[81] Djuwairiyah, Abd. Muqit, Heni Listiana MULTICULTURAL p-ISSN: 2598-506X, Yudharta
FAI Universitas e-ISSN: 2598-5957
Pasuruan
p-ISSN (cetak) : 2598-506X
Volume 4 Nomor 2 April 2021
http://jurnal.yudharta.ac.id/index.php/ims
e-ISSN (online) : 2598-5957
Volume 4 Nomor 2 April 2021
Volume xx Nomor xx Desember 2020
MANAJEMEN PEMBIAYAAN
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
ABSTRACT: Educational institutions are institutions that allow to organize a structured and
traditional learning process. In order to improve the quality of education, educational
institutions must not only meet the standard criteria for providing education, but also
must be supported by adequate administration costs. The management of this
education fund must be based on the principles of fairness, efficiency, transparency,
and accountability. Regarding the implementation of responsible and professional
duties, Allah swt. Affirmed: verily Allah has commanded all of you to give a
mandate to his members.
PENDAHULUAN/INTRODUCTION
Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam
dan masyarakatnya.1 Sedangkan oleh Muhammad Nasir dalam tulisan Idiologi Pendidikan Islam,
pendidikan didefinisikan sebagai suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan dan
kelengkapan kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya.2
Secara terminologi, pendidikan adalah suatu proses perbaikan, dan penyempurnaan kemampuan
dan potensi manusia, juga terkadang pendidikan disebut sebagai ikhtiar manusia untuk membimbing
kepribadian, pemikiran, sikap tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebudayaan.3 Pendidikan
juga disebut sebagai proses transformasi nilai serta pembentukan kepribadian dan bukan sekedar proses
transfer ilmu, sehingga pendidikan lebih dari pada sekedar pengajaran, karena pengajaran lebih
berorientasi pada pembentukan kepribadian yang perhatian dan minatnya bersifat teknis. 4 Karena
sejatinya nilai tersebut merupakan landasan dan sumber terbentuknya budaya bangsa. Perjalanan
1 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), 4.
2 Ibid., 4.
3 Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS
perkembangan budaya tersebut kemudian sebagai upaya manusia untuk mencapai kehidupan sejahtera,
bahagia dan merata bagi seluruh warga.5
Oleh karena itu, budaya tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama.6 Agama sendiri dapat diartikan
sebagai petunjuk Tuhan yang mangandung tata nilai, pedoman, pembimbing, dan pendorong manusia
dalam usaha menempatkan dirinya dalam keseluruhan, keseimbangan, dan keserasian dalam hubungan
hidup manusia baik dengan dirinya sendiri, Tuhan, dan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup lebih
baik.7 Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU RI No. 02 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional BAB II pasal 4, bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah manusia yang
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengakui serta bertakwa kepada-Nya, berbudi pekerti
luhur, serta berpengetahuan dan memiliki keterampilan, sehat jasmani dan rohani.8
Pendidikan Nasional, dalam tujuannya untuk membentuk dan meningkatkan manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartaba.9 Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan agama diberikan kepada seluruh warga Negara dari semua tingkatan (jenjang), jalur sekolah
(negeri maupun swasta).10
Proses kependidikan untuk bisa sampai pada tujuan, diperlukan sebuah institusi atau kelembagaan
pendidikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan keberlangsungan pendidikan secara konsisten dan
berkesinambungan.11 Lembaga pendidikan merupakan suatu institusi, media, forum atau situasi dan
kondisi tertentu yang memungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran secara terstruktur maupun
secara tradisi.12
Di samping adanya institusi pendidikan, ada beberapa kriteria dan standat penedidikan yang harus
dipenuhi dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas kependidikan, maka tidak akan pernah terlepas
dari faktor pembiayaan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Pasal 48 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan
prinsip keadilan, efisiensi, tranparansi, dan akuntabilitas. Di samping itu terkait dengan pelaksanaan
tugas yang bertanggung jawab dan profesional, Allah swt. berfirman:
5 Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 23.
6 Ibid., 23.
7Ibid., 24.
8UU RI No. 02 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II pasal 4.
9 PP. RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, BAB II pasal 4.
10Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, 27.
