Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas B.Indonesia

Disusun Oleh:

Nama : Mara Halim Nasution


Nim : 2102005

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) PADANG LAWAS

T.A 2021-2022
MAKALAH

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas B.Indonesia

Disusun Oleh:

Nama : BASRAN HASIBUAN


Nim : 2102003

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP) PADANG LAWAS

T.A 2021-2022

2
3
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kesehatan dan juga
kesempatan sehingga saya daapat diberikan sebuah amanah untuk memaparkan
ataupun menyajikan sebuah makalah yaitu yang berjudul “EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN(EYD)” .Dengan izin Allah saya dapat
menyelesaikan makalah. Saya berharap, makalah ini dapat membantu pembaca
untuk membuka pengetahuan mengenai “EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN (EYD)”.

Saya ucapkan terimah kasih kepada bapak dosen dan para kawan kawan
sekalian yang telah mendukung saya dalam peneyeleaian pembuatan makalah
ini .Jika ada kesalahan dalam penulisan baik dalam perkataan saya sangat
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun ,semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua ter khususnya bagi peulis .

Sibuhuan, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3


1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Batsan Masalah……………………………………………………………4
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.4 Tujuan Penulisan............................................................................................4
1. 5Manfaat……………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Kajian Teoritis…………………………………………………………….6
3.1 Penggunaan EYD Yang Benar Terhadapp Penulisan Huruf Dan Kata.........8
3.2 Penggunan EYD Yang Benar Terhadap Partikel,Singkata,Akronim,Dan
Angka……………………………………………………………………...…11
3.2 Penggunaan Tanda Baca………………………………………………14

BAB III PENUTUP..................................................................................................19


A. Kesimpulan....................................................................................................19
B. Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ada dua kasus yang melatari penerapan EYD sebagai salah satu kriteria
kelayakan sebuah naskah. Kasus pertama yaitu terkadang tidak mampunya Pedoman
EYD menjawab beberapa persoalan dalam masalah tatatulis naskah, baik dalam
penggunaan kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim. Kasus kedua yaitu
kurangnya pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah, terhadap EYD itu sendiri
sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan naskah masih sering terjadi,
seperti penggunaan kata nonbaku dan penggunaan tanda baca yang keliru.

Dalam kasus pertama, buku Pedoman EYD ataupun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tidak bisa semata-mata dijadikan acuan untuk menilai kelayakan naskah, pun
termasuk dijadikan satu-satunya referensi untuk penyuntingan naskah. Karena itu, para
penulis ataupun penerbit perlu mencari solusi kebahasaan yang lain dan menetapkan
suatu keputusan yang ajek sebagai gaya penulisan.

Sebetulnya masalah untuk kasus pertama ini sudah lama dikaji dan akhirnya
muncullah gagasan membuat semacam buku pedoman gaya selingkung (house style)
penerbitan dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya gagasan ini akan dilaksanakan oleh
Pusat Perbukuan Depdiknas. Akan tetapi, entah mengapa sampai sekarang buku pedoman
gaya selingkung ini tidak pernah selesai.

3
1.2 .Batasan Masalah

untuk memudahkan penelitian dan terarahnya penulisan ini, penulis membatasi masalah
pada “Kemampuan penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang meliputi tanda titik (.), tanda
koma (,), tanda titik koma (;), tanda hubung (-), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung
((...)), , tanda petik (“...”), dan garis miring (/).

1.3 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?

2.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,singkatan,akronim
dan angka?

3.      Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD

1.4 Tujuan Makalah

. 1. Tujuan Umum

Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk memperoleh pembelajaran


mengenai penggunaan EYD yang benar .

2. Tujuan Khusus

1.      mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan baku

2.      mengidentifikasi penulisan kata yang benar penulisan partikel,singkatan,akronim dan


angka sesuai dengan  EYD

3. mengidentifikasi penulisan penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan  EYD

4
1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan tersebut, maka penulis mengharapkan penelitian ini
bermanfaat .
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah pengetahuan penulis dan guru mata pelajaran Universitas STKIP

b. Bahan acuan bagi guru Bahasa Indonesia dalam mengajarkan penggunaan ejaan, terutama
tentang penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
c. Memperkaya khasanah literatur studi kemampuan penggunaan ejaan tentang penggunaan
huruf kapital dan tanda baca.
d. Bahan acuan bagi pelajar dalam menulis karya tulis.

