Anda di halaman 1dari 9

2.

5 Stratifikasi Kecerahan

Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan pada perairan, hal ini


terbentuk dengan karakteristik fisik tertentu seperti halnya dengan
kecerahan. Secara umum lapisan-lapisan ini terdiri dari tiga zona yaitu
zona fotik, zona mesofotik dan zona afotik.

Gambar 1. Stratifikasi Kecerahan (www.wikipedia.org)

a. Zona Fotik

Menurut Rositasary (1997), zona fotik ialah zona dimana matahari


masih dapat menembus kedalam air. Di perairan tropik zona ini dapat
mencapai kedalaman 200 meter, dan kedalaman ini terus berkurang ke
arah kutub, di zona ini terdapat kandungan produsen primer yaitu nutrien
yang terdiri dari alga bentik dan planktonik yang tinggi. Zona ini
merupakan zona produktif dalam perairan dan dihuni oleh berbagai
macam jenis biota.

b. Zona Mesofotik

Zona mesofotik merupakan zona yang berada diantara zona fotik


dan zona afotik. Zona ini memiliki penampakan yang tidak gelap dan tidak
terang atau biasa disebut remang-remang. Sebagai daerah ekton, zona ini
merupakan wilayah perburuan bagi organisme yang hidup di zona afotik
dan organisme yang hidup di zona fotik.

c. Zona Afotik

Zona perairan afotik adalah zona perairan yang tidak lagi


terjangkau oleh sinar matahari. Air laut di zona ini sering disebut air laut
dalam atau deep sea water (DSW), yaitu air laut yang berada pada
kedalaman lebih dari 200 meter di bawah permukaan laut. Zona afotik
memiliki penampakan gelap gulita, hal ini dikarenakan tidak adanya
cahaya matahari yang masuk ke dalamnya. Zona ini ditemui pada perairan
yang sangat dalam seperti palung. Ketiadaan cahaya matahari
menyebabkan tidak berlangsungnya fotosintesis. Produsen primer yang
terdapat pada zona ini hanyalah bakteri-bakteri sulfur, namun zona ini
mengandung banyak mineral, bertemperatur rendah, relatif stabil, dan
tidak bersifat patogen. Ketiadaan fotosisntesis juga berimbas kepada
oksigen terlarut (dissolved oxygen) rendah, maka dari itu habitat yang
tinggal disini hanya karnivora dan detritivor (Shandy, 2015).

2.6 Pengaruh Kecerahan Terhadap Budidaya

Radiasi matahari sangat penting untuk metabolisme kehidupan di


ekosistem perairan. Hampir seluruh energi yang menggerakkan dan
mengontrol metabolisme di perairan berasal dari energi cahaya matahari.
Energi matahari yang masuk kedalam perairan akan ditransformasikan
menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis untuk produktivitas di
ekosistem. Proses pemanfaatan energi matahari dalam meningkatkan
produktivitas primer di perairan terjadi melalui proses perubahan energi
menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh fitoplankton, dan
pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada tingkat trofik yang
diatasnya (Baksir, 2004).
Gambar 2. Kolam Budidaya Ikan (saka.co.id)

Berbagai manfaat dan keperluan intensitas cahaya merupakan


faktor pembatas utama terhadap distribusi vertikal fitoplankton di
perairan, kerena itu untuk hidup mereka harus menetap di daerah bagian
atas perairan (zona fotik), dimana energi cahaya matahari masih
menjangkau dan serasi untuk proses fotosintesis (Baksir, 2004). Peranan
cahaya matahari bagi kehidupan organisme sudah lama diketahui
terutama intensitasnya yang merupakan salah satu faktor penentu
produktivitas perairan.

Fitoplankton memerlukan cahaya untuk melakukan fotosisntesis,


kekeruhan pada kolam budidaya ikan diduga disebabkan oleh fitoplankton
karena terlihat dari air yang berwarna ijau muda. Purwati et al (2011),
menuturkan bahwa plankton yang ditemukan pada musim penghujan
lebih sedikit dari pada musim kemarau, hal ini disebabkan musim
penghujan memiliki penetrasi cahaya, salinitas dan suhu yang rendah,
serta kekeruhan yang tinggi dibanding musim kemarau. Kekeruhan yang
baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau
plankton. Adapun tingkat kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan
adalah 30-40 cm yang diukur dengan secchi disk. Apabila kedalaman
kurang dari 25 cm maka pergantian air harus cepat dilakukan sebelum
fitoplankton mati berurutan yang diikuti oleh penurunan oksigen terlarut
secara drastis (Monalisa dan Infa, 2010).
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kecerahan

Menurut Mainassy (2017), Kecerahan perairan adalah suatu kondisi


yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada
kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena
erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa dan produksi primer dalam
suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi kecerahan adalah kejernihan
yang sangat ditentukan partikel-partikel terlarut dalam lumpur. Semakin
banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan
akan menurunkan efisiensi makan dari organisme.

Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan


lumpur, plankton, dan zat terlarut lainnya. Beban masukan yang nyata
berupa lumpur dapat membawa partikel tersuspensi, nutrien dan bahan
organik terlarut. Partikel ini yang akan mendukung terjadinya eutrofikasi
atau bahkan kematian masal organisme. Selain itu partikel tersuspensi
dalam kolom air bisa menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya pada
kolom air tersebut. Faktor utama yang mempengaruhi suksesi plankton
yaitu salinitas, kekeruhan, curah hujan, cahaya dan suhu perairan.
Plankton yang ditemukan pada musim penghujan lebih sedikit dari pada
musim kemarau (Purwati et al, 2011).