11 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi
13
.َماانت إِىل أ َْهلِها
ِ اَّلل َيْمرُكم أَ ْن تُؤدُّوا ْاْل
َ ْ ُ ُ َ ََّ إِ َّن
Sesungguhnya Allah memerintah kepada kamu sekalian untuk memberikan amanat kepada
ahlinya.14
METODE/METHOD
jasa pendidikan yang menghasikan keahlian, kketerampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-
nilai yang dimiliki oleh seorang lulusan.
Manajemen pembiayaan merupakan sebuah proses dalam mengoptimalkan, mengalokasikan
sumber dana dan mendistribusikannya sebagai fasilitas pendukung proses pembelajaran sehingga
tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien.18
Manajemen pembiayaan merupakan keputusan secara keseluruhan aktivitas mengenai usaha
dalam memperoleh dan mengalokasikan dana berdasarkan perencanaan, analisis dan pengendalian
sesuai dengan prinsip manajemen yang menuntut agar dalam mengelola dana memperhatikan dan
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas.19
3. Bidang Manajemen Fungsional
Sebuah organisasi merupakan sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan satu
dengan yang lainnya, masing-masing unsur tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri. Manajemen
hubungannya dengan organisasi dapat diartikan sebagai pengelolaan untuk mengerjakan pekerjaan
dalam mancapai tujuan dibutuhkan kerjasama dengan orang tertentu dalam sebuah organisasi. Di
sini kemudian manajemen diartikan kerjasama yang dikelola untuk mencapai tujuan. 20
Oleh karena itu bidang fungsional manajemen yang tidak bisa dipisahkan, namun harus
dibedakan menjadi berikut ini:21 Pertama, Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan unsur
terpenting dari keberhasilan suatu organisasi, oleh karena di dalamnya berisi tata aturan mengenai
karyawan. Karena itu, manajer (pengelola) tidak boleh menganggap karyawan sebagai faktor
biaya, tapi harus melihat dari sisi kemanusiaan. Kedua, manajemen operasi/produksi merupakan
kegiatan yang mengatur mengenai hal penciptaan dan penambahan kegunaan, fungsi, manfaat
(utility) dari barang atau jasa. Ketiga, manajemen pembelanjaan/keuangan diartikan sebagai suatu
kegiatan atau aktivitas untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan serta aktivitas penggunaan
dalam hal mengatur serta mengelola dana tersebut agar efisien dan efektif. Keempat, manajemen
pemasaran. Manajemen pemasaran melakukan 2 fungsi, yaitu merencanakan dan menerapkan
rencana. Dalam melakukan fungsi perencanaan, seorang manajer/pengelola harus menetapakan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, juga cara agar bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai.
4. Tujuan Manajemen Keuangan
Pelaksanaan suatu manajemen harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan manajemen keuangan
pendidikan untuk menggali dana keuangan pendidikan dari sumber-sumber dana pendidikan, dan
dipergunakan secara efektif dan efisien, serta tidak melanggar aturan. Dalam hal ini, tujuan
18 Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah: Teori, Strategi dan Implikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), 73-74.
19 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), 39.
20 AM. Kadarman, Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Prenhallindo, 2001), 10.
21Ibid., 11-15.
22 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), 92.
23 V. Wiratna Sujarweni, Manajemen Keuangan: Teori, Aplikasi dan hasil Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru, t,th), 9.
24 Abu Bakar, Taufani C. Kurniatun, Manajemen Pendidika: Manajemen Keuangan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), 258.
25 Abu Bakar, Taufani C. Kurniatun, Manajemen Pendidikan: Manajemen Keuangan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), 259.
26 Manahan Tampubolon, Perencanaan dan Keuangan Pendidikan, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), 187-188.
27 Berbunyi:”Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekeayaan pendirinya, sebagai
kekayaan awal”.
anggaran dasarnya. Ketiga, harga yang wajar, semua transaksi merupakan konsep dari model ideal,
artinya sampai ditemukan bukti valid maka suatu transaksi dianggap sebagai dokumen dasar
untuk pencatatan transaksi laporan keuangan. Keempat, pencatatan dalam satuan moneter artinya
transaksi apa pun yang berpengaruh pada entitas yayasan harus diterjemahkan dalam satuan
moneter. Kelima, ketepatan waktu, untuk dapat mengatakan suatu informasi tepat waktu atau
terlambat maka dibutuhkan suatu tenggat waktu, maka apabila informasi diberikan setelah tanggal
tenggat, informasi tersebut baru bisa dikatakan terlambat. Keenam, proses penandingan antara
pendapatan dengan biaya. Ketujuh, konservatif atau kehati-hatian.
