Anda di halaman 1dari 12

KONSEP ISLAM TERHADAP ISU-ISU KONTEMPORER

DISUSUN OLEH :

1. ANJEL MARETTHA (05021381924070)


2. RAIHAN PERLI YULIANSYAH (05021381924071)
3. SHAFIRA NOVLI RAMADHITA (05021381924068)

PRODI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kiami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsep Islam
Terhadap Isu-Isu Kontemporer ” tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang konsep hijrah, jihad, radikalisme Agama dan
moderasi dalam beragama. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua, khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Sriwijaya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Dalam kesempatan ini penyusun juga ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta memberi dukungan berupa moril
maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Palembang , Maret 2020

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II Pembahasan

A. Definisi hijrah, jihad, radikalisme agama dan moderasi dalam beragama


B. Konsep Islam tentang feminisme dan LGBT

Bab III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan islam di Indonesia memiliki mata rantai yang cukup berliku.


Sementara islam di nusantara ini memiliki kompleksitas persoalan, dan dari sini islam
hadir dengan membawa wajah tatanan baru dalam masyarakat yang tidak terbentur
dengan realitas sosial, budaya, tatanan politik dan tradisi keagamaan.
Dalam perkembangannya upaya reaktualisasi diharapkan dapat menjawab
problematika kemasyarakatan dan sebagai manifestasi agama yang rahmatan lil
‘alamin. Islam dinamis yanng diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah
kontemporer  yang terjadi diberbagai wilayah Indonesia, semisal jihad, radikalisme,
moderasi dalam beragama yang akan dibahas di makalah ini.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, pemakalah menemukan satu rumusan masalah
yang menjadi masalah yang menjadi focus pembahasan pada jidul materi
diatas, yaitu:
1. Konsep Hijrah, Jihad, Radikalisme Agama dan Moderasi Dalam Beragama.
2. Konsep Islam Tentang Feminism dan LGBT serta Antisipasinya.

C. Tujuan
Adapun tujuan pemakalah dalam mengkaji permasalahan diatas adalah agar :
1. Memahami Definisi dari Hijrah, Jihad, Radikalisme Agama dan Moderasi
dalam Beragama.
2. Menjelsakan Konsep Islam Terhadap Isu-Isu Kontemporer

iv
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP ISLAM TERHADAP ISU-ISU KONTEMPORER

Isu-isu global kontemporer adalah isu yang berkembang serta meluas setelah
Perang Dingin berakhir pada era 1990-an. Pengertian mengenai isu-isu global kontemporer
terkait erat dengan sifat dari isu-isu tersebut yang tidak lagi didominasi oleh
hubungan Timur-Barat, seperti, ancaman perang nuklir, persaingan ideologi antara
Demokrasi-Liberal dan Marxisme-Leninisme dan diplomasi krisis.

Isu-isu global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baru
ancaman keamanan yang mengalami transformasi sejak berakhirnya Perang Dingin
menjadi suatu “Agenda Global Baru” (New Global Agenda).

Ancaman tersebut dapat berupa tindakan terorisme atau kejahatan transnasional


yang terorganisir (Transnational Organized Crime/TOC), kesejahteraan (kemiskinan), degradasi
lingkungan, konflik etnis dan konflik komunal yang berdimensi internasional, hutang luar negeri, dan
sebagainya.

A.Definisi hijrah, jihad, radikalisme agama dan moderasi dalam beragama

Pada dasarnya, agama apapun memiliki kecenderungan untuk melakukan truth


claim (mengklaim sebagai yang paling benar) karena agama merupakan nilai
kepercayaan yang narus dipegang teguh oleh para pemeluknya. Sikap truth claim
tersebut akan bernilai positif apabila hanya diorientasikan ke dalam (intrinsic
orientation) dalam penghayatan dan aplikasinya, bukan untuk ke luar dirinya
(extrinsic orientation) yang menyebabkan prasangka negating dan konflik. Agama
intrinsic memenuhi seluruh dengan motivasi dan makna, sedang agama ekstrinsik
menjadikan agama diperbudak untuk mendukung dan mebenrakan kepentingan
pribadi.

1. Jihad

v
Maraknya aksi terorisme dengan menggunakan kekerasan, seperti halnya
dengan cara bunuh diri(suicide bombing), menjadikan jihad sebagai pembenaran
yang didasari dengan landasan teologis. Namun pemahaman jihad yang digunakan
oleh para pelaku terorisme tersebut tidak menjamin sesuai dengan makna
sesungguhnya yang terkandung dalam ajaran agama islam.

Jihad dalam pengertian konstektual ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh
individu muslim maupun kelompok islam dalam menyiarkan agama islam dan
perjuangan-perjuangan lain yang lebih luas seperti: perjuangan di bidang pendidikan,
kesehatan, moral ekonomi,social, budaya, politik, keamanan, hak dan kewajiban,
lapangan pekerjaan,dll.

