Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TATANAN BAHASA INDONESIA

TERKAIT PENGGUNAAN HURUF KAPITAL, HURUF MIRING, KATA


DEPAN di - DAN AWALAN
di -, SERTA PENULISAN ANGKA

Oleh :

1. Bagas Pardana Siregar (Ketua Kelompok / 1812011091)


2. Lucky Setiyawan (Wakil Ketua Kelompok / 1812011094)
3. Dwina Luthfiah (Anggota / 1812011
4. Wibi Dhanu Prakoso (Anggota / 1812011100)
5. Azelia Adriani (Anggota / 1812011099)
6. Via Apri Amanda (Anggota
7. Pinky Melinda (Anggota
8. Firdayanti (Anggota / 1812011098)
9. Rizky Maulana (Anggota
10. Rezantio Fawzan Ismael (Anggota

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen : Atik Kartika, M.Pd

Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedung Meneng, Rajabasa,
Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Telp : (0721) 35145

Tahun Ajaran 2018/2019

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat izin-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan secara tuntas.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Atik Kartika,
M.Pd. yang telah memberi dukungan, bimbingan, dan petunjuk, serta arahan
kepada kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Sekiranya hasil makalah ini terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang
sebesar - besarnya dan diberikan masukan, kritik, dan saran supaya dapat menjadi
pembelajaran dan kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 20 September 2018

Atas Nama Kelompok 2

2
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................(2)

Daftar Isi....................................................................................................(3)

BAB I Pendahuluan...................................................................................(4)

A. Latar
Belakang........................................................................................(4)
B. Rumusan
Masalah.........................................................................................(4)
C. Tujuan
Penelitian.......................................................................................(4)
D. Manfaat
Penelitian.......................................................................................(5)

BAB II Isi................................................................................................(5)

A. Definisi/Landasan
Teori..............................................................................................(5)
B. Ulasan
Materi............................................................................................(6)
C. Penyelesaian
Masalah.......................................................................................(14)
D. Solusi..........................................................................................(15)

BAB III Penutup.....................................................................................(15)

A. Kesimpulan................................................................................(15)
B. Saran..........................................................................................(16)

Daftar Pustaka........................................................................................(17)

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sudah menjadi sebuah fenomena di kalangan pelajar, terutama mahasiswa/i


yang tidak lagi mengerti tentang tata ejaan Bahasa Indonesia. Dalam
kehidupan sehari – hari, banyak ditemukan mahasiswa/i mengerjakan tugas,
mengisi kuis, dan ujian – ujian lainnya dengan ejaan tidak berdasarkan
panduan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Tentunya, tidak sedikit faktor yang
mempengaruhi hal ini, sehingga menyebabkan mahasiswa/i tidak tahu atau
bahkan tahu tetapi malas membiasakan menulis dan mengetik sesuai dengan
EBI yang telah baku ini.

Untuk itu, kami membuat makalah ini ialah untuk menggali dan mempelajari
tentang tata ejaan dalam hal ini terkait penggunaan huruf kapital, penggunaan
huruf miring, kata depan di, awalan di, dan penulisan angka. Selain itu juga,
tentu untuk memenuhi penilaian tugas kelompok Mata Kuliah Bahasa
Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

 Bagaimana penggunaan huruf kapital sesuai EBI ?


 Bagaimana penggunaan huruf miring sesuai EBI ?
 Bagaimana penggunaan kata depan di dan awalan di sesuai EBI ?
 Bagaimana penulisan angka sesuai EBI ?

1.3. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui pengertian tata ejaan


 Untuk mengetahui lebih jauh tentang EBI
 Untuk memahami penggunaan huruf kapital sesuai EBI
 Untuk memahami penggunaan huruf miring sesuai EBI
 Untuk memahami penggunaan kata depan di sesuai EBI
 Untuk memahami penggunaan awalan di sesuai EBI
 Untuk memahami penulisan angka sesuai EBI
 Untuk kedepannya diterapkan secara baik dan benar berdasarkan EBI

4
1.4. Manfaat Penelitian

 Mahasiswa/i dapat mengerti, memahami, dan menerapkan kaidah –


kaidah penulisan tata ejaan (EBI) dalam pengerjaan tugas – tugas
kuliah
 Mahasiswa/i dapat menyebarkan pemahaman tentang tata ejaan ini
kepada mahasiswa/i lainnya
 Menumbuhkan pemikiran kritis dan teliti bagi mahasiswa/i

BAB II

ISI

2.1. Definisi / Landasan Teori

2.1.1. Definisi Tata Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan aturan atau tata cara untuk menulis suatu bahasa,
baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun
penggunaan tanda baca.