B. Prinsip dan fungsi pembiayaan pendidikan
1. Prinsip pembiayaan pendidikan
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan pasal 48, yaitu pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.28 Secara garis besar ada lima prinsip dalam
manajemen pembiayaan.
a. Akuntabilitas (accountability), proses manajemen pembiayaan pendidikan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum, dari mana dana diperoleh dan bagaimana
dana dipergunakan untuk kepentingan pendidikan.
b. Transparan (Transparancy), proses manajemen pembiayaan pendidikan harus dilakukan secara
transparan dan dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan. Prinsip ini direalisasikan dengan
bentuk laporan pengelolaan dana kependidikan yang ada.
c. Integritas (Integrity), pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan harus memiliki integritas,
baik dari sistem yang dibangun maupun sumber daya manusia yang menjalankan.
d. Konsistensi (Consistency), pengelolaan dana pendidikan harus dilakukan secara konsisten sesuai
dengan visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan yang telah ditetapkan. Konsistensi ini tetap
memperhatikan dinamika dan perkembangan dunia pendidikan dan permintaan masyarakat
pendidikan.
e. Efektif dan Efisien, pengelolaan dana pendidikan harus dilakukan secara efektif, efisien dn
fokus pada tujuan yang hendak dicapai. Prinsip ini menjadi inkator produktifitas lembaga
pendidikan.29
Menurut Rusdiana ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan
keuangan:
a. Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis.
28 Manahan Tampubolon, Perencanaan dan Keuangan Pendidikan, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), 189.
29 Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah: Teori, Strategi dan Implikasi, 75-76, lihat Manahan Tampubolon,
Perencanaan dan Keuangan Pendidikan, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), 189..
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam waktu tertentu. Dalam menentukan
biaya satuan pendidikan ada dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro.
Pendekatan makro mendasarkan perhitungan keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan
yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro
mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran perkomponen pendidikan yang
digunakan oleh murid.
Menurut Mulyana dengan mengutip pendapat Morphet dalam Jaja Jahari dan Amirulloh
Syarbini ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pengangggaran biaya pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Anggaran belanja harus dapat mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif
sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
b. Mengembangkan sistem perencanaan yang efektif.
c. Memonitor dan menilai lulusan pendidikan secara terus menerus dan berkesenambungan
sebagai bahan perencanaan berikutnya.
2. Pelaksanaan (akunting)
Akunting digunakan untuk menggambarkan hasil kegiatan ekonomi. Pelaksanaan keuangan
sekolah dari sumber-sumber dana dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan, yakni penerimaan
dan pengeluaran. Keduanya ini harus dibukukan sesuai prosedur pengelolaan selaras dengan
dengan ketentuan atau kesepakan bersama.
3. Tahap penilaian atau evaluasi (auditing).
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian barang bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat melaporkan kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan.
Secara sederhana pengawasan terdiri dari memantau (monitoring), menilai dan melaporkan.
Proses evaluasi ini harus dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan manajemen
keuangan berjalan efektif dan efesien serta tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
prosesnya.34
D. Peningkatan mutu pendidikan dengan manajemen pembiayaan pendidikan
1. Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah peningkatan berasal dari kata dasar tingkat
yang berarti tinggi rendah martabat kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dan sebaginya.35
34 Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah: Teori, Strategi dan Implikasi, 77-78.
35 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1198.
Sedangkan pendidikan adalah sebuah usaha yang sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan
proses pengambilan keputusan sehingga gambarannya terdapat banyak komponen yang ikut
berproses di dalamnya.36 Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Menurut
Ki Hajar Dewantara dalam Azyumardi Azra, pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan
alam dan masyarakatnya.37 Sedangkan oleh Muhammad Nasir dalam tulisan Idiologi Pedidikan
Islam, pendidikan didefinisikan sebagai suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju
kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya. 38 Secara terminologi,
pendidikan adalah suatu proses perbaikan, dan penyempurnaan kemampuan dan potensi
manusia, juga terkadang pendidikan disebut sebagai ikhtiar manusia untuk membimbing
kepribadian, pemikiran, sikap tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan.39
Kualitas atau mutu dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan oleh pelanggan.40 Dengan kata lain bahwa mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan
melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.41
Mutu pendidikan pada dasarnya mencakup keseluruhan proses pendidikan, yaitu input,
proses dan output pendidikan. Untuk mengahsilkan input, proses dan output pendidikan yang
bermutu harus dilakukan dengan manajemen yang baik dan benar sehingga berdampak kepada
efisiensi pelaksanaan program, dan peningatan kualitas dan mutu pendidikan. 42
Jadi, kualitas pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam
memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan
harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.
