BIDANG EJAAN
Disusun Oleh :
2022/2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah terkait Analisis Kesalahan Berbahasa
Bidang Ejaan ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaatnya di yaumil akhir nanti.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang teknik-teknik pembelajaran bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dian Uswatun Hasanah, M.Pd.
Selaku dosen pada mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................................................................31
B. Saran ............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul penulisan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia ?
2. Apa saja kesalahan penulisan ejaan dalam analisis bahasa Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui asal-usul penulisan kaidah ejaan dalam bahasa Indonesia
4
2. Untuk mengetahui macam kesalahan penulisan ejaan dalam analisis kaidah
kebahasaan bahasa Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:250) ejaan didefinisikan sebagai kaidah-
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jadi, ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara
mengeja suatu kata, tetapi yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf
menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok kata atau kalimat. Selain itu, ejaan
juga berkaitam dengan penggunaan tanda baca pada satuan-satuan huruf tersebut. Kesalahn
dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), diantaranya
meliputi: kesalahan penulisan huruf besar atau huruf kapital, kesalahan penulisan huruf miring,
kesalahan penulisan kata, kesalahan memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan,
kesalahan penulisan unsur serapan, dan kesalahan penulisan tanda baca.
Sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar adalah bahwa huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung. Jadi, kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi
kalimat-kalimat berikut ini.
Bentuk Baku
6
b) Limpahkanlah rahmatmu kepada kami ya Allah.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, nama Tuhan (termasuk
kata ganti untuk Tuhan). Huruf pertama pada kata ganti -ku, -mu, dan -nya, sebagai kata
ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital yang dirangkaikan oleh tanda hubung
(-) dengan kata sebelumnya. Dengan berpedoman dengan kaidah tersebut, kalimat
diatas dapat diperbaiki menjadi:
Bentuk Baku
Berdasarkan kaidah huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang;
sedangkan jika tidak diikuti nama diri ditulis dengan huruf kecil. Jadi, kalimat diatas
dapat diperbaiki menjadi:
Bentuk Baku
7
a) Van Den Bosch
b) Mursid Bin Hasan
5) Kesalahan penulisan huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang tidak terletak
pada awal kalimat.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Di Indonesia terdaoat suku jawa, suku bali, suku batak, dan sebagainya.
b) Ia masih keJawa-Jawaan dalam segala hal.
Jika nama bangsa, suku, dan bahasa sudah diberi awalahn sekaligus akhiran,
nama-nama itu harus ditulis dengan huruf kecil. Jadi, perbaikan kalimat diatas adalah
sebagai berikut.
Bentuk Baku
a) Di Indonesia terdapat suku Jawa, suku Bali, suku Batak, dan sebagainya.
b) Ia masih kejawa-jawaan dalam segala hal.
6) Kesalahan penulisan huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Pada Bulan agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
b) Setia Hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran
jasmani.
Seharusnya huruf pertama nama tahun,bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah
ditulis dengan huruf kapital. Jadi, kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi.
Bentuk Baku
a) Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
b) Setiap hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran
jasmani.
7) Kesalahan penulisan pada huruf pertama nama khas geografi.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
8
a) Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah danau Toba.
b) Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh selat Sunda.
Sesuai kaidah yang berlaku seharusnya penulisan huruf pertama nama khas
geografi dengan huruf kapital. Jadi, kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi.
Bentuk Baku
Huruf kapital dipakai sebagai hurif pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Jadi, kalimat diatas
dapat diperbaiki menjadi.
Bentuk Baku
Penulisan sesuai kaidah yang benar adalah huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata didalam buju, majalah, surat kabar dan judul karangan; kecuali
9
kaga tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan, atau, dan dalam yang tidak terletak
pada posisi awal. Jadi, perbaikan kalimat diatas adalah sebagai berikut.
Bentuk Baku
a) Buku Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi.
b) Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.
10) Kesalahan penulisan singkatan nama gelar dan sapaan.
Contoh:
Bentuk Tidak Baku
a) Proyek itu dipimpin oleh drs. Tony Hartanto.
b) Penyakitnya sudah dua kali diperiksa Dr. Siswono.
Bentuk Baku
Bentuk Baku
Seharusnya penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan ditulis dengan huruf miring.
10
Bentuk Baku
Sesuai kaidah yang benar untuk menegaskan atau mgkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata dapat ditulis dengan huruf miring.