2.2.2. Definisi EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)

Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan Bahasa Indonesia


yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.

Perbedaan dengan EYD

Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:

1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga
yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei
(misalnya pada kata geiser dan survei).

2. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf,
serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga
dihapus.

5
2.2. Ulasan Materi

2.2.1. Penggunaan Huruf Kapital

Berikut adalah ketentuan untuk apa saja huruf kapital digunakan.


1. Untuk awal kalimat.
Contoh : Air di sungai itu sangat jernih.

2. Untuk nama agama, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti Tuhan.
Contoh : Hanya Allah yang bisa menguatkan hati, karena itu memintalah
selalu kepada-Nya agar hati kita tetap dalam kebaikan.
3. Untuk nama gelar kehormatan, gelar keturunan, atau gelar keagamaan yang
diikuti dengan nama orang. Jika gelar tersebut tidak diikuti dengan nama
orang, maka tidak digunakan huruf kapital.
Contoh : Perempuan bergamis itu adalah istri Haji Shiddiq.
Furqon akan menunaikan ibadah haji tahun ini.
4. Untuk nama jabatan atau pangkat yang diikuti dengan nama orang, instansi,
dan tempat (termasuk untuk pengganti semua itu).
Contoh : Kegiatan pemberian bantuan pasca gempa kemarin dihadiri juga oleh
Pimpinan Telkom Sumbar, Muskab Muzakkar.
5. Untuk setiap unsur-unsur nama orang dan nama-nama geografis (nama kota,
nama daerah, atau lokasi). Namun demikian, huruf kapital tidak digunakan
untuk unsur-unsur nama orang dan geografis yang dipakai sebagai nama jenis
atau satuan ukuran (seperti volt, jeruk bali), juga tidak untuk nama geografis
yang tidak khas. Sementara, untuk unsur-unsur nama, huruf kapital tidak
digunakan untuk bin, binti, dan alias.
Contoh : - Nama perempuan itu Nedia Puspita.
- Pemandangan Gunung Merapi dari Padang Panjang sangat indah.
- Dia sangat menyukai berselancar dan mendaki gunung.

6
6. Untuk nama suku, bangsa, negara, dan bahasa. Namun jika nama tersebut
terletak di tengah kata awalan dan kata akhiran atau sebagai sisipan, maka
tidak digunakan huruf kapital.
Contoh : Meskipun dia orang Batak, tapi bicaranya kejawa-jawaan. Mungkin
karena istrinya berasal dari Solo, membuatnya jadi terbiasa berlogat Jawa.
7. Untuk nama hari, bulan, tahun, peristiwa sejarah, dan hari khusus publik.
Contoh : Kedua bayi kembarnya lahir di bulan Mei, bertepatan dengan awal
tahun Muharram saat itu.
8. Untuk nama organisasi, badan atau lembaga, instansi pemerintah, dan
dokumen resmi Negara. Dipakai juga pada kata-kata unsurnya kecuali kata
penghubung.
Contoh : Regulasi itu sudah digodok oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sebagai huruf pertama pada singkatan nama gelar, pangkat, sapaan.

Contoh : - Apakah kaki Bapak sudah sembuh? (sapaan)


- Jika Anda serius, perlihatkan kesungguhan Anda!

9. Untuk setiap kata di judul buku, tulisan, artikel, dan lainnya yang sejenis. Juga
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalamnya kecuali kata penghubung yang tidak terletak pada
posisi awal.
Contoh : Novel itu berjudul Sampai Tua Sampai Mati.
Sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : Dia berkata, “Jika tidak sungguh sayang, tak mungkin perjuangan
sejauh ini.”

7
2.2.2. Penggunaan Huruf Miring

1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi
Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2.   Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.

3.   Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.
Misalnya:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
(2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian
yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.

8
(3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip
secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

2.2.3. Penggunaan kata depan di dan awalan di

Awalan di- biasanya diberikan tanda garis – dalam bentuk tunggal sebagai

penanda bahwa harus ditulis serangkai, tidak ada pemisah antarkata.

Awalan di- dipakai sebagai imbuhan yang ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya. Di- dipakai untuk menunjukkan bentuk pasif dari suatu kata,

semisal dimakan, dibuka, dibakar.

Kata depan di tidak diberikan tanda garis karena memang ditulis terpisah.

Sesuai fungsinya, kata depan diletakkan di depan kata dan berfungsi sebagai

keterangan tempat atau lokasi, semisal disekolah, di rumah, di pasar.

