Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AGAMA DAN TANTANGAN RADIKALISME

Kelompok 6 :
Syamill Jusuf Buchara 205080500113023
Lambang Prastyo 205080501113003
Muhammad Dhimasykuri 205080501113029

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2020
ABSTRAK

Wacana radikalisme dalam setiap agama selalu menghadirkan nama


Tuhan. Ini dapat dimengerti karena agama memiliki otoritas yang kuat di atas
berbagai kekuatan lain. Termasuk Islam, yang sejak awal kelahirannya
mendeklarasikan diri sebagai agama yang sarat dengan nilai-nilai kedamaian,
ajaran-ajarannya oleh sebagian orang kerap kali dijadikan justifikasi atas berbagai
tindakan kekerasan. Salah satu penyebabnya adalah pemahaman yang keliru atas
ayat-ayat al-Qur’an dan juga hadis Nabi tentang jihad dan perang. Tulisan ini
bermaksud untuk menelaah ayat-ayat tersebut dengan memerhatikan makna dan
konteks kesejarahannya sehingga dihasilkan pemahaman yang benar dan
komprehensif. Tujuan utama jihad adalah human welfare dan bukan warfare.
Maka, jihad menjadi kewajiban setiap muslim sepanjang hidupnya, sedangkan
(qital) bersifat kondisional, temporal, dan sebagai upaya paling akhir setelah tidak
ada cara lain kecuali perlawanan fisik.

Kata kunci : Radikalisme, Jihad, Perang, Tafsir.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena radikalisme agama tidak pernah berhenti dalam rentang


perjalanan sejarah umat Islam hingga sekarang. Bahkan, wacana tentang
hubungan agama dan radikalisme akhir akhir ini semakin menguat seiring dengan
munculnya berbagai tindakan kekerasan dan lahirnya gerakan-gerakan radikal,
khususnya sejak peristiwa 9 September 2001 di New York, Washington DC, dan
Philadelphia, yang kemudian diikuti pengeboman di Bali, Madrid , London , dan
terakhir di Paris . Salah satunya, menurut Fealy dan Hooker, adalah akibat
terbukanya kran demokratisasi pasca reformasi. Sementara itu, menurut
Huntington, sumber konflik yang dominan saat ini bukan bersifat kultural, bukan
ideologis, ataupun ekonomis. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, faktor utama
munculnya radikalisme dalam beragama adalah kurangnya pemahaman yang
benar dan mendalam atas esensi ajaran agama Islam itu sendiri dan pemahaman
literalistik atas teks-teks agama. Menurut Arkoun, al-Qur’an telah digunakan
muslim untuk mengabsahkan perilaku, menjustifikasi tindakan peperangan,
melandasi berbagai apresiasi, memelihara berbagai harapan, dan memperkukuh
identitas kolektif. Faktanya, sebagian muslim yang melakukan tindakan kekerasan
sering kali merujuk pada ayat al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW. yang
dijadikan legitimasi dan dasar tindakannya.Padahal, Islam adalah agama universal
dan moderat yang mengajarkan nilai-nilai toleransi yang menjadi salah satu ajaran
inti Islam yang sejajar dengan ajaran lain, seperti keadilan, kasih sayang, dan
kebijaksanaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan radikalisme?
2. Bagaimana awal mula radikalisme islam muncul?
3. Apa saja contoh radikalisme itu?
4. Bagaimana raadikalisme agama dalam perspektif islam?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui apa yang dimaksud radikalisme
2. Mengetahui awal mula radikalisme islam muncul
3. Mengetahui contoh contoh radikalisme
4. Mengetahui radikalisme agama dalam prespektif islam
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Radikalisme

Secara bahasa radikalisme berasal dari kata radikal yang berarti secara
mendasar dan ditekuni secara mendalam tanpa adanya keraguan apapun. Jadi
radikalisme merupakan paham atau sesuatu yang benar-benar ditekuni oleh
satu orang secara mendalam dan bersungguh sungguh. Dilihat dari sudut
pandang keagamaan, radikalisme agama dapat diartikan sebagai paham
keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan
fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari
paham atau aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham.

2.2 Sejarah Radikalisme dalam islam

Radikalisme Islam pada zaman dulu banyak dilatarbelakangi oleh adanya


kelemahan umat Islam baik pada bidang aqidah, syariah maupun perilaku,
sehingga radikalisme Islam merupakan ekspresi dari tajdid (pembaruan), islah
(perbaikan), dan jihad (perang) yang dimaksudkan untuk mengembalikan
muslim pada ruh Islam yang sebenarnya.
Menurut sejarah, munculnya gerakan radikal di Indonesia bermula dari
kekecewaan umat Islam Indonesia terkait dengan dasar negara. Ketika Piagam
Madinah diajukan oleh tokoh-tokoh Islam semisal KH. Wahid Hasyim dan
Teuku Muhammad Hasan, namun usulan tersebut ditolak oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Meskipun dalam perjalanan sejarah,
penolakan tersebut diterima dan diakomodir oleh umat Islam dengan berbagai
pertimbangan.