2. Hijrah

Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan
dari dan berpindah tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan
perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama para sahabat beliau
dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah
Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.

Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut


sebagaian ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul kufur”
menuju “darul Islam”. Keluar dari “darul kufur” menuju “darul islam” keluar dari
kekufuran menuju keimanan.

Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-
Baqarah 2:218).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah
di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”

3. Radikalisme

vi
Kasus radikalisme agama terus menjadi dilema umat manusia, tidak terkecuali di
Indonesia. Di Indonesia, diseminasi paham radikalisme agama tak hanya ada di
institusi pendidikan, tapi juga telah tersemai di media sosial dan Internet. Kedua
tempat tersebut menjadi ruang terbuka munculnya paham radikalisme agama.

Dilihat dari sudut pandang keagamaan, radikalisme agama dapat diartikan


sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari
paham atau aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham atau aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa.

Islam sendiri adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, bersikap lembut,
berbuat baik dan adil serta membangun sikap toleransi. Bahkan dalam al-Qur’an,
Allah menegaskan Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin (pembawa rahmat bagi
seluruh alam). Allah SWT berfirman:

  َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِالَّ َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬

“Dan tiadalah Kami utus engkau (ya Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh alam” (QS. Al-Anbiya, 107).

4. Moderasi Dalam Beragama.

Moderasi Islam dalam bahasa arab disebut dengan al-Wasathiyyah alIslamiyyah.


Al-Qardawi menyebut beberapa kosakata yang serupa makna dengannya termasuk
katan Tawazun, I'tidal, Ta'adul dan Istiqamah. Sementara dalam bahasa inggris
sebagai Islamic Moderation. Moderasi Islam adalah sebuah pandangan atau sikap
yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan
berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi
dalam pikiran dan sikap seseorang. Dengan kata lain seorang Muslim moderat adalah
Muslim yang memberi setiap nilai atau aspek yang berseberangan bagian tertentu
tidak lebih dari porsi yang semestinya. Adapun istilah moderasi menurut Khaled
Abou el Fadl dalam The Great Theft adalah paham yang mengambil jalan tengah,
yaitu paham yang tidak ekstem kanan dan tidak pula ekstrem kiri.

vii
B. Konsep Islam Tentang Feminism dan LGBT

1. Konsep Islam Temtang Feminisme

Feminisme berasal dari bahasa latin, Femina atau feminus yang merupakan


kombinasi dari kata fe berarti iman dan mina atau minus yang artinya kurang,
jadi femina artinya kurang iman. Penamaan ini membuktikan bahwa di Barat
perempuan dianggap sebagai makhluk yang kurang iman, dalam pengertian makhluk
sekunder atau kedua setelah laki-laki.

Dan kata isme berasal dari bahasa Yunani –ismos yang menandakan suatu


paham atau ajaran atau kepercayaan. Sedangkan pengertian Feminisme adalah sebuah
gerakan dilakukan oleh kaum perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan
dan keadilan yang setara dengan para lelaki.

konsep feminisme juga diajarkan di agama Islam dan disiarkan oleh beberapa
intelek Muslim. Sosialisasi feminisme dimulai semenjak abad ke-19 dalam sebuah era
yang disebuh nadlah, yang berarti modernisasi dan reformasi Islam. Para
intelektual nadlah mempercayai bahwa perempuan bebas, terpelajar, dan mandiri
adalah syarat kebangkitan utama umat Islam. Era ini mendorong bangkitnya tokoh
Muslim yang feminis.

2.Konsep Islam Tentang LGBT

Menurut penelitian Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam “Al-Mu’jam Al-


Mufahras”, ayat ini diulang dengan redaksi yang sedikit berbeda dalam Q.S. Al
Ankabut (29): 28. Yang artinya:

 “Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, “Kamu benar-benar


melakukan perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan
oleh seseorang pun dari umat sebelum kaum di dunia ini”.

Kalimat “ata’tuuna” (mengapa kalian mengerjakan) diganti dengan “innakum


lata’tuuna” (kamu benar-benar mengerjakan).

Ayat di atas adalah sebagian ayat yang menjelaskan tentang LGBT (lesbian, gay,
biseksual dan transgender). Akronim (singkatan) ini mulai digunakan semenjak tahun

viii
1990-an dan menggantikan para komunitas gay karena istilah ini lebih mewakili
kelompok-kelompok yang telah disebutkan.

i. Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual


dengan sesama wanita.
ii. Gay adalah istilah yang digunakan bagi lelaki penyuka sesama lelaki.
iii. Biseksual adalah orang yang memiliki ketertarikan kepada lelaki sekaligus
kepada perempuan,
iv. Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender
yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir (waria/wadam).

Secara umum, empat istilah di atas disebut homoseksual, yaitu keadaan tertarik
kepada orang lain dari jenis kelamin yang sama.

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili mengidentifikasihkan tiga istilah yang relevan


dengan LGBT yaitu zina, liwath dan Sihaq.

Pertama, Zina yaitu hubungan kelamin antara lelaki dengan wanita yang bukan
pasangan suami istri yang sah.

Kedua, Liwath (Gay) yaitu hubungan homoseksual antara lelaki dengan lelaki.

Ketiga, Sihaq (lesbi) yaitu hubungan homoseksual antara wanita dan wanita.

Para ulama sepakat bahwa Liwath (gay) dan Sihaq (lesbi) statusnya lebih
buruk dibandingkan Zina.

Allah menyebutkan perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dalam Al-Quran


pada ayat-ayat yang mengisahkan kehidupan ummat Nabi Luth Alaihi  Salam.

Dari 27 ayat yang memuat kisah Nabi Luth Alaihi Salam dengan kaumnya,


terdapat tiga ayat yang menyebut perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dengan
“fahisyah”.

Selain pada kedua ayat di atas (Q.S. Al-A’raf [7]: 80 dan Q.S. Al-Ankabut
[29]: 28 satu ayat lagi terdapat pada Q.S. An-Naml [27]: 54. Yang artinya :

  “Dan ingatlah kisah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “mengapa kamu
mengerjakan Fasiyah (keji) sedang kamu memperlihatkannya?”.

Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan: “Dan sesungguhnya


Kami telah mengutus Luth, dan ingatkanlah Luth ketika ia berkata kepada kaumnya.
Luth adalah putra Haran, putra Azar, putra saudara laki-laki Nabi Ibrahim Al-

ix
Khalil Alaihi Salam yang telah beriman bersama Nabi Ibrahim Alaihi salam dan
hijrah bersamanya ke negeri Syam.

Allah mengutus Nabi Luth Alaihi salam kepada kaum Sodom dan daerah-


daerah sekitarnya untuk menyeru mereka agar menyembah Allah, memerintahkan
mereka untuk mengerjakan kebajikan, melarang mereka berbuat munkar. Saat itu
kaum Sodom tenggelam dalam perbuatan dosa. Hal-hal yang diharamkan dan
perbuatan keji yang mereka ada-adakan dan belum pernah dilakukan oleh seseorang
pun keturunan Adam dan juga oleh makhluk lain, yaitu mendatangi orang laki-laki,
bukan perempuan (homoseks). Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah
dilakukan oleh seorang keturunan Adam dan belum pernah terlintas dalam hati
mereka untuk melakukannya selain kaum Sodom. Semoga laknat Allah tetap
menimpa mereka”.

Sehubungan dengan firman Allah: “Yang belum pernah dikerjakan oleh


seorangpun (di dunia) ini sebelum kalian”.( Q.S Al-A’araf: 80). Amr bin Dinar
berkata: “Tidak seorang lelaki pun menyetubuhi lelaki kecuali kaum Luth yang
pertama melakukannya”.

x
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

Islam dan, isu-isu kontemprer merupakan dua hal yang berbeda


namun jika dilihat dari cara pandang yang berbeda dari masing-masing pihak, maka
akan menimbulkan perspektif atau spekulasi yang berupa interpretasi berbedapula. Meskipun
secara arti dan asal-usul bersumber memang bukan dari islam,tapi tidak salah jika kita
lebih teliti dan jeli dalam menaggapi isu-isu kontemporeryang ada jika ingin mengaitkannya dengan
islam.Isu-isu global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baruancaman keamanan
yang mengalami transformasi sejak berakhirnya Perang Dingin menjadi suatu “Agenda Global
Baru” (New Global Agenda). Ancamandalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan militer” yang
dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain tetapi tindakan kejahatan yang dilakukan oleh non-
state actor dan ditujukan kepada state actor maupun individu atau warga negarayang mengancam
keamanan umat manusia (Human Security).

B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa penjelasan di atas masih terdapat kekurangan, baik dari segi
isi maupun dari segi penulisan. Maka dari itu, diharapkan kepada pembaca kritik dan saran
sebagai masukan yang membangun demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
Pemakalah juga mengucpakan terima kasih kepada Bapak Dosen Penagampu mata
kuliah yang telah memberikan arahan dan masukkan terhadap pembahasa makalah di
atas.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Ali, H.A. Mukti. 1998. Agama: Dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer.


Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tarmizi Taher dan Eddy Kristiyanto, dkk. 1998. Radikalisme Agama. Jakarta. PPIM-
IAIN.

Haideh Moghissi. 2004.Feminisme dan Fundamentalisme Islam. Yogyakarta.


LKiSYogyakarta. 

Abbas T. 2008. Metodologi Studi Islam. Kendari. CV. Sahdar.

Dr. Muhammad Imarah. 1999.Fundamentalisme dalam Perspektif Barat danIslam.Jakarta.


Gema Insani. http:// Pesantren IAIN SA Urgensi Peradaban Dunia Islam
Modern.html

xii

Anda mungkin juga menyukai