Beberapa kata mempunyai kerancuan tersendiri karena memang bisa diartikan

sebagai kata kerja atau berfungsi sebagai tempat. Kata-kata itu antara lain:

 Digambar dan di gambar. Digambar merupakan bentuk pasif menggambar

sedangkan di gambar merupakan keterangan tempat

Contoh : Dua bunga melati, yang ada di gambar itu, digambar oleh adik saya

 Dibalik  dan di balik. Dibalik merupakan bentuk pasif dari membalik

sedangkan di balik merupakan keterangan tempat

Contoh : Saat pintu dibalik oleh polisi, ternyata ada seorang pencuri

bersembunyi di baliknya

9
 Dipenjara dan di penjara. Dipenjara bentuk pasif dari memenjarakan

sedangkan di penjara merupakan keterangan tempat

Contoh : Dia telah dipenjara selama dua puluh tahun di penjara bawah tanah.

 Dikali dan di kali. Dikali bentuk pasif dari mengalikan sedangkan di kali

merupakan keterangan tempat

2.2.4. Penulisan Angka

Penulisan angka yang tidak memerhatikan kaidah membuat sebuah teks

menjadi tidak enak dibaca, rancu, atau bahkan memiliki makna ganda. Dua belas

hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 

1. Tentang Angka dan Bilangan

Di Indonesia, jenis angka yang lazim dan sah untuk digunakan adalah angka Arab
dan angka Romawi. Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor.

Angka Arab terdiri dari kombinasi: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Sedangkan angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), _V (5.000), _M(1.000.000)

2. Tentang Bilangan dalam Teks

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:

1. Mereka menggosok giginya tiga kali sehari.


2. Abidin berkata ada lebih dari satu juta orang berkumpul di sekitar Monas.

Sedangkan pengecualian berupa perincian dalam narasi misalnya:

1. Di antara 59 anggota yang hadir, 32 orang setuju, 25 orang tidak setuju,


dan 2 orang abstain.
2. Kue-kue yang dipesan untuk hajatan itu terdiri atas 70 kue sus, 110 bolu
pandan, dan 250

10
3. Tentang Bilangan pada Awal Kalimat

Kadang kala, terjadi skenario tidak terhindarkan di mana kita jadi harus


menyertakan bilangan pada awal kalimat. Menurut kaidah, bilangan pada awal
kalimat harus ditulis dengan huruf; dalam arti meleburkan susunan angka menjadi
rangkaian kata yang bisa kita lafalkan.

Sehingga, alih-alih menggunakan cara berikut:

1. 60 siswa teladan mendapat beasiswa dari Pertamina.
2. 5 pemenang sayembara mendapat sepeda dari presiden.

Kita harus mengubahnya menjadi:

1. Enam puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari Pertamina.


2. Lima pemenang sayembara mendapat sepeda dari presiden.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, susunan kalimatnya lah yang harus diubah.

Sehingga contohnya, apabila kita menemui kalimat seperti:

1. 250 orang mengisi buku tamu itu.


2. 25 potong kue tersimpan di dalam lemari es.

Kita harus mengubahnya menjadi:

1. Buku tamu itu diisi 250 orang.


2. Di dalam lemari es tersimpan 25 potong kue.

4. Tentang Angka yang Menunjukkan Bilangan Besar

Menurut kaidah, angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian
dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

1. Dia mendapatkan bantuan 150 juta rupiah untuk melanjutkan kuliahnya.


2. Proyek pembangunan apartemen mewah itu memerlukan biaya 7 triliun

5. Tentang Satuan

Menurut kegunaan, angka juga dapat digunakan untuk menjadi penentu satuan
beberapa -hal termasuk (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b)
nilai uang.

Misalnya:

11
 0,6 sentimeter
 2 kilogram
 4 hektare
 10 liter
 2 tahun 6 bulan 5 hari
 1 jam 20 menit
 000,00
 US$3,50
 £5,10
 ¥100

6. Tentang Penomoran Alamat

Lazimnya, angka juga bisa dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar. Tata penulisannya harus diperhatikan agar tidak
membingungkan orang yang dituju.

Misalnya:

 Jalan Tanah Abang I No. 15 atau


 Jalan Tanah Abang I/15
 Jalan Wijaya No. 14
 Hotel Gajah Mada, Kamar 169
 Gedung Samudra, Lantai III, Ruang 201

7. Tentang Penomoran dalam Karangan

Bagi yang pernah menulis tentu hapal dengan aspek ini. Penting untuk
mengetahui cara penulisan angka untuk menomori bagian karangan atau ayat
kitab suci, khususnya dalam kutipan-kutipan.

