Anda di halaman 1dari 14

2.2.

3 Plankton

Plankton merupakan organisme kecil yang hidup melayang di kolom


perairan dan merupakan komponen yang sangat penting dalam ekosistem
perairan. Plankton dapat bergerak sedikit dengan bantuan cilia atau flagel
namun tidak mempunyai daya menentang arus, sehingga cenderung terbawa
oleh arus. Proses melayang pada plankton terjadi karena plankton mampu
mengatur densitas tubuhnya agar sama dengan densitas air. Secara umum
plankton bisa dibedakan menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
adalah plankton nabati yang memiliki kemampuan berfotosintesis dan berperan
sebagai produsen di lingkungan perairan. Fitoplankton dapat ditemukan di
seluruh massa air mulai dari permukaan air sampai pada kedalaman dengan
intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis.
Fitoplankton juga berperan sebagai pemasok oksigen melalui proses fotosintesis
(Rahmatullah et al., 2016). Umumnya komposisi fitoplankton di area estuari
terdiri dari 5 kelas, yaitu Bacillariophyceae, Zygnemophyceae, Dinophyceae,
Cyanophyceae dan Copepoda.

Tabel 1. Daftar jenis Copepoda di Estuari (Mulyadi dan Dewi., 2019).

No Ordo Spesies

A. Calanoida

1. Acartia erythraca

2. A. pacifica

3. Canthocalanus pauper

4. Bestiola similis (Nr)

5. Acrocalanus gibber

6. A.longicornis

7. Parvocalanus crassirostris
8. Centropages furcatus

9. C. orsini

10. C. tenuiremis

11. Pseudodiaptomus aurivilli

12. P. incisus (Nr)

13. Calanopia asymmetrica

14. C. herdmani

15. Subeucalanus subcrassus

16. Tortanus forcipatus

17. Tortanus forcipatus

18. T. gracilis

19. Temora turbinata

20. Candacia discaudata

B. Cyclopoida

21. Oithona brevicornis

22. O. rigida

23. Paramacrochiron sp.

24. Corycaeus asiaticus

25. C. catus

C. Harpacticoida

26. Eudactylopus latipes

27. Euterpina acutifrons

28. Caligus sp.

D. Monstrilloida
29. Monstrilla sp.

Berikut ini contoh dari spesies dari kelas Copepoda.

Gambar 3. Acartia erythraea (Mulyadi dan Dewi., 2019)

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Hexanauplia

Subclass : Copepoda

Ordo : Calanoida

Family : Acartiidae

Genus : Acartia

Spesies : Acartia erythaea

2.2.4 Cacing

Tingginya produktivitas primer pada ekosistem esturi merupakan hasil


dari aktivitas makrofauna bentik yang merupakan elemen utama yang
mempengaruhi tingginya tingkat dekomposisi dari detritus dan pendaur ulang
nutrien. Polychaeta, Kepiting, Gastropoda, Bivalvia, Teritip, Spong, Tunikata,
dan Sipuncula merupakan kelompok terbesar penyusun komunitas makrofauna
pada ekosistem estuari. Diantara kelompok makrofauna bentik tersebut
Polychaeta merupakan komponen dominan penyusun baik dari segi jumlah
spesies dan individu yaitu sebanyak 60-80% dari populasi makrofauna bentik.
Permukaan substrat yang kaya akan kandungan C-organik menjadikan hutan
mangrove sebagai habitat ideal untuk Polychaeta. Distribusi dan kelimpahan
Polychaeta sangat terkait dengan kandungan C-organik yang tersedia di daerah
estuari (Priyandayani et al., 2018).

Secara ekologi Polychaeta berperan penting dalam menjaga stabilitas


sedimen dasar laut dan proses dekomposisi bahan organik pada ekosistem
estuari. Ketika proses dekomposisi bahan organik berjalan stabil, suplai unsur
hara ke dalam substrat akan tetap terjaga. Kandungan unsur hara yang
terakumulasi pada substrat akan mempengaruhi kesuburan pada ekosistem
estuari. Selain menjaga kesuburan pada ekosistem estuari, Polychaeta juga
berperan sebagai penentu kesuburan suatu perairan, yang secara tidak
langsung dapat diperkirakan dengan mengukur kelimpahan, komposisi spesies
dan biomassa (Priyandayani et al., 2018).

Tabel 2. Daftar jenis genus beserta spesies yang ada di estuari (Priyandayani et
al., 2018).

No Genus Spesies

Heteromastus

1. Heteromastus filiformis

2. Heteromastus filobranchus

3. Heteromastus giganteus

4. Heteromastus gusipoensis

5. Heteromastus namhaensis

6. Heteromastus hutchingsae

B. Marphysa

7. Marphysa acicularum
8. Marphysa aegypti

9. Marphysa aransensis

10. Marphysa angelensis

11. Marphysa aenea

C. Nereis

12. Nereis (Alta) virens

13. Nereis (Ceratonereis) alaskensis

14. Nereis (Ceratonereis) beringianus

15. Nereis (Ceratonereis) bartletti

D. Paranaitis

16. Paranaitis abyssalis

17. Paranaitis bowersi

18. Paranaitis benthicola

19. Paranaitis assimetrica

E. Laeonereis

20. Laeonereis brunnea

21. Laeonereis nota

22. Laeonereis longula

23. Laeonereis culveri

24. Laeonereis acuta

Salah satu contoh speies dari kelas Polychaeta ialah Nereis (Alta)
virens, berikut klasifikasinya.
Gambar 4. Nereis (Alta) virens (Priyandayani et al., 2018).

