MAKALAH
OLEH:
CANTIKA DEWI SAFITRI (NPM. 22650014)
KIKI RESTI FIAMANILLAH (NPM. 22650012)
NENDEN PAWANDA (NPM. 22650003)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pedoman Buku EYD”. Shalawat serta Salam disampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, semoga mendapatkan syafa‟at-Nya di hari akhir nanti.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Dimas Bagus Editya, M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia. Penulis berharap semoga makalah ini akan membawa
manfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
( Kelompok 5 )
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penggunaan huruf besar atau huruf kapital, huruf miring, penggunaan
tanda baca, serta penulisan kata.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Huruf Kapital
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007:413),
pengertian huruf kapital adalah, “Huruf kapital merupakan huruf yang
berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar daripada huruf biasa atau
nonkapital), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama
dalam kalimat. Penggunaan huruf kapital dalam bahasa Indonesia harus
sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia (PUEBI) yang
disempurnakan.
Huruf kapital ditulis abjad yakni: A, B, C, D, E, F, dan lain sebagainya,
maka huruf kecil atau nonkapital ditulis menjadi: a, b, c, d, e, f, dan lain
sebagainya. Pada intinya, semua huruf kecuali yang termasuk pada
aturan atau kaidah penulisan huruf kapital yang sudah dijelaskan secara
mendetail.
Pada dasarnya, pengertian huruf kapital berbeda dengan pengertian
huruf besar. Huruf besar disebut juga dengan huruf balok, yang mana
memiliki pengertian berbeda dengan pengertian huruf kapital. Berikut ini
ciri-ciri yang membedakan huruf kapital dan huruf besar :
3
menggunakan huruf besar di keseluruhan kalimat, sehingga dari kata
awal sampai kata terakhir kalimat, tertulis menggunakan huruf besar.
Contohnya: Catatan Hati Seorang Istri (ini ditulis menggunakan huruf
kapital), sementara itu CATATAN HATI SEORANG ISTRI (ini ditulis
menggunakan huruf balok atau huruf besar).
- Penulisan huruf balok atau huruf besar ini stabil dari awal sampai akhir.
4
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Contohnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini Pak
Udin pergi naik haji.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contohnya: Presiden Joko Widodo,
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Contohnya: Tahun 2022 Joko Widodo masih menjabat sebagai
presiden.
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contohnya: tahun Hijriah, bulan September, hari Senin, hari Lebaran,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama.
Contohnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
5
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contohnya: Asia Tenggara, Bukit Barisan, Dataran Tinggi Dieng,
Gunung Semeru, Jalan Diponegoro.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.
Contohnya: mandi di kali, menyeberangi selat.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Contohnya: gula jawa, pisang ambon.
6
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
2. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring pada bahasa Indonesia tentu memiliki
berbagai fungsi dan cara penggunaannya masing-masing. Tentu saja
penggunaan dan fungsi tersebut disesuaikan dengan konteks yang
digunakan saat menulis sebuah kalimat. Pengertian dari huruf miring
dalam terminologi tipografi disebut italic. Huruf italic ini biasanya
digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata.
Di samping itu, berbagai huruf tersebut juga dipakai untuk
menunjukkan sebuah istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing
atau penulisan kata-kata yang bukan merupakan bahasa Indonesia,
seperti misalnya bahasa Inggris, bahasa daerah, bahasa slang, dan lain
sebagainya. Selain itu, huruf yang bercetak miring juga bisa dipakai untuk
pengutipan judul buku, nama koran, penulisan nama media, sumber
rujukan, dan lain sebagainya. Sehingga dalam menulis huruf miring,
7
penulis dapat memahami bagaimana seharusnya huruf miring digunakan
dan pembaca juga dapat mengetahui apa tujuan kata tersebut ditulis
dengan menggunakan huruf miring.
b) Huruf miring dipakai juga untuk menulis kata bahasa asing atau
bahasa daerah, jadi bukan dengan tanda petik seperti contoh di
bawah ini.
Contoh: Kebanyakan orang Indonesia lebih suka “yakitori” daripada
“sashimi”. Penulisan yang benar ialah : Kebanyakan orang
Indonesia lebih suka yakitori daripada sashimi.