Menurut Zamroni, peningkatan mutu pendidikan adalah suatu proses yang sistematis yang
terus menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan belajar dengan tujuan agar target pendidikan
dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.43
36 Manahan Tampubolon, Perencanaan dan Keuangan Pendidikan, (Jakarta: MItra Wacana Media, 2015), 11.
37 Azyurmadi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002), 4.
38 Azyurmadi Azra, Pendidikan Islam:…., 4.
39 Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKIS
Jadi peningkatan mutu pendidikan adalah kamajuan yang dihasilkan dalam proses pendidikan
sehingga menghasilkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan
masyarakat pendidikan sebagaimana yang telah ditargetkan.
Layaknya sebagai organisasi, maka pendidikan memerlukan adanya sebuah manajemen agar
bisa mencapai tujuannya serta meningkatkan pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk itu
diperlukan adanya perencanaan yang harmonis dan terarah. Manajemen pendidikan merupakan
hal vital dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat mencapai tujuan, meningkatnya
kualitas, efektifitas, dan efisiensi pendidikan. Maka dari itu untuk memicu hasil (out put) yang
berkualitas, maka manajemen pendidikan harus tertata dengan baik.44
Kemudian, pada dasarnya pengertian kualitas dalam istilah lain yaitu mutu adalah beragam
sesuai dengan siapa yang mendefinisikan, para pakar pun memiliki perbedaan dalam memberikan
gambaran tentang mutu. Salah satu pakar tersebut adalah Philip Crosby yang terkenal dengan dua
idenya mengenai mutu. Pertama, bahwa mutu adalah gratis, artinya pemborosan dan
ketidakefisienan pada sistem dapat dihemat dan dibayar oleh program peningkatan mutu. Kedua,
bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan seluruh hal yang tidak mencerminkan mutu dapat
dihapus seluruhnya jika lembaga memiliki keinginan kuat untuk menghilangkannya.45
Oleh karena itu, mutu dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan oleh pelanggan.46 Dengan kata lain bahwa mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan
melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.47
Ketika berusaha untuk mendefinisikan serta memahami makna mutu dalam pendidikan,
maka terlebih dulu mengetahui bagian yang terpenting dari pendidikan yaitu produk serta
pelanggan pendidikan itu sendiri. Produk dari pendidikan adalah pelajar atau peserta didik. 48
Peserta didik yang dihasilkan melalui proses pendidikan adalah para lulusan yang memiliki
kemampuan melaksanakan perannya untuk masa yang akan datang. 49
Sebenarnya di dalam konteks pendidikan, bahwa pengertian kualitas atau mutu mengacu
pada proses pendidikan dan hasil dari pada pendidikan itu sendiri. Lalu selanjutnya dari konteks
proses pendidikan inilah yang akan melibatkan beberapa aspek, di antaranya bahan ajar,
metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi serta sumber daya lainnya yang mendukung
penciptaan suasana pendidikan yang kondusif.
44 Ibid., 12-14.
45 D. Deni Koswara, Cepi Triatna, Manajemen Pendidikan: Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, 2015, 294.
46Ibid, 295.
47 Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2011), 56.
48 Ibid., 61.
49 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 78.
Lalu ketika membahas kualitas dilihat dari sisi hasil pendidikan, maka akan mengacu pada
hasil atau prestasi yang dicapai pada kurun waktu tertentu. Hasil pendidikan dapat berupa hasil
test kemampuan akademis, misalnya ujian akhir sekolah, ujian nasional dan dapat pula hasil
pendidikan atau prestasi bidang lainnya seperti olahraga, seni atau keterampilan.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berkualitas yaitu pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti
bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan
sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif.50
2. Manajemen Pembiayaan Pendidikan untuk Peningkatan Mutu
Manajemen biaya pendidikan sebagai sejumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk
berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan
kemampuan profesional guru, pengadaan sarana prasana pendidikan, pengadaan alat-alat
pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, dan hal lain yang berkaitan dengan
kependidikan. Secara teoritis konsep biaya pendidikan sama dengan di bidang lain, yaitu lembaga
pendidikan dipandang sebagai produsen jasa pendidikan yang menghasilkan keahlian,
keterampilan, ilmu pengetahuan, karakter dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang lulusan.
Manajemen pembiayaan merupakan sebuah proses dalam mengoptimalkan, mengalokasikan
sumber dana dan mendistribusikannya sebagai fasilitas pendukung proses pembelajaran sehingga
tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien.51
Manajemen pembiayaan menjadi niscaya untuk melahirkan pendidikan yang berkualitas dan
bermutu, yaitu pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalah yang akan
dihadapi sekarang dan masa yang akan datang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan
melalui proses pendidikan yang efektif, kondusif dan efisien.
KESIMPULAN/CONCLUSION
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen pembiayaan merupakan sebuah proses dalam mengoptimalkan, mengalokasikan sumber
dana dan mendistribusikannya sebagai fasilitas pendukung proses pembelajaran sehingga tercipta
proses pembelajaran yang efektif, kondusif dan efisien. Manajemen pembiayaan merupakan
keputusan secara keseluruhan aktivitas mengenai usaha dalam memperoleh dan mengalokasikan
dana berdasarkan perencanaan, analisis dan pengendalian sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.
50 Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, (MPA No. 142, 1998), 39.
51 Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah: Teori, Strategi dan Implikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), 73-74.
2. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam manajemen pembiayaan pendidikan, yaitu:
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Sehingga dengan memperhatikan beberapa
prinsip itu dana pendidikan bisa berdaya guna.
3. Manajemen pembiayaan pendidikan setidaknya mempunyai tiga ruang lingkup, yaitu perencanaan
keuangan (budgeting), pelaksanaan (akunting), dan tahap penilaian atau evaluasi (auditing). Tiga unsur
ruang lingkup ini menjadi penting untuk mengantarkan dana pendidikan supaya berdaya guna.
4. Peningkatan mutu pendidikan adalah kamajuan yang dihasilkan dalam proses pendidikan sehingga
menghasilkan kualitas dan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan
masyarakat pendidikan sebagaimana yang telah ditargetkan.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES
Al-Qur’an al-Karim
Agusta, Rizki, “Sentralisasi & Desentralisasi”. http://accounting-
media.blogspot.co.id/2013/06/sentralisasi-desentralisasi.html, 19-05-2018, 20.03 WIB
Arifin, M. Ilmu pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2002.
Bakar, Abu, Taufani C. Kurniatun. Manajemen Pendidikan: Manajemen Keuangan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2015.
Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mahkota, 1989.
Chafidz, Abdul. Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya. MPA No. 142, 1998.
Feisal, Jusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Jahari, Jaja dan Amirulloh Syarbini. Manajemen Madrasah: Teori, Strategi dan Implikasi. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Kadarman, AM., Jusuf Udaya. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Prenhallindo, 2001.
Koswara, D. Deni, Cepi Triatna. Manajemen Pendidikan: Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan,
2015.
Lincoln dan Guba. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Pulisners, 1981.
Machali, Imam dan Ara Hidayat, The Hand Book of Education Management; Teori dan Praktek
Pengelolaan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.
Mahmud. Model Model Kegiatan di Pesantren. Tangerang: Media Nusantara, 2006.
Mujib, Abdul, et.al. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008.
Najmudin. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern, Yogyakarta: Andi Offset, 2011.
Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009.
Rusdiana. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD, 2011.
Sujarweni, V. Wiratna. Manajemen Keuangan: Teori, Aplikasi dan hasil Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Baru, t,th.
Tampubolon, Manahan. Perencanaan dan Keuangan Pendidikan. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.
Terry, George R., Leslie W. Rue. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Ula. S. Shoimatul. Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif, Yogyakarta: Berlian, 2013.
Wiagustini, Ni Luh Putu. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Bali: Udayana University Press, 2010.
Zamroni. Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta: PSAP Muhamadiyah, 2007.