Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui bahwa mengarang pada hakikatnya


adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan, informasi, atau pengalaman
melalui bahasa tulis. Pengungkapan atau penyampaian gagasan ini dapat di
wujudkan melalui berbagai unsur bahasa. Gagasan dapat diungkapkan melalui
kata atau kalimat. Ada gagasan diungkapkan dengan paragraf. Bahkan, gagasan
yang lengkap di wujudkan melalui karangan utuh.

Seperti yang sudah di jelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa gagasan


dapat diungkapkan melalui suatu paragraf atau karangan yang utuh.
Pengungkapan gagasan melalui paragraf dapat di bedakan atas berbagai macam
berdasarkan tujuan yang hendak di capai penulisnya seperti karangan argumentasi
dan persuasi. Pada makalah ini akan di jelaskan apa yang di maksud dengan
karangan argumentasi, bagaimana cara membuat karangan argumentasi, apa yang
membedakan karangan argumentasi dengan jenis karangan lain.

Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan,


untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Jadi,
pada setiap karangan argumentasi selalu terdapat alasan (argumen) ataupun
bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa
guna mempengaruhi keyakinan pembaca. Pengembangan argumentasi dengan
teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan
mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti kemudian di ambil ke simpulan yang
bersifat umum. Adapun pengembangan argumentasi dengan teknik deduktif di
mulai dengan suatu ke simpulan umum yang kemudian disusul uraian mengenai
hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti yang terdapat dalam
argumentasi deduktif ini disebut premis.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pembuatan


makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan karangan argumentasi dan tujuannya?
2. Apa saja ciri-ciri karangan argumentasi?
3. Bagaimana cara mengemukakan argumentasi dan komponennya?
4. Apa saja syarat-syarat karangan argumentasi?
5. Apa saja langkah-langkah karangan argumentasi?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pembuatan


makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan karangan argumentasi dan


tujuannya.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri karangan argumentasi.
3. Untuk mengetahui cara mengemukakan argumentasi dan komponennya.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat karangan argumentasi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah karangan argumentasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Karangan Argumentasi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, argumentasi berarti alasan yang


digunakan untuk memperkuat atau memperlemah suatu gagasan atau pendapat.
Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat-pendapat tentang
suatu topik yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pendapat yang di
kemukakan dapat berupa alasan, contoh atau bukti yang nyata.

Adapun pengertian argumentasi menurut para ahli adalah:


1. Menurut Aceng Hasani (2005:43)
Argumentasi adalah jenis esai yang mencoba untuk mempengaruhi orang lain
dengan menghadirkan bukti–bukti yang membuktikan argumen menyatakan
secara logis dan faktual dengan tujuan pembaca atau pendengar tertarik
disarankan oleh penulis.
2. Menurut Keraf (1997:116)
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, sehingga mereka percaya, dan akhirnya
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
3. Menurut Alwasilah (2005:116)
Argumentasi adalah sebuah esai untuk membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran dari pernyataan (statement).

Menurut para ahli di atas karangan argumentasi ditulis dengan maksud


untuk memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,
pendirian atau gagasan. Berdasarkan pemaparan semua ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa karangan argumentasi merupakan suatu bentuk komunikasi
tidak langsung melalui media tulisan yang bersifat memberikan pandangan dan
memposisikan diri untuk meyakinkan orang lain. Proses meyakinkan pandangan
yang dituangkan dalam argumentasi adalah dengan cara menghadirkan evidensi

3
atau pembuktian yang relevan dan merupakan rujukan pada pembaca agar percaya
dengan apa yang penulis paparkan dengan mengajukan bukti-bukti yang
mendukung kebenaran tulisan tersebut.

Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada kemampuan penulis dalam


mengemukakan tiga prinsip, yaitu pernyataan, alasan yang mendukung dan
pembenaran. Menurut Daud (2004:25)

a. Pernyataan mengacu penentuan posisi dalam masalah yang masih


kontroversional.
b. Alasan mengacu pada usaha untuk mempertahankan pernyataan dengan
meberikan alasan-alasan atau bukti yang sesuai.
c. Pembenaraan mengacu pada usaha dalam menunjukkan hubungan antara
pernyataan dan alasan.