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Annelida

Class : Polychaeta

Subclass : Errantia

Ordo : Phyllodocida

Family : Nereididae

Genus : Nereis

Spesies : Nereis (Alta) virens

2.2.5 Siput

Salah satu kelas gastropoda yang sering dijumpai di daerah estuari


adalah siput gonggong (Strombus turturella). Siput gonggong atau gonggong
Strombus sp. atau lebih dikenal sebagai dog conch merupakan gastropoda laut
dari famili Strombidae. Siput gonggong memiliki beragam manfaat, baik secara
ekonomi maupun secara ekologi. Secara ekonomi diantaranya dagingnya
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, cangkangnya sebagai hiasan (Susiana
et al., 2019). Tingginya nilai ekonomis berdampak pada tingginya laju
eksploitasi, sehingga menyebabkan berkurang stok siput gonggong di alam.
Tingginya laju eksploitasi di karenakan kebutuhan stok siput gonggong untuk
memenuhi kebutuhan pasar hanya dari aktivitas penangkapan di alam. Hal ini
terjadi dikarenakan belum adanya kegiatan budidaya siput gonggong di lakukan
(Supratman et al., 2020). Berikut klasifikasi dari siput gonggong.

Gambar 5. Siput gonggong (Strombus turturella) (

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Subclass : Prosobranchia

Ordo : Megagastropoda

Family : Strombidae

Genus : Strombus

Spesies : Strombus turturella

2.3 Manfaat Estuarine

Menurut Indarmawan dan Abdul (2011), estuaria adalah suatu tempat


pertemuan antara air tawar dan air laut atau transisi antara habitat tawar dan
habitat laut. Habitat estuaria lebih subur (produktif) sehingga daerah ini
menjadi daerah asuhan (nursery ground) yang baik bagi larva maupun udang,
ikan dan kerang, bahkan menjadikan estuaria sebagai habitat sepanjang
hidupnya. Selain fungsi ekologis, estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai
tempat bermukim, tempat penangkapan dan budidaya perikanan, jalur
transportasi , tempat pelabuhan dan kawasan industri. Estuarine merupakan
ekosistm produktif, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga
proses fotosintesis berlangsung sepanjang tahun, hal ini bermanfaat bagi biota
estuarin yang mengkonsumsi fitoplankton sebagai makanan utamanya.
Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat di artikan sebagai banyaknya
energi yang diikat, atau tersimpan dalam aktifltas fotosintesis dari organisme
produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentuk-bentuk substansi
organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini
dilakukan oleh organisme 'outotroph' seperti juga semua tumbuhan hijau
mengkonversi energi cahaya ke dalam energi biologi dengan fiksasi
karbondioksida, memisahkan molekuler air dan memproduksi karbohidrat dan
oksigen (Supriadi., 2001).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Estuaria adalah suatu tempat pertemuan antara air tawar dan air laut
atau transisi antara habitat tawar dan habitat laut. Wilayah estuaria merupakan
pesisir semi tertutup (semi-enclosed coastal) dengan badan air mempunyai
hubungan bebas dengan laut terbuka (open sea) dan kadar air laut terlarut
dalam air tawar dari sungai. Ada beragam biota laut seperti tumbuhan air, ikan,
udang, plankton, kerang, siput, dan cacing. Pemanfaatan estuari pada
umumnya digunakan sebagai tempat bermukim, tempat penangkapan dan
budidaya perikanan, jalur transportasi , tempat pelabuhan dan kawasan
industri.

3.2 Saran

Perairan Indonesia sangat luas dan mempunyai potensi tinggi untuk


dijadikan ladang ekonomi, area estuari merupakan komponen penting bagi laut
dan biota laut yang hidup didalamnya. Harapan penulis dalam menyusun
makalah ini agar makalah ini dapat bermanfaat dikemudian hari.Bermanfaat
bagi keluarga kami, teman-teman kami, para nelayan dan pembudidaya
ikan.Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami sangat
mengharapkan banyak kritik dan masukan agar kami selaku penulis dapat
bekerja dengan optimal dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Indarmawan, T., & Manan, A. (2011). Pemantauan Lingkungan Estuaria


Perancak Berdasarkan Sebaran Makrobenthos. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 3(2): 215-220.

Mulyadi, M., & Murniati, D, C. (2019). Pengaruh Musim Terhadap Populasi


Kopepoda Di Perairan Mangrove Dan Pantai Muara Angke. Zoo
Indonesia, 28(1): 1-7.

Priyandayani, L. P., Hendrawan, I. G., & Karim, W. (2018). Kelimpahan Dan


Keanekaragaman Polychaeta Pada Jenis Mangrove Yang Berbeda Di
Tahura Ngurah Rai. Journal of Marine and Aquatic Sciences , 4(2): 171-
178.

Rahmatullah, R., Ali, M. S., & Karina, S. (2016). Keanekaragaman Dan


Dominansi Plankton Di Estuari Kuala Rigaih Kecamatan Setia Bakti
Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan
Unsyiah, 1(3): 325-330.

Supratman, O., Hudatwi, M., & Auliana, I. (2020). Karakter Morfologi Dan
Dimorfisme Seksual Siput Gonggong (Strombus turturella). Jurnal
Biosains, 6(1): 11-17.

Supriadi, I. H. (2001). Dinamika Estuaria Tropik. Oseana, 26(4): 1-11.

Susiana., et al. (2019). Identifikasi Jenis Kelamin Siput Gonggong Strombus Sp.
Secara Morfologi Di Perairan Madung, Tanjungpinang, Indonesia. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(3): 555-567.
LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2
Lampiran 3

Lampiran 4
Lampiran 5

Lampiran 6
Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai