Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

BIDANG EJAAN

Analisis Kesalahan Berbahasa

Dosen Pengampu: Dian Uswatun Hasanah, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Ahmad Bagas Wicaksono (206151072)


2. Aulia Nur Fadilah (206151077)
3. Ridho Ari Jatmiko (206151082)
4. Putri Sefiyanurdiana D (206151092)
5. Siti Munawaroh (206151094)

TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022/2023

1
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah terkait Analisis Kesalahan Berbahasa
Bidang Ejaan ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaatnya di yaumil akhir nanti.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang teknik-teknik pembelajaran bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dian Uswatun Hasanah, M.Pd.
Selaku dosen pada mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 8 Februari 2023

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Asal-usul Penulisan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia....................................................6


B. Kesalahan Penulisan Huruf Besar atau Huruf
Kapital............................................................................................................................6
C. Kesalahan Penulisan Huruf Miring................................................................................9
D. Kesalahan Penulisan Kata............................................................................................10
E. Kesalahan Memenggal Kata........................................................................................ 13
F. Kesalahan Penulisan Lambang Bilangan.....................................................................15
G. Kesalahan Penulisan Unsur Serapan...........................................................................17
H. Kesalahan Penulisan Tanda Baca................................................................................18
I. Perbedaan EYD V dan yang lama ............................................................................. 28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................31
B. Saran ............................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada hakikatnya bahasa adalah alat untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahasa
memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui bahasa,
manusia dapat dengan mudah bersosialisasi, berinteraksi, bertukar pikiran, ide,
gagasan, dengan manusia lain di lingkungan sekitar. Bahasa yang digunakan seseorang
menjadi identitas dari pengguna bahasa tersebut. Seseorang dapat dengan mudah
dikenal dari mana dia berasal melalui bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:250) ejaan didefinisikan sebagai
kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam
bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah bahwa ejaan tidak
hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, terapi yang lebih utama berkaitan
dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar misalnya kara,
kelompok kara, atau kalimat. Kecuali itu,
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu pembelajaran wajib yang
harus diikuti oleh siswa baik dari jenjang SD, SMP, ataupun SMA. Analisis kebahasaan
berbahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia secara lisan maupun tertulis. Oleh sebab itu ketika
berkomunikasi kita harus memperhatikan kaidah kebahasaan yang baik dan benar,
mulai dari Asal-usul Penulisan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia, Kesalahan Penulisan
Huruf Besar atau Huruf Kapital, Kesalahan Penulisan Huruf Miring, Kesalahan
Penulisan Kata, Kesalahan Memenggal Kata, kesalahan penulisan lambang bilangan,
kesalahan penulisan unsur serapan, kesalahan penulisan tanda baca, dan juga
penggunaan kalimat menggunakan kaidah bahasa EBI atau EYD terbaru yang sekarang
yaitu EYD V.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul penulisan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia ?
2. Apa saja kesalahan penulisan ejaan dalam analisis bahasa Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui asal-usul penulisan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia

4
2. Untuk mengetahui macam kesalahan penulisan ejaan dalam analisis kaidah
kebahasaan bahasa Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Asal-Usul Penulisan Kaidah Ejaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:250) ejaan didefinisikan sebagai kaidah-
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jadi, ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara
mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf
menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata atau kalimat. Selain itu, ejaan
juga berkaitam dengan penggunaan tanda baca pada satuan-satuan huruf tersebut. Kesalahn
dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), diantaranya
meliputi: kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, kesalahan penulisan huruf miring,
kesalahan penulisan kata, kesalahan memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan,
kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan penulisan tanda baca.

1. Kesalahan Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital


1) Kesalahan penulisan huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Ibu mengingatkan, "jangan lupa dompetmu, Tik!"
b) Karolina menjawab, "bukan aku yang mengambil baju itu, Bu."

Sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar adalah bahwa huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung. Jadi, kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi
kalimat-kalimat berikut ini.

Bentuk Baku

a) Ibu mengingatkan, "Jangan lupa dompetmu, Tik!"


b) Karolina menjawab, "Bukan aku yang mengambil baju itu, Bu."
2) Kesalahan penulisam huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-
hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (termasuk kata
ganti untuk Tuhan).
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Ya Allah, semoga engkau menerima arwah ayah saya.

6
b) Limpahkanlah rahmatmu kepada kami ya Allah.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, nama Tuhan (termasuk
kata ganti untuk Tuhan). Huruf pertama pada kata ganti -ku, -mu, dan -nya, sebagai kata
ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital yang dirangkaikan oleh tanda hubung
(-) dengan kata sebelumnya. Dengan berpedoman dengan kaidah tersebut, kalimat
diatas dapat diperbaiki menjadi:

Bentuk Baku

a) Ya Allah, semoga Engkau menerima arwah ayah saya.


b) Limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami ya Allah.
3) Kesalahn penulisan nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan
pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Nabi Ismail adalah anak nabi Ibrahim alaihisalam.
b) Letnan Kolonel Mahsani dilantik menjadi Koloneel.

Berdasarkan kaidah huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang;
sedangkan jika tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf kecil. Jadi, kalimat diatas
dapat diperbaiki menjadi:

Bentuk Baku

a) Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alaihisalam.


b) Letnan Kolonel Mahsani dilantik menjadi kolonel.
4) Kesalahan penulisan kata van, den, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai
nama orang ditulis dengan huruf besar, padahal kata-kata itu tidak terletak pada awal
kalimat.
Contoh:
Bentuk Baku
a) Van den Bosch
b) Mursid bin Hasan
Bentuk Tidak Baku

7
a) Van Den Bosch
b) Mursid Bin Hasan

5) Kesalahan penulisan huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang tidak terletak
pada awal kalimat.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Di Indonesia terdaoat suku jawa, suku bali, suku batak, dan sebagainya.
b) Ia masih keJawa-Jawaan dalam segala hal.

Jika nama bangsa, suku, dan bahasa sudah diberi awalahn sekaligus akhiran,
nama-nama itu harus ditulis dengan huruf kecil. Jadi, perbaikan kalimat diatas adalah
sebagai berikut.

Bentuk Baku

a) Di Indonesia terdapat suku Jawa, suku Bali, suku Batak, dan sebagainya.
b) Ia masih kejawa-jawaan dalam segala hal.
6) Kesalahan penulisan huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Pada Bulan agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
b) Setia Hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran
jasmani.

Seharusnya huruf pertama nama tahun,bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
ditulis dengan huruf kapital. Jadi, kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi.

Bentuk Baku

a) Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
b) Setiap hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran
jasmani.
7) Kesalahan penulisan pada huruf pertama nama khas geografi.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku

8
a) Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah danau Toba.
b) Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh selat Sunda.

Sesuai kaidah yang berlaku seharusnya penulisan huruf pertama nama khas
geografi dengan huruf kapital. Jadi, kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi.

Bentuk Baku

a) Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah Danau Toba.


b) Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh Selat Sunda.
8) Kesalahan penulisan huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh majelis
permusyawaratan rakyat.
b) Semua anggota PBB harus mematuhi piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Huruf kapital dipakai sebagai hurif pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Jadi, kalimat diatas
dapat diperbaiki menjadi.

Bentuk Baku

a) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis


Permusyawaratan Rakyat.
b) Semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
9) Kesalahan penulisan huruf pertama pada kata tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang,
dan, atau dalam pada judul buku, majalah, surat kabar dan karangan yang tidak terletak
pada posisi awal.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Buku Pelajaran Sosiologi Untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi.
b) Odrus mengarang buku Dari Ave Maria Ke Jalan lain Ke Roma.

Penulisan sesuai kaidah yang benar adalah huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata didalam buju, majalah, surat kabar dan judul karangan; kecuali

9
kaga tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan, atau, dan dalam yang tidak terletak
pada posisi awal. Jadi, perbaikan kalimat diatas adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

a) Buku Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi.
b) Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.
10) Kesalahan penulisan singkatan nama gelar dan sapaan.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Proyek itu dipimpin oleh drs. Tony Hartanto.
b) Penyakitnya sudah dua kali diperiksa Dr. Siswono.

Bentuk Baku

a) Proyek itu dipimpin oleh Drs. Tony Hartanto.


b) Penyakitnya sudah dua kali diperiksa dr. Siswono.
11) Kesalahan penulisan huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti:
bapak, ibu, saudara, anda, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau
sapaan.
Bentuk Tidak Baku
a) Kemarin paman pergi ke Singapura dengan bibi.
b) Kapan adik akan datang lagi kesini?

Bentuk Baku

a) Kemarin paman pergi ke Singapura dengan bibi.


b) Kapan adik akan datang lagi kesini?
2. Kesalahan Penulisan Huruf Miring
1) Kesalahan penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
Bentuk Tidak Baku
a) Wanita muslimah banyak yang menyenangi tabloid Nurani.
b) Harian Suara Merdeka menjadi bacaan warga Jawa Tengah.

Seharusnya penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan ditulis dengan huruf miring.

10
Bentuk Baku

a) Wanita muslimah banyak yang menyenangi tabloid Nurani.


b) Harian Suara Merdeka menjadi bacaan warga Jawa Tengah.
2) Kesalahan penulisan yang digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata atau kelompok kata. Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Buatlah contoh kalimat dengan kata bahagia!
b) Huruf terakhir kata metropolitan adalah n.

Sesuai kaidah yang benar untuk menegaskan atau mgkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata dapat ditulis dengan huruf miring.

Bentuk Baku

a) Buatlah contoh kalimat dengan kata bahagia!


b) Huruf terakhir kata metropolitan adalah n.
3) Kesalahan penulisan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa
daerah (yang tidak disesuaikan ejaan).
Contoh:
a) Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
b) Buah manggis nama ilmiahnya adalah Garcinia magestana.

Untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau
bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan) menggunakan huruf miring.

Bentuk Baku

a) Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.


b) Buah manggis nama ilmiahnya adalah Garcinia magestana.
3. Kesalahan Penulisan Kata
1) Kesalahan Penulisan Kata Dasar dan Kata Bentukan
Kita mengenal bentuk kata dasar dan kata bentukan (kata berafiks, kata ulang,
dan kata majemuk atau gabungan kata). Perhatikan bentuk baku dan tidak baku berikut
ini.

Bentuk Baku

a) Diminta

11
b) Kasihan
c) Rumah-rumah
d) Gerak-gerik
e) Antarkota

Bentuk Tidak Baku

a) Di minta
b) Kasih an
c) Ke menakan
d) Rumah2
e) Gerak gerik
f) Antar kota
2) Kesalahan penulisan -ku, -kau, -mu, dan –nya
Bentuk -ku, -kau, dan -mu adalah bentuk pertaliannya dengan pronomina aku,
engkau, dan kamu sering ditulis salah yaitu terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Contoh:

Bentuk Baku

a) Sepatuku
b) Rumahmu
c) Kauambil
d) Kauterima

Bentuk Tidak Baku

a) Sepatu ku
b) Rumah mu
c) Kau ambil
d) Kau terima

3) Kesalahan Penulisan Preposisi di, ke, dan dari

Preposisi di, ke, dan dari sering ditulis salah oleh pemakai bahasa. Perhatikan
contoh berikut ini.

12
Bentuk Baku

a) Di teras rumah
b) Ke sana-sini
c) Lebih sabar dari pada

Bentuk Tidak Baku

a) Diteras rumah
b) Kesana-sini
c) Lebih sabar dari pada
4) Kesalahan Penulisan Partikel pun

Pemakai bahasa masih sering menulis partikel pun dengan kata yang
mendahuluinya serangkai. Partikel pun ditulis tetpisah karena sudah hampir seperti kata
lepas. Contoh:

Bentuk Baku

a) Sekali pun
b) Apa pun
c) Dia pun

Bentuk Tidak Baku

a) Sekalipun
b) Apapun
c) Diapun

5) Kesalahan Penulisan Per

Kata per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya. Contoh:

Bentuk Baku

a) Rp 16.000,00 per meter


b) Dibayarkan per Mei 2009

Bentuk Tidak Baku

13
a) Rp 16.000,00 permeter
b) Dibayarkan per-Mei 2009
4. Kesalahan Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata dibutuhkan apabila harus memenggal kata dalam tulisan jika terjadi
pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung
baris, bukan di bawah ujung baris. Sering dijumpai pemenggalan kata yang tidak sesuai
dengan kaidah tata bahasa yang benar. Berikutr akan diuraikan satu persatu bentuk-bentuk
kesalahan pemenggalan kata.
1) Kesalahan Pemenggalan Dua Vokal yang Beruntun di Tengah Kata
Bentuk Baku Bantuk Tidak Baku
La-in La - in
Bu-ah B-uah
Au-la A-ula
Am-boi A-mboi
Sau-da-ra Sa-u-da-ra
Pan-tai Pant-ai
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua vokal yang
beruntun, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut. Fonem diftong /ai/,
/au/, dan /oi/ tidak pernah diceraikan. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah
kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku kata dengan tidak
didahului atau diikuti spasi
2) Kesalahan Pemenggalan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Se-ret Ser-et
Pa-man Pam-an
Ba-ngun Ban-gun
Senyum Sen-yum
Akh-lak Ak-hlak
Ma-sya-ra-kat Mas-ya-ra-kat
I-sya-rat Is-ya-rat
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada konsonan di antara dua
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut. Selain itu, karena ng, ny,

14
sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan,
sehingga pemenggalan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
3) Kesalahan Pemenggalan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Ap-ril A-pril
Mer-de-ka Me-rde-ka
Cap-lok Ca-plok
Mak-sud Ma-ksud
Swas-ta Swa-sta
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua konsonan berurutan,
pemenggalan terdapat di antara kedua konsonan tersebut.
4) Kesalahan Pemenggalan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Ab-strak Ab-strak
In-fra Inf-ra
Ben-trok Bent-rok
In-stan-si Ins-tan-si
Kon-struk-si Konst-ruk-si
In-stru-men Ins-tru-men
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih
maka pemenggalan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama termasuk /ng/,
/ny/, dan /kh/ dengan konsonan kedua.
5) Kesalahan Pemenggalan Kata Berimbuhan
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Pem-ber-da-ya-an Pe-mber-da-ya-an
Meng-a-ku-i Me-nga-kui
Bel-a-jar Be-la-jar
Meng-a-nak-ti-ri-kan Menga-nak-ti-ri-kan
Kaidah pemenggalan kata yang benar adalah imbuhan (prefix, infiks, sufiks, dan
konfiks) termasuk yang mengalami perubahan bentuk biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.
6) Kesalahan Pemenggalan Nama Diri
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

15
Aulia Nur Fadilah A-ulia Nur Fa-di-lah
Siti Munawaroh Si-ti Mu-na wa-roh
Putri Sefiya Pu-tri Se-fi-ya
Kaidah pemenggalan kata yang benar adalah nama orang diusahakan tidak dipenggal
atas suku-suku katanya dalam pergantian baris. Yang boleh adalah memisahkan nama
orang itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.

5. Kesalahan Penulisan Lambang Bilangan


1) Kesalahan lambang bilangan dengan huruf
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Enam ratus lima puluh Enam ratus limapuluh
Lima tiga perempat Lima tiga per empat
Satu dua persepuluh Satu dua per sepuluh

2) Kesalahan Penulisan Kata Bilangan Tingkat


Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Abad XX Abad ke XX
Abad ke-20 Abad ke 20
Abad kedua puluh Abad keduapuluh
Ulang tahun LXIV RI Ulang tahun ke-LXIV RI

3) Kesalahan penulisan Kata Bilangan yang Mendapat Akhiran -an


Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Pujangga tahun 50-an Pujangga tahun 50an
Lembar 1000-an Lembar 1000an
Keluaran tahun 80-an Keluaran tahun 80an
4) Kesalahan penulis lambang bilangan yang dapat menyatakan satu atau dua kata yang
ditulis dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan yang menyatakan
beberapa perincian atau pemaparan ditulis dengan huruf
Bentuk Baku
a) Sekitar enam puluh calon mahasiswa tidak diterima di akademik itu
b) Tetanggaku membeli empat pohon durian
c) Ternak paman terdiri dari 20 ekor kambing, 9 ekkor sapi, dan 18 ekor ayam.

16
Bentuk Tidak Baku

a) Sekitar 60 calon mahasiswa tidak diterima di akademik itu


b) Tetanggaku membeli 4pohon durian
c) Ternak paman terdiri dari dua puluh ekor kambing, Sembilan ekor sapi, dan delapan
belas ekor ayam.
5) Kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan angka dan kesalahan
penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan huruf
Bentuk Baku
a) Tiga belas tukang becak ikut pawai di jalan
b) Kepala kantor memberi surat pensiun kepada 437 pegawai.

Bentuk Tidak Baku

a) 13 tukang becak ikut pawai di jalan


b) Empat ratus tiga puluh pegawai diberi THR oleh kepala kantor

6) Kesalahan penulisan angka yang menunjukkan jumlah antara ratusan, ribuan, dan
seterusnya.
Bentuk Baku
a) Jumlah peserta ujian seluruhnya 3.554 orang
b) Desa Cinangsi berpenduduk 1.785 jiwa

Bentuk Tidak Baku

a) Jumlah peserta ujian seluruhnya 3.554 orang


b) Desa Cinangsi berpenduduk 1785 jiwa
7) Kesalahan penulisan jumlah uang
Bentuk Baku
a) Harga durian itu Rp25.000,00 per buah
b) Setiap mahasiswa harus membayar iuran setiap semester Rp5.000,00.

Bentuk Tidak Baku

a) Harga durian itu Rp. 25.000,00.per buah


b) Setiap mahasiswa harus membayar iuran setiap semester Rp 5000
8) Kesalahan penulisan angka NIP, NIM/NPM, dan nomor telepon
Bentuk Baku

17
a) Nomor Induk Pegawai ayahku 130 678 987
b) Nomor Induk Mahasiswa itu 09.009.543
c) Silakan telepon ke nomor 081 233 929 946

Bentuk Tidak Baku

a) Nomor Induk Pegawai ayahku 130678987


b) Nomor Induk Mahasiswa itu 09009543
c) Silakan telepon ke nomor 081233929946

6. Kesalahan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas
unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia (unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pelafalannya

Kata Asing Penyerapan Baku Penyerapan Tidak Baku


activity Aktivitas Aktifitas
Analysis Analisis Analisa
Apothek Apotek Apotik
Charisma Karisma Harisma
Complex Kompleks Komplek
Frequency Frekuensi Frekwensi
7. Kesalahan Penulisan Tanda Baca
1. Kesalahan Penulisan Tanda Titik (.)

a) Penghilangan tanda titik pada akhir singkatan nama orang.

