1. Plankton
Komposisi jenis fitoplankton yang ditemukan di perairan sekitar lokasi rencana
kegiatan terdiri atas 3 kelas yaitu Diatomeae, Chlorophyceae dan Cyanophyceae.
Diatomeae terdiri dari 8 (delapan) genus yaitu Chaetoceros, Rhizosolenia, Gyrosigma,
Navicula, Nitzschia, Pleurosigma, Rhizosolenia, Skeletonema, dan Surirella;
Chlorophyceae terdiri dari 4 (empat) genus yaitu Scenedesmus, Tetrapedia, Glocosystus
dan Spirogira; Cyanophyceae terdiri dari 3 (tiga) genus yaitu Anabaena, Microcystus dan
Oscillatoria.
Sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri atas 3 (tiga) kelas yaitu Copepoda,
Rhizopoda dan Rotatoria. Copepoda hanya terdiri dari satu genus yaitu Cyclops,
Rhizopoda terdiri dari 2 (dua) genus yaitu Arcella dan Difflugia, sedangkan Rotatoria
terdiri dari 3 (tga) genus yaitu Rotifer, Brachionus dan Keratella. Kelimpahan plankton
yang didapatkan pada ketiga lokasi tergolong sedang yaitu berkisar antara 3970 - 4840
individu/liter (Tabel-XX-1). Berdasarkan pada kelimpahan plankton menunjukkan bahwa
perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan tergolong perairan yang mesotroph.
Stasion Pengambilan
No
FITOPLANKTON Unit Sampel
I.
ST-1 ST-2 ST-3
A. Diatomeae
1. Chaetoceros Ind./l 510 340
2. Gyrosigma Ind./l 490 440 350
3. Navicula Ind./l 500 450
4. Nitzschia Ind./l 450 350 300
5. Pleurosigma Ind./l 350 290
6. Rhizosolenia Ind./l 260 360
7. Skeletonema Ind./l 370 350 320
8. Surirella Ind./l 360 290
B. Chlorophyceae
1. Scenedesmus Ind./l 420 350
2. Tetrapedia Ind./l 350 340 250
3. Glocosystus Ind./l 260
4. Spirogira Ind./l 340 390 320
C. Cyanophyceae
1. Anabaena Ind./l 320 310
2. Microcystus Ind./l 240 180 370
3. Oscillatoria Ind./l 350
II. ZOOPLANKTON
A. Copepoda
1. Cyclops Ind./l 110 120
B. Rhizopoda
1. Arcella Ind./l 120 110 90
2. Difflugia Ind./l 110 80 110
C. Rotatoria
1. Rotifer Ind./l 120
2. Brachionus Ind./l 120 100
3. Keratella Ind./l 90
Total Ind./l 4840 4390 3970
Sumber: Hasil analisis Laboratorium, Mei 2017
2. Benthos
Organisme benthos yang ditemukan di perairan sekitar lokasi proyek hanya terdiri
dari kelas Gastropoda yang terdiri atas 3 (tiga) spesies dan kelas Bivalvia yang terdiri
atas 2 (dua) spesies. Kelima spesies tersebut adalah Vexillum semifasciatum, Nassarius
reeveanus, Obba papila, Sunetta truncata, dan Pholas orientalis. Kepadatan organisme
benthos yang ditemukan pada ke tiga lokasi pengamatan tergolong rendah yaitu berkisar
antara 6 – 11 individu/m2. Jenis dan kepadatan benthos pada lokasi pengamatan
disajikan pada Tabel XX-2.
Tabel XX-2. Jenis dan Kepadatan Organisme Benthos yang Ditemukan di Perairan
Sekitar Lokasi Proyek
Jenis Benthos Unit Lokasi pengamatan
No.
