ibu diundang untuk masak memasak di acara pernikahan tetangga.
Warga disekitar rumah saya ahli dalam jahit menjahit pakaian
3. Imbuhan
Imbuhan atau biasa juga disebut dengan afiks adalah suatu bentuk penambahan pada
suatu kata. Imbuhan bisa terdapat di awal (awalan), di akhir (akhiran), di tengah
(sisipan), atau bahkan gabungan dari awalan, akhiran, dan sisipan pada suatu kata.
Dalam prosesnya imbuhan ini bisa merubah arti atau makna dari suatu kata dasar.
Jenis-Jenis Imbuhan
Ada beberapa jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia yang biasa kita gunakan,
diantaranya :
a. Imbuhan berdasarkan letaknya
Berdasarkan letak atau penempatan posisi terhadap kata dasar, imbuhan dibagi
menjadi 4, yaitu :
1) Awalan
Awalan atau disebut juga prefiks adalah imbuhan yang penggunaannya
terletak di depan atau di awal sebuah kata dasar. Contohnya ter-, pe-, se-, ke-,
ber, dan lainnya.
2) Sisipan
Sisipan atau biasa disebut juga dengan infiks merupakan imbuhan yang
digunakan di tengah atau disisipkan pada kata dasar. Contohnya: -el-, -er-, -
em-, -in- dan lainnya.
3) Akhiran
Akhiran atau biasa juga disebut dengan sufiks merupakan sebuah penggunaan
imbuhan yang digunakan di akhir sebuah kata dasar. Contohnya: -I, -kan, -nya
dan lainnya.
4) Konfiks (awalan-akhiran)
Konfiks atau disebut juga dengan simulfiks adalah penggunaan imbuhan pada
kata dasar di mana letaknya ada di awal dan di akhir sekaligus. Contohnya :
ke-an, ber-an, se-nya, peng-an dan lainnya.
b. Imbuhan serapan
Imbuhan serapan adalah imbuhan yang awalnya diserap dari bahasa asing.
Beberapa imbuhan serapan ini berasal dari :
1) Serapan dari bahasa Arab. Contohnya: -I, -wi, -at dan lainnya
2) Serapan dari bahasa Sansakerta. Contohnya: -man, -wan, -wati
3) Serapan dari bahasa Inggris. Contohnya: -al, -if, -is
4. Kata Sandang
Artikel atau kata sandang adalah kata yang tidak memiliki arti tapi menjelaskan
nomina (kata benda), contohnya adalah si, sang, dan kaum. Kata sandang bisa
digunakan untuk mendampingi kata benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba,
pronomina, atau verba pasif.
Dalam bahasa Indonesia, artikel memiliki 3 kegunaan.
a. Partikel dapat digunakan sebagai gelar, misalnya sang Raja, sri Sultan;
b. mengacu pada kelompok, misalnya para pendeta, umat manusia; dan
c. untuk menominalkan, misal si Ali, si terdakwa, dan yang mulia.
Kegunaan ketiga juga dapat terjadi sebagai bagian dari satu verba, misalnya
bersitegang yang artinya "menjadi bersifat tegang".
Dalam beberapa bahasa lain, terutama bahasa-bahasa dari kelompok Bahasa Indo-
Eropa (seperti Bahasa Inggris, Prancis, dan Belanda) dan Bahasa Semitik (seperti
Bahasa Arab dan Ibrani), artikel sangat umum digunakan. Dalam bahasa-bahasa ini,
artikel digunakan untuk menunjukkan kepastian (bahasa Inggris: definiteness) dari
sebuah nomina (kata benda). Dua tipe artikel yang paling umum adalah artikel pasti
(definite article) dan artikel tak pasti (indefinite article).
a. Artikel pasti
Artikel pasti (disebut juga artikel tentu dan artikel takrif) dipakai dalam keadaan
dimana nomina yang dimaksud sudah diketahui oleh pendengar dari konteksnya.
Nomina tersebut sudah diketahui misalnya karena telah disebutkan sebelumnya,
atau karena dijelaskan secara khusus. Contoh artikel khusus adalah the dalam
bahasa Inggris, le, la, l dan les dalam bahasa Prancis, serta al- dalam bahasa Arab.
b. Artikel tak pasti
c. Artikel tak pasti (disebut juga artikel tak tentu dan artikel tak takrif) dipakai ketika
nomina yang dimaksud bukanlah sesuatu yg sudah diketahui oleh pendengar.
Contohnya adalah ketika nomina tersebut baru disebutkan untuk pertama kali,
atau hanya sebuah objek dalam hipotesis, atau ketika si pembicara hanya
membicarakan hal umum tentang benda tersebut. Contohnya adalah a dan an
dalam bahasa Inggris, serta un, une dan des dalam bahasa Prancis. Bahasa Arab
tidak memiliki artikel tak pasti, namun ketidakpastian (indefiniteness) suatu
nomina biasanya diindikasikan dengan tanwin di akhir kata benda. Nomina plural
dalam bahasa Inggris juga tidak memiliki artikel tak pasti.
5. Pemahaman Bacaan
Di dalam memahami bahan bacaan, ada 4 langkah yang perlu dilakukan oleh
pembaca. Adapun 4 langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu :
a. Menentukan tujuan membaca
b. Membaca secara menyeluruh isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat
menemukan ide pokok yang terkandung dalam setiap paragrafnya
c. Preview artinya membaca selayang pandang
d. Mengemukakan kembali isi bacaan dengan memakai kalimat dan kata-kata
sendiri.
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam.
Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu kritis, inferensial, literal
dan kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam Hairuddin, dkk, 2008).
Pembahasan mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Pemahaman kritis adalah kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman
kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini,
pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-
norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk
menilai teks.
b. Pemahaman inferansial merupakan kemampuan memahami informasi yang
dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara
inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi
yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca
menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar
belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat
hipotesis atau dugaan.
c. Pemahaman literal merupakan kemampuan memahami informasi yang
dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal adalah pemahaman
tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal
tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara
keseluruhan. Pemahaman literal adalah prasyarat bagi pemahaman yang lebih
tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2008).
d. Pemahaman kreatif adalah kemampuan untuk mengungkapkan respon estetis dan
emosional terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar
profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca
karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca.
Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut memakai daya imajinasinya untuk
memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis (Hafni
dalam Hairuddin, dkk, 2008).

Anda mungkin juga menyukai