Contoh:

Bentuk Baku

a) M.Ramlan
b) W.S.Rendra
c) E.Zaenal Arifin

Bentuk Tidak Baku

a) M Ramlan

18
b) W S Rendra
c) E Zaenal Arifin

b) Penghilangan tanda titik pada akhir singkatan gelar,jabatan,pangkat, dan sapaan.

Contoh:

Bentuk Baku

a) S.E. (Sarjana Ekonomi)


b) Kol.(Kolonel)
c) Dr.(Doktor)
d) Sdr. (Saudara)

Bentuk Tidak Baku

a) SE
b) Kol
c) Dr
d) Sdr

c) Permakaian tanda titik yang kurang atau berlebihuan padasingkatan kata atau ungkapan.

Contoh:

Bentuk Baku

a) a.n. (atas nama)


b) d.a (dengan alamat)
c) dkk. (dan kawan-kawan)
d) tsb.(tersebut)

Bentuk Tidak Baku

a) a1n.
b) da.
c) Dkk
d) t.s.b.

19
d)Penghilangan tanda titik pada angka yang menyatakznjumlah untukmemisahkanribuan,
jutaan, damseterusnya.

Contoh:

Bentuk Baku

a) 2.320 halaman
b) 3.497 meter
c) sebanyak 1.250 liter

Bentuk Tidak Baku

a) 2320 halaman
b) 3497 meter
c) sebanyak 1250 liter

e) Penambahan tanda titik pada singkatan yang terdiri atashuruf-huruf awal kata atau suku
kata dan pada akronim.

Contoh:

Bentuk Baku

a) DPRD
b) Kejaksaan Agung RI
c) Sekjen
d) SMA Negeri III

Bentuk Tidak Baku

a) D.P.R.
b) Kejaksaan Agung R.I.
c) sekjen.
d) S.M.A.Negeri III

f) Penambahan tanda titik di belakang slamst pengirimtanggal surat di belakang nama


penerims, dan slamatpenerima surat.

Contoh:

Bentuk Tidak Baku

20
a) Jalan Sudirman III.45.
b) Yogyakarta, 30 Maret 2009.
c) Yth.Bpk.Candra Kumala
d) Jalan Beringin Raya 27Makasar.

Bentuk Baku

a) Jalan Sudirman III. 45


b) Yogyakarta,30 Maret 2009
c) Yth. Bpk.Candra Kumala
d) Jalan Beringin Raya 27 Makasar

2. Kesalahan Penulisan Tanda Koma(,)

a) Penghilangan tanda koma di antara unsur-unsur dalamsuatu perincian atau pembilang.

Contoh:

Bentuk Tidak Baku

a) Anakku mengirimi aku beberapa bajn, makanankering dan uang.


b) Satu dua...tiga
c) Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.

Bentuk Baku

a) Anakku mengirimi aku beberapa baju, makanankering, dan uang.


b) Satu, dua,...tiga
c) Departemen Pariwisata,Pos,dan Telekomunikasi

b) Penghilangan tanda koma di antara dua klausa dalamkalimat majemuk setara (yang
didahului oleh konjungsitetapi, melainkan, dan sedangkan).

Contoh:

Bentuk Tidak Baku

a) Ibu akan mengabulkan permintaanmu terapi kanharus mengikuti nasihat orang tua.
b) Kau bukan seorang yang baik melainkan seorangyang jahat.

Bentuk Baku

a) Ibu akan mengabulkan permintaanmu, retapi kauharus mengikuti nasihat orang tua.

21
b) Kau bukan seorang yang baik, melainkan seorangyang jahat.

c) Pemisnhan anak kalimat dari induk kalimat yangtidakmenggunakan tanda koma (yang
anak kalimat mnendahuluiinduk kalimat).

Contoh:

Bentuk Tidak Baku

a) Walaupun hidupnya kekurangan ia tidak pernahmeminta kepada orang lain,


b) Jika berusaha keras kamu akan berhasil dalamujian nanti.

Kalimat (65) dan (66) merupakan kalimat majemukbertingkat. Posisi anakkalimat


mendahului indukkalimat.Anak kalimat yang mendahului induk kalimat, makasetelah anak
kalimat harus ada tanda koma. Perbaikandua kalimat di atas adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

a) Walaupun hidupnya kekurangan, ia tidak pernahmeminta kepada orang lain.


b) Jika berusaha keras, kamu akan berhasil dalamujian nanti.

Penghilangan tanda koma di belakang kata atau ungkapan)penghubung antar kalimat yang
terdapat di awal kalimat.

Contoh.

Bentuk Tidak Baku

a) Jadi minggu depan kita berangkat ke Bali.


b) Selanjutnya akan kita bicarakan pada rapat besoksiang.

Tanda koma harus kita letakkan setelah kata atauungkapan penghubung antarkalimat,seperti
di bawahini.

Bentuk Baku

a) Jadi, minggu depan kita berangkat ke Bali.


b) Selanjutnya, akan kita bicarakan pada rapat besok siang.

22
e) Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian laindalam kalimat dengan meniadakan
tanda koma.

Contoh.

Bentuk Tidak Baku

a) Murid-murid menyapa “Selamat siang,Pak!”


b) Kakek berpesan “Patuhlah kepada kedua orangtuamu!”

Sebelum tanda petik ganda seharusnya diletakkantanda koma (6), seperti berikut ini.

Bentuk Baku

a) Murid-murid menyapa, “Selamat siang, Pak!”


b) Kakek berpesan, “Patuhlah kepada kedua orangtuamu!”

f) Penghilangan tanda koma di belakang kata-kata seru seperti: o,ya,wah,aduh,kasihan yang


terdapat pada awal kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.

Bentuk Tidak Baku

a) Kasihan dia harus bertanggung jawab untuksesuaru yang tidak pernah dilakukan.
b) Aduh aku lupa memberitahukan hal itu kepadasaudaraku.

Tanda koma harus dibubuhkan setelah kata-kata seru.Dengan demikian perbaikannya sebagai
berikut.

Bentuk Baku

a) Kasihan, dia harus bertanggung jawab untuksesuaru yang tidak pernah dilakukan.
b) Aduh, aku lupa memberitahukan hal itu kepada saudaraku.

g) Penghilangan tanda koma di antara (1) nama dan alamt,(2) bagian-bagian alamat,(3)
tempat dan tanggal, dan(4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.Contoh.

Bentuk Tidak Baku

a) Kuta 10 April 2010

23
b) Surakarta Jawa Tengah
c) Sdr. Nanda Putri JalanSidodadi Timur 24Semarang

Bentuk Baku

a) Kuta,10 April 2010


b) Surakarta, Jawa Tengah
c) Sdr. Nanda Putri, Jalan Sidodadi Timur 24,Semarang

h) Penghilangan tanda koma kerika menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.

Contoh.

Bentuk Tidak Baku

a) Ramlan M.1987. Ilmu Bahasa Indonesia:Sintaksis. Yogyakarta: CV.Karyono.


b) Chaer Abdul.1994. Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta.

Penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan sebagai berikut.

Bentuk Baku

a) Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Tndonesia:Sintaksis.Yogyakarta:CV.Karyono.


b) Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.Jakarta:Rineka Cipta.

Penghilangan tanda koma di antara nama orang dan gelarkesarjanaan yang mengikutinya.
Contoh.

Bentuk Baku

a) Dra.Intan Indiati, M.Si.


b) Ny. Hartawati, M.A.
c) Subur,S.E.

Bentuk Tidak Baku

a) Dra. Intan Indiati, MI.Si.


b) Ny. Hartawati M.A.
c) Subur S.E.

24
Tanda koma yang tidak digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.Contoh.

Bentuk Tidak Baku

a) Pak Rifai dosen Puisi hari ini mengikuti seminar.


b) Dikampus kami misalnya sudah banyak mahasiswayang bekerja.

Lihatlah perbaikan kedua kalimat tersebut.

Bentuk Baku

a) Pak Rifai,dosen Puisi,hari ini mengikuti seminar.


b) Di kampus kami, misalnya, sudah banyakmahasiswa yang bekerja.

k) Pemakaian tanda koma untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat yang anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.

Lihat contoh berikut.

Bentuk Tidak Baku

a) Dia lupa datang, karena sangat sibuk.


b) Ia tetap bersemangat, meskipun gajinya tidakbanyak.

Penulisan sesuai dengan kaidah adalah sebagai berikut.

Bentuk Baku

a) Dia lupa datang karena sangat sibuk.


b) Ia tetap bersemangat meskipun gajinya tidakbanyak.

3) Kesalahan Pemakaian Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagaipengganti konjungsi.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku

a) Aku tidak meneruskan pertanyaanku Ayah jugatidak berbicara Kami sama sama
diam.

25
b) Risti memang cantik Nikita, teman karibnya juga tidak kalah jelitanya keduanya
bagaikan bidadari yang turun dari langit Lelaki yang tidak bertampang lumayan dan
berdompet tebal tidak berani mendekatinya.

Perbaikan kedua contoh di atas adalah:

Bentuk Baku

a) Aku tidak meneruskan pertanyaanku; ayah jugatidak berbicara; kami sama sama
diam.
b) Risti memang cantik; Nikita, teman karibnya juga tidak kalah jelitanya; keduanya
bagaikan bidadari yang turun dari langit; lelaki yang tidakbertampang lumayan dan
berdompet tebal tidakberani mendekatinya.