A. Gastropoda ST-1 ST-2 ST-3
1. Vexillum semifasciatum Ind. /m2 2 1
2. Nassarius reeveanus Ind. /m2 3
3. Obba papila Ind. /m2 1 3
B. Bivalvia
1. Sunetta truncata Ind. /m2 3 2 2
2. Pholas orientalis Ind. /m2 2 3 3
Total 6 7 11
4. Nekton
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan nelayan setempat, nekton
berupa ikan yang didapatkan di perairan laut sekitar rencana kegiatan pembangunan
PLTU Takalar Kab. Jeneponto terdiri dari sekitar 13 spesies (Tabel xx-4). Ikan-ikan
tersebut merupakan ikan yang tergolong ekonomis penting dan bukan ikan yang
tergolong endemik atau dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Tabel xx-4. Jenis Ikan yang Ditemukan di Perairan Laut Sekitar Rencana Kegiatan
Pembangunan PLTU Takalar Kab. Jeneponto
No. Nama Indonesia Nama Ilmiah
I. Ikan Laut
1. Baronang Siganus spp
2. Teri Stelephorus sp.
3. Kerapu Lumpur Epinephelus spp
4. Kakap Putih Lates calcarifer
5. Kakap Merah Lutjanus sp
6. Peperek Leiognathus splendus
7. Tembang Sardinella fimbriata
8. Kembung Rastrelliger sp.
9. Layur Trichirus lepturus
10. Lamuru Caranx sp
11. Belanak Mugil cephalus
12. Katamba Lethrinus spp
13. Layang Decapterus macrosoma
Sumber: Hasil pengamatan dan wawancara dengan nelayan setempat, Mei 2017
Ikan karang merupakan salah satu kelompok hewan yang berasosiasi dengan
terumbu karang, keberadaannya mencolok dan ditemukan pada berbagai mikro-habitat
di terumbu karang. Ikan karang, hidup menetap serta mencari makan di areal terumbu
karang (sedentary), sehingga apabila terumbu karang rusak atau hancur maka ikan
karang juga akan kehilangan habitatnya. Sebagai ikan yang hidupnya terkait dengan
terumbu karang maka kerusakan terumbu karang dengan sendirinya berpengaruh
terhadap keragaman dan kelimpahan ikan karang.
Pengelompokan ikan karang berdasarkan peranannya terbagi menjadi 3 bagian
antara lain adalah ikan target yaitu ikan ekonomis penting atau ikan konsumsi, ikan
indikator yaitu ikan yang erat hubungannya dengan tingkat kesuburan terumbu karang
dan ikan mayor (mayor family) yaitu ikan yang umumnya dalam jumlah banyak dan biasa
dijadikan ikan hias. Jenis ikan karang yang ditemukan pada satu lokasi pengamatan
yaitu pada Stasiun 1 (...................). Titik koordinat S = 030 53’ 46,1”, E = 1220 32’ 36,1”.
Terdiri atas 5 jenis ikan karang yang berasal dari 3 suku. Dari 5 jenis ikan karang
tersebut, 1 jenis termasuk kelompok ikan Target (suku Acanthuridae ), 2 jenis termasuk
kelompok ikan Mayor (Pomacanthidae dan Pomacentridae). Dominasi suku berasal dari
suku Pomacantidae.
Tidak ditemukan ikan indikator pada dua lokasi pengamatan. Menurut Hutomo
(1986), penentuan tingkat kerusakan terumbu karang dapat dilihat dari kelimpahan ikan
kepe-kepe, karena kelimpahan jenis ikan ini pada suatu perairan dapat memberikan
gambaran kondisi terumbu karang setempat. Oleh karena itu ikan Chaetodontidae dapat
dijadikan sebagai indikator kondisi terumbu karang, karena merupakan penghuni
terumbu karang sejati.
Tabel XXX. Jenis ikan karang yang ditemukan di lokasi studi
No. Nama Spesies Nama Inggris Nama Indonesia Suku Kel.
50
40
30
21.54
20
10 5.18 6.84
2.82 1.86
0
Dead Coral Acropora Non Abiotik Other Soft Coral
Algae Acropora
Kategori Lifeform
Pengamatan dilakukan pada kedalaman 1,5 meter. Lokasi ini memiliki bentuk
dasar perairan yang rata pada mintakat reef flat (rataan terumbu). Terumbu karang pada
perairan ini mempunyai struktur komunitas yang tidak t beragam. Pertumbuhan karang
dijumpai sampai pada kedalaman ± 1,5 m dan komponen lifeform didominasi oleh
komponen Dead Coral Algae (DCA) dan Abiotik berupa pasir serta patahan karang mati
(Rubble). Koloni karang ditemukan pada kedalaman sekitar 1,5 meter dengan tingkat
kecerahan ± 2 meter. Terdapat sampah berupa potongan tali dan karung plastik disekitar
terumbu karang. Hal ini terjadi karena stasiun ini dekat dengan budidaya rumput laut.