Sedangkan tujuan karangan argumentasi menurut beberapa ahli adalah,


sebagai berikut:

1) Nursisto (1999)
Mengemukakan bahwa argumentasi merupakan karangan yang bertujuan
untuk mengubah atau mempengaruhi pikiran pembaca sehingga mereka
menyetujui pendapat dan keyakinan kita. Tujuan tersebut akan tercapai apabila
penulis mampu membuktikan dan memberikan alasan bahwa apa yang kita
tuliskan itu benar. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wiyanto (2004) bahwa
karangan argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau
opini tertulis kepada pembaca. Untuk meyakinkan pembaca bahwa yang
disampaikan itu benar, penulis menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan
yang sulit dibantah.
2) Nurudin (2010)
Mengungkapkan bahwa tulisan argumentasi bertujuan untuk meyakinkan
pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga
untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima. Bentuk
argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang

4
tepat terhadap apa yang dikemukakan. Hal yang sangat dibutuhkan dalam tulisan
argumentatif adalah data penunjang yang cukup, logika yang baik dalam
penulisan, dan uraian yang runtut.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan karangan


argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran pendapat
yang disampaikan oleh penulisnya dengan cara menyertakan bukti-bukti berupa
fakta, sehingga pembaca dapat percaya dan terpengaruh dengan argumentasi
penulis.

B. Ciri-ciri Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan dari


karangan jenis lain. Adapun ciri-ciri karangan argumentasi adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pendapat, gagasan, keyakinan penulisnya, serta berisi argumen-


argumen sebagai upaya pembuktian dalam mempertahankan atau
menyanggah suatu pendapat atau sikap.
2. Bertujuan meyakinkan pembaca agar mengikuti apa yang dikemukakan
penulis.
3. Menyajikan fakta yang diperjelas dengan angka, peta, statistik, grafik,
organisasi, gambar, atau bentuk lain.
4. Menggunakan logika dan penalaran sebagai landasan berpikir.
5. Ada analisis dan sintesis pada saat membahas suatu objek.
6. Menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan, dan penelitian serta
sikap dari penelitian.
7. Dapat bersikap mendasar pendapat atau sikap pembaca, dan memengaruhi
pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan
keyakinan penulis benar.
8. Bentuk retorik yang sering digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah.
9. Bagian akhir argumentasi pada umumnya menyimpulkan hal yang telah
diuraikan sebelumnya.

5
10. Menggunakan bahasa yang bersifat rasional dan objketif dengan kata-kata
bermakna lugas dan denotatife

C. Mengemukakan Argumentasi dan Komponen Argumentasi

Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri merupakan


latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang intensif dan akurat
bagaimana seorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap
obyek atau persoalan. Ada satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap penulis,
yaitu ia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas atau evidensi itu secara
kritis dan logis. Ia harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta atau autoritas, mana
yang dapat di pergunakannya dan mana yang harus di singkirkannya.

Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, penulis juga harus siap dengan metode
terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau suatu rangkaian yang logis
dan meyakinkan. Bila penulius tidak mempunyai rencana penyusunan yang baik,
maka tampaknya apa yang diungkapkan itu terarah, serta tidak terdapat hubungan
antara fakta-fakta atau autoritas itu.

Metode-metode yang dapat dipergunakan akan diuraikan dalam bagian


berikut. Metode mana pun yang akan dipakai dalam argumentasi tidak akan
melanggar prinsip umum sebuah komposisi, yaitu bahwa argumentasi itu harus
terdiri dari: pendahuluan, pembuktian/tubuh argumentasi dan kesimpulan atau
ringkasan.

1. Pendahuluan
Penulisan argumentasi harus yakin bahwa maksud suatu bagian pendahuluan
adalah tidak lain daripada menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian
pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menujukkan
dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan
tersebut. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk
menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan

6
kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang perlu untuk memhami
argumentasinya. Fakta-fakta pendahuluan harus benra-benar diseleksi supaya
pengrang tidak melakukan hal-hal yang justru bersifat argumentatif yang baru
akan dikemukakan dalam tubuh argumentsi.

Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam
bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa segi
berikut:

a. Penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu di bicarakan pada saat ini.
Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat
di hubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian
saat itu, maka fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.
b. Penulis harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai
hubungan langsung dengan persoalan yang akan di argumentasikan, sehingga
dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal
tersebut. Namun demikian, apa yang di uraikan dalam pendahuluan tidak
boleh terlalu banyak, karena fungsi pendahuluan sekadar menimbulkan
keinginnan tahu, bukan menguraikan persoalannya.
c. Dalam bagian pendahuluan, penulis argumentasi kadang-kadang mengakui
adanya persoalan-persoalan yang tidak di masukkan dalam argumentasi,
Sebaliknya ia mungkin akan menegaskan suatua sistem yang di anggap akan
menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar. Sebab itu pengarang
harus membedakan hal-hal yang berhubungan dengan selera dan hal-hal yang
bertalian dengan fakta, sehingga dengan mempergunakan dasar tersebut ia
dapat bergerak maju dengan mempergunakan fakta-fakta itu.
2. Tubuh Argumen
Seluruh proses penyusunan argument terletak pada kemahiranh dan keahlian
penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang
dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi
yangdisimpulkannya juga benar. Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan
menyediakan jalan pikiran yang benar bagi pembaca, sehingga mereka dapat

7
menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar. Kebenaran dalam jalan
pikiran dan konkl;usi itu mencakup beberapa kemahiran tertentu: kecermatan
mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur,
kekritisan dalm proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, permis
dan sebagainya dengan benar. Sebab itu, kebenaran harus dianalisa, di susun dan
dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusunan kata,
evidensi dan jalan pikiran yang logis. Selama menggarap argumentasinya,
pengarang harus terus menerus menetapka dirinya di pihak pembaca, misalnya
dengan menanyakan: apakah evidensi itu dapat diterima bila ia berada di tempat
pembaca; apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai pertalian dengan
pokok persoalan; apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, dan sebagainya.

Akhirnya perlu ditegaskan lagi, bahwa pengungkapan evidensi itu harus


merupakan suaru proses yang selektif, dengan menampilkan bahan-bahan yang
terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik. Bahaya
menampilkan terlalu banyak evidensi ialah, bahwa evidensi-evidensi yang terbaik
akan hilang atau menjadi lemah dalam suatu massa bahan-bahan yang tidak ada
hubungan timbale-balik. Untuk membuktikan sesuatu, maka evidensi-evidensi
yang dikemukakan hendaknya secukupnya saja, tidak perlu berlebih-lebihan.

3. Kesimpulan dan Ringkasan


Dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam
argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang di simpulkannya tetap
memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang
telah dicapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu di terima sebagai sesuatu yang
logis. Dalam tulisan-tulisan biasa di mana tidak boleh dibuat kesimpulan-
kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesiau
dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan itu.

8
D. Syarat-syarat Menulis Karangan Argumentasi

Dalam menulis suatu tulisan argumentatif, terdapat beberapa syarat yang harus
di perhatikan. Syarat-syarat tersebut, di antaranya sebagai berikut:

1. Harus mengetahui benar pokok persoalan yang akan di argumentasikan


berikut argumen-argumennya.
2. Harus berusaha mengemukakan permasalahan dengan sejelas-jelasnya
sehingga mudah dipahami pembaca.
3. Argumentasi harus mengandung kebenaran untuk mencapai hasil karangan
yang logis dan benar.
4. Evidensi baik berupa bukti, contoh, maupun alasan-alasan harus dikemukakan
berdasarkan logika atau penalaran budi akal sehingga tersusun sebuah
karangan argumentasi yang logis dan sistematis.

Syarat-syarat di atas di perkuat oleh pendapat Alwasilah (2005:116) bahwa


argumen mengandalkan berbagai jenis appeal, yakni banding atau pertimbangan.
Jenis-jenis appeal yang lazim dipakai para penulis menurutnya adalah sebagai
berikut:

a. Appeal to the writer’s own credibility (authority)


Pertimbangan kreadibilitas atau otoritas kepakaran sang penulis dengan
menunjukkan dirinya menguasai (tahu banyak) ikhwal suatu persoalan dengan
tetap menghargai pandangan pembaca.
b. Appeals to empirical data
Pertimbangan data empiris (data yang diperoleh melalui pengalaman,
pengamatan atau penelitian) dengan menyajikan data primer atau sekunder untuk
memperkuat argumen.
1) Data sekunder ialah bukti teoritik yang diperoleh melalui studi pustaka.
2) Data primer adalah bukti penulisan yang diperoleh dilapangan yang dilakukan
secara langsung oleh penulisnya. Untuk pembuktian suatu kasus penulisan
ilmiah (laporan), penulis harus mengumpulkan data atau informasi secara

9
cermat dan tuntas. Jika data tidak lengkap kesimpulan yang dihasilkan tidak
valid (tidak sah). Selain itu data juga harus diuji kebenaran dan keabsahannya.
Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam karangan data harus diuji atau di
evaluasi kebenaranya sehingga diketahui secara pasti data itu merupakan
fakta. Data dapat diuji dengan wawancara, angket, observasi/penelitian
lapangan, atau penelitian kepustakaan.
c. Appeals to reason (logical appeals)
Pertimbangan nalar atau logika, yakni bernalar dengan tepat ketika
mengajukan pendapat disertai bukti-bukti yang meyakinkan. Dengan
menghubungkan pengamatan (observasi berdasarakan data empirik) dengan
kejadian-kejadian yang ada di dunia ini. Kemudian, pengamatan dan kejadian
tersebut menjadi suatu konsep dan pengertian baru. Kemudian dilanjutkan dengan
proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan
pembuktian, dan diakhiri kesimpulan.
d. Appeals to the reader’s emotions, values, or attitudes (pathetic or
affective appeals)
Pertimbangan nilai-nilai, emosi, dan sikap dengan memilih contoh-contoh
yang memunculkan isu-isu yang diharapkan dapat meluluhkan perasaan pembaca
dengan menggunakan bahasa yang kaya makna konotatifnya.

Menurut Alwasilah (2005:117), keempat pertimbangan tersebut harus


digunakan secara proporsional. Jika yang di andalkan adalah pertimbangan
otoritas atau kreadibilitas diri, maka kesan yang muncul adalah bahwa penulis
tidak peduli dengan emosi pembaca atau seolah-olah melupakan bahwa pembaca
juga mampu bernalar. Di samping itu, jika terlalu mengandalkan pertimbangan
logika, akan membuat tulisan menjadi berdarah dingin, kaku, kejam, dan tak
bernurani. Sebaliknya, jika terlalu mengandalkan pertimbangan nurani pembaca
membangun kesan bahwa penulis lembek, tak berpendirian dan mudah terbawa
angin.

10
E. Langkah-langkah Menulis Karangan Argumentasi

Penyusunan atau penulisan karangan argumentasi dapat dilakukan dengan


dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memilih dan menentukan pokok permasalahan.


2. Merumuskan pokok permasalahan dengan kalimat yang jelas dan membuat
garis besar.
3. Menetapkan tujuan.
4. Mengumpulkan bahan-bahan yang berupa fakta, keterangan, kesaksian orang
lain, atau para ahli.
5. Mempelajari pustaka dan mencatat kutipan.
6. Menganalisis, menguji, membandingkan, menghubungkan (fakta, keterangan,
kesaksian, catatan, kutipan) menguraikan, menyusun keterangan dengan
menarik dan logis, serta membuat kesimpulan atau ringkasan.
7. Membaca ulang naskah karangan argumentasi demi perbaikan dan
penyempurnaan.

Berdasarkan langkah-langkah di atas adapun contoh karangan argumentasi


sebagai berikut:

Contoh 1:
Bullying

Budaya bullying sangatlah berbahaya bagi tumbuh dan berkembang anak-


anak. Bullying dapat merusak masa depan dan menajadikan mereka pasif dan
apatis terhadap dirinya dan juga lingkungnnya. Sebetulnya bullying telah terjadi
sejak zaman dahulu dan tidak ada yang tahu kapan budaya bullying dimulai.

Bahaya yang dapat disebabkan oleh bullying ini sangat begitu besar bagi
anak-anak. Anak-anak korban bullying yang terus mendapatkan tekanan dan
ejekan dari teman-temannya akan menderita tekanan batin yang sangat berat.
Mereka akan menjadi takut bersosialisai dan berinteraksi dengan orang lain.