4) Kesalahan Pemakaian Tanda Titik Dua (:)

a) Penghilangans tanda titik dua pada akhir suatu pernyataanlengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.

Contoh:

Bentuk Tidak Baku

a) Fakultas Sastra mempunyai empat Jurusan Bahasadan Sastra Inggris, Bahasa dan
Sastra Indonesia,Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan SastraJepang.
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalamwacana dapat dilakukan dengan empat
prinsip penafsiran personal, lokasional, temporal, dananalogi.

Kedua contoh tersebut perlu diperbaiki menjadi:

Bentuk Baku

a) Fakultas Sastra mempunyai empat Jurusan: Bahasadan Sastra Inggris, Bahasa dan
Sastra Indonesia,Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan empat
prinsip penafsiran: personal, lokasional, temporal, dan analogi.

b) Penggunaan tanda titik dua dalam rangkaian atau pemerian yang merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan. Contoh:

26
Bentuk Tidak Baku

a) Fakultas Sastra mempunyai: Bahasa dan Sastral Inggris, Bahasa dan Sastra Indonesia,
Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra Jepang.
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan
penafsiran: personal, lokasional, temporal, dan analogi. Perbaikannya adalah:

Bentuk Baku

a) Fakultas Sastra mempunyai Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Indonesia,
Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra Jepang.
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan
penafsiran personal, lokasional, temporal, dan analogi.

5 ) Kesalahan Penulisan Tanda Hubung (-)

Penghilangan tanda hubung di antara se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital. Penghilangan tanda hubung di antara ke- dan angka.

c) Penghilangan tanda hubung di antara angka dengan an

d) Penghilangan tanda hubung dalam singkatan huruf capital dengan afiks atau kata.
Bandingkan dua bentuk di bawah ini.

Bentuk Baku

se-Jawa Tengah tahun 1990-an ber-KTP DIY

Bentuk Tidak Baku

se Jawa Tengah tahun 1990 an ber KTP DIY

Perbedaan EYD V dan kamus bahasa yang sebelumnya

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 16 Agustus 2022 telah meluncurkan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Edisi V. EYD Edisi V ini dikeluarkan
berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud
Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 dan ditetapkan pada 16 Agustus 2022. EYD edisi kelima ini
diluncurkan bertepatan dengan 50 tahun penetapan EYD pada tanggal 16 Agustus 1972.

27
Perubahan yang terdapat dalam EYD Edisi V ini adalah penambahan kaidah baru dan kaidah
yang telah ada. Selain itu, terdapat juga perubahan redaksi, contoh, dan tata cara penyajian.

Perubahan ini merupakan salah satu akibat dari pengguna bahasa pada konsep-konsep
keilmuan dan kebudayaan dalam tatanan masyarakat yang baru serta konsekuensi logis dari
cairnya batas-batas wilayah akibat perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi,
yang memengaruhi komunikasi verbal yang terjadi antarpengguna bahasa. Adapun pedoman
ejaan edisi kelima itu kembali menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD). Pada edisi keempat, ejaan itu dikenal dengan nama Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Jika dilihat sejarahnya, sejak pertama kali diresmikan pada
1972, ejaan ini telah menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Kemudian, pada edisi kedua (1987) dan edisi ketiga (2009), ejaan ini mendapatkan
tambahan frasa pedoman umum sehingga diterbitkan dengan nama Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). EYD Edisi V ditetapkan bertepatan dengan
50 tahun penetapan EYD. Secara umum, perubahan yang terdapat dalam edisi ini berupa
penambahan kaidah baru dan perubahan pada kaidah yang telah ada. Selain itu, terdapat
perubahan redaksi, contoh, dan tata cara penyajian.

Secara keseluruhan, perubahan yang ada lebih dari 50 persen.


Banyak perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia, seperti EYD, EBI hingga PUEBI. Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan dalam bahasa Indonesia yang ditetapkan saat
Orde Baru itu melalui Kepres Nomor 57 Tahun 1972. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang dapat dipergunakan oleh instansi
pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan
benar. Sementara itu, sosialisasi adanya ejaan baru itu juga terus berjalan seiring dengan kajian-
kajian para pakar bahasa Indonesia. Namun, dengan ditetapkannya Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015, Mendikbud
mengganti sebutan EYD menjadi EBI atau Ejaan Bahasa Indonesia. Hingga pada saat ini, ejaan
bahasa Indonesia terbaru telah ada, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Tujuan atau alasan dari berubahnya Pedoman EYD menjadi PUEBI adalah pertama karena
adanya kemajuan teknologi seiring kemajuan zaman dan kedua untuk memantapkan fungsi dari
bahasa Indonesia itu sendiri.

Perbedaan EYD dan EBI

28
EBI tampak lebih praktis dan mudah digunakan terkait dengan tata tulis. Hal-hal yang
dulu kurang jelas pada EYD kini menjadi lebih terang pada EBI, contohnya penggunaan huruf
kapital, huruf tebal, dan huruf miring. Begitu pula dengan penggunaan tanda baca. Ada hal
yang lebih jelas terdapat dalam pemerian (perincian) frasa ke bawah yang menggunakan tanda
titik koma (;). Sebelum rincian terakhir pada tanda titik koma dibubuhi kata dan. Tanda kurung
juga berkembang fungsinya yaitu mengapit singkatan dan kepanjangan. Di dalam EYD yang
benar adalah penyebutan kepanjangan dulu baru singkatan di dalam kurung. Namun, di dalam
EBI, keduanya dibenarkan. Jadi, Anda dapat menulis seperti itu, Ikapi (Ikatan Penerbit
Indonesia) atau Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), dan keduanya adalah benar. Selebihnya,
tidak ada hal baru.

Namun, EBI terlihat lebih ringkas dengan muatan berikut: Pemakaian Huruf; Penulisan
Kata; Pemakaian Tanda Baca; dan Penulisan Unsur Serapan. Perbedaan EYD dan PUEBI
Setidaknya terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima
perbedaan tersebut tersebar ke dalam dua sub bab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian
tanda baca, seperti berikut ini:

1. Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e] Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e
mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD
hanya dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama yang disajikan pada EYD adalah [é]
(taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore. Diakritik kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet)
pada kata emas, kena, dan tipe. D iakritik pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD
adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan
pendek.

2. Perbedaan diftong [ei] Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong,
PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat,
yaitu ai, au, oi, dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap
seperti kata survei, eigendom, dan geiser.

3. Aturan penulisan huruf kapital Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus
digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan. Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu
selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal julukan. Contoh julukan
yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.

29
4. Aturan penulisan huruf tebal Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan
untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab.

5. penggunaan tanda baca Tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam
bahasa tulis.

Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik koma (;) tidak dijabarkan
selengkap di PUEBI. Pada aturan sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk
memisahkan bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Selain itu, juga terdapat aturan,
yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat
majemuk. Selain dua aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas kesalahan dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD), diantaranya meliputi: Kesalahan penulisan huruf besar atau
huruf kapital, kesalahan penulisan huruf miring, kesalahan penulisan kata, kesalahan
memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan,
dan kesalahan penulisan tanda baca. Kesalahan ejaan yang sering muncul yaitu kesalahan
penulisan huruf kapital, kesalahan penulisan kata depan, kesalahan pemakaian tanda baca,
kesalahan penulisan kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar, dan kesalahan
penulisan partikel.

Perubahan yang terdapat dalam EYD Edisi V adalah penambahan kaidah baru dan kaidah
yang telah ada. Selain itu, terdapat juga perubahan redaksi, contoh, dan tata cara penyajian.
Adapun pedoman ejaan edisi kelima itu kembali menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD). Pada edisi keempat, ejaan itu dikenal dengan nama Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Perbedaan EYD dan PUEBI Setidaknya terdapat
lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima perbedaan tersebut
tersebar ke dalam dua sub bab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca,
seperti berikut ini:

(1) Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e] Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e
mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. (2) Perbedaan diftong [ei] Jika sebelumnya
di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi
terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. (3) Aturan
penulisan huruf kapital Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus digunakan
pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan. (4)
Aturan penulisan huruf tebal Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan
untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab. (5)
Penggunaan tanda baca tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam
bahasa tulis.

31
B. Saran

Berdasarkan pemaparan materi mengenai Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Ejaan, penulis
berharap pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia, dapat diterapkan dalam berbagai
bidang ilmu kebahasaan terkhusus bidang menulis. Hal ini dapat diatasi dengan adanya sinergi
antara pihak sekolah, guru, dan siswa agar pemahaman mengenai EYD, KBII, dan
keterampilan menulis siswa lebih baik.

32
Daftar Pustaka

Apriliana, A. C., & Martini, A. (2018). Analisis kesalahan ejaan dalam karangan narasi pada
siswa kelas V sekolah dasar Kecamatan Sumedang Selatan. Primary: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 7(2), 227-232.

Dr. H. Syamsyul Ghufron, M.Si. Kesalahan Berbahasa Teori dan Aplikasi

Farhani, Isma Rusan. "Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dann Akademik Kelas X Kurikulum 2013." (2015).

Ilustrasi EYD. foto/IStocokphoto Penulis: Yandri Daniel Damaledo, tirto.id - 24 Agu 2022

Nanik Setyawati, M.Hum. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik

Winata, N. T. (2019). Analisis kesalahan ejaan bahasa indonesia dalam media massa daring
(detikcom). Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), 115-121.

33

Anda mungkin juga menyukai