Hasil pengamatan bawah air menunjukkan Dead Coral Algae banyak dijumpai di
perairan laut sekitar PLTU Takalar Terutama pada jenis koloni karang masiv seperti jenis
Porites sp (suku Poritidae). Kematian karang kemungkinan diakibatkan oleh beberapa
faktor antara lain adalah terjadinya proses sedimentasi dari daratan yang menutup polip-
polip karang. Selain itu, karena pertumbuhan turf algae (alga berfilamen) yang menempel
pada karang. Pertumbuhan turf algae (alga berfilamen) dapat terjadi karena peningkatan
nutrisi perairan (eutrofikasi) yang berasal dari daratan. Untuk komponen karang hidup
yaitu bentuk pertumbuhan Acropora (karang bercabang) terdiri dari Acropora Branching
(ACB) jenis Acropora sp dan Acropora Digitate (ACD) jenis Montipora sp (suku
Acroporidae). Sedangkan bentuk pertumbuhan Non Acropora merupakan bentuk
pertumbuhan yang banyak di jumpai pada stasiun ini yang terdiri dari Coral Massive (CM)
jenis Goniastrea sp sp (suku Faviidae) Selain itu terdapat pula bentuk pertumbuhan Coral
Encrusting dari jenis Montipora digitata (suku Acroporidae). Beberapa jenis Soft
Coral/karang lunak banyak dijumpai pada stasiun ini terutama di dominasi oleh suku
Alcyonidae diantaranya adalah Sinularia sp dan Lobophytum sp.
Presentase penutupan karang hidup di perairan pada stasiun laut sekitar tapak
proyek PLTU Takalar, Kab. Jeneponto adalah kategori Sedang yaitu Acropora (A) 2,28%,
Soft Coral (SC) 6,84% dan Non Acropora (NA) 5,18%. Berdasarkan pada Kepmen LH
No.4 Tahun 2001 tentang kriteria kerusakan terumbu karang, maka kondisi terumbu
karang di wilayah ini masuk kedalam kategori Buruk di mana persentase tutupan karang
hidup mencapai 14,84% (Baku Mutu 0% - 24,9% untuk kategori Buruk). Kondisi terumbu
karang pada dasar perairan disajikan pada gambar dibawah ini.
Gambar xxx. Kondisi Terumbu Karang Pada Dasar Perairan Laut sekitar tapak proyek
PLTU Takalar pada kedalaman ± 1,5 meter.
6. Rumput Laut
Rumput laut adalah salah satu komunitas biota laut yang mempunyai fungsi
ekologis dan ekonomis yang tinggi. Rumput laut sebagai substrat untuk penempatan telur
ikan, juga sebagai makanan bagi ikan herbivor. Di perairan pantai Bantaeng ditemukan
beberapa jenis rumput laut yang berasal dari tiga divisi yaitu Chlorophyta (Green
seaweeds), Cyanphyta (Blue-green seaweeds) dan kelas Rhodophyta (Red seaweeds).
Rumput laut yang dibudidayakan oleh petani rumput laut di sekitar perairan laut PLTU
Takalar, Kab. Jeneponto yaitu jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum yang
merupakan salah satu jenis rumput laut merah (kelas Rhodophyceae)
Metode budidaya rumput laut yang diterapkan di sekitar perairan PLTU Takalar,
Kab. Jeneponto menggunakan Metode Rawai (Long Line Mhetod) merupakan metode
yang paling banyak diminati karena disamping fleksibel dalam pemilihan lokasi juga biaya
yang dikeluarkan jauh lebih murah. Metode ini menggunakan jangkar atau karung yang
diisi pasir, pelampung (botol plastik), tali utama dan tali sekunder. Tali utama adalah tali
yang berfungsi sebagai tempat pengikatan tali sekunder, sedangkan tali sekunder adalah
tali yang akan mengikat ganggang budidaya. Bibit ditanam pada media tali panjang (tali
ris) dengan panjang tali 25 meter dengan 2 batang kayu pancang sebagai patok dan
pengganti jangkar, sebagai pelampung botol plastik 500 ml. Pada tali ris diikatkan tali
anak sebanyak 100 titik dengan jarak antara tali anak satu dengan yang lain berjarak 25
cm. Botol pelampung diikatkan pada tali ris sepanjang setiap 2,5 meter. Jadi pada tali
sepanjang 25 meter digunakan botol pelampung sebanyak 10 botol pelampung.