Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam

dalam Pembelajaran Mata PelajaranUmum


di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung
Kabupaten Polewali Mandar
Mardia
(IAI DDI Polewali Mandar)
e-mail: mardia@ddipolman.ac.id

Abstrak: Pokok masalah dari penelitian ini adalah penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam
pembelajaran mata pelajaran umum di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung
Kabupaten Polewali Mandar. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Sumber data yakni kepala sekolah, guru-guru, staf, dan peserta didik MTsN
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaksi (interactive analysis models) Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proses penerapan nilai-nilai dalam pembelajaran mata pelajaran umum dilaksanakan melalui
mengintegrasikan dan mengaitkan nilai-nilai Islam, mengadopsi pendekatan pembelajaran agama
dalam pembelajaran mata pelajaran umum, dan membudayakan pelaksanaan kegiatan ciri khas
agama Islam.

Kata kunci: nilai, ajaran Islam, mata pelajaran umum

Abstract : The principal problem of this research is the application of the values of Islam in
teaching general subjects at MTs Negeri (MTsN) Tinambung Polewali Mandar. This type of
research is qualitative research with phenomenological approach. The data sources are principal,
teachers, staff, and students MTsN Tinambung Polewali Mandar. Analysis of the data in this
study used interactive analysis models from Miles & Huberman. The results showed that the
application of the values in teaching general subjects is implemented through integrating and
linking the values of Islam, adopting a religion learning approach in teaching general subjects,
and cultivating the implementation of activities which is based on Islamic characteristic.

Keywords: values, the teachings of Islam, general subjects

Era reformasi telah membawa mendapatkan ilmu, tentu harus melalui proses
perubahan-perubahan yang mendasar dalam pendidikan yang panjang sehingga tujuan yang
berbagai kehidupan termasuk pada sektor dicita-citakan dapat terwujud.
pendidikan dengan maksud agar kualitas Sumber Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
Daya Manusia (SDM) yang dimiliki mampu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bersaing secara global. Agenda pembangunan memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan
sektor pendidikan selalu ada, dan berkembang nasional serta strategi pembangunan pendidikan
sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat nasional untuk mewujudkan pendidikan yang
suatu bangsa. Islam memberikan tempat istimewa bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat
bagi orang yang beriman dan berilmu dan berdaya saing dalam kehidupan global.
pengetahuan. Sebagaimana firman Allah Q.S. al Dalam Undang-Undang tersebut dikatakan:
Mujadalah/58:11. Terjemahnya “Allah akan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman kemampuan dan membentuk watak serta
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu peradaban bangsa yang bermartabat dalam
beberapa derajat, dan Allah maha teliti apa yang rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
kamu kerjakan.” Berdasar penjelasan ayat di atas bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
dapat disimpulkan bahwa, orang yang beriman didik agar menjadi manusia yang beriman dan
dan berilmu mendapat rahmat dari Allah SWT., bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dengan derajat yang ditinggikan. Untuk berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

Mardia, Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Umum...|59
mandiri, dan menjadi warga negara yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan
demokratis serta bertanggung jawab (Arifin, akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
2003). pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar
Madrasah Tsanawiyah sebagai salah satu yang bersifat nasional dan global; dan (7)
lembaga pendidikan menengah tingkat pertama mendorong peran serta masyarakat dalam
yang disebutkan dalam Undang-Undang RI penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
Pendidikan Nasional Pasal 17 ayat 2: Pendidikan Republik Indonesia (Wayan, 2012).
dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang yang artinya berguna, mampu akan, berdaya,
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau yang dipandang baik, bermanfaat dan paling
bentuk lain yang sederajat , perlu peningkatan benar menurut keyakinan seseorang atau
mutu pendidikannya sesuai dengan sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal
perkembangan zaman. Hal ini diharapkan yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan,
Madrasah Tsanawiyah menjadi satu kekuatan dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat
yang dapat memberikan kontribusi untuk orang yang menghayatinya menjadi bermartabat
pembentukan kultur yang berdasarkan pada nilai- (Adisusilo, 2012). Nilai tidak selalu sama bagi
nilai agama hingga madrasah merupakan milik seluruh warga masyarakat, karena dalam suatu
bangsa Indonesia dan telah ikut serta masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok
mencerdaskan kehidupan bangsa. yang berbeda secara sosio-ekonomis, politik,
Visi dan misi madrasah harus senantiasa agama, etnis, budaya, dan masing-masing
mengacu pada visi pendidikan nasional yang kelompok sering memiliki sistem nilai yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 berbeda-beda.
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Steeman dalam Adisusilo (2012)
yaitu mewujudkan sistem pendidikan sebagai menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberi makna pada hidup, yang memberi
memberdayakan semua warga negara Indonesia acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah
agar berkembang menjadi manusia yang sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat
berkualitas sehingga mampu dan proaktif mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang.
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu
Visi tersebut dijabarkan dalam bentuk misi. menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga
Misi Pendidikan Nasional tersebut ada hubungan yang amat erat antara nilai dan
adalah: (1) mengupayakan perluasan dan etika.
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan Nilai tidak selalu sama bagi seluruh
yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) warga masyarakat, karena dalam suatu
meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki masyarakat sering terdapat kelompok-kelompok
daya saing di tingkat nasional, regional, dan yang berbeda secara sosio-ekonomis, politik,
internasional; (3) meningkatkan relevansi agama, etnis, budaya, dan masing-masing
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan kelompok sering memiliki sistem nilai yang
tantangan global; (4) membantu dan berbeda-beda.
memfasilitasi pengembangan potensi anak Dalam pandangan Islam, nilai terbagi
bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah
hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat swt. yang disebut dengan nilai ilahiah, dan nilai
belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan yang tumbuh dan berkembang dari peradaban
kualitas proses pendidikan untuk manusia sendiri yang disebut dengan nilai
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang insaniah. Kedua nilai tersebut selanjutnya

60| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah anggota masyarakat. Pendidikan dusturiyah, yang
kehidupan yang dianut dan melembaga pada berhubungan dengan undang-undang negara yang
masyarakat yang mendukungnya. Sebagai hamba mengatur hubungan antara rakyat dengan
dan khalifah Allah, manusia mempunyai pemerintah atau negara, yang bertujuan untuk
kewajiban untuk memahami, menghayati, stabilitas bangsa dan negara. Pendidikan
mengamalkan, dan melestarikan nilai yang duwaliyah, yang berhubungan dengan tata
diyakini. Upaya itu harus ditopang oleh dua negara, seperti tata negara Islam, wilayah
komitmen terhadap hubungan vertikal (habl min perdamaian dan wilayah perang, dan hubungan
Allah) dan komitmen terhadap hubungan muslim satu negara dengan muslim di negara
horizontal (habl min al-nas dan habl min al- lain, yang bertujuan untuk perdamaian dunia.
alam) (Mujib dan Mudzakkir, 2012). Pendidikan iqtishadiyah, yang berhubungan
Lebih lanjut, Mujib dan Mudzakkir dengan perekonomian individu dan negara,
(2012) mengungkapkan bahwa nilai-nilai hubungan yang miskin dan yang kaya, yang
normatif dalam ajaran Islam termuat dalam al- bertujuan untuk keseimbangan atau pemerataan
Qur’an yang menjadi acuan dalam pendidikan pendapatan
Islam. Nilai tersebut terdiri atas tiga pilar utama, Nilai-nilai ajaran Islam mengajarkan
yaitu: (1) i’tiqadiyyah, yang berkaitan dengan kepada setiap umatnya agar bersikap seimbang,
pendidikan keimanan, seperti percaya kepada yakni memerhatikan kebutuhan hidup di dunia
Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan dan akhirat, jasmani dan rohani, spiritual dan
takdir, yang bertujuan untuk menata kepercayaan material, bersikap demokratis, toleransi
individu, (2) khuluqiyyah, yang berkaitan dengan (tasamuh), manusiawi (memperlakukan manusia
pendidikan etika, yang bertujuan untuk sesuai dengan batas-batas kesanggupannya),
membersihkan diri dari perilaku rendah dan egaliter (kesederajatan umat manusia di hadapan
menghiasi diri dengan perilaku terpuji, dan Tuhannya), jujur, adil, solider, berorientasi pada
(3)amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan mutu yang unggul, terbuka dan menerima
tingkah laku sehari-hari, baik yang berhubungan pendapat dari manapun secara selektif (sesuai al-
dengan: pendidikan ibadah dan pendidikan Qur’an dan as-Sunnah), menghargai waktu, kerja
muamalah. Pendidikan muamalah setidaknya keras, produktif dan positif, bekerja dengan
memuat tujuh komponen yaitu pendidikan perencanaan dan berdasarkan pada hasil
syakhshiyah, madaniyah, jana’iyah, murafa’at, penelitian, modern, inovatif, kreatif, menerima
dusturiyah, duwaliyah, iqtishadiyah. perubahan, mengutamakan persaudaraan dan
Pendidikan syakhshiyah, seperti perilaku persahabatan dengan manusia, rasional, (dapat
individu seperti masalah perkawinan, hubungan diterima oleh akal pikiran), sesuai dengan
suami istri dan keluarga serta kerabat dekat, yang keadaan waktu dan tempat (shalihun li kulli
bertujuan untuk membentuk keluarga sakinah zaman wa makan), amanah dan bertanggung
daan sejahtera. Pendidikan madaniyah, yang jawab atas segala perbuatannya (Nata, 2010).
berhubungan dengan perdagangan seperti upah, Nata (dalam Syafaat dkk., 2008)
gadai, kongsi, dan sebagainya, yang bertujuan mengungkapkan bahwa aspek kandungan materi
untuk mengelola harta benda atau hak-hak nilai-nilai ajaran Islam dalam pendidikan Islam,
individu. Pendidikan jana’iyah, yang secara garis besar mencakup aspek akidah,
berhubungan dengan pidana atas pelanggaran ibadah, dan akhlak. Aspek-aspek tersebut yaitu
yang dilakukan, yang bertujuan untuk sebagai berikut.
memelihara kelangsungan kehidupan manusia, Pertama, akidah. Akidah dalam syariat
baik berkaitan dengan harta, kehormatan, Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang
maupun hak-hak individu lainnya. Pendidikan Allah, Tuhan yang wajib disembah, ucapan
murafa’at, yang berhubungan dengan acara, dengan lisan dalam bentuk dua kalimat sahadat,
seperti peradilan, saksi maupun sumpah, yang yaitu menyatakan bahwa tiada Tuhan selain
bertujuan untuk menegakkan keadilan di antara Allah dan bahwa Nabi Muhammad sebagai