Bentuk Baku
Untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau
bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan) menggunakan huruf miring.
Bentuk Baku
Bentuk Baku
a) Diminta
11
b) Kasihan
c) Rumah-rumah
d) Gerak-gerik
e) Antarkota
a) Di minta
b) Kasih an
c) Ke menakan
d) Rumah2
e) Gerak gerik
f) Antar kota
2) Kesalahan penulisan -ku, -kau, -mu, dan –nya
Bentuk -ku, -kau, dan -mu adalah bentuk pertaliannya dengan pronomina aku,
engkau, dan kamu sering ditulis salah yaitu terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
Bentuk Baku
a) Sepatuku
b) Rumahmu
c) Kauambil
d) Kauterima
a) Sepatu ku
b) Rumah mu
c) Kau ambil
d) Kau terima
Preposisi di, ke, dan dari sering ditulis salah oleh pemakai bahasa. Perhatikan
contoh berikut ini.
12
Bentuk Baku
a) Di teras rumah
b) Ke sana-sini
c) Lebih sabar dari pada
a) Diteras rumah
b) Kesana-sini
c) Lebih sabar dari pada
4) Kesalahan Penulisan Partikel pun
Pemakai bahasa masih sering menulis partikel pun dengan kata yang
mendahuluinya serangkai. Partikel pun ditulis tetpisah karena sudah hampir seperti kata
lepas. Contoh:
Bentuk Baku
a) Sekali pun
b) Apa pun
c) Dia pun
a) Sekalipun
b) Apapun
c) Diapun
Kata per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya. Contoh:
Bentuk Baku
13
a) Rp 16.000,00 permeter
b) Dibayarkan per-Mei 2009
4. Kesalahan Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata dibutuhkan apabila harus memenggal kata dalam tulisan jika terjadi
pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung
baris, bukan di bawah ujung baris. Sering dijumpai pemenggalan kata yang tidak sesuai
dengan kaidah tata bahasa yang benar. Berikutr akan diuraikan satu persatu bentuk-bentuk
kesalahan pemenggalan kata.
1) Kesalahan Pemenggalan Dua Vokal yang Beruntun di Tengah Kata
Bentuk Baku Bantuk Tidak Baku
La-in La - in
Bu-ah B-uah
Au-la A-ula
Am-boi A-mboi
Sau-da-ra Sa-u-da-ra
Pan-tai Pant-ai
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua vokal yang
beruntun, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut. Fonem diftong /ai/,
/au/, dan /oi/ tidak pernah diceraikan. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah
kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku kata dengan tidak
didahului atau diikuti spasi
2) Kesalahan Pemenggalan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Se-ret Ser-et
Pa-man Pam-an
Ba-ngun Ban-gun
Senyum Sen-yum
Akh-lak Ak-hlak
Ma-sya-ra-kat Mas-ya-ra-kat
I-sya-rat Is-ya-rat
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada konsonan di antara dua
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut. Selain itu, karena ng, ny,
14
sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan,
sehingga pemenggalan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
3) Kesalahan Pemenggalan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Ap-ril A-pril
Mer-de-ka Me-rde-ka
Cap-lok Ca-plok
Mak-sud Ma-ksud
Swas-ta Swa-sta
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua konsonan berurutan,
pemenggalan terdapat di antara kedua konsonan tersebut.
4) Kesalahan Pemenggalan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Ab-strak Ab-strak
In-fra Inf-ra
Ben-trok Bent-rok
In-stan-si Ins-tan-si
Kon-struk-si Konst-ruk-si
In-stru-men Ins-tru-men
Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih
maka pemenggalan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama termasuk /ng/,
/ny/, dan /kh/ dengan konsonan kedua.
5) Kesalahan Pemenggalan Kata Berimbuhan
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
Pem-ber-da-ya-an Pe-mber-da-ya-an
Meng-a-ku-i Me-nga-kui
Bel-a-jar Be-la-jar
Meng-a-nak-ti-ri-kan Menga-nak-ti-ri-kan
Kaidah pemenggalan kata yang benar adalah imbuhan (prefix, infiks, sufiks, dan
konfiks) termasuk yang mengalami perubahan bentuk biasanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.
6) Kesalahan Pemenggalan Nama Diri
Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku
15
Aulia Nur Fadilah A-ulia Nur Fa-di-lah
Siti Munawaroh Si-ti Mu-na wa-roh
Putri Sefiya Pu-tri Se-fi-ya
Kaidah pemenggalan kata yang benar adalah nama orang diusahakan tidak dipenggal
atas suku-suku katanya dalam pergantian baris. Yang boleh adalah memisahkan nama
orang itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.