11
Akibatnya mereka mulai menjauhkan diri dari lingkungannya. Sehingga terjadilah
anak-anak yang kurang percaya diri atau bahkan lebih parah lagi anak-nak yang
menjadi stress.

Oleh karena itu, jauhi dan awasilah perilaku bullying di dalam lingkungan
anak-anak agar masa depan mereka tidak hancur dan menjadi anak-anak yang
aktif dan berprestasi.

Contoh 2:

Manfaat Internet

Internet merupakan suatu teknologi canggih yang diciptakan untuk


memudahkan seluruh kehidupan manusia dengan akses informasi yang tidak
terbatas dan cepat. Namun, sayangnya manfaat-manfaat yang di sediakan oleh
internet belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Dari
sekitar 300 juta penduduk di Indonesia hanya separuhnya saja yang mengerti cara
menggunakan dan memetik manfaat dari internet. Padahal, jika dimanfaatkan
dengan bijak, banyak sekali manfaat-manfaat yang bisa kita rasakan.

Manfaat yang pertama adalah internet bisa di gunakan sebagai sarana untuk
bisnis. Luasnya jangkaun internet bisa digunakan sebagi sarana promosi produk
yang ampuh. Selain cepat memasarkan bisnis di internet juga gratis, jadi kita tidak
perlu membayar baiaya tambahan untuk promosi.

Tidak hanya untuk berbisinis, Internet juga dapat di jadikan sumber informasi
yang ampuh. Internet dapat menghubungkan setiap orang dari belahan dunia
manapun sehingga kita bisa bertukar informasi dengan mereka. Namun, janganlah
langsung percaya dengan berita yang ada di Internet. Sebaiknya ceklah terlebih
dahulu kebenarannya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan materi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa:


Pengertian argumentasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
argumentasi berarti alasan yang di gunakan untuk memperkuat atau memperlemah
suatu gagasan atau pendapat. Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi
pendapat-pendapat tentang suatu topik yang ingin disampaikan kepada pembaca ,
dengan tujuan karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca
mengenai kebenaran pendapat yang disampaikan oleh penulisnya dengan cara
menyertakan bukti-bukti berupa fakta, sehingga pembaca dapat percaya dan
terpengaruh dengan argumentasi penulis.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan materi di atas, maka penulis dapat menyarankan


bahwa:
Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang serius dan yang

dapat membawa akibat yang besar, serta ingin mengemukakan masalah tersebut

dalam tulisan, maka ia harus mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan

segala persoalan itu dengan kesanggupan intelektualnya, dan bukan sekadar

mana-suka atau dengan pendekatan yang emosional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman, ed. Bahasa dan Kesustraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.

Alwasilah, A. Chaedar. 2005. Pokoknya Menulis. Bandung: PT. Kiblat Buku


Utama.

Finoza, Lamudin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Daud. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Hasani, Aceng. 2003. Diktat Menulis Kreatif. Serang: Untirta Press.

Kerap, Guys. 2010. Argumentasi. Jakarta: Gramedia.

Semi, Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Tarigan. 1983. Makalah Argumentasi.http://makalah-argumentasi, (online).


Diakses pada tanggal 29 November 2018.

14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurul Huda anak ke-2 dari pasangan suami-


istri Budiamin dan Andi Haderi. Ia lahir tanggal 11
November 1998 di Sewo, Kab. Soppeng, Sulawesi
Selatan. Pertama kali menempuh pendidikan di Taman
Kanak-kanak Aisyah Sewo (2004-2006). Dan
melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar Negeri 20
Totakka di Jl. Jambu Sewo, Soppeng selama 6 tahun (2006-2012). Setelah itu,
lanjut ke Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Watansoppeng di Jl. Bila
Selatan No. 15 Watansoppeng di Jl. Bila Selatan selama 3 tahun (2012-2015).
Selanjutnya ke tingkat Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Soppeng di Jl.
Merdeka No. 118, Lapajung, Lalabata, Kab. Soppeng selama 3 tahun (2015-
2018). Setelah lulus, ia melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi di Akademi
Kebidanan Menara Primadani Watansoppeng yang bertempat di Jl. Harun Sewo,
Bila Kab. Soppeng sampai sekarang.

15

Anda mungkin juga menyukai