Mardia, Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Umum...|61
utusan-Nya. Akidah demikian itu mengandung sistematis dalam kurikulum dengan silabusnya
arti bahwa dari orang yang beriman tidak ada sebagai penjabaran isi ajaran pokok Islam.
dalam hati atau ucapan di mulut dan perbuatan, Pembidangan ajaran pokok Islam tidak terlepas
melainkan secara keseluruhan menggambarkan dari ilmu pengetahuan, karena ilmu menyatu
iman kepada Allah. Yakni tidak ada niat, ucapan, dengan ajaran agama. Penyatuan ilmu
dan perbuatan yang dikemukakan oleh orang pengetahuan dengan agama akan membentuk
yang beriman kecuali yang sejalan dengan kepribadian sebagai pengabdi Allah yang paling
kehendak dan perintah Allah serta atas dasar taqwa.
kepatuhan kepada-Nya. Akidah sebagai bagian Terkait dengan mata pelajaran umum,
dari nilai-nilai ajaran Islam harus berpengaruh ke Hamalik (2010) menjelaskan bahwa
dalam segala aktivitas yang dilakukan peserta pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
didik, sehingga aktivitas tersebut bernilai ibadah. tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
Dengan demikian, akidah Islam bukan sekedar material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam pembelajaran.
bertingkah laku serta berbuat, yang pada akhirnya Sagala (2011) menjelaskan pembelajaran
menimbulkan amal saleh (Syafaat dkk., 2008). adalah proses belajar yang dibangun oleh guru
Kedua, ibadah. Ibadah dibedakan untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang
menjadi dua bagian, yaitu ibadah umum dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
khusus. Ibadah umum adalah segala sesuatu yang serta dapat meningkatkan kemampuan
diizinkan Allah, sedangkan ibadah khusus adalah mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
lengkap dengan segala rinciannya, tingkat, dan materi pelajaran. Oleh karena itu, guru harus
cara-caranya yang tertentu. Ibadah merupakan memahami hakekat materi pelajaran yang
sifat, jiwa, dan misi ajaran Islam yang sejalan diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat
dengan tugas penciptaan manusia, yaitu sebagai merangsang kemampuan peserta didik untuk
makhluk yang diperintahkan agar beribadah belajar dengan perencanaan pengajaran yang
kepada Allah. Sementara itu, ketenangan jiwa, matang. Pembelajaran diarahkan untuk
rendah hati, menyandang diri kepada amal saleh membangun kemampuan berpikir dan
merupakan indikasi kedamaian dan keamanan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana
bagi semua hamba yang melaksanakan ibadah pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi
kepada-Nya. dikonstruksi dalam diri individu peserta didik.
Ketiga, akhlak. Akhlak adalah suatu daya Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara
yang telah bersemi dalam jiwa seseorang hingga diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi
dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan dibentuk dan dikonstruksi oleh individu itu
mudah tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Baik sendiri, sehingga peserta didik mampu
buruknya akhlak peserta didik menjadi salah satu meningkatkan intelektualnya.
syarat sempurna atau tidaknya keimanan peserta Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19
didik. Akhlak yang baik menekankan satunya Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
ucapan dan perbuatan sesuai dengan nilai-nilai mengatakan bahwa proses pembelajaran pada
ajaran Islam. satuan pendidikan diselenggarakan secara
Ahmadi dan Uhbiyati (2007) meyatakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
isi pokok dari nilai-nilai ajaran Islam dapat memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
disimpulkan menjadi tiga, yaitu: ajaran tentang aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
keimanan/aqidah, ajaran tentang prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
keislaman/syari’at, dan ajaran tentang keihsanan. dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
Ketiga ajaran pokok tersebut oleh lembaga serta psikologis peserta didik.
pendidikan direncanakan dengan teratur,

62| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
Prinsip interaktif mengandung makna itu, menyapa peserta didik dengan ramah sebagai
bahwa mengajar bukan hanya sekedar bentuk memberi perhatian.
menyampaikan pengetahuan dari pendidik ke Proses pembelajaran haruslah membuat
peserta didik; akan tetapi mengajar dianggap peserta didik tertantang untuk mengembangkan
sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat kemampuan berpikir, kemampuan keterampilan
merangsang peserta didik untuk belajar. Dengan aplikatif dan keterampilan bersosial. Kemampuan
demikian, proses pembelajaran adalah proses tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara
interaksi baik antara pendidik dan peserta didik, mengembangkan rasa ingin tahu dengan kegiatan
maupun peserta didik dengan lingkungannya. mencoba-coba, berpikir secara intuitif dan
Dengan cara tersebut dimungkinkan kemampuan analitis. Peserta didik perlu dilatih untuk belajar
peserta didik akan berkembang baik secara berpikir (learning how to learn) dan belajar
mental-spiritual, intelektual, emosional, sosial, melakukan sesuatu (learning how to do).
dan fisik. Informasi dari pendidik seharusnya hanya
Proses pembelajaran dikatakan inspiratif merupakan informasi awal yang harus
jika proses pembelajaran memungkinkan peserta dikembangkan sendiri oleh peserta didik.
didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Informasi dari pendidik bukan untuk “ditelan”
Dalam proses pembelajaran pendidik harus tetapi untuk “dikunyah” sehingga informasi
membuka berbagai peluang, agar peserta didik menjadi bagian diri dari peserta didik bukan
dapat melakukan sesuatu yang terkait dengaan sekedar sesuatu yang ditempelkannya.
materi pembelajaran. Peserta didik dimotivasi Motivasi adalah daya dorong yang
untuk mengembangkan inspirasinya sendiri, memungkinkan peserta didik untuk bertindak
sehingga pengetahuan, keterampilan dan atau melakukan sesuatu. Motivasi ini hanya
pengalamannya dapat dikembangkan sendiri muncul manakala peserta didik merasa
lebih bermakna dan kontekstual. membutuhkan. Terkait dengan proses
Proses pembelajaran memungkinkan pembelajaran, pendidik amat berperan dalam
seluruh potensi peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik,
dikembangkan. Hal ini hanya mungkin terjadi dengan jalan menunjukkan pentingnya
jika proses pembelajaran di sekolah tidak pengalaman dan materi pembelajaran bagi
menegangkan, tidak menakutkan, tetapi kehidupan peserta didik di kemudian hari.
menyenangkan, mengembirakan bagi peserta Motivasi belajar yang utama adalah kebutuhan
didik. Proses pembelajaran yang menyenangkan untuk dapat hidup di kemudian hari dengan baik,
atau bermakna bisa dilakukan pendidik dengan bukan untuk mencari gelar atau ijazah.
cara: pertama, dengan menata ruangan yang apik Hamalik (2009) menjabarkan 3 ciri khas
dan menarik, yaitu memenuhi unsur kesehatan, yang terkandung dalam sistem pembelajaran.
seperti ventilasi, cahaya, dan lain-lain dan Pertama, rencana. Rencana ialah penataan
memenuhi unsur keindahan seperti kebersihan, ketenangan, material, dan prosedur yang
cat tembok yang segar, lukisan yang cocok, dan merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran,
lain-lain. Kedua, pengelolaan pembelajaran yang dalam suatu rencana khusus. Kedua,
hidup dan bervariasi, yaitu dengan menggunakan kesalingtergantungan (interdependence), antara
model pembelajaran, media pembelajaran, dan unsur-unsur sistem pem-belajaran yang serasi
sumber belajar yang relevan serta kontekstual. dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
Namun, yang paling mudah untuk dapat esensial, dan masing-masing memberikan
menciptakan suasana pembelajaran yang sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
menyenangkan adalah sikap pendidik sendiri, Ketiga, tujuan.sistem pembelajaran mempunyai
masuklah ruang kelas/kuliah dengan senyum tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini
sabab senyum dapat membuat suasana terasa menjadi dasar perbedaan antara sistem yang
damai tidak menakutkan; menerima peserta didik dibuat oleh manusia dan sistem yang alami
apa adanya tidak perlu mulai menuntut ini dan (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia

Mardia, Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Umum...|63
seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, Mata pelajaran umum sebanyak 11 mata
sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. pelajaran dari 15 pelajaran (73,3 %) dan mata
Sistem alami (natural) seperti: sistem ekologi, pelajaran agama sebanyak 4 mata pelajaran dari
sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur 15 pelajaran (26,7 %). Begitupun komposisi jam
yang saling ketergantungan satu sama lain, pelajaran, mata pelajaran umum sebanyak 32 jam
disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi dari 40 jam perminggu (80 %) dan mata pelajaran
tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan utama agama sebanyak 8 jam dari 40 jam perminggu
sistem pembelajaran agar siswa belajar. (20 %). Hal ini tidak jauh berbeda dengan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 kebijakan mantan Menteri Agama H. A. Mufti
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat Ali.
(1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus, pada pada periode H. A. Mufti Ali Menteri Agama
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri periode tahun 1973 – 1978 menawarkan konsep
atas: alternatif pengembangan madrasah melalui
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak kebijakan SKB (Surat Keputusan Bersama) 3
mulia Menteri, yang berusaha menyejajarkan kualitas
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan madrasah dan non madrasah, dengan porsi
dan kepribadian kurikulum 70 % umum dan 30 % agama
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan (wikipedia.com). Dilihat dari isu sentralnya,
dan Teknologi Menteri Mufti Ali ingin mendobrak pemahaman
4. Kelompok mata pelajaran estetika masyarakat yang bernada sumbang terhadap
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, eksistensi madrasah, dimana ia selalu didudukkan
dan kesehatan. pada posisi marginal, karena ia hanya berkutat
Berdasarkan pembagian kelompok mata pada kajian masalah keagamaan Islam dan
pelajaran di atas, satu kelompok adalah kelompok miskin pengetahuan umum, sehingga outputnya
mata pelajaran agama dan empat kelompok yang kurang diperhitungkan oleh masyarakat
lain adalah adalah kelompok mata pelajaran (Muhaimin, 2009).
umum. Kelompok mata pelajaran agama di Perbandingan alokasi waktu di atas,
madrasah yaitu: sekaligus pula menggambarkan perbandingan
1. Aqidah akhlak, 2 jam pelajaran. antara jumlah guru yang berlatar belakang
2. Qur’an Hadis, 2 jam pelajaran. pendidikan keguruan umum dengan guru yang
3. Fiqhi, 2 jam pelajaran. berlatar belakang pendidikan keguruan agama
4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), 2 jam Islam dalam pengelolaan pendidikan dan
pelajaran. pembelajaran. Dengan demikian, nampak bahwa
Adapun kelompok mata pelajaran umum di guru mata pelajaran umum yang berlatar
madrasah terdiri dari: belakang pendidikan keguruan umum harus
1. Bahasa Arab, 2 jam pelajaran. memberikan fungsi dan peranan yang besar
2. Bahasa Indonesia, 4 jam pelajaran. dalam mewujudkan tujuan institusional Madrasah
3. Bahasa Inggris, 4 jam pelajaran. Tsanawiyah sebagai sekolah menengah tingkat
4. IPA Terpadu, 4 jam pelajaran. pertama yang berciri khas agama Islam.
5. Matematika, 4 jam pelajaran. Mengkaji tentang penerapan nilai-nilai
6. PKn, 2 jam pelajaran. ajaran Islam dalam pembelajaran mata pelajaran
7. IPS Terpadu, 4 jam pelajaran. umum dalam rangka menanamkan sikap
8. Olahraga, 2 jam pelajaran. beragama siswa Madrasah Tsanawiyah yang
9. Kesenian, 2 jam pelajaran. telah berubah status menjadi sekolah umum
10. Muatan Lokal, 2 jam pelajaran. merupakan suatu kegiatan yang sangat strategis,
11. Pengembangan Diri, 2 jam pelajaran karena dimaksud dalam rangka mengukur dan
mengevaluasi atau menilai sejauhmana

64| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
penerapan nilai-nilai ajaran Islam dalam umum di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
pembelajaran mata pelajaran umum tersebut Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, (2)
efektif untuk melaksanakan visi dan misi mendeskripsikan faktor pendukung dan
pendidikan nasional sekaligus mewujudkan visi penghambat guru mata pelajaran umum dalam
dan misi madrasah itu sendiri. menerapkan nilai-nilai ajaran Islam di Madrasah
Berdasarkan kenyataan yang ada di Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung
lapangan, khususnya di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Polewali Mandar, (3)
Negeri (MTsN) Tinambung Kabupaten Polewali mendeskripsikan hasil proses penerapan nilai-
Mandar, dalam konteks pelaksanaan kurikulum nilai ajaran Islam dalam pembelajaran mata
Madrasah Tsanawiyah sebagai sekolah umum, pelajaran umum di Madrasah Tsanawiyah Negeri
secara konsepsional tugas dan tanggung jawab (MTsN) Tinambung Kabupaten Polewali
atau peran yang harus dilakukan guru mata Mandar.
pelajaran umum sangat besar. Persoalannya
persiapan dan pelaksanaan. Untuk menjawab METODE
persoalan tadi, penulis merasa tertarik untuk Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang
mengadakan suatu penelitian mengenai difokuskan menganalisis penerapan nilai-nilai
“Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam dalam ajaran Islam dalam proses pembelajaran mata
Pembelajaran Mata Pelajaran Umum di MTs pelajaran umum di MTsN Tinambung Kabupaten
Negeri Tinambung Kabupaten Polewali Mandar” Polewali Mandar. Terkait dengan jenis penelitian
dengan fokus utama lebih menyoroti pada proses tersebut, maka pendekatan penelitian bertumpu
penerapan nilai-nilai ajaran Islam yaitu berupa pada pendekatan fenomenologis. Pendekatan
nilai-nilai i’tiqadiyyah yang berkaitan dengan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendidikan keimanan, khuluqiyyah yang pendekatan multi dsipliner, yaikni pendekatan
berkaitan dengan pendidikan etika, dan teologis normatif, pendekatan pedagogis,
amaliyyah yang berkaitan dengan pendidikan pendekatan psikologis, dan pendekatan historis.
tingkah laku sehari-hari dalam pembelajaran Sumber data yakni kepala sekolah, guru-guru,
mata pelajaran umum. staf, dan peserta didik Madrasah Tsanawiyah
Pokok masalah dari penelitian ini adalah Negeri (MTsN) Tinambung Kabupaten Polewali
bagaimana penerapan nilai-nilai ajaran Islam Mandar.
dalam pembelajaran mata pelajaran umum di Teknik pengolahan dan analisis data yang
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Tujuan analisis data dengan model interaksi (interactive
dari penelitian ini yaitu untuk: (1) analysis models) Miles & Huberman. Langkah-
mendeskripsikan proses penerapan nilai-nilai langkah dalam interaksi dapat dilihat pada
ajaran Islam dalam pembelajaran mata pelajaran Gambar 1 berikut.

Data Display
Conclusions:
Data collection drawing/verifying

Data reduction

Gambar 1 Komponen-Komponen Data Model Interaksi

HASIL DAN PEMBAHASAN melaksanakan berbagai peranan yang bersifat


Keberhasilan guru melaksanakan peran khusus dalam situasi pembelajaran baik di ruang
dan tugasnya dalam bidang pendidikan, sebagian kelas maupun di luar kelas. Usaha guru yang
besar terletak pada kemampuannya paling akurat dan hampir merata dilakukan oleh

Mardia, Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Umum...|65
guru mata pelajaran umum di Madrasah dan budaya bangsa sebagai pengalaman dari
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung makna esensial yang terkandung dalam mata
Kabupaten Polewali Mandar dalam proses pelajaran yang disampaikan.
penerapan nilai-nilai ajaran Islam adalah dengan 4. Pendekatan rasional, guru dalam proses
mengintegrasikan dan mengaitkan nilai-nilai pembelajaran juga harus memberikan
yang terkandung dalam mata pelajaran bidang peranan kepada rasio peserta didik dalam
kajian dengan nilai-nilai ajaran Islam memahami dan membedakan berbagai materi
Kedua, ada perkara yang menarik dari dan standar materi serta kaitannya dengan
proses penerapan nuilai-nilai ajaran Islam melalui perilaku yang baik dan perilaku yang buruk.
metode pendekatan agama di Madrasah Pendekatan ini dapat berbentuk proses
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung berpikir induktif yang dimulai dengan
Kabupaten Polewali Mandar. Beberapa guru memperkenalkan fakta-fakta, konsep,
yang mengajarkan pelajaran umum juga merasa informasi, atau contoh-contoh dan kemudian
ikut bertanggung jawab sekiranya ada peserta ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang
didik yang melakukan kesalahan/perbuatan yang bersifat menyeluruh (umum) atau proses
mendatangkan dosa yang ada relevansinya berfikir deduktif yang dimulai dari
dengan subtansi dan esensi dari mata pelajaran kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan
yang dipertanggungjawabkannya. secara rinci bagaimana manfaat yang
Ketiga, mengadopsi pendekatan ditimbulkannya yang disertai dengan contoh-
pembelajaran agama dalam pembelajaran mata contoh nyata.
pelajaran umum. Berdasarkan keterangan 5. Pendekatan emosional, maksudnya dengan
beberapa narasumber, pendekatan yang dimaksud melalui mata pelajaran umum peserta didik
adalah sebagai berikut. dapat digugah perasaannya (emosinya) agar
1. Pendekatan keimanan, maksudnya penyajian dapat melakukan penghayatan lebih dalam
materi pelajaran apapun hendaknya terhadap perilaku yang islami, perilaku yang
membuka ruang bagi siswa untuk sesuai dengan ajaran Islam dan budaya
memperoleh pengalaman ruhaniah dan bangsa.
memberikan peluang untuk mengembangkan 6. Pendekatan fungsional, dalam menyajikan
pemahaman adanya kekuatan dan kekuasaan materi bahan ajarnya guru tidak hanya
di luar kemampuan manusia dan alam sekedar diharapkan menguasai bahan ajarnya
semesta, sehingga tanpa disadari mereka secara baik saja akan tetapi guru juga
akan makin membesarkan keagungan Allah diharapkan dapat menyajikan materi dari segi
swt., dan menjadikan keimanannya sebagai manfaatnya bagi peserta didik terutama yang
kontrol sosial dan kontrol pribadi dalam berhubungan dengan manfaat bagi
kehidupan sehari-hari. kehidupannya sehari-hari.
2. Pendekatan pengalaman, yaitu dengan mata 7. Pendekatan keteladanan, guru tidak hanya
pelajaran yang disampaikan, guru diharapkan dapat mengajar dengan baik,
memberikan kesempatan kepada peserta memberikan pesan-pesan moral yang berarti
didik untuk mempraktekkan dan merasakan dan menerapkan berbagai pendekatan dalam
hasil-hasil pengalaman keyakinan/akidah dan pembelajarannya, tetapi setiap guru di
ibadah serta akhlaknya dalam menghadapi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
tugas dan masalah dalam kehidupan sehari- Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
hari. ditekankan agar dapat menampilkan diri
3. Pendekatan pembiasaan, guru mata pelajaran sebagai figur yang dapat ditiru, maksudnya
umum seyogyanya juga mengarahkan dan dapat dipercaya dan dapat dicontohi. Hal ini
memberikan kesempatan kepada peserta akan dapat diwujudkan manakala setiap guru
didik untuk membiasakan sikap dan perilaku memuliakan kebijakan-kebijakan dari
yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam

66| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017
perbuatan dirinya sendiri sebelum dianjurkan stakeholder Madrasah Tsanawiyah Negeri
kepada peserta didiknya. (MTsN) Tinambung Kabupaten Polewali
Walaupan ketujuh pendekatan tersebut Mandar.
belum sepenuhnya dapat diaktualisasikan dalam 4. Partisipasi dari masyarakat dalam
pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran mendukung program madrasah mencetak
umum di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) generasi yang berakhlak mulia (malaqbi).
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, akan Walaupun telah banyak yang dapat
tetapi usaha optimal telah ditunjukkan oleh dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah Negeri
beberapa guru untuk mengorientasikan (MTsN) Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
pelaksanaan proses pembelajaran dengan dalam penerapan metode pendekatan agama, tapi
pendekatan tersebut. juga tidak luput dari kendala-kendala lapangan
Keempat, membudayakan pelaksanaan yang menuntut adanya upaya-upaya konkrit
kegiatan ciri khas agama Islam di Madrasah dalam penanggulangannya. Faktor-faktor
Tsanawiah Negeri (MTsN) Tinambung penghambat tersebut adalah sebagai berikut.
Kabupaten Polewali Mandar Melalui Proses 1. Tidak semua guru memahami secara benar
Pembelajaran Mata Pelajaran Umum, antara lain: esensi metode pendekatan agama.
1. Melengkapi bahan kajian mata pelajaran 2. Keragaman latar belakang peserta didik dan
umum dengan nuansa keislaman yang pengalaman keagamaannya.
relevan dengan nilai-nilai agama/dalil nash 3. Keterbatasan sarana dan prasarana.
al-Qur’an atau Hadis Rasulullah saw. 4. Keterbatasan waktu dan dana.
2. Menciptakan hubungan ukhuwah islamiyah
atau kekeluargaan antara guru, pegawai, KESIMPULAN
siswa, dan masyarakat sekitar. Pertama, Proses penerapan nilai-nilai
3. Menjaga ketertiban, kedisiplinan, kebersihan ajaran Islam dalam pembelajaran mata pelajaran
di kalangan guru, karyawan, siswa dan umum yang dilaksanakan oleh guru di Madrasah
masyarakat lingkungan sekolah. Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung
Dalam melaksanakan proses Kabupaten Polewali Mandar meliputi; (1)
pembelajaran di madrasah, semua guru baik guru mengintegrasikan dan mengaitkan makna yang
mata pelajaran agama maupun mata pelajaran terkandung dalam mata pelajaran umum dengan
umum selalu harus mengorientasikan nilai-nilai ajaran Islam, (2) merasa ikut
pembelajarannya pada penguasaan ilmu bertanggung jawab terhadap kesalahan/perbuatan
pengetahuan umum yang dibarengi dengan ilmu nakal peserta didik yang ada relevansinya dengan
pengetahuan agama Islam. Guru mata pelajaran subtansi dan esensi dari mata pelajaran yang
umum dalam melaksanakan proses pembelajaran dipertanggungjawabkan, (3) mengadopsi
dengan menerapan nilai-nilai ajaran Islam merasa pendekatan pembelajaran pendidikan agama
tidak terbebani karena adanya faktor pendukung dalam pembelajaran mata pelajaran umum, dan
antara lain: (4) membudayakan pelaksanaan ciri khas agama
1. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Islam
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Kedua, Faktor pendukung dalam
adalah satu-satunya Madrasah Tsanawiyah penerapan nilai-nilai ajaran Islam di Madrasah
yang berstatus Negeri di bawah naungan Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung
Kementerian Agama di Kabupaten Polewali Kabupaten Polewali Mandar, antara lain
Mandar. Madrasah Tsanawiyah Tinambung sebagai satu-
2. Beberapa guru mata pelajaran umum satunya sekolah menengah tingkat pertama yang
memiliki ijazah dari Perguruan Tinggi Islam, berstatus Negeri di bawah naungan Kementerian
seperti IAIN dan STAI. Agama di Kabupaten Polewali Mandar, Guru
3. Suasana kerja yang kondusif dan kerja sama mata pelajaran umum di Madrasah Tsanawiyah
yang baik antara Kepala Sekolah dan seluruh Negeri (MTsN) Tinambung memiliki ijazah dari

Mardia, Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Umum...|67
Perguruan Tinggi Islam, seperti IAIN dan STAI, DAFTAR RUJUKAN
Kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dan Adisusilo, S. 2012. Pembelajaran Nilai
seluruh stakeholder di Madrasah Tsanawiyah Karakter. Jakarta: Raja Grafindo
Negeri (MTsN) Tinambung, dan Partisipasi dari Persada.
masyarakat sebagai konstribusi dalam penerapan Ahmadi, A. dan Nur U. Ilmu Pendidikan. Jakarta:
nilai-nilai ajaran Islam di Madrasah Tsanawiyah Rineka Cipta.
Negeri (MTsN) Tinambung. Arifin, A. Memahami Paradigma Baru
Ketiga, Faktor Penghambat dalam Pendidikan Nasional dalam UU
penerapan nilai-nilai ajaran Islam di Madrasah SISDIKNAS. Jakarta: Departemen Agama
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Tinambung RI.
Kabupaten Polewali Mandar, antara lain, tidak Hamalik, O. 2002. Pendidikan Guru
semua guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Berdasarkan Pendekatan Sistem
(MTsN) Tinambung memahami secara benar Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
esensi metode pendekatan agama, keragaman Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan
latar belakang dan pengalaman keagamaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
peserta didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan
(MTsN) Tinambung, keterbatasan sarana dan Terjemahnya. Surabaya, 2011.
prasarana di Madrasah Tsanawiyah Negeri Muhaimin, H. 2009. Pengembangan Kurikulum
(MTsN) Tinambung, keterbatasan waktu dan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
dana yang tersedia di Madrasah Tsanawiyah Madrasah dan Perguruan Tinggi.
Negeri (MTsN) Tinambung. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Keempat, hasil proses penerapan nilai- Mujib, A. dan Mudzakkir, J. 2010. Ilmu
nilai ajaran Islam dalam pembelajaran mata Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
pelajaran umum di Madrasah Tsanawiyah Negeri Nata, A. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
(MTsN) Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Kencana.
antara lain sebagai berikut: Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna
a. Nilai i’tiqadiyyah, melalui pengajian/ Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
bimbingan keagamaan secara berkala. Syafaat, A., Sohari, S. dan Muslih. 2008.
b. Nilai khuluqiyyah, melalui kegiatan Jumat Peranan Pendidikan Agama Islam dalam
bersih, kebiasaan berperilaku jujur, Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta:
menghormati guru, serta saling menghargai Raja Grafindo Persada.
sesama peserta didik. Wayan, I. A. S. 2012. 8 Standar Nasional
c. Nilai amaliyyah, melalui shalat dhuhur Pendidikan. Jakarta: Azzahra Book’s
berjama’ah dan kultum (kuliah tujuh menit)
secara bergiliran.

68| JURNAL PENDIDIKAN ISLAM: PENDEKATAN INTERDISIPLINER, EDISI KHUSUS JANUARI 2017

Anda mungkin juga menyukai