16
Bentuk Tidak Baku
6) Kesalahan penulisan angka yang menunjukkan jumlah antara ratusan, ribuan, dan
seterusnya.
Bentuk Baku
a) Jumlah peserta ujian seluruhnya 3.554 orang
b) Desa Cinangsi berpenduduk 1.785 jiwa
17
a) Nomor Induk Pegawai ayahku 130 678 987
b) Nomor Induk Mahasiswa itu 09.009.543
c) Silakan telepon ke nomor 081 233 929 946
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas
unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia (unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pelafalannya
Contoh:
Bentuk Baku
a) M.Ramlan
b) W.S.Rendra
c) E.Zaenal Arifin
a) M Ramlan
18
b) W S Rendra
c) E Zaenal Arifin
Contoh:
Bentuk Baku
a) SE
b) Kol
c) Dr
d) Sdr
c) Permakaian tanda titik yang kurang atau berlebihuan padasingkatan kata atau ungkapan.
Contoh:
Bentuk Baku
a) a1n.
b) da.
c) Dkk
d) t.s.b.
19
d)Penghilangan tanda titik pada angka yang menyatakznjumlah untukmemisahkanribuan,
jutaan, damseterusnya.
Contoh:
Bentuk Baku
a) 2.320 halaman
b) 3.497 meter
c) sebanyak 1.250 liter
a) 2320 halaman
b) 3497 meter
c) sebanyak 1250 liter
e) Penambahan tanda titik pada singkatan yang terdiri atashuruf-huruf awal kata atau suku
kata dan pada akronim.
Contoh:
Bentuk Baku
a) DPRD
b) Kejaksaan Agung RI
c) Sekjen
d) SMA Negeri III
a) D.P.R.
b) Kejaksaan Agung R.I.
c) sekjen.
d) S.M.A.Negeri III
Contoh:
20
a) Jalan Sudirman III.45.
b) Yogyakarta, 30 Maret 2009.
c) Yth.Bpk.Candra Kumala
d) Jalan Beringin Raya 27Makasar.
Bentuk Baku
Contoh:
Bentuk Baku
b) Penghilangan tanda koma di antara dua klausa dalamkalimat majemuk setara (yang
didahului oleh konjungsitetapi, melainkan, dan sedangkan).
Contoh:
a) Ibu akan mengabulkan permintaanmu terapi kanharus mengikuti nasihat orang tua.
b) Kau bukan seorang yang baik melainkan seorangyang jahat.
Bentuk Baku
a) Ibu akan mengabulkan permintaanmu, retapi kauharus mengikuti nasihat orang tua.
21
b) Kau bukan seorang yang baik, melainkan seorangyang jahat.
c) Pemisnhan anak kalimat dari induk kalimat yangtidakmenggunakan tanda koma (yang
anak kalimat mnendahuluiinduk kalimat).
Contoh:
Bentuk Baku
Penghilangan tanda koma di belakang kata atau ungkapan)penghubung antar kalimat yang
terdapat di awal kalimat.
Contoh.
Tanda koma harus kita letakkan setelah kata atauungkapan penghubung antarkalimat,seperti
di bawahini.
Bentuk Baku
22
e) Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian laindalam kalimat dengan meniadakan
tanda koma.
Contoh.
Sebelum tanda petik ganda seharusnya diletakkantanda koma (6), seperti berikut ini.
Bentuk Baku
a) Kasihan dia harus bertanggung jawab untuksesuaru yang tidak pernah dilakukan.
b) Aduh aku lupa memberitahukan hal itu kepadasaudaraku.
Tanda koma harus dibubuhkan setelah kata-kata seru.Dengan demikian perbaikannya sebagai
berikut.
Bentuk Baku
a) Kasihan, dia harus bertanggung jawab untuksesuaru yang tidak pernah dilakukan.
b) Aduh, aku lupa memberitahukan hal itu kepada saudaraku.
g) Penghilangan tanda koma di antara (1) nama dan alamt,(2) bagian-bagian alamat,(3)
tempat dan tanggal, dan(4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.Contoh.
23
b) Surakarta Jawa Tengah
c) Sdr. Nanda Putri JalanSidodadi Timur 24Semarang
Bentuk Baku
h) Penghilangan tanda koma kerika menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh.