Misalnya:

 Bab X, Pasal 5, halaman 252


 Surah Yasin: 9
 Markus 16: 15—16

8. Tentang Penulisan Bilangan dengan Huruf

Sehubungan dengan tata cara penulisan bilangan dengan huruf, ada yang harus
diperhatikan. Penulisan bilangan dengan huruf harus memerhatikan bentuk awal
bilangan tersebut.

Bilangan utuh, misalnya:

 dua belas (12)


 tiga puluh (30)
 lima ribu (5.000)

12
Sedangkan bilangan pecahan, misalnya:

 setengah atau seperdua (½)


 seperenam belas (⅟16)
 tiga perempat (¾)
 dua persepuluh (²∕₁₀)
 tiga dua-pertiga (3⅔)
 satu persen (1%)
 satu permil (1‰)

9. Tentang Bilangan Tingkat

Bilangan tingkat menunjukkan kronologi, tingkatan, atau urutan. Penulisan


bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

 abad XXX
 abad ke-30
 abad ketiga puluh
 Perang Dunia II
 Perang Dunia Ke-2
 Perang Dunia Kedua

10. Tentang Akhiran -an

Akhiran –an mengatur tentang rentang, jenis, atau jangka, dari angka yang
disebutkan. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut.

Misalnya:

 lima lembar uang 000-an (lima lembar uang seribuan)


 tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
 uang 000-an (uang lima ribuan)

11. Tentang Angka dalam Surat Resmi dan Perundang-Undangan

Dalam perkara formal seperti keperdataan, angka juga muncul dalam narasi.
Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.

Misalnya:

1. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedar-kan rupiah tiruan,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana
kurungan paling lama1 (satu) tahun dan pidana denda paling
banyak 000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Telah diterima uang sebanyak 950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima
puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

13
12. Tentang Penulisan Bilangan Angka yang Diikuti Huruf

Dan dalam penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti
huruf, penulisannya harus dilakukan seperti berikut.

 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 500,50 (enam ratus ribu lima


ratus rupiah lima puluh sen).
 Bukti pembelian barang seharga 000.000,00 (tiga juta rupiah) ke atas
harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

13. Tentang Bilangan dalam Unsur Nama Tempat

Sering, kita menemukan nama tempat dengan bilangan di dalamnya. Bilangan


yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Misalnya:

 Salatiga
 Rajaampat
 Simpanglima
 Tigaraksa

Dua belas kaidah tersebut harus diperhatikan ketika kita akan menggunakan angka
dalam tulisan kita untuk membuat karya yang rapi. Perhatikan juga konteks
penggunaan kata dan susunan kalimat agar tulisan semakin memikat.

2.3. Penyelesaian Masalah

Baiknya, tidak hanya dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia saja yang aktif

memberikan penjelasan pentingnya penggunaan EBI, tetapi semua kalangan juga

harus turut aktif, sampai pada guru – guru TK pun harus turut menyebarluaskan

penggunaan EBI yang baik dan benar ini.

2.4. Solusi

14
Semua kalangan yang sudah mengetahui tentang kaidah – kaidah penulisan

EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) harus dibiasakan menggunakannya agar

keberadaan kaidah – kaidah EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) ini dapat terjaga.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah kita mengetahui tentang tata ejaan pengguaan huruf kapital, huruf

miring, kata depan di dan awalan di, serta penulisan angka, tentu harapan kita,

lebih khusus Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia adalah bagaimana mahasiswa/i

dapat membiasakan menggunakan kaidah – kaidah EBI ini dan lebih haus lagi

akan ilmu tentang kebahasaan guna perkembangan intelektual kita selaku

mahasiswa/i.

3.2. Saran

15
................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....

DAFTAR PUSTAKA

16
https://prezi.com/tvodp_jba88a/tata-ejaan-dalam-bahasa-indonesia/

https://id.wikipedia.org/wiki/Ebi
https://id.oxforddictionaries.com/kosakata/penggunaan-huruf-kapital-dalam-

bahasa-indonesia

http://www.literasi.net/2016/03/penggunaan-huruf-miring-dalam-menulis.html

https://ceritabahasa.co/2016/03/12/awalan-di-dan-kata-depan-di/

https://typoonline.com/blog/angka-dan-bilangan-dalam-puebi/

17

Anda mungkin juga menyukai