2.3 Contoh Radikalisme

1. Contoh kasus Indonesia, gerakan Islam radikal kontemporer, dapat


disebutkan di sini, antara lain Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Organisasi ini
bersifat radikal dalam hal ide politiknya, namun menekankan cara-cara damai
untuk mencapai tujuannya. Radikalismenya tergambar dari perjuangan HTI
yang menginginkan perubahan politik fundamental melalui penghancuran total
Negara-bangsa sekarang ini, dan menggantinya dengan Negara Islam baru di
bawah satu komando khilafah.
2. Contoh lainnya yaitu di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, dengan
munculnya golongan Khawarij yang memberontak atas ketidak setujuannya
dengan tahkim yang memenangkan musuh, yakni dari kelompok Muawiyah.
Kelompok Khawarij ini digolongkan sebagai gerakan radikalisme Islam klasik.
3. Adanya FPI Seperti yang kita ketahui, belakangan ini, ada atau timbul
sekelompok yang menamai diri mereka FPI atau Front Pembela Islam (tanpa
maksud untuk membeda-bedakan agama). Lalu kelompok ini menghendaki
adanya undang-undang pornografi dan pornoaksi, serta banyaknya majalah-
majalah dewasa yang mereka segel karena mereka memiliki cara pandang
dimana barang-barang itu ialah barang haram

2.4 Radikalisme Agama dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya agama mengajarkan kepada manusia kedamaian dan


kesetiakawanan satu sama lain, saling hormat menghormati, membangun
kesetiakawanan baik dalam seagama maupun penganut agama di luar agama
yang dianutnya. Namun memang harus diakui bahwa pasca era reformasi
yang membawa kebebasan yang berlebihan membawa dampak adanya
kelompok yang ingin merubah Pancasila, baik yang berasal dari kelompok
sekularisme radikal ataupun radikalisme agama.

Selain istilah radikalisme, ada pula istilah lain yang memiliki makna yang
sama yaitu Neo-Khawarij,15 Khawarij abad ke-20,16 dan
fundamentalisme.17 Namun, istilah radikalisme untuk menyebut kelompok
garis keras dipandang lebih tepat ketimbang fundamentalisme karena
fundamentalisme sendiri memiliki makna yang interpretable.
fundamentalisme sendiri memiliki makna yang multitafsir. Fundamentalisme
dalam perspektif Barat berarti paham orang-orang kaku dan ekstrem serta
tidak segan-segan melakukan kekerasan dalam mempertahankan ideologinya.
Sementara, dalam pemikiran teologi keagamaan, istilah fundamentalisme
lebih mengarah pada gerakan untuk mengembalikan seluruh perilaku muslim
untuk merujuk pada al- Qur’an dan hadis. Fundamentalis juga terkadang
ditujukan kepada kelompok yang berupaya mengembalikan Islam (revivalis).

Dalam perspektif hukum Islam, perilaku yang melahirkan paham ekstrim


dengan meluapkannya melalui kekerasan demi mempertahankan ideologinya
bisa dianggap sebagai al-baghy (pemberontak). Dalam hukum Islam,
pemberontak (al-baghy) masuk dalam kategori kejahatan (jarîmah) yang bisa
jadi kena sanksi pidana mati. Selain pemberontak (al-baghy), ada juga murtad
atau keluar dari Islam (al-riddah), berzina, perampok, dan membunuh
(qishâsh/diyât). Hukum Islam membagi tindak pidana menjadi tiga bagian,
yaitu pidana hudûd, qishâsh/diyât, dan ta’zîr.
BAB 3

Kesimpulan

Mengkaji radikalisme agama dari perspektif hukum Islam ter-nyata


mampu membuka cakrawala baru akan pentingnya menjaga keberlangsungan
manusia akan hak-haknya, juga agama sangat menjaga kebebasan hak-hak
manusia. Jika ada yang melakukan tindakan makar maka sesungguhnya sangat
bertentangan dengan kodrat manusia dan bahkan kodrat Tuhan. Dan Alquran
tidak sama sekali memberikan pembenaran terhadap pelaku radikalisme agama.
Kalaupun ada dalil yang mendukung akan dogma-dogma radikal, maka bisa
dipastikan itu karena terlalu sempitnya pemahaman terhadap teks Alquran itu
sendiri.
Daftar Pustaka

Greg Fealy dan Virginia Hooker (ed.), Voices of Islam in Southeast Asia: a
Contemporary Sourcebook

Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban, Masa Depan Politik Dunia”, dalam


Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu dan Kebudayaan

John L. Esposito, Unholy War: Teror atas Nama Islam

Yusuf al-Qaradhawi, as-Sahwah al-Islamiyyah bayna al-Juhud wa at-Tatarruf

Mohammed Arkoun, Berbagai Pembacaan al-Qur’an, terj. Machasin

Rodin, Dede. 2016. Islam dan Radikalisme: Telaah atas ayat-ayat dalam al-quran

Anda mungkin juga menyukai