Bentuk Baku
Penghilangan tanda koma di antara nama orang dan gelarkesarjanaan yang mengikutinya.
Contoh.
Bentuk Baku
24
Tanda koma yang tidak digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.Contoh.
Bentuk Baku
k) Pemakaian tanda koma untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat yang anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Bentuk Baku
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagaipengganti konjungsi.
Misalnya:
a) Aku tidak meneruskan pertanyaanku Ayah jugatidak berbicara Kami sama sama
diam.
25
b) Risti memang cantik Nikita, teman karibnya juga tidak kalah jelitanya keduanya
bagaikan bidadari yang turun dari langit Lelaki yang tidak bertampang lumayan dan
berdompet tebal tidak berani mendekatinya.
Bentuk Baku
a) Aku tidak meneruskan pertanyaanku; ayah jugatidak berbicara; kami sama sama
diam.
b) Risti memang cantik; Nikita, teman karibnya juga tidak kalah jelitanya; keduanya
bagaikan bidadari yang turun dari langit; lelaki yang tidakbertampang lumayan dan
berdompet tebal tidakberani mendekatinya.
a) Penghilangans tanda titik dua pada akhir suatu pernyataanlengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:
a) Fakultas Sastra mempunyai empat Jurusan Bahasadan Sastra Inggris, Bahasa dan
Sastra Indonesia,Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan SastraJepang.
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalamwacana dapat dilakukan dengan empat
prinsip penafsiran personal, lokasional, temporal, dananalogi.
Bentuk Baku
a) Fakultas Sastra mempunyai empat Jurusan: Bahasadan Sastra Inggris, Bahasa dan
Sastra Indonesia,Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan empat
prinsip penafsiran: personal, lokasional, temporal, dan analogi.
b) Penggunaan tanda titik dua dalam rangkaian atau pemerian yang merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan. Contoh:
26
Bentuk Tidak Baku
a) Fakultas Sastra mempunyai: Bahasa dan Sastral Inggris, Bahasa dan Sastra Indonesia,
Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra Jepang.
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan
penafsiran: personal, lokasional, temporal, dan analogi. Perbaikannya adalah:
Bentuk Baku
a) Fakultas Sastra mempunyai Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Indonesia,
Bahasa dan Sastra Jawa, dan Bahasa dan Sastra Jepang.
b) Pemahaman konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan
penafsiran personal, lokasional, temporal, dan analogi.
Penghilangan tanda hubung di antara se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital. Penghilangan tanda hubung di antara ke- dan angka.
d) Penghilangan tanda hubung dalam singkatan huruf capital dengan afiks atau kata.
Bandingkan dua bentuk di bawah ini.
Bentuk Baku
27
Perubahan yang terdapat dalam EYD Edisi V ini adalah penambahan kaidah baru dan kaidah
yang telah ada. Selain itu, terdapat juga perubahan redaksi, contoh, dan tata cara penyajian.
Perubahan ini merupakan salah satu akibat dari pengguna bahasa pada konsep-konsep
keilmuan dan kebudayaan dalam tatanan masyarakat yang baru serta konsekuensi logis dari
cairnya batas-batas wilayah akibat perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi,
yang memengaruhi komunikasi verbal yang terjadi antarpengguna bahasa. Adapun pedoman
ejaan edisi kelima itu kembali menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD). Pada edisi keempat, ejaan itu dikenal dengan nama Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Jika dilihat sejarahnya, sejak pertama kali diresmikan pada
1972, ejaan ini telah menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Kemudian, pada edisi kedua (1987) dan edisi ketiga (2009), ejaan ini mendapatkan
tambahan frasa pedoman umum sehingga diterbitkan dengan nama Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD). EYD Edisi V ditetapkan bertepatan dengan
50 tahun penetapan EYD. Secara umum, perubahan yang terdapat dalam edisi ini berupa
penambahan kaidah baru dan perubahan pada kaidah yang telah ada. Selain itu, terdapat
perubahan redaksi, contoh, dan tata cara penyajian.
28
EBI tampak lebih praktis dan mudah digunakan terkait dengan tata tulis. Hal-hal yang
dulu kurang jelas pada EYD kini menjadi lebih terang pada EBI, contohnya penggunaan huruf
kapital, huruf tebal, dan huruf miring. Begitu pula dengan penggunaan tanda baca. Ada hal
yang lebih jelas terdapat dalam pemerian (perincian) frasa ke bawah yang menggunakan tanda
titik koma (;). Sebelum rincian terakhir pada tanda titik koma dibubuhi kata dan. Tanda kurung
juga berkembang fungsinya yaitu mengapit singkatan dan kepanjangan. Di dalam EYD yang
benar adalah penyebutan kepanjangan dulu baru singkatan di dalam kurung. Namun, di dalam
EBI, keduanya dibenarkan. Jadi, Anda dapat menulis seperti itu, Ikapi (Ikatan Penerbit
Indonesia) atau Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), dan keduanya adalah benar. Selebihnya,
tidak ada hal baru.
Namun, EBI terlihat lebih ringkas dengan muatan berikut: Pemakaian Huruf; Penulisan
Kata; Pemakaian Tanda Baca; dan Penulisan Unsur Serapan. Perbedaan EYD dan PUEBI
Setidaknya terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima
perbedaan tersebut tersebar ke dalam dua sub bab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian
tanda baca, seperti berikut ini:
1. Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e] Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e
mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD
hanya dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama yang disajikan pada EYD adalah [é]
(taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore. Diakritik kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet)
pada kata emas, kena, dan tipe. D iakritik pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD
adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan
pendek.
2. Perbedaan diftong [ei] Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong,
PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat,
yaitu ai, au, oi, dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap
seperti kata survei, eigendom, dan geiser.
3. Aturan penulisan huruf kapital Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus
digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan. Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu
selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal julukan. Contoh julukan
yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.
29
4. Aturan penulisan huruf tebal Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan
untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab.
5. penggunaan tanda baca Tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam
bahasa tulis.
Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik koma (;) tidak dijabarkan
selengkap di PUEBI. Pada aturan sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk
memisahkan bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Selain itu, juga terdapat aturan,
yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat
majemuk. Selain dua aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas kesalahan dalam penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD), diantaranya meliputi: Kesalahan penulisan huruf besar atau
huruf kapital, kesalahan penulisan huruf miring, kesalahan penulisan kata, kesalahan
memenggal kata, kesalahan penulisan lambang bilangan, kesalahan penulisan unsur serapan,
dan kesalahan penulisan tanda baca. Kesalahan ejaan yang sering muncul yaitu kesalahan
penulisan huruf kapital, kesalahan penulisan kata depan, kesalahan pemakaian tanda baca,
kesalahan penulisan kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar, dan kesalahan
penulisan partikel.
Perubahan yang terdapat dalam EYD Edisi V adalah penambahan kaidah baru dan kaidah
yang telah ada. Selain itu, terdapat juga perubahan redaksi, contoh, dan tata cara penyajian.
Adapun pedoman ejaan edisi kelima itu kembali menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD). Pada edisi keempat, ejaan itu dikenal dengan nama Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Perbedaan EYD dan PUEBI Setidaknya terdapat
lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima perbedaan tersebut
tersebar ke dalam dua sub bab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca,
seperti berikut ini:
(1) Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e] Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e
mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. (2) Perbedaan diftong [ei] Jika sebelumnya
di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi
terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. (3) Aturan
penulisan huruf kapital Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus digunakan
pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan. (4)
Aturan penulisan huruf tebal Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk
menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan
untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab. (5)
Penggunaan tanda baca tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam
bahasa tulis.
31
B. Saran
Berdasarkan pemaparan materi mengenai Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Ejaan, penulis
berharap pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia, dapat diterapkan dalam berbagai
bidang ilmu kebahasaan terkhusus bidang menulis. Hal ini dapat diatasi dengan adanya sinergi
antara pihak sekolah, guru, dan siswa agar pemahaman mengenai EYD, KBII, dan
keterampilan menulis siswa lebih baik.
32
Daftar Pustaka
Apriliana, A. C., & Martini, A. (2018). Analisis kesalahan ejaan dalam karangan narasi pada
siswa kelas V sekolah dasar Kecamatan Sumedang Selatan. Primary: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 7(2), 227-232.
Farhani, Isma Rusan. "Analisis Kesalahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada Buku Teks
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dann Akademik Kelas X Kurikulum 2013." (2015).
Ilustrasi EYD. foto/IStocokphoto Penulis: Yandri Daniel Damaledo, tirto.id - 24 Agu 2022
Nanik Setyawati, M.Hum. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik
Winata, N. T. (2019). Analisis kesalahan ejaan bahasa indonesia dalam media massa daring
(detikcom). Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), 115-121.
33