2.8 Pengukuran Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan,


semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya
menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan
produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan
fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan
fisiologi biota air, dalam hal ini bahanbahan yang masuk ke dalam suatu
perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air.
Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi
dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan
kecerahan secchidisk (As-Syakur dan Dwi, 2016).

Menurut Hamuna et al (2018), tingkat transparansi perairan yang


dapat diamati secara visual menggunakan secchi disk, dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih
ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana
yang tidak keruh dan yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai
kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat memberikan
suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersuspensi dalam
perairan tersebut.

Gambar 3. Secchi Disk ( Harrison, 2016)

Kecerahan air merupakan suatu indikasi kehadiran suspensi


padatan maupun adanya biomassa alga di dalam kolom air. Cakram ini
diikat dengan tali yang telah diberi skala kedap air diturunkan perlahan-
lahan ke air hingga cakram tersebut tidak terlihat. Observer kemudian
mencatat kedalaman air yang ditunjukkan oleh skala pada tali sebagai
kecerahan perairan (Santoso, 2008). Adapun tingkat kecerahan yang baik
untu kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang diukur dengan alat secchi disk.
Apabila kedalaman kolam budidaya kurang dari 25 cm, maka pergantian
air harus rutin dilakukan agar sebelum fitoplankton mati yang diikuti oleh
penurunan oksigen terlarut yang drastis sehingga dapat mematikan ikan
yang ada di dalamnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya kecerahan merupakan komponen penting bagi


perairan terutama bagi budidaya ikan. Hampir seluruh energi yang
menggerakkan dan mengontrol metabolisme di perairan berasal dari
energi cahaya matahari. Energi matahari yang masuk kedalam perairan
akan ditransformasikan menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis
untuk produktivitas di ekosistem. Nilai kecerahan suatu perairan tak bisa
lepas dari kandungan lumpur, plankton, dan zat terlarut lainnya.
Pengukuran nilai kecerahan menggunakan alat secchi disk juga amat
penting untuk menjaga suatu kolam maupun tambak budidaya ikan agar
terjaga kestabilan komponen yang diperlukan sehingga proses budidaya
bisa optimal.

3.2 Saran

Perairan Indonesia sangat luas dan mempunyai potensi tinggi untuk


dijadikan ladang ekonomi. Kecerahan suatu perairan maupun kolam atau
tambak merupakan komponen penting yang tak boleh dikecualikan.
Harapan penulis dalam menyusun makalah ini agar makalah ini dapat
bermanfaat dikemudian hari. Bermanfaat bagi keluarga kami, teman-
teman kami, para nelayan dan pembudidaya ikan. Makalah ini jauh dari
kata sempurna maka dari itu kami sangat mengharapkan banyak kritik
dan masukan agar kami selaku penulis dapat bekerja dengan optimal
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

As-Syakur, A. R., & Wiyanto, D. B. (2016). Study Of Hidrological Condition


For Artificial Reef Location In Tanjung Benoa Bali. Fisheries
Journal, 9(1): 85-92.

Baksir, Abdurrachman. (2004). Hubungan Antara Produktivitas Primer


Fitoplankton Dan Intensitas Cahaya Di Waduk Cirata Kabupaten
Cianjur Jawa Barat. Falsafah Sains, 1-12.

Hamuna, B., Tanjung, R. H., & MAury, H. (2018). Kajian Kualitas Air Laut
Dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di
Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan,
16(1): 35-43.

Mainassy, M. C. (2017). The Effect Of Physical And Chemical Parameters


On The Presence Of Lompa Fish (Thryssa Baelama Forsskål) In
The Apui Coastal Waters Of Central Maluku District. Gadjah Mada
University Fisheries Journal, 19(2): 61-66.

Monalisa, S. S., & Minggawati, I. (2010). Kualitas Air Yang Mempengaruhi


Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Sp.) Di Kolam Beton Dan
Terpal. Journal of Tropical Fisheries, 5(2): 526-530.

Purwanti, S., Hariyati, R., & Wiryani, E. (2011). Komunitas Plankton Pada
Saat Pasang Dan Surut Di Perairan Muara Sungai Demaan
Kabupaten Jepara. Anatomi Fisiologi, 19(2): 65-73.

Rositasari, R. (1997). Habitat Makro Dan Mikro Pada Foraminifera. Jurnal


Oseana, 22(4): 31-42.

Santoso, A. D. (2019). Cad_Tool (Cage Aquaculture Decision Support


Tool) Perangkat Pendukung Keputusan Dalam Budidaya Keramba
Jaring Apung. Jurnal Hidrosfir Indonesia, 3(1): 7-14.
Shandy, T. C. (2015). Potensi Air Laut Dalam (Deep Sea Water). Jurnal
Teknik Kimia, 1-10.

Harrison, M, D. (2016) Secchi Disk. In: Kennish M.J. (eds) Encyclopedia


of Estuaries. Encyclopedia of Earth Sciences Series .

Wikipedia. (2021). Zona Afotik. Diakses dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Zona_afotik, pada tanggal 31
Agustus 2021.

SAKA. (2020). Analisa Kualitas Air Budidaya Ikan: Parameter Kimia.


Diakses dari http://www.saka.co.id/news-detail/analisa-kualitas-
air-budidaya-ikan--parameter-kimia, pada tanggal 31 Agustus
2021.

Anda mungkin juga menyukai