8
Catatan : Kata yakitori tidak ditulis dengan huruf miring, sedangkan kata
sashimi ditulis dengan huruf miring, padahal kata asal dua-
duanya adalah bahasa Jepang. Untuk kata-kata asing,
misalnya bahasa Jepang, yang sudah diindonesiakan dan
dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
2002, (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional) tidak
ditulis dengan huruf miring.
B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contohnya : Wita percaya kalau kau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
2. Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan kata dasar nya.
Contohnya: Ber-getar, di-kelola, me-nengok, memper-main-kan.
b) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya
Contohnya: Ber-tepuk tangan, garis bawah-i, meng-anak sungai,
Sebarluas-kan.
c) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
9
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
4. Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur unsurnya ditulis terpisah.
10
8. Partikel
a) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contohnya: Janganlah kamu bersedih.
c) Partikel per yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contohnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Contohnya: Dll. Dan lain lain, Dsb. Dan sebagainya, Dst. Dan
seterusnya.
11
- Akronomi kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
a) Akronomi nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
Contohnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Adminitrasi Negara
12
e) Penulisan lambing bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
- Bilangan utuh
Contohnya: Dua belas 12, Dua puluh dua 22
- Bilangan pecahan
Contohnya: Setengah ½, Tiga perempat ¾
h) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contohnya: Mira menonton drama itu sampai tiga kali.
Ibu memesan lima ratus ekor ayam.
i) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kaliat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contohnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
k) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks, kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kwitansi.
Contohnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
13
l) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisan
harus tepat.
Contohnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75
(Sebilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh
puluh lima perseratus rupiah).
c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Contohnya: Bc(.) Hk(.)(Bakalaureat Hukum)
M(.)B(.)A(.) (Master of Business Administration)
Sdr(.)(Saudara)
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai
satu tanda titik.
Contohnya: a.n. (atas nama) d(.)a(.) (dengan alamat)
e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contohnya: III(.) Departemen Dalam Negeri
A(.) Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa(.)
B(.) Direktorat Jenderal Agraria(.)
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
14
Contohnya: Pukul 1(.)35(.)20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Contohnya: 1(.)35(.)20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
i) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal
kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam
nama badan pemerintah atau lembaga-lembaga nasional.
Contohnya: TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)
sinetron (sinema elektronika)
j) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
Contohnya: Panjangnya 10cm lebih sedikit(.) Berat yang diizinkan
l00kg ke atas(.)
Rp567(.)000,00 Harganya Rp567(.)000,00 termasuk
pajak(.)
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi,
melainkan, namun, sebagainya.
Contohnya: Saya ingin datang(,) tetapi hari hujan.
Nugraha bukan anak saya(,) melainkan anak Pak Udin.
15
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contohnya: Kalau hari hujan(,) saya tidak akan datang. Karena sibuk(,)
ia lupa akan janjinya.
i) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga
atau marga.
Contohnya: Drs. Sugito(,) M.M.
Maman S. Mahayana, M.Hum.
Yono Sugiyono(,) S.S.
16
j) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah
dan sen dalam bilangan.
Contohnya: Rp12(,)50 (Lambang Rp tidak diberi titik!)
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contohnya: a. Ketua : ZaenalArifin, Sekretaris : Irman Nashori,
Bendahara : Usman
c) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contohnya: Ibu : “Bawa kopor ini, Mir!” Amir : “Baik, Bu.”
d) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman; (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan
anak judul suatu karangan.
Contohnya: (i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin: 9
17
5. Tanda Hubung (-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah
terpisah oleh pergantian baris.
Contohnya: ... ada cara ba-
ru juga
6. Tanda Kurung ( )
a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contohnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
18
Contohnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
c) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.
Contohnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah yang berikut:
(1) alam;
(2) tenaga kerja; dan
(3) modal.
a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang
terdapat di dalam naskah asal.
Contohnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.
Contohnya: Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Massa, dari
Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul ”Rapor
19
dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Contohnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat”
saja. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja
dikenal dengan nama ”cutbrai”.
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
20
Contohnya: buku mahasiswa(/)mahasiswi harganya Rp150,00(/)1 lembar
Jalan Sigma III(/)4756
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
22
B. DAFTAR PUSTAKA
23