2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru, agar mengetahui secara jelas bagaimana mengajarkan siswa menulis sesuai
dengan penulisan huruf kapital dan tanda baca yang baik dan benar.
b. Untuk siswa, agar mengetahui dan memahami cara menulis huruf kapital dan tanda baca yang
benar.
c. Untuk pembaca, agar dapat mengetahui hasil penelitian dan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KAJIAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A.     Asep Syamsul M. Romli ( dosen mata kuliah bahasa jurnalistik) menjelaskan
peran EYD dan penggunaan EYD dalam bahasa jurnalistik. Beliau menjelaskan, EYD
merupakan aturan tata Bahasa Indonesia yang baku. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum
bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD
secara benar dan baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan
Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang
digunakan saat ini adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia
dan Bruneidarussalam.

B.     Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tetap menjadi acuan bagi para penerbit yang
menyadari pentingnya penerapan bahasa secara standar dalam karya atau produk bernama buku.
Karena itu, bagi banyak penerbit, salah satu poin kriteria kelayakan naskah adalah naskah ditulis
dengan bahasa Indonesia yang standar atau mengikuti pedoman EYD, terutama untuk naskah-
naskah nonfiksi. Namun, dalam praktiknya, penerapan EYD tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan
oleh penerbit serta tidak semuanya naskah ditulis dengan penerapan EYD

3.1 Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata

1.      Penggunaan Huruf Kapital

a.       Jabatan tidak diikuti nama orang

Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor
Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti
nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan
naik 25 % dari tahun sebelumnya.

6
b.      Huruf pertama nama bangsa

Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-
Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris-
inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.

c.       Nama geografi sebagai nama jenis

Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi
ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu
sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.

d.      Setiap unsur bentuk ulang sempurna

Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-
Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar
Haluan Negara.

e.       Penulisan kata depan dan kata sambung

Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen,
novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua  Neraka, Kado
untuk Setan, Taksi yang Menghilang.

7
2.      Penulisan Huruf Miring

a.       Penulisan nama buku

Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.

b.      Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing

Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

c.       Penulisan kata ilmiah

Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untuk
menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

3.      Penulisan Kata Turunan

a.       Gabungan kata dapat awalan akhiran

Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh,
bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.

b.      Gabungan kata dalam kombinasi

8
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota,
antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna,
dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma,
tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.

4.      Penulisan Gabungan Kata

a.       Penulisan gabungan kata istilah khusus

Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat pandang- dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

b.       Penulisan gabungan kata serangkai

Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis
serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa,
dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa,
radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria,
titimangsa.

3.2 Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.

1.      PENULISAN PARTIKEL

Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama
menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah,  siapakah, apatah.

a.      Penulisan partikel pun

Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata
yang mendahuluinya.

b.      Penulisan partikel per

9
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi,
dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

2.      PENULISAN SINGKATAN

Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

a.       Penulisan singkatan umum tiga huruf

Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan
umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom,
surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.

b.      Penulisan singkatan mata uang

Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran,


timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

3.      PENULISAN AKRONIM

Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.

Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri
berupa gabungan huruf.

a.       Akronim nama diri

Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

10
b.      Akronim bukan nama diri

Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.

Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka
harus diperhatikan dua syarat

Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia.

Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim

4.      PENULISAN ANGKA

Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka, Pertama, angka dipakai untuk
menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.

Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :

(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,

(2) satuan waktu,

(3) nilai uang, dan

(4) kuanitas.

Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar
pada alamat.

Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

5.      PENULISAN LAMBANG BILANGAN

11
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya perlu
dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu
dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.

a.      Penulisan lambang bilangan satu-dua kata

Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

b.      Penulisan lambang bilangan awal kalimat

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
pada awal kalimat.

c.       Penulisan lambang bilangan utuh

Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa
jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.

d.      Penulisan lambang bilangan angka-huruf

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com

3.3 Penggunaan Tanda Baca

1.      Tanda Titik (. )

a.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

 Ayahku tinggal di Solo


 Biarlah mereka duduk di sana

12
 Dia menanyakan siapa yang akan datang.

b.      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

  Misalnya:

 S. Kramawijaya
 Muh. Yamin

c.       Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

Misalnya:

 Bc. Hk.  (Bakalaureat Hukum)


 Dr. (Doktor)
          

2.      Tanda Koma ( , )

a.       Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya:

 Saya membeli kertas, pena, dan tinta.


 Satu, dua, . . . tiga! 

b.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan melainkan. 

Misalnya:  

 Saya ingin datang, tetapi hari hujan


 Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. 

3.      Tanda Titik Koma (; ) 

a.       Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis dan
setara. 

Misalnya:

 Malam makin larut; kami belum selesai juga. 

b.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. 

13
Misalnya:

 Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-
nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4.      Tanda Titik Dua ( : ) 

a.       Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian. 

Misalnva:

 Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
 Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan. 

b.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

   Misalnya:   

a.  Ketua      : Ahmad Wijaya


                     Sekretaris : S. Handayani
                     Bendahara : B. Hartawan

b. Tempat sidang    : Ruang 104

    Pengantar Acara : Bambang S.


    Hari                  : Senin
    Jam                  : 9.30 pagi 

5.      Tanda Hubung ( - ) 

a.       Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

 ... ada cara ba-ru juga. 

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja
pada ujung baris. 

14
b.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada

Misalnya:

 .. . cara baru meng-ukur panas.


 ... cara baru me-ngukur kelapa.
 ... alat pertahan-an yang baru.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

c.       Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:

 anak-anak , berulang-ulang , dibolak-balikkan , kemerah-merahan

Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.

6.      Tanda Pisah ( - )

a.       Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
   khusus di luar bangun kalimat. 

Misalnya:

 Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri. 

b.      Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas. 

Misalnya:

 Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom-
tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

7.      Tanda Elipsis ( ... )


 a.       Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 

15
b.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Tanda Tanya ( ? )

a.       Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya


 Misalnya: Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu bukan?

b.      Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 

Tanda Seru (!) 

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. 

Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!


              Bersihkan kamar ini sekarang juga!
              Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
              Merdeka! 

Tanda Kurung (   ) 

a.       Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. 

Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 

b.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan. 

Misalnya:  Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962

16
c.       Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau
huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

Misalnya:  Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:


               (a) alam,
               (b) tenaga kerja, dan
               (c) modal.

Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.  

Tanda Kurung Siku ([... ]) 

a.       Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa
kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.         

Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik. 

b.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung. 

Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.) 

12.  Tanda Petik ("... ") 

a.       Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.  

Misalnya:  "Sudah siap?" tanya Awal.


              "Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 

b.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. 

Misalnya:  Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. 

13.  Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 

a.       Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.       

17
Misalnya:  Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
               "Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
               dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

b.      Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat
pemakaian tanada kurung) 

Misalnya:  rate of inflation   ‘laju inflasi’

14.  Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata
dasar.           

Misalnya:  kata2
              lebih2
              sekali2 

15.  Tanda Garis Miring ( / ) 

a.       Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. 

Misalnya: No. 7/PK/1973 

b.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. 

Misalnya:  mahasiswa/mahasiswi
              harganya Rp 15,00/lembar
              Jalan Daksinapati IV/3 

16.  Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' ) 

Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata. 

Misalnya:  Ali 'kan kusurati        ('kan = akan)  Malam 'lah tiba        ('lah = telah)

18
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

a)      Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
b)      Masing masing tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus
cermat dalam menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di
tetapkan
c)      Penggunaan ejaan yang disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis
ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
d)     Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan
dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi
benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.

B. Saran
            Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang
sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita
mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar yang tentu saja sesuai dengan EYD.

19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, A. (2011). EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Surabaya: Pustaka


Agung Harapan.

Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Bimbingan Skripsi. (2014). Pedoman Penulisan Skripsi dan Makalah Untuk Mahasiswa
S1. Bandung: Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia.

Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.

Sugihastuti, dkk. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

           

20

Anda